A Love to Kill [1.2]

Title: A Love to Kill

Author: byulicious

Main Cast:

Lee Jinki

Park Hyubyul (OC)

Choi Minho

Krystal Jung

Length: Sequel

Genre: Angst, Romance, Thriller

Rating: PG-15

Summary: Selesaikan sekarang atau tidak sama sekali Byul. Satu tembakan di dadanya dan semuanya akan berakhir.

Author’s Note: Karya twoshot pertama author, sorry kalo ternyata terlalu dikit, ada kurang lebih 9 halaman Ms. Word, jadi author pisah jadi twoshot biar gak terlalu panjang LOL

Warning! typo dimana-mana-___-

Seperti biasa RCL ya!! :p

HAPPY READING~~!!!

Disinilah aku sekarang, duduk disalah satu kursi dari belasan kursi yang diletakkan memanjang, berhadapan dengan kursi-kursi lain lalu dipisahkan dengan meja panjang marmer berwarna hitam yang semakin mempertajam suasana mencekam yang hadir dalam ruangan ini.

Disinilah aku sekarang, memakai baju kebesaranku, setelan kemeja putih yang dilapisi oleh blazer hitam dengan name tag silver yang menunjukkan nama dan derajat kami, menunjukkan seberapa besar peranan kami dalam pertemuan ini, menunjukkan siapakah sebenarnya dirimu dalam organisasi ini.

“Kau tahu Byul-ssi? Lelaki tua itu adalah ‘buruanku’” Krystal, pesaing terberatku, menyenggol lenganku pelan dan menyombongkan dirinya untuk yang kesekian kalinya. Sorot matanya tajam, memandang sosok lelaki tua ‘buruannya’ yang kedua tangannya tergantung pada lampu kristal yang tepat berada di hadapannya. Sedetik kemudian pandangannya teralih padaku yang duduk persis di sebelahnya.

“Dia pria yang menyelingkuhi istri bos? Aku pasti akan mendapatkan lebih dari sekedar pujian dari bos malam ini!” Krystal berbalik menghadapku dan mengeluarkan seringaiannya.

“Kau bercanda? Aku mengeksekusi bandar kasino nomor satu bulan lalu, kau melupakan apa yang kudapat huh? Puri dan apartemen mewahku mungkin? Apa kau sedang menyombongkan dirimu nona Krystal?” Aku membalasnya tak kalah sengit, aku tidak pernah mau terlihat lemah di mata orang lain, apalagi di depan orang seperti Krystal, satu-satunya rekan kerjaku yang entah mengapa selalu menyombongkan hasil kerjanya dihadapanku. Krystal mendengus kecil dan mengalihkan tatapannya menuju mangsanya, lelaki tua yang kedua tangannya tergantung pada lampu kristal di hadapannya. Lelaki tua yang tidak berhenti mengiba sejak pertama kali aku masuk ke ruangan ini.

“Jadi ingin kau apakan dia sekarang Krystal-ssi?”

“Kau punya pistol?”

Tidak kumohon jangan pistol, aku benci darah! Mengapa Krystal tidak meminta kursi listrik, atau tali tambang saja untuk menggantung leher lelaki tua itu. Sial!

Suara berderit keras yang berasal dari kursi Krystal yang ditarik kebelakang membuat seluruh pandangan yang ada diruangan itu teralih padanya. Bahkan beberapa petugas keamanan eksekusi yang berada di sudut ruanganpun, rela menunda obrolan mereka untuk menyaksikan inti acara dari pertemuan kami malam ini.

“LX 502? Aku suka dengan suara ledakannya” ujar Krystal sambil menimbang-nimbang senjata api laras pendek yang ada di tangannya.

“Jadi tuan, apa kau punya kata-kata terakhir?” seisi ruangan tertawa dengan lelucon busuk Krystal. Ya, seisi ruangan, tapi tidak denganku yang melirik Krystal dengan pandangan malas. Baiklah ayo langsung saja selesaikan pria tua itu agar aku dapat segera pulang. Akhirnya jari-jari lentik Krystal menekan pelatuk senjata api itu.

DORR

Berakhirlah ibaan pria tua itu.

DORR

Krystal menekan pelatuknya untuk kedua kalinya, tali tambang yang mengikat tangan pria tua itu terputus dan membuat tubuh matinya terjatuh dengan bunyi berdebam yang keras, jatuh di meja panjang marmer berwarna hitam, mayat pria tua itu persis tergeletak di depanku. Darah segar merembes melalui kemeja putihnya, tepat di dada, persis di dada bagian kiri tempat peluru timah panas menembusnya tadi.

“Bagus sekali Krystal Jung, kau mengerjakan tugasmu dengan baik!” suara pria yang menggelegar menghentikanku dari aktivitas mengamati mayat pria tua tadi. Krystal, dapat ditebak tersenyum dengan lebar, merasa puas dengan hasil kerjanya sendiri.

“Baik target kita selanjutnya, seorang mafia muda. Dia membunuh beberapa agen kita beberapa bulan yang lalu dan sempat mengambil sejumlah uang yang dibawa agen kita tersebut” bos kami meletakkan secarik kartu nama dan juga selembar foto.

“Jadi kurasa, Park Hyun Byul mungkin?” aku terkesiap mendengar bos yang menyebutkan namaku.

“Kau tidak keberatan untuk melakukannya kan? Mengingat kerja baikmu bulan lalu, jadi tidak ada salahnya aku mengutusmu” bos mengarahkan pandangan matanya ke seluruh ruangan, seolah meminta persetujuan pada para petinggi-petinggi lainnnya.

“Tapi aku yakin kau sudah mendengar permintaanku untuk-“

“Kau dapat keluar setelah mengurus yang satu ini, bagaimana Byul-ssi?” aku beranjak dari kursiku, berjalan menuju ujung meja dimana sebuah kursi empuk besar diletakkan, tempat dimana bos duduk sambil menyilangkan kakinya. Aku meraih kartu nama dan selembar foto yang tergeletak di hadapannya. Kartu nama bertuliskan Choi Minho dan juga selembar foto pria muda tampan yang kuyakini fotonya diambil secara diam-diam.

“Baiklah tapi kau harus berjanji untuk melepasku setelah ini” ujarku, aku memang sudah lama berniat untuk keluar dari pekerjaanku, membunuh orang tidak sesuai dengan keinginanku.

Deal

***

“Kau bekerja lembur lagi? Kau sudah terlihat seperti panda kau tahu?” pria tampan di hadapanku mengusap bagian bawah mata kananku yang tampak menghitam karena kurang istirahat. Eksekusi kemarin memang baru berakhir jam dua dini hari dan aku masih harus mencari data-data tentang Choi Minho, targetku selanjutnya yang masih sangat muda dan tampan. Sayang sekali dia sudah harus menemui ajalnya tak lama lagi.

“Aku baik-baik saja, aku hanya kurang tidur. Ada beberapa berkas laporan keuangan kafe yang masih harus kukerjakan sampai dini hari kemarin” dustaku pada Lee Jinki, sosok pria tampan yang duduk dihadapanku, pria tampan yang menjadi kekasihku. Berbohong? Menyembunyikan identitas pekerjaanku yang sebenarnya? Jangan tanyakan mengapa aku melakukan ini, kau pikir pria mana yang akan sudi untuk berhubungan atau bahkan memiliki kekasih yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran? Aku mencintainya, hanya itu alasannya. Itu sebabnya aku tidak menceritakan tentang pekerjaan turun-temurun warisan dari mendiang ibuku yang dulunya juga seorang pembunuh berdarah dingin. Alih-alih mengaku bahwa aku adalah seorang pembunuh bayaran, aku berbohong dan mengatakan padanya bahwa aku adalah seorang pegawai kafe Seomin ajhumma. Dan memang itulah pekerjaanku, lebih tepatnya pekerjaan sampinganku.

“Aku bisa mempromosikanmu ke perusahaanku jika kau mau”

“Ralat, janga sombong tuan Lee. Itu bukan perusahaanmu, itu perusahaan ayahmu” aku mendengus menanggapi penyataannya.

“Setidaknya belum, aku hanya membutuhkan seorang istri untuk mendapatkan perusahaan itu” aku terkesiap mendengar perkataannya, tatapan matanya yang tajam mengintimidasiku seolah meminta jawaban dari perkataannya tadi.

“Baiklah langsung saja, apa yang ingin kau katakan padaku?” aku menatapnya dengan pandangan penuh tanya.

“Appa mengundangmu untuk datang ke rumah Byul” pria tampan dihadapanku ini menunjukkan senyuman lebar khasnya, matanya tenggelam tergantikan dengan sepasang garis samar yang dapat membuat siapa saja melengkungkan bibirnya membentuk sebuah senyuman. Ikut tersenyum bersamanya.

“Kujemput kau malam ini. Jadi bilang pada ajhumma untuk meliburkanmu dari kerja lembur hari ini. Ara?”

Jinki akan mempertemukanku pada ayahnya, aku tahu apa artinya, dia sedang melamarku! Mau tahu bagaimana perasaanku? Bahagia tentu saja, wanita mana yang tidak bahagia jika dilamar oleh orang yang dicintainya. Hidupku memang tidak sebahagia putri raja. Mendapat perhatian dari orang tuanya dua puluh empat jam sehari. Ayahku tewas dibunuh oleh musuh ibuku sendiri, beberapa jam kemudian ibu menyusulnya dengan cara menembak kepalanya sendiri. Aku bahkan sempat hidup sebagai seorang gadis panti asuhan sampai Seomin ajhumma, pemilik kafe tempatku bekerja, adik dari ayahku menemukanku dan merawatku hingga lulus SMA. Aku, Park Hyun Byul, gadis yang hidupnya tidak sebahagia putri raja yang mendapat perhatian dan kasih sayang dua puluh empat jam dari orang tuanya tapi mungkin aku seberuntung Cinderella, sosok gadis dongeng favoritku yang dapat menikahi seorang pangeran tampan. Aiden-lah pangeranku, tidak ada yang akan kutakutkan jika aku memilikinya. Aku berjanji akan berhenti dari pekerjaanku. Aku akan berhenti menjadi pembunuh saat aku memilikinya. Aku berjanji akan mengakhiri semuanya.

“Baiklah, katakan pada ayahmu bahwa aku akan datang”

***

“Aku tampak buruk! Kau kan tahu aku tidak suka berdandan dan memakai gaun”

Sudah lebih dari sepuluh menit aku mematut diriku di depan cermin dan terus menggerutu pada Aiden yang dengan sengaja membawaku ke salon dan membelikan sebuah dress berwarna putih dengan bahan flow yang sangat mahal ini.

“Aku hanya tidak suka kau menghabiskan banyak uang untukku. Lagipula apa salahnya jika aku datang dengan penampilan biasanya?” lanjutku, aku tetap mempertahankan safety belt-ku agar tetap terkunci dan menolak untuk turun dari mobil Jinki dan masuk ke dalam rumahnya.

“Ayolah Byul, kau cantik sekali malam ini. Appa suka dengan penampilan gadis feminin. Tidak ada salahnya juga kan sesekali kau berpenampilan seperti ini?”

“Ya! Memangnya aku ini ingin menikah denganmu atau ayahmu sih? Kenapa aku harus menuruti selera ayahmu!”

“Argggghhh Byul, kenapa kau begitu keras kepala”

Jinki mengacak rambutnya frustasi, mengepalkan tangannya dan meninju kemudi mobilnya. Aku hanya terkikik dan mendengus kecil melihat tingkahnya, siapa suruh mendandaniku seenaknya. Jinki yang mendengarku terkikik menoleh dan menatapku dengan seringaiannya yang terpahat jelas di wajahnya.

“Kau sedang menggodaku huh?”

“Aku-tidak, apa yang kau pikirkan?”

Sejurus kemudian tubuhnya beringsut mendekatiku. Aku bahkan bisa merasakan aroma tubuhnya yang maskulin. Hembusan nafasnya yang berat terasa di wajahku.

“Kau tahu kan Byul, kita sudah menunggu kesempatan ini sejak dulu? Jadi tolong jangan mempersulitnya hm?” bisiknya

KLIK

Aku mengerjapkan mataku, tadi itu.. dia pikir siapa dirinya? Aku bisa merasakan pipiku yang memanas. Wajahku pasti terlihat sangat merah sekarang. Aku sampai tidak menyadari kalu kini Jinki tiba-tiba sudah membuka pintu mobil disampingku.

“Ayo turun!” Jinki berdiri di samping pintu mobil yang sudah terbuka. Aku menggeleng pelan, enggan menatap matanya langsung karena masih merasa terlalu malu dengan kejadian beberapa detik yang lalu.

“Sudah kubilang jangan mempersulitku Byul”

Jinki menarik tanganku pelan mengajakku keluar dari mobilnya. Dia bahkan sudah melepas pertahananku sejak tadi. Bodoh, aku bahkan tidak menyadari jika Jinki sudah membuka safety belt-ku dengan mudahnya.

“Kau benar-benar menyebalkan! Aku- Ya! Apa yang kau lakukan, cepat turunkan aku!” Jinki membopong tubuhku dan menggendongku di bahunya.

“Turunkan aku Jinki! Aku bisa berjalan sendiri”

“Tidak akan, aku tidak akan membiarkanmu terjatuh hanya dalam beberapa langkah saja. Hak sepatumu itu tinggi sekali agassi. Diam dan nikmati saja perlakuan spesialku”

***

“Berapa umurmu Byul-ssi?”

“Aku hanya terpaut dua tahun lebih muda dari Jinki. Dia seniorku di SMA” aku mengalihkan pandanganku ke arah Jinki yang tengah menikmati makan malamnya, tidakkah ia tahu kalau aku sedang tegang menghadapi ayahnya yang walaupun berwajah ramah dan murah senyum, tetapi tetap terlihat menakutkan untukku.

“Jadi kau sudah mengenal Jinki sejak dulu?”

“Tentu saja!” Jinki menyela pertanyaan ayahnya yang ditujukan padaku dengan nada bangga. Aku memandangnya heran.

“Siapa yang tidak mengenalku waktu SMA dulu, aku sangat terkenal appa” aku tergelak mendengar jawabannya, sebenarnya dia juga tidak sepenuhnya salah. Siapa yang tidak mengenal Lee Jinki, siswa peringkat dua seluruh sekolah pada zamannnya membuatnya begitu populer di kalangan siswa-siswa sekolah kami.

“Aku hanya mengenalnya sebatas senior saja, dan ternyata kami bertemu lagi satu tahun yang lalu” ujarku sambil menyunggingkan senyum terbaikku.

“Jadi ayah, bagaimana pendapatmu?” Jinki menatap ayah nya dengan pandangan lurus.

“Mau bagaimana lagi, kalian sudah dewasa kan? Tidak ada alasan untuk menolak Byul-ssi” aku menahan nafas pada setiap patah kata yang diucapkan tuan Lee, Jinki yang mendengar persetujuan ayahnya seketika langsung menggenggam tanganku hangat.

“Terima kasih appa”

“Ne, dan kau, nikmatilah puding cokelatmu Byul”

Sisa waktu dari pertemuan itu kami habiskan dengan obrolan-obrolan ringan. Sesekali Aiden menyinggung masalah pernikahan kami yang akan berlangsung tiga bulan dari sekarang.

“Appa!” seorang pria tinggi dan tampan menghampiri tuan Lee dengan seorang pengawal dibelakangnya. Aku terkesiap memandangi wajah pria yang baru saja datang itu. Tidak mungkin, pria ini tidak mungkin dia, aku mengamati wajahnya dengan teliti seakan pria itu akan pergi kapan saja dan membuatku menyesal karena tidak menyergapnya saat itu juga.

“Tuan muda Choi ingin bertemu dengan anda tuan Lee” sebelah tangan tuan Lee sedikit terangkat ke udara, menginstruksikan pada pengawal ‘tuan muda Choi’ itu untuk pergi meninggalkan ruangan.

“Duduk dulu nak, makan malamlah dulu bersama kami” tuan Lee menatap pria itu dengan tatapan memohon sedangkan orang yang berhadapan dengan tuan Lee hanya mendengus kasar sambil menatap tuan Lee dengan pandangan meremehkan.

“Langsung saja ayah, aku ingin kau menandatangani ini” pria bertubuh tinggi itu melemparkan stopmap biru ke meja makan dengan kasar.

“Minho!” Jinki yang sejak tadi hanya menonton adegan ayahnya dan pria itu akhirnya angkat bicara.

“Kau tidak perlu ikut campur hyung!” Minho melemparkan pandangan marahnya dan membalas perkataan Aiden dengan nada sarkastik. Tangan Jinki mengepal sehingga memperlihatkan buku-buku jarinya yang memutih, kentara sekali kalau ia sedang bersusah payah untuk menahan amrahnya. Aku memandang ketiga pria di hadapanku, Choi Minho. Pria ini, apakah Choi Minho yang berada di hadapanku ini adalah targetku selanjutnya? Apa yang sedang terjadi pada keluarga Jinki ini?

“Baiklah kalau itu maumu” tuan Lee merogoh pena dengan lis emas di saku kiri kemejanya dan menandatangani dokumen yang entah apa isinya itu.

“Jangan katakan padaku kalau itu adalah sepuluh persen saham kita” Jinki berbisik sambil mengamati gerak-gerik tangan tuan Lee yang perlahan menandatangani dokumen di dalam stopmap biru itu.

“Kembalikan!” Jinki dengan gesit menghadang Minho sambil mencengkeram lengannya kuat.

“Sudah kubilang urus urusanmu sendiri Lee Jinki!” dengan mudah Minho menepis cengkeraman kuat Jinki di lengannya dan lagi-lagi menunjukkan seringaiannya. Sekilas manik matanya melirik menuju padaku. Apakah ini memang perasaanku saja atau memang benar Minho membulatkan matanya kaget saat pandangannya bertemu denganku.

“Dia calonmu huh? Kuharap dia wanita terakhir yang kau kenalkan pada appa”

“Jaga ucapanmu jika kau tidak ingin mati anak kecil”

“Sudahlah Jinki, biarkan dia pergi” tuan Lee angkat bicara saat melihat Jinki hampir melayangkan tinjunya pada Minho.

“Biarkan Minho pergi”

Pria itu akhinya mengambil langkah seribu dan meninggalkan rumah ini.

“Maafkan aku karena membuatmu melihat ini Byul” tuan Lee berbicara padaku sambil tertunduk dan memijat pelipisnya.

“Kau bahkan baru pertama kali datang kesini dan kau sudah melihat kejadian tidak mengenakkan ini”

“Aku- Anda tidak perlu meminta maaf tuan Lee. Aku baik-baik saja”

“Gadis baik, semoga kau dan Jinki bisa terus bersama” tuan Lee menunjukkan senyuman hangatnya padaku membuatku teringat pada senyuman Jinki yang sama hangatnya.

“Jadi Jinki, bisa kau tolong antarkan Byul pulang? Ini sudah malam sekali”

“Baiklah appa”

Aku tersenyum sekilas pada tuan Lee sebelum mengekor mengikuti Jinki menuju mobilnya untuk mengantarku menuju apartemenku. Sepanjang perjalanan Jinki menjadi sangat pendiam, aku mencoba untuk mengajaknya bicaratapi hanya dibalasnya dengan anggukan sekilas, kurasa saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan segalanya.

Lima belas menit kemudian kami sampai di apartemenku. Aku melepas safety belt-ku dan menoleh pada Jinki.

“Terima kasih untuk makan malamnya, tolong sampaikan salamku untuk ayahmu hm?”

“Baiklah, tidur yang nyenyak Byul” Jinki mengusap pipiku sekilas. Jadi dia benar-benar tidak mau mengungkit kejadian tadi? Aku membuka pintu mobil dan beranjak dari kursinya.

“Jinki?”

“Hm?”

“Maukah kau menceritakan padaku apa yang terjadi tadi? Bukan sekarang tentu saja, tapi aku hanya ingin-“

“Tentu saja, kau sekarang resmi menjadi calon istriku bukan aku akan menceritakannya nanti. Aku akan menemuimu di kafe besok ok?”

“Ok, hati-hati”

Bye Byul”

Aku melambaikan tanganku dan berdiri terpaku di depan apartemen sambil memperhatikan mobil Jinki yang melaju menembus malam. Memperhatikan mobil Jinki yang melaju menjauhiku sampai tidak terlihat lagi di tikungan depan. Tanganku perlahan mengambil dompet di clutch-ku dan meraih sebuah kartu nama dan secarik foto

Choi Minho

Tidak salah lagi, sosok pria yang fotonya diambil secara diam-diam ini adalah pria yang baru saja kutemui beberapa menit yang lalu.

Targetku, orang yang akan kubunuh selanjutnya, kemungkinan besar adalah anggota keluarga Jinki, calon suamiku sendiri.

TBC

©2011 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

26 thoughts on “A Love to Kill [1.2]”

  1. Apakah aku pertamax?
    Waw, FF ini genre-nya keren. Apalagi tokokh ceweknya strong begini, biasanya kan tokoh ceweknya lemah ato gimana gitu. Dan, pemilihan katanya juga bagus, nggak ngebosenin ato ngeguruin, tapi nggak alay juga, hehe.
    Aku suka ceritanya, apalagi kalo main cast-nya Onew Oppa. Tai berhubung judulnya A Love To Kill, aku khawatir endinnya bakalan sad, wah, jangan sad ending ya??
    Eh, itu banyak typo, yang harusnya Jinki malah jadi Aiden. Tolong dirubah ya, karena kurang enak liatnya. Udah ngebayangin Jinki, eh tiba-tiba keluar nama Aiden, hehehe…
    That’s all. Aku menunggu part selanjutnya kelar…
    Anyyeong…

  2. keren loh ceritanya..
    bagus
    tp aiden itu siapa? kok tiba2 nongol?

    dtggu lnjutnnya..
    setuju sm komen yg prtma… jgn sad end ya.. tp ad roman2 mau sad end nih

  3. Huwaaaahhh,, Pendek,,, pas lagi enak-enak baca,, ehh terganggu gara-gara tulisan TBC,, padahal ceritanya Daebak;,,hehehe

    Krystal menakutkan!! Byul-nya terpaksa eh jadi pembunuh bayaran. Trs itu ada apa dengan kelurga Jinki dan Minho… Ih,, Minhpo urakan bangetttt,,,,hihi

    Itu ada nama Aiden nyempil,, maksudnya nama barat Jinki kah?? Tapi nama barat Jinki kn Chase Lee,, klo Aiden Kim itu nama barat laki aye (re : Key) #dikeroyok Lockets,,wkwkwk

    Ditunggu next part-nya,, ini twoshootkan,,, 😛

  4. waaahhhh daebak aku suka penuturan bahasanya simple tapi tidak bertele-tele jadi gag bosen bacanya btw, aku setuju dengan komen diatas kalo aiden ya aiden jangan pakek jinki juga jadi gimana gitu bacanya,, heheh but overall sudah baik ^_^

  5. SERU,KEREN,AKU SUKA!!

    Btw,Aiden itu siapa ya?typo kah?atau Aiden Lee?itu kan nama barat nya Donghae oppa#PLAK

    Di tunggu next part,,

  6. woohh,
    seru nich,
    uuhh, krystal kau menakutkan,,
    aduh, kyknya bkal ad adegan bunuh membunuh nich,
    keren,
    lanjuuutttt……

  7. FF pembunuhan??? Daebak! Aku suka!
    Bahasanya gak terlalu berbelit-belit, ditambah enak banget kalo dibaca….

    Aku suka dengan jalan ceritanya….
    Ditunggu part selanjutnya!!! 😀

  8. Persamaan Byul seperti Cinderella, gadis biasa yang dinikahi Pangeran Aiden. Tapi sayangnya Byul seorang pembunuh bayaran. Target berikutnya malah seseorang yang mungkin masih anggota keluarga Jinki juga, Choi Minho. Bagaimana Byul menyelesaikan misi ini?
    Nice story. Lanjut!

  9. Byul kereeen n so strong…tata bhsamu bgus n alur crita’a pas
    trus mengena lgi,pokok’a epepmu great….
    Lnjutin ya thor,jngn lama2
    #pemaksaan

  10. waaahhh ini kereeen !!!
    seru bgt bacanyaa…
    haahhhh si minho .. ckckckck
    ayo…ayo lanjutannya jangan lama-lamaaa….

    maksudnya wanita terakhir?? jangan2 si minho yang sering ngerebut cwenya onew yaaa??? #sotoyyy

    ayo..ayo di tunggu .. tahhh

  11. FF nya keren ^^d
    ide cerita sama alurnya bagus, bahasanya juga aku sukaa 😀
    tp ga rela minho d bunuh :s

    oia, kok tb2 srg muncul aiden yah? kyaknya aiden sm jinki itu sama, ato gmn?

    btw d tguu next part yaa author 🙂

  12. kayaknya author typo deh jinki jadi aiden

    krystal serem disini berdarah dingin banget. kayaknya si byul bakal jatuh cinta sama Minho atau si Byul bakal pura2 suka sama Minho makanya judulnya ‘a Love to Kill’

    pokoknya TOP BGT dech!
    next partnya kutunggu yaa

  13. Waah, ff-nya keren. Aku suka cerita kayak begini. Rasanya kayak ada adegan seru yang bermain di kepalaku.
    Bagus author, kapan-kapan bikin lagi cerita seperti ini nee. ^^
    Oh ya, kalau bisa ditambah juga adegan-adegan seru lainnya. biar readers juga tambah tegang dan penasaran bacanya.
    Neomu joa 😀
    Aku lanjut ke parf berikutnya yaa~

  14. Ceritanya bagus… Karakter Jinki, as usual selalu sukses bikin aku melted.
    Itu gak salah ketik, ya, Aiden, siapa? Apa akunya yang kurang konsen?
    Masih mau diterusin nih rencana pembunuhannya, meski bakal menyakiti Jinki?

Leave a reply to Keyobbo Cancel reply