Half Married – Part 1

Half Married

( Part 1 )

Perkenalkan aku I-el. Panggil saja aku begitu ^^

Cerita ini diadaptasi dari sebuah komik tahun jebot yang kemungkinan udah gak dicetak lagi, dgn judul yang sama. Ya, walau hanya ada sedikit pengubahan, tapi semoga kalian menikmati.

O ya, kalo kalian kecewa dgn critanya, aku maklumin kok! ^^ Ini FF debutku sih.

(keke… udh tau debut, tp sok-sok an pke acara bikin sequel)

Major  Characters : Choi Minho, Ji Hye Rin (para flaming, anggaplah itu diri kalian)

Minor Characters  : Other SHINee’s member, Sulli F(x)

Genre                    : Romance

I-el***


Hyerin POV

Di rumah …

”Tidak bisakah kau sedikit menghargaiku, Minho-ssi? setidaknya menghargaiku sebagai seorang wanita?!” nafasku seakan berhenti. Aku mulai sesak dengan pernikahan ini. Sejak hari pertama pernikahan kami, aku belum pernah sekalipun merasa nyaman. Aku justru selalu merasa seperti seorang buronan jika aku keluar rumah, dan merasa seperti tahanan yang dianiya sipir jika ada di dalam rumah.

Aku berpikir, sebenarnya apa salahku? Kenapa keadaan rumah ini tidak pernah damai? Apa karena keputusanku untuk menikah dengan namja yang masih tidak peka ini beberapa bulan yang lalu?? Tuhan, kalau begini jadinya, kenapa waktu itu aku mengiyakan? Otakku berlari ke arah masa lalu, di saat aku memulai semuanya

Flashback…

I-el*** Hyerin POV

Di sebuah restoran Perancis…

”APPA!!! Hyerin sudah bilang gak ada yang namanya perjodohan” aku terpaksa membentak 1-1nya orangtua yang kumiliki, setelah eomma meninggalkan kami selamanya.

”Hyerin, appa sudah pilih yang terbaik yang bisa menanggung masa depanmu kelak.” appa berusaha tabah menghadapiku.

Sebuah mobil sedan hitam keluaran terbaru, terparkir di depan pintu restoran. Pengunjung cafe terlihat terperangah dengan kemulusan mobil itu, tapi sesaat kemudian terdiam ketika melihat pengendaranya keluar dari dalam mobil mewah tersebut.

”Itu dia calon suamimu datang” kata appa spontan sambil bangkit dari bangkunya. Aku terpaksa mengalihkan pandanganku ke arah pintu masuk.

AIGOOO!!” jeritku dalam hati. Bukan karna dia tampan atau apalah, tapi… ”APPA GILA??! Dia bahkan lebih cocok menjadi appaku ketimbang harus

kujadikan suami.” sekali lagi aku membentak appa kesayanganku. Aku tak mau melakukan ini sebenarnya, tapi kali ini appa sudah keterlaluan.

Aku berlari pergi, dan saat aku berlari, aku sengaja menabrak calon suami yang appa pilihkan itu. Aku mendengus jijik ke arahnya. Biarlah… biar dia tau rasa.

Aku berlari tanpa memakai otak sedikitpun. Aku berlari begitu saja mengikuti kemana kakiku ingin melangkah. Orang-orang yang kulewati selalu berteriak gusar, karena aku tak sengaja menabrak mereka. Klakson mobil dan motor juga senantiasa membuat telingaku penging.

Aku terus berlari saja

BRAKKK…..

Suara apa itu? Kenapa kakiku jadi sakit? Aku juga sempat mendengar seorang Ibu-ibu berteriak awas. Apa aku ditabrak motor? Mobilkah? Atau mungkin truk? Kemudian aku diam saja dan apakah hidupku berakhir tragis diusia 20??

Oh tidak!! Aku menabrak pembatas jalan yang terbuat dari kayu yang sudah mulai rapuh. Sekarang aku hanya terpejam karena tak ingin membayangkan rasa sakitnya, jika jasadku sudah tiba dibawah nanti.

Brukkk…..

Baiklah aku pasrah. Hidupku habis disini, di dalam jurang. Aku tidak berusaha bangkit berdiri karena aku tau itu tak ada gunanya. Aku tetap tidur di tempat aku terjatuh, dan tak ada semangat sedikitpun untuk bangun.

”AYAA….!!” sepertinya aku mendengar suara pria. Tapi dimana? Oh, aku sudah di surga rupanya. Tapi kenapa tidak ada yang bisa aku lihat? Hanya kegelapan. Aku baru sadar, tempat pendaratanku telalu empuk. (*** I-el)

I-el*** Minho POV

“AYAA…!!” teriakku begitu saja agar dia membuka mata. Apa dia pikir aku ini trampolin keselamatan?? Tulangku remuk. Tubuh yeoja yang jatuh dari atas ini kecil, tapi tulang-tulangnya itu loh yang seakan bisa menembus sampai ke dalam dagingku. Untung dia bangun juga, walau dengan rawut muka yang gelagapan.

”Mianhamnida…. Mianhamnida!!!” katanya meminta maaf sambil membungkuk. Coba saja jika dia sudah menatap wajahku, ekspresi ini pasti akan berubah. Sedetik kemudian, dia menengadahkan wajah untuk menatapku.

”Kyaaa…. Minho-ssi!!!” pekiknya kaget. Sudah kubilang, kan?! Aku terlalu terkenal untuk tidak diketahui oleh banyak orang. Aku membungkam mulutnya.

”Kalau kau berisik, aku akan buat kau benar-benar mati” yeoja sial ini memang langsung terdiam setelah mendengar ancamanku, tapi tiba-tiba mukanya pucat pasi.

Benar saja firasatku, ketika aku mendongak keatas, aku lihat kerumunan wartawan yang tadi mengejarku masih kekeh mencariku. Ini semua karena teriakannya. Demi keselamatan diriku dan juga karierku bersama SHINee, aku tarik yeoja yang sama sekali tidak ku kenal ini mengumpat di rimbunan pohon. Kalo dipikir, tempat ini lebih cocok dibilang taman daripada disebut jurang.

Aku menoleh ke arah yeoja pengganggu ini. Aku lihat dia menutup matanya sambil menyilangkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Aku menggeleng. Apa yang dia pikirkan sebenarnya tentangku? Huh.. dia pikir dia itu siapa?!! (*** I-el)

I-el*** Hyerin POV

Biar saja namja ini mendengus karena keanehanku, aku hanya berharap yang terbaiklah yang terjadi. ’O MI GO TO (alias O My God)’ pekikku dalam hati. Tuhan, tolonglah hambamu yang paling cantik ini. (*** I-el)

I-el*** Minho POV

Ok, sekarang sudah aman. Tidak ada lagi suara hiruk pikuk dari atas sana. Heh… kenapa sih mereka gak percaya kalau aku sekarang dekat dengan Sulli? Mereka ingin bukti macam apa coba?!

Akhirnya, aku bisa duduk santai juga diatas rumput. Semilir angin yang kuhirup terasa segar.

”Hiks…” tiba-tiba ada suara menangis di belakangku. Gee! Aku lupa kalau yeoja itu masih disini. Padahal aku baru saja merasa sebebas burung yang sedang mengudara.

”Hei, kok tiba-tiba menangis?” tanyaku pura-pura peduli. Ini karena ke-jaim-an saja. Dia menggeleng tanpa sepatah katapun, tapi tangisnya makin pecah. Haduh… namja normal manapun paling gak bisa tahan bila melihat ada yeoja menangis di depannya, apalagi jika ternyata alasan dia menangis adalah apa yang seorang namja itu lakukan.

Ya! Ada-ada saja kesialanku hari ini” batinku saking kesalnya.

”Apa yang kau lakukan jika kau dijodohkan?” tanya yeoja disebelahku membuat aku terbelalak, ”Kalau aku berpikiran untuk mati, apa itu benar?” lanjutnya lagi.

Sebegitu enggannyakah dia untuk dijodohkan sampai terbersit pikiran begitu di otak seorang yeoja?

”Entahlah” jawabku mengangkat kedua bahuku. Dia menoleh sedikit, kemudian menatap rumput disela kakinya lagi. Dia mencopot high heelsnya, mungkin dia kesakitan karena aku lihat kelingkingnya lecet.

”O iya, kau itu kan artis, jadi hidupmu pasti sempurna. Banyak pilihan dalam hidupmu. Tidak seperti aku dan orang biasa lainnya diluar sana.” sungguh! Respon yeoja ini tehadap jawabanku sangat menancap di otak.

”Kalau kau pikir begitu, sekarang kau saja yang menjadi artis untuk menggantikanku?” tawaranku tak menggubris dirinya. Mungkin dia tau kalau aku hanya bergurau.( *** I-el)

I-el*** Hyerin POV

Hei! Minho-ssi ini bodoh atau apa sih? Sejak kapan SHINee jadi Mix Gender Band? Dasar! Dimana-mana namja itu sama aja, suka mempermainkan yeoja. Kalau bukan karena hukum alam mengatakan bahwa: ’seorang wanita harus mempunyai pasangan seorang pria dan juga sebaliknya’, aku lebih memilih untuk tidak mengenal makhluk bernama namja.

Seharusnya aku tidak berada sedekat ini, tapi ya sudahlah. Aku memecah kebisuan antara kami dengan mengambil nafas dan mulai bercerita tentang nasib buruk yang menimpaku ini. Aku cerita tentang Appa yang selalu membujukku menerima namja-namja yang beliau perkenalkan padaku, padahal aku tidak suka hal-hal yang seperti itu. Aku juga bercerita tentang yang aku alami hari ini, betapa teganya appaku menjodohkanku dengan pria berumur, yang seharusnya malah membimbingku menyempurnakan jati diri yang kudapatkan, bukannya membebaniku dengan pikiran bahwa aku akan menjadi istrinya.

Sudah capek-capek bercerita, dia malah terus memandang arah lain seakan aku tak ada. Ya! Hyerin kau ini sungguh babo! Dia kan artis, jadi jangan mengharap terlalu banyak. Apalagi mebayangkan kejadian yang lebih dari yang sedang terjadi.

Aku lihat jam tanganku menunjukan pukul 5 sore. Jadi, aku putuskan untuk pergi walau ternyata kakiku yang tadi membentur pembatas jalan masih sakit. Tepat seperti bayanganku, Minho-ssi sama sekali tidak memperhatikanku. Sudahlah, ini mungkin 1-1nya hari yang bisa aku gunakan untuk bisa sedekat ini dengannya. Lain kali mungkin tidak ada lagi.

*          I-el       *

Aku berjalan mengendap di dalam rumahku sendiri. Biarlah, daripada aku diceramahi lagi. Dan ternyata aku berhasil sampai ke lantai atas, ke kamarku. Aku banting tubuhku ke ranjang dan berusaha mengulang memori hari ini.

“Aigoo!! Semalam aku mimpi apa? Kenapa aku bisa sedekat ini dengan Minho-ssi? Aishh… dia lebih tampan dari yang aku lihat di TV. Ck… ini keberuntungan atau apa?!” aku menggumam sendiri. Pikiranku begitu penuh dengan wajah Minho-ssi. Mich.. apa-apaan aku ini. Aku menyesal telah bersikap dingin begitu.

*          I-el       *

Pagi ini aku bangun sangat pagi. Aku ingat paper untuk mata kuliahku hari ini belum selesai, terpaksa aku bangun dengan wajah lelah dan mulai mengetik. 2 jam lagi aku harus kuliah, buru-buru aku matikan laptopku dan bersiap untuk berangkat. Baru saja aku akan melangkah ke depan pintu, Appa mucul dari kamarnya.

“Hyerin, kenapa pulang semalam? Bukankah kau berniat untuk kabur? Untuk apa kembali lagi?” kata-kata Appaku terdengar seperti suara guntur yang menghentikan nafasku.

“Appa, kenapa bicara begitu?” aku mengurungkan niatku untuk ke depan pintu.

“Appa bicara begitu bukan tanpa alasan.” kata appa seraya mengikutiku duduk di sofa. ”Bukankah ini yang Hyerin inginkan? Membantah appa dan pergi meninggalkan appa? Bukankah karena kau ingin meninggalkan appa selamanya, makanya kau kabur dari cafe?”

Baiklah, kata-kata appa sudah menyudutkanku. Kerongkonganku tercekat, aku tidak mampu mengucapakan sepatah kata pembelaan apapun.

”Appa, Hyerin hanya belum ingin menikah. Kuliah Hyerin belum selesai.”

”Hyerin, appa hanya merasa sudah terlalu tua untuk menjagamu. Paling tidak kau punya kekasih yang bisa menjagamu, jadi appa akan merasa tenang setiap kali kau keluar rumah. Itu saja.”

”Gwencana, appa. Aku bisa menjaga diriku.” appa menggeleng keras. Ia tidak setuju dengan pernyataanku tadi.

”Kalau kau tidak megenalkan seorang laki-laki pun pada appa, kau harus menikah dengan pilihan appa.”

sepertinya itu ancaman?! Sekarang appa sudah mulai mengancam rupanya.” batinku sambil menatap mata appaku. Apa beliau serius?

”APPA SERIUS!!” kata appa seakan beliau dapat membaca otakku. Aku muak. Aku berjalan ke depan pintu, memakai sepatu dan pergi dengan membanting pintu tanpa ucapan salam. Aku tahu appa pasti akan sangat marah

Aku putuskan untuk berlari sekencang-kencangnya, tas ranselku sedikit mempersulit gerakan tanganku. Aku berlari tak tentu arah. Inilah terapi yang kujalani begitu ada masalah yang kuhadapi. Berlari ketika aku rasa aku tak bisa menyelesaikannya.

”Omona!!!” teriakku ketika aku sadar bahwa aku akan menabrak pembatas jalan lagi. Kali ini kakiku tidak akan sakit karena kerusakan yang kemarin belum diperbaiki. Aku tidak bisa mengerem langkah kakiku, jadi aku terperosok begitu saja ke jurang dan aku pasrah harus jatuh lagi. Kali ini tidak ada yang bisa menolongku. Aku menutup mataku dengan kedua tangan.

”HAPP!!”

Aku merasa ada tangan yang menangkapku. Tapi siapa? Aku putuskan untuk membuka mata.

”Kau ini suka sekali terjun, ya?” kata orang yang menangkapku sambil menyeringai.

”Minho-ssi?!!” aku kaget setengah mati. Aku merasa jantungku akan copot begitu saja. Aku menggeliat, memaksa dia melepasku dari gendongannya.

”sekarang apa lagi? Apa alasan yang sama membuatmu kembali jatuh?” nada bertanya itu terdengar seperti nada kepedulian.

”….” aku mengangguk. Aku nengikutinya duduk di atas rumput. Tiba-tiba tatapan matanya menjadi kosong. Aku putuskan untuk diam.

”Ngomong-ngomong siapa namamu?” katanya tiba-tiba. Aku begitu berdebar, tapi entah karena apa.

”Joneun Hyeriniyeyo” aku tak kuasa menahan senyum.

”aku juga punya masalah.” katanya lagi tiba-tiba. Kemudian dia terlihat mengambil ancang-ancang untuk bicara lagi. Aku ingin memintanya berhenti bicara karena kurasa sebentar lagi aku akan hilang kesadaran jika harus mendengar suaranya lagi. ”aku ingin membantu masalahmu karena kupikir masalahku bisa sekalian terselesaikan.”

Pikiran apa yang tiba-tiba muncul ini? Setahuku dia memiliki skandal yang pemberitaannya sangat hebat di berbagai media. Apa itu masalahnya?? Memangnya bantuan seperti apa yang bisa dia lakukan yang sekaligus bisa menyelesaikan masalahnya?

”Aku bersedia membantumu dengan cara menikah denganmu” baiklah kali ini aku benar-benar sudah kehilangan akal sehat karena kata-katanya itu. Nafasku tercekat hebat. Apa yang dia katakan? Mungkinkah aku mengiyakannya.

”Hehh….” aku menghela nafas panjang. Baikkah saran Minho-ssi ini? Baikkah untukku?

Aku putuskan mengangguk, padahal otak dan hatiku bilang tidak. Tapi kenapa badanku membuatku mengangguk? Aigoo!!! Apa yang akan appa katakan nanti?

Aku melihat jam tanganku. Jam 12. Setengah jam lagi aku ada kuliah, aku harus bergegas. Tanpa mengharapkan Minho-ssi mengantarku, aku bergegas berlari. Tanpa menoleh sedikitpun kearahnya. Baru saja aku menaiki anak tangga ke-2, tangan Minho-ssi menangkap tanganku. Aku sedikit tergelincir, tapi aku bisa menjaga keseimbanganku.

”Biar aku antar” perfect. Hidupku akan sempurna mulai sekarang.

END Flashback

’baikkah saran Minho-ssi?’ ’Baikkah ini untukku?’ kata-kata itu berputar di memoriku. Aku sungguh menyesal memikirkan pertanyaan itu. Batinku sudah cukup sabar menjalani pernikahan ini. Aku tak sanggup.

”Kau ingin aku menghargaimu seperti apa lagi? AKU SUDAH CUKUP SABAR” kata-katanya itu membuat aku sadar dari lamunanku. Oh tidak, penyesalanku. Sudah hampir 4 bulan ini kami menikah, tapi… masyarakat diluar sana tidak ada yang menganggapnya. Orangtuanya pun bahkan tidak menganggap ini sebuah pernikahan. Semua orang berpikir bahwa ini hanyalah skandal. Hyerin, seharusnya aku tahu ini akan terjadi.

Sebenarnya, tak ada alasan bagiku untuk merasa cemburu begini. Tapi, apa salah kalau aku ingin dia sedikit memperhatikanku? Dia suami ku. Tapi dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama SHINee dan SM TOWN, dia bahkan tidak mempedulikanku yang lelah menunggunya hingga larut malam. (*** I-el)

I-el*** Minho POV

Jujur saja aku sudah lelah. Berulang kali dia minta cerai, berulang kali dia memintaku untuk ada bersamanya. Aku belum siap dengan semua keadaan ini. Aku, masih 23 tahun, karirku sedang ada dipuncak. Setidaknya, pernikahan kami membuat kontroversi antara aku dan Taemin sedikit dilupakan. AKU TIDAK BISA. Tidak bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan, yaitu menceraikannya. Itu akan membuat namaku semakin buruk, dan usahaku bertahan selama ini akan sia-sia saja. Kasihan SHINee, SM, mereka memutar otak untuk mencari jalan keluar dari kebodohanku ini.

Andai dia tau, setiap aku pulang kerumah ini, aku kembali terpikir tentang pilihan bodohku ini. Dan setiap kali aku memikirkannya, aku jadi frustasi. Apa dia tahu?

”Kau ingin aku menghargaimu seperti apa lagi? AKU SUDAH CUKUP SABAR” akhirnya aku membentaknya. Dia terkejut, sepertinya aku membuyarkan lamunannya. Hehh… disaat begini, apa yang dia pikirkan? Seakan dia memojokanku dengan berkata aku tidak menghargainya, tapi yang dia lakukan?

Aku, aku tidak pernah seemosi ini kepada siapapun. Kenapa? Padahal beberapa bulan yang lalu, saat pertama kali aku bertemu dengan Hyerin, aku tidak pernah merasa marah ataupun menemukan alasan yang bisa membuatku meledak-ledak. Tapi, yeoja ini seakan memiliki diriku dan merasa berhak atas hidupku. Aku tidak suka. Apa dia lupa alasan aku mau menikah dengannya??

Flashback

”Hyung, darimana saja. Kami semua menunggumu.” kata Taemin sambil menghampiriku yang baru saja tiba di tempat latihan. Aku menutupi nafasku yang terengah dari mereka. Tepatnya, aku tidak mau mereka tahu kalau lagi-lagi skandal antara aku dan Taemin sedang dibahas. ”Hyung, aku tahu kalau wartawan kembali mengejarmu.”

Aku lihat ada gurat keingintahuan diwajah mereka. Akhirnya aku mengangguk.

”Minho, sudah tahu kabar ini semakin parah, bisa tidak sih kau diam saja di asrama dan keluar kalau ada syuting saja?” Onew hyung menimpali. Aku melangkah ke arah mereka yang duduk di sudut kiri ruangan. Aku lihat ada bulir keringat di tubuh mereka, sepertinya aku  telat datang latihan lagi.

”Hari ini aku sial.” kataku akhirnya meruntuhkan keheningan. Member lain menatapku ingin tahu. Jonghyun hyung mendongakan kepalanya cepat, pertanda dia bertanya ’apa? Ceritakan!’, dan aku pun mulai bercerita.

”So what?” tanggapan Kibum setelah mendengar ceritaku, membuat nyaliku ciut. Apa mereka tidak ada rasa peduli?

”Aku hanya merasa cukup sial saja hari ini, Kibum”

”Aku tidak mau tahu tentang kesialanmu. Kalau kau tetap tidak mencari jalan keluar, biar SM yang carikan, dengan syarat ’Tidak ada komentar’.” seketika kami menoleh ke asal suara.

”Manager hyung?!” jantungku mau copot rasanya.

”Lagian kenapa tidak berhubungan dengan Sulli saja sih? Kan bisa beres” kata Manager hyung lagi. Arasho.. arasho, hyung. Masalahnya ini tidak semudah yang hyung bayangkan. Ditengah krisis seperti ini, mana ada yeoja yang mau merusak nama baik dan popularitasnya demi mengangkat nama baikku lagi? Mana ada?

”Aku sudah mencobanya, tapi dia tidak mau” jawabku lesu. Sebagai tanda kepeduliannya, hyung dan dongsaengku di SHINee mengelus-elus bahuku.

*          I-el       *

Pagi ini aku bangun dengan malasnya. Entah kenapa berita konyol ini semakin berat kupikul. Kalau dipikir-pikir sial sekali, ketika berita tentang keakrabanmu dengan seorang namdongsaengmu digembar-gemborkan sebagai hubungan terlarang yang tidak wajar, tapi kau harus disalahkan sendirian. Apa benar begitu? Apa benar jika harus aku seorang yang disalahkan? Taemin, bukannya sedikit menjaga jarak, malah justru semakin manja padaku.

”Minho hyung sudah selesai?” tanya Taemin sambil membuka pintu kamar tanpa mengetuk

”Ne.” jawabku singkat. Aku mengambil tas selempang dan berjalan keluar dorm. Hyungku sudah menunggu di mobil rupanya.

Selama diperjalanan, aku mencoba berpikir keras. Sangat keras. Aku tidak mau hal ini menghambat karir kami.

Mobil kami telah berada di depan pintu masuk gedung latihan kami. Ternyata awak media sudah lebih dulu datang daripada kami. Sudah pasti aku dan Taemin terhimpit oleh para wartawan yang mencoba membuat aku dan Taemin semakin terpojok saja. Dan semakin buruk saat Taemin tersandung kaki Jonghyun hyung. Gerak refleksku untuk menahannya justru membuat Taemin memelukku kuat-kuat. Hufh….

”Taemin-ssi, apa rasanya diselamatkan oleh Minho-ah?”

”Minho-ah, kabarnya orangtuamu tidak keberatan dengan berita ini. Apa tanggapan anda?”

”Onew-ah, apa tanggapan anda sebagai leader?”

”Taemin-ah, Minho-ah, apa kalian punya rencana untuk menikah di Belanda?”

Pertanyaan terakhir itu membuatku muak. Sampai sebegitu parahnyakah tanggapan mereka tentang kedekatan kami? Apa kami terlihat seperti pasangan yang wajar?! Tidak ada satupun pertanyaan yang kami jawab, karena pertanyaan itu tidak penting untuk direspon.

Di ruang kantor Maneger hyung…

BRAKKKK…..

Suara hantaman tangan Manager hyung ke meja menimbulkan suara yang membuat kami berlima melonjak.

”Sekarang bagaimana? Kontrak kalian mau kami batalkan semua, HAHH?!!”

Sial, keadaan ini sudah benar-benar gawat. ”Kenapa kau masih keras kepala, Minho? Kenapa kau tidak mau menurut saja pada kami? Kau hanya tinggal berakting saja, kami sudah siapkan skenario yang sangat bagus untukmu”

”Hehh….” aku menghela nafas. Kenapa lagi-lagi saran itu lagi? Apa iya aku harus melakukannya? Aku menginginkan pernikahanku dengan Sulli bukan sandiwara. Kenapa dia terima tawaran skenario hidup palsu ini dengan mudah, sedangkan permintaanku untuk benar-benar menjalani hubungan tidak digubrisnya?!

”Minho, terima saja. Ini demi memulihkan semuanya kok. Selanjutnya terserah kamu.” kata Onew hyung dengan nada pasrah. Ini pertama kalinya dia terlihat tidak tegas. Knp mudah sekali dia ucapkan kata itu? Tiba-tiba, aku teringat dengan yeoja itu. Aku teringat dengan semua ceritanya yang mungkin bisa membantuku seandainya aku menolongnya. Haduh, tapi kenapa harus dia sih? Ini harapan terakhir SHINee. Tentu saja.

”Anio” aku yakin kata-kataku tadi mengagetkan mereka. Akupun melanjutkan kalimatku secepatnya, ”Aku punya jalan keluar sendiri dan kumohon terimalah.” segera sesudah aku mengatakan itu, aku berlari keluar gedung SM. Beruntung para wartawan sudah pergi. Sebelum aku keluar tadi, aku meminta kunci mobil milik  Onew hyung yang dititip di lapangan parkir gedung,. Aku mengarahkan mobil menuju jurang tempat aku bertemu dengan yeoja yang aku temui kemarin.

*          I-el       *

Aku mendengar derapan kaki dari jalan raya diatasku. Mungkinkah yeoja itu jatuh lagi? Kalau iya, mungkin Tuhan memang mengirimkannya sebagai malaikat penyelesai masalahku dengan cara seperti ini.

”HAPP!!” seketika kutangkap dia. Beruntung tadi aku mendongakkan kepalaku ke atas untuk meamstikan. ”Kau ini suka sekali terjun, ya?” kataku pada yeoja yang kutangkap ini sambil menyeringai.

”Minho-ssi?!!” ekspresinya menggambarkan kalau dia benar-benar kaget setengah mati. Dia menggeliat, memaksaku menurunkannya dari gendonganku.

”Sekarang apa lagi? Apa alasan yang sama membuatmu kembali jatuh?” aku harap nada pertanyaanku dianggap sebagai nada yang peduli. Aku harap dia tidak tahu bahwa aku tidak sungguh-sungguh menayakan itu. Ini demi keberhasilan rencanaku.

”….” dia mengangguk dengan wajah yang begitu polos padahal dia sudah kuliah, kurasa. Dia mengikutiku duduk di atas rumput, aku menoleh ke arah sungai yang masih jernih, sebisa mungkin aku jaga mataku agar tidak menoleh ke arahnya.

”Ngomong-ngomong siapa namamu?” kataku tiba-tiba.

”Joneun Hyeriniyeyo” dia mencoba menahan senyum.

”Aku juga punya masalah.” kataku mengagetkannya lagi. Aku mengambil nafas dan mulai berbicara lagi. ”Aku ingin membantu masalahmu karena kupikir masalahku bisa sekalian terselesaikan.”

Semoga dia tidak mempermasalahkan tentang skandal burukku. Jangan-jangan dia jadi tidak bisa menolongku, padahal aku sudah berjanji pada SHINee dan Manager hyung untuk menyelesaikan masalahku sendiri dan tidak akan pernah melibatkan karir.

” Aku bersedia membantumu dengan cara menikah denganmu” baiklah ini adalah tawaran terbodoh yang pernah aku ucapkan. Padahal baru seminggu yang lalu aku mengucapkan kata yang bermakna sama pada Sulli, tapi respon Sulli yang datar dan terkesan menyepelekan seakan meruntuhkan karismaku dihadapannya.

”Hehh….” aku dengar yeoja disampingku ini menghela nafas panjang. Kumohon bantulah aku. Ia mengangguk, aku ingin loncat kegirangan karena jalan keluar yang aku pikirkan akan berjalan sebentar lagi. Dia melirik ke arah jam tangannya, sepertinya dia hendak pergi kesuatu tempat. Ia bergegas berlari tanpa menoleh sedikitpun kearahku. Baru saja dia menaiki anak tangga ke-2, tanganku berhasil menangkap tangannya.

”Biar aku antar” kataku menawarkan. Tapi tawaran ini tidak lebih dari sekedar penyempurna rencanaku. Ya, rencana yang terselubung dan takkan pernah aku beritahukan alasannya.

END Flashback

Aku bukan tipe orang yang tempramental, jadi aku tidak begitu suka marah, berteriak, apalagi tega membentak seorang yeoja.

BRAKKK….

Akhirnya aku banting pintu kamar dan merebahkan tubuhku dengan rileks dikasur. Aku tidak mau melihat wajahnya, jadi tanpa basa-basi bantingan pintuku tadi akan membuatnya tidur di sofa ruang tamu.

Sowoneul Malhaebwa…..

Baru beberapa menit akan terlelap, handphoneku berbunyi. Aku baca sms yang ternyata dikirim oleh Onew hyung.

From : Onew hyung

Minho, besok kau diminta Manager hyung ke kantor. O  ya, jangan lupa bawa Hyerin-ah serta. Ada yang mau dia bahas dengan Hyerin.

Ring Ding Dong~ Ring Ding Dong Ring~ Diggi Ding Diggi Ding Ding Ding Ding

Tak lama berselang, handphoneku berbunyi lagi, ternyata dari Onew hyung. Ada apa dia menelepon malam-malam begini?!

”Yeoboseoyo?” (*** I-el)

I-el*** Onew POV

Hari ini Minho tidak latihan lagi. Sebelum pulang Manager hyung memintaku menghubunginya. Aku ketik sms agak lama, berusaha memilih kata-kata yang enak dibaca karena aku yakin Minho dan Hyerin pasti bertengkar lagi.

Minho, besok kau diminta Manager hyung ke kantor. O  ya, jangan lupa bawa Hyerin-ah serta. Ada yang mau dia bahas dengan Hyerin.

Minho terima pesanku tidak, ya? Ahh, lebih baik ku telepon saja. Aku arahkan keypad handphoneku ke arah namanya.

SHINee-Minho

”Yeoboseoyo?” ini suaranya. Dia belum tidur rupanya. ”Gwencana, hyung?”

”A-ahh… Gwencanayo. Aku hanya ingin memastikan apa smsku sampai?”

”Oh, sudah.” nada jawaban Minho menunjukan kalau dia habis bertengkar dengan istrinya yang belum lama ini dia nikahi. ”Hyung, apa Hyerin juga harus ikut?”

”Ne” aku jawab sambil mengangguk, padahal mana mungkin dia melihat anggukanku. ”Sudahlah, turuti saja.”

”Hehh…” aku dengar dia menghela nafas. Akhir-akhir ini Minho selalu begitu. Mungkin itu caranya melepas beban yang semakin berat.

”Baiklah. Lanjutkan istirahatmu!” aku mengakhiri teleponnya.

Aku memandang ke sekeliling kamar dorm ini. Semakin sepi tanpa seorang Minho di tempat tidurnya yang berada di bawah Key. Aku tidak bisa tidur. Aku masih menyesali diriku, kenapa aku tidak bisa jadi leader yang bijaksana saat itu? Kenapa harus Minho yang menanggung ini semua?

Flashback

Di ruang latihan….

”Baiklah, sekarang darimana lagi?” tanyaku saat aku lihat Minho membuka knop pintu dan masuk begitu saja dengan mengendap-endap. Dia kaget karena tertangkap basah.

”A-aku…” dia gugup, ”Aku habis menyelesaikan masalah yang kalian mau selesaikan. Aku melakukannya dengan caraku sendiri.”

”Bagaimana caranya?” tanya Key sambil mematikan tape recorder yang memutar lagu terbaru kami.

”Nanti saja di dorm aku jelaskan. Sekarang kita latihan dulu.”

*          I-el       *

”APAAA???” aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang Minho pikirkan. Dia menolak cara penyelesaian yang diusulkan Maneger hyung, tapi dia juga memilih cara yang sama untuk menyelesaikan masalah yang rumit ini. ”Minho, kalau kau memang berpikir bahwa menikah adalah cara yang paling tepat, lakukanlah itu dengan Sulli. Bukannya dengan orang biasa. Itu tidak akan membantu, Minho.”

”Hyung, jujur ya aku ingin Sulli menjadi istriku seutuhnya, bukan istri bohongan untuk menghapus skandal terkutuk ini.”

”Hyung, kau bilang apa? Skandal terkutuk? Aku juga bagian dari skandal ini. Kau…” Taemin yang baru selesai mandi, mendengarkan percakapan kami dikamar. Taemin pergi keluar karena hatinya sakit. Sudah pasti Minho mengejarnya ke arah dapur.

”Taemin.. Taemin, hyung tidak bermaksud begitu. Hanya saja….” Minho berusaha menjelaskan. ”Hanya saja, ini terlalu berat, Taemin. Tahukah kau, selain ini, masalah percintaanku juga sudah cukup sukses membuatku stres.” kata-kata Minho itu membuat Taemin sedikit tergubris. Dia menghampiri Minho yang duduk bersandar di sofa, menatap kosong layar TV.

”Hyung, sorry.” Taemin berusaha tersenyum. Minho hanya menanggapinya dengan senyum simpul.

”Lalu sekarang bagaimana?” tanya Jonghyun.

”Emm… aku tadi baru saja bertemu dengan appanya Hyerin, yeoja yang akan kujadikan tameng itu. Appanya langsung setuju. Tadi aku benar-benar diceramahi, hyung. Dan yang paling membuatku syok, appanya meminta pernikahan ini diadakan minggu depan. Sekarang, keluarga Hyerin sudah mencetak undangan.

”HAHH??!” lagi-lagi reaksi kami menunjukan ketidakpercayaan atas penyataan Minho itu. Aku tertegun menelan ludah yang pahit ini.

”How can, Minho?” tanya Key terlihat begitu prihatin.

“Kan sudah kubilang, appa dari yeoja ini memang ingin sekali menikahkan anaknya cepat-cepat. Jadi, semua sudah dipesan. Mulai dari gereja, baju pengantin, katering, bahkan rumah untuk kami tinggali.” Minho menjawab pertanyaan Key dengan wajah yang tidak bersemangat. ”Aku pikir entah beliau gila atau apa, tapi tadi dia hanya minta aku untuk sungguh-sungguh menjaga putri satu-satunya itu. Padahal dalam hati, aku hanya ingin memanfaatkan keputusasaan yeoja itu dengan target appanya. Semua demi SHINee.”

Kata-kata Minho yang terakhir itu sungguh mengoyak batinku. Aku memeluknya dan berdoa agar semua baik-baik saja.

*          I-el       *

”Minho, kau yakin tidak memberitahu orangtuamu?” tanyaku sambil melongok ke kursi belakang, tempat Minho duduk dengan stelan jas putih yang mewah. Dia terlihat makin tampan.

”Sudahlah, hyung. Aku yang akan bertanggung jawab.” nada bicara itu membuatku semakin merasa terpuruk dengan rasa bersalah. Padahal aku adalah leadernya. ”Gomawo, hyung sudah mau menjadi waliku.” kali ini dia tersenyum tulus.

”Cheonmaneyo.” kataku sambil kembali fokus untuk menyetir. Di mobil ini kami hanya berdua. Key, Jonghyun, dan Taemin sudah berada di gereja lebih dulu. SM Town serta Maneger masing-masing ikut memenuhi undangan pernikahan Minho dan Hyerin ini, tak lupa Manager hyung kami mengundang beberapa wartawan terpercaya yang sudah bekerja sama dengan SM sekian tahun lamanya, demi pemberitaan yang baik-baik dan pengembalian nama baik SHINee, yang tercoreng oleh 1 berita konyol sejak beberapa bulan lalu yang dimuat di sebuah koran gadungan yang begitu membenci SM dan popularitas SHINee yang semakin gemilang.

Mobil yang kami kendarai tiba tepat saat lonceng gereja berkumandang. Dengan cepat, aku dan Minho menaiki anak tangganya dan bergegas menuju pintu masuk gereja yang ada di sebelah kiri bangunan, karena pintu besar yang ada di depan bangunan akan dipakai sebagai jalur masuk mempelai wanita.

Pintu besar gereja terbuka, para undangan langsung menoleh ke arah kedatangan mempelai wanita yang berjalan di atas karpet merah ditemani ayahnya. Aku mencolek pinggang Minho agar dia sedikit menoleh ke arah Hyerin. Hei, Hyerin punya wajah yang cukup manis juga. Pendeta juga sudah naik ke altar, dan waktunya para mempelai bersiap mengikrarkan janji suci pernikahan. Aku lihat Minho malah memperhatikan bangku undangan, dimana Sulli duduk diantara para undangan yang lainnya.

“Saudara Choi Minho, apakah anda bersedia menikah dengan saudari Ji Hyerin, menjaganya sebagai seorang suami dan sehidup-semati bersamanya?” kata pendeta.

“Sa- saya bersedia” aduh Minho, kenapa jawabnya gugup begitu?

“Saudari Ji Hyerin, apakah anda bersedia menikah dengan saudara Choi Minho, melayaninya sebagai seorang istri dan sehidup-semati bersamanya?” kata pendeta lagi

“Saya bersedia.” Hyerin menjawab dengan tenang dan mantap.

“Baiklah, mari kita berdoa agar pernikahan ini diberkati dan Tuhan senantiasa hadir dalam kehidupan pernikahan kedua mempelai mulai hari ini dan selama-lamanya.” Kata Pendeta memberikan instruksi. Seluruh hadirin yang datang dalam gereja ini segera menunduk, melipat tangan dan berdoa. Setelah itu, Hyerin-ah dan Minho saling melingkarkan cincin pernikahan di jari manis mereka. Aku tahu, Minho pasti tidak menginginkan hari ini terjadi sebenarnya, tapi karena dia merasa bertanggung jawab atas kejadian ini, dia melakukannya. Minho mianhaeyo.

Acara berlanjut dengan pelemparan bunga, dan dengan sangat tidak diduga-duga, Sulli yang mendapatkan karangan bunganya. Wajah Minho makin terlihat terpuruk sementara Hyerin tampak innocent karena Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Keesokan harinya, koran daily yang SM sewa menampilkan artikel utama dengan judul ”PERNIKAHAN CHOI MINHO SHINee, DIA TIDAK HOMO”. Judul itu, memang mengubah pandangan semua masyarakat. Skandal konyol itu lambat laun dilupakan dan SHINee kembali aman seperti dulu.

END Flashback

Aku menarik rambutku sekuat yang aku mampu, aku benar-benar ingin berteriak tapi hal itu akan membuat member yang lain akan terbangun. Aku mencoba membaringkan tubuhku lagi. Kutarik selimutku hingga menutupi kepala. Aku ingin melupakan semuanya, tapi tak bisa. Semuanya sudah keburu rusak, dan terlalu terlambat untuk diperbaiki dengan segera.

*          I-el       *

I-el*** Minho POV

Aku terbangun karena mendengar suara ribut dari dapur, lagipula bau masakan ini membuatku sadar bahwa semalam aku tidak makan, padahal makanan bagianku sudah terhidang di meja makan. Aku mencoba menghampiri dapur dan kulihat Hyerin sedang sibuk mencuci perlatan masak yang Ia gunakan.

Ia menoleh ke arahku dan segera menaruh nasi kedalam mangkuk yang biasa kugunakan. Ia meletakannya hati-hati hingga tak ada suara sekecil apapun yang bisa kudengar dan dia kembali lagi membersihkan rumah. Aku tahu dia sedang menghindar, tapi tak apalah itu lebih baik daripada selera makanku terganggu karena kehadirannya.

Setelah mengelap meja tamu, membersihkan karpet dengan vacuum cleaner aku lihat dia masuk ke kamar dan mandi. 20 menit kemudian aku sudah tidak mendengar suara shower dari dalam kamar mandi. Akupun masuk ke kamarku dan bergegas menuju kamar mandi dengan meninggalkan piring dan mangkuk kotor di meja makan. Aku biarkan begitu saja, karena membersihkan peralatan makan bukanlah tugasku.

Selesai mandi, aku lihat dia memakai krim diwajahnya dan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Tumben sekali dia melakukan hal yang jarang kulihat ini? Sambil mengambil baju dari lemari, aku berusaha menyampaikan pesan Onew hyung semalam.

”Hei, semalam Onew hyung bilang padaku kalau kau diminta Manager hyung bertemu dengannya. Kau bersedia memenuhi panggilan itu?” aku sedang mengkancing kemeja garis-garisku.

”Hehh…” ada helaan nafas panjang dari hidungnya yang mancung. ”Aku dengar semalam Minho-ssi”

Jadi semalam dia belum tidur? Pantas saja sekarang matanya berkantung. Berarti suara sesenggukan semalam yang kudengar bukan berasal dari hantu rumah ini, tapi dari yeoja ini.

Aku melajukan mobil secepat mungkin ke kantor SM, aku tidak mau dibunuh Manager hyung karena terlambat. Dan 45 menit kemudian, kami sampai. Aku menoleh ke arah yeoja yang duduk disebelahku, dia masih tertidur sejak 5 menit setelah mobil ini keluar dari bagasi. Baru saja aku akan membangunkannya, dia sudah membuka matanya. Dia keluar dari mobil tanpa menoleh ke arahku sedikitpun.

Baru saja di depan pintu masuk kantor SM, kami sudah disambut oleh Manager hyung, Onew hyung, Jonghyun hyung, Kibum dan Taemin. Dan aku juga lihat ada sosok Sulli di dekat Manager hyung.

”Oppa..” panggil Sulli dengan nada manja. Tumben sekali dia bersikap seperti ini? Apa sekarang dia merasa kehilangan yang cukup dalam setelah pernikahanku? Baguslah kalau begitu.

“Ne, Sulli. Mwo?” kataku menaggapi

“Ayo, ikut aku!” kata Sulli sambil menarik pergelangan tanganku menuju ke kantin. Aku tidak kuasa menolak yeoja yang kucintai sesungguhnya ini. Aku menangkap goresan kekecewaan di wajah Hyerin. Yeoja yang tidak pernah kupanggil namanya itu dengan mulutku karena aku bersumpah hanya Sullilah yang akan kupanggil dengan namanya sampai kapanpun.

“Sudahlah Hyerin, mari ikut kami ke ruangan Manager hyung.” Onew hyung mengajaknya pergi. Aku tahu dia melakukan itu karena ada rasa bersalah dan penyesalan yang dalam.

Aku penasaran dengan apa yang Manager hyung akan katakan pada Hyerin selama hampir 30 menit ini. Tapi, aku tidak bisa kesana karena ada Sulli yang lebih kubutuhkan di hadapanku sekarang ini.

”Oppa…” lagi-lagi Sulli memanggilku dengan nada manja.

”Ne?”

”Oppa mau ikut pesta SM Town di tempat karaoke biasa, kan?” dia menawariku sebuah pesta. Tanpa pikir panjang aku mengangguk. Tiba-tiba Sulli berdiri dari bangkunya dan menghampiriku.

Chu~

Dia mengecup pipiku yang dekat dengan sudut bibirku. Tapi kenapa hanya di pipi? Tidak sekalian saja di bibirku? (*** I-el)

***

TBC ^^

2010  ©SF3SI

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

89 thoughts on “Half Married – Part 1”

  1. seru nih. dia yg minta untuk jd istrinya (walaupun pura2), tp dia juga yg nyakitin..
    menguntungkan satu pihak ini namanya… 😀

    next part…

  2. aduh duh~ benci minho!!!! *terasa hyerin* #plakk,

    aku sesak baca ff ini~ demi apa pun aku cuman tega liat minho digandingkan sma oc’s! ga sma artist! ga tau knpa, tapi ga tega ajah! ga suka!! kayaknya seru nih~

    fly ke next part ❤

  3. keren ini thor~ masalahnya rumit ya -_- Aku baru ngeh kalo Minho suka sama Sulli pas bagian akhir itu haha *plak
    Lanjut ke part 2 🙂

  4. wah, namdongsaengku yg biasanya punya manner lembut bs bikin gondok jg ya…… bener2 nyolot, nih, kelakuannya, si Minho… itu lg, si Sulli, pake gelayutan sm Minho.

    Author mesti bikin Minho cinta ama Hyerin n nyesel, yah…. janji….
    habis, nyesek nih, bacanya….. kasihan tingkat tinggi sm hyerin.

  5. Aku ketawa, waktu baca “태민 keluar karena hatinya sakit”. Gak tau kenapa, lsg bayangin film2 India, yang 태민 lari dg pose. #aah…
    Lanjut part ²! 😀

  6. Seru ^^
    hiburan banget~ dulu aku kayanya pernah baca ff ini, tapi ngga tau deh…..

    Hyerinnnn~ malangnya nasibmu
    Ituu appanya hyerin main stuju akmja sih .-. Coba kl gl stuju, hyerin gak bkal kek gini

  7. annyeong reader baru nih aku ^^

    minho oppa jahat banget sih … rasanya nyelekit banget di hati 😦

    keep writing thor n fighting ^^9

    salam kenal ya…

    1. Salam kenal ^_^ Joneun Ji i-elimnida
      Well, semua author baik yg main author ataupun freelance semuanya berawal dr new reader, jd jgn sungkan utk ttp baca f an mncoba mengirimkan karyamu 🙂

      Untk smentara, aku hiatus krn brhubungan dgn kuliah.. 1 thn sbuk praktek, 1 thn sbuk skripsi, dan thn ini sbuk laporan dr praktek 1 thn tambahan tuntutan dr pemerintah. Smoga aku cpet comeback. Thanks for ur comment, cz comment is like oxygen ^_^

  8. kalo minho cuma mw nutupin skandal knp cari yeoja lain aja..drpd nikah dgn hyerin cuma pengen status..kasian kn hyerin..huhuhu..

Leave a reply to lusyelf Cancel reply