Songsaengnim, I Love You

Songsaengnim, I Love You

Title                 : Songsaengnim, I Love You

Author             : Han Aikyung

Length             : Oneshot

Genre              : Romance,

Cast                 : Kwon Eunsu, Lee Jinki

PG                    : NC 17 (Jangan baca yg blom 17, awas lho!!!)

Disclaimer       : Kwon Eunsu saya yang bikin, Lee Jinki udah ada dari sononya, tapi saya mengakui bahwa keduanya milik saya, kekekeke… ^_^

NB                   : Maafkan author sebelumnya yang seenak jidat bikin FF baru tapi FF yang Dugeun Dugeun belum selesai. Author berjanji akan menyelesaikan si Dugeun Dugeun ini sebentar lagi, moga-moga tinggal 1 chapter lagi. Hehehe.

Nikmati aja dulu FF yang ini ya, hehehe.

Oh iya satu lagi, mungkin ada yang sudah pernah membaca cerita macam ini. Karena ku memang mengambil sedikit plotnya dari sebuah komik.

Enjoy please…

SUPER NB        : Comment loh, yang ga comment namanya dzholim, kekeke…

HOY! ANAK KECIL CLICK BACK! =.=”

—Author POV—

“Hei, Eunsu, mau kemana kamu?”

“Mau mencuci tangan, Pak,” jawab Eunsu. Mereka baru saja makan ayam yang dipesan lewat delivery. Karena makannya menggunakan tangan, tangan Eunsu belepotan.

PLETAK

Tangan seorang namja dengan dukses menjitak kepala Eunsu.

“Apa sih? Jitak-jitak seenaknya, jangan sok karena kau lebih tua ya!” Eunsu memegang kepala bekas jitakan namja tadi dengan kedua tangannya. Bibirnya mengkerut dan tatapan matanya marah.

“Maaf-maaf. Tapi aku kan sudah bilang, jika kita berdua saja jangan panggil Pak. Apalagi panggil Pak guru,” jawab namja itu sambil tersenyum minta maaf.

“Oke, aku tidak akan memanggil Pak guru, tapi aku juga tidak sudi memanggilmu Oppa. Akan ku panggil kau Jinki, arachi?” kata Eunsu sombong.

“Tapi,” tambahnya. ”Aku tidak akan memaafkanmu jika kau tidak melakukan sesuatu untukku.”

“Apa itu?” Jinki bertanya sambil memasang wajah polosnya.

“Menciumku,” kata Eunsu dengan suara kecil dan wajah merah.

Apa-apaan ini? Aku yang memintanya? Bukan inisiatif si Jinki bebal ini sendiri? Mana harga dirimu Eunsu?’ pikir Eunsu.

Jinki yang mendengar jawaban Eunsu langsung menyingkirkan senyumnya. Telinganya memerah. Dia terdiam beberapa lama.

“Err… Lupakan saja,” kata Eunsu sambil berbalik. Dia berniat melanjutkan perjalanannya ke kamar mandi untuk mencuci tangan tadi. Namun dia terhenti karena seseorang memegang tangannya. Jinki.

Jantung Eunsu berdebar saat Jinki menempelkan tubuh Eunsu ke dinding. Tangan kanan Jinki memblokir bagian kiri Eunsu dan tangan kirinya masih memegang tangan kanan Eunsu. Awalnya Eunsu malu dan menunduk, memandang tulisan “Odd” di dada Jinki. Namun, karena dia yang telah meminta Jinki melakukan ini, dia memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menatap Jinki. Ekspresi Jinki tidak bisa ditebak. Entah dia sedang memikirkan apa, yang pasti Eunsu melihat telinga Jinki sangat merah. Jinki melepaskan kacamatanya dan menaruhnya di saku kemejanya. Eunsu memejamkan matanya demi melihat wajah Jinki yang semakin mendekat.

Akhirnya bibir mereka bertemu. Hanya bertemu saja sudah membuat mereka menahan napas selama beberapa detik. Jinki menarik bibirnya. Membiarkan dirinya dan Eunsu bernapas kembali. Debaran jantung Eunsu kencang sekali, membuatnya sulit untuk mengatur napasnya yang tadi terhenti. Kemudian dia merasakan kembali sapuan bibir Jinki di bibirnya. Bibir Jinki agak basah, tapi lembut dan hangat. Kehangatan itu menjalar ke sekujur tubuh Eunsu. Selama beberapa menit mereka seperti itu, namun secara tiba-tiba Jinki menarik bibirnya. Dia melepaskan Eunsu dan menarik tangannya dari tembok.

“Aku pulang dulu,” kata Jinki menggunakan kembali kacamatanya. Dia beranjak ke sofa dan mengambil ransel dan jaketnya kemudian berjalan ke arah pintu dan menutupnya.

Eunsu yang masih dalam posisinya yang tadi menatap kosong ke arah Jinki menghilang tadi. Ciuman pertamanya meninggalkan kesan yang tidak menyenangkan.

Setelah kejadian di apartemen Eunsu 3 hari yang lalu, Jinki tidak pernah menghubunginya lagi. Eunsu ragu untuk menghubungi Jinki duluan. Dia merasa rindu kepada Jinki, tapi gengsinya masih lebih besar. Yang membuat kejadian kemarin tidak menyenangkan kan Jinki, bukan dirinya. Kenapa harus dia yang menghubungi Jinki duluan? Seharusnya Jinki yang minta maaf pada Eunsu.

Tapi hari ini adalah Rabu, Eunsu mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris hari ini. Dan gurunya siapa lagi kalau bukan Jinki. Eunsu sungguh tidak tahu apa yang akan dilakukannya saat melihat Jinki nanti. Itu adalah saat pertama kalinya mereka bertemu secara sadar setelah kejadian di apartemen itu. Biasanya Eunsu selalu menghindari berpapasan dengn Jinki sehingga selalu bersembunyi saat bertemu dengannya.

Detik demi detik, menit demi menit berlalu dan Jinki belum juga masuk ke kelas untuk mengajar.

“Pak guru Jinki kemana sih?” Tanya Jiyoung pada dirinya sendiri. Beberapa murid yang lain juga bertanya-tanya kemana perginya Jinki.

Teman-teman Eunsu tidak ada yang tahu hubungan Eunsu dan Jinki. Mereka memang merahasiakannya. Karena jika sampai ketahuan mereka berdua akan dikeluarkan dari sekolah. Murid dan guru dilarang berpacaran, karena tentunya akan mengganggu system pembelajaran sekolah.

Sudah 1,5 tahun mereka berpacaran, sejak Eunsu duduk di bangku kelas 2 SMA. Dan sekarang Eunsu sudah berada di masa-masa terakhirnya di SMA. Sejak pertama pacaran dengan Jinki, tidak pernah ada skinship sama sekali. Paling maksimal hanya pegangan tangan. Itu juga karena terpaksa, karena waktu itu mereka menaiki kereta listrik yang padat. Jinki terpaksa harus memegang tangan Eunsu agar tidak kehilangannya. Jinki pernah berkata, bahwa hubungan mereka sangat terlarang. Siapapun pasti tidak akan pernah mengijinkan hubungan seperti ini, baik teman-teman Eunsu, para guru-guru, bahkan orangtua Eunsu pun pasti akan menolaknya. Maka dari itu, Jinki berkata bahwa untuk saat ini hingga Eunsu lulus Jinki akan menganggapnya seperti adik perempuannya saja. Tidak lebih. Karena itu, kejadian di apartemen Eunsu 2 hari yang lalu adalah ciuman pertama mereka. Pertama kalinya Jinki memperlakukan Eunsu sebagai yeojachingu-nya, bukan seorang adik.

Lamunan Eunsu tiba-tiba terpecah mendengar Jiyoung memanggil-manggil namanya,

“Heh, Kwon Eunsu, jangan bengong saja, Pak Jinki sudah datang!”

Eunsu langsung menatap ke arah namja yang dimaksud itu. Dia sangat keren hari ini menggunakan kemeja berwarna hijau muda dan semi-jas berwarna toska. Selama pelajaran berlangsung, Eunsu selalu mencari-cari mata Jinki. Tetapi Jinki selalu menghindari tatapan mata Eunsu dan melihat ke arah lain.

“Hhh, saranghae Jinki…” katanya sepelan mungkin hingga Jiyoung tidak bisa mendengarnya.

Pelajaran Bahasa Inggris selesai, menandakan selesainya sekolah hari ini. Murid-murid yang kesenangan karena sekolah sudah berakhirpun berlarian keluar sekolah. Namun tidak begitu saja Jinki mengijinkan semua anak di kelasnya keluar. Dia membutuhkan bantuan beberapa murid untuk membawa buku-buku tugas ke ruangannya. Karena itu dia meminta Eunsu, Jiyoung, Jihoo, Heena, dan Chris membantunya.

—Eunsu POV—

“Terima kasih ya sudah mau membantuku membawa buku-buku ini,” kata Jinki kepada 5 muridnya tadi.

“Tenang saja, Pak. Mau disuruh sekeras apapun aku tetap akan melakukan apa yang diperintahkan Pak Jinki,” kata Heena genit.

“Wah, kamu bisa saja, Heena. Mau ditambah berapa poin nilaimu?” kekeh Jinki. Jinki memang guru favorit di sekolahan itu. Terang saja, dengan wajah tampan dan ramah seperti itu siapa yang tidak luluh? Banyak murid yeoja yang berusaha untuk mendapatkan guru ganteng ini walaupun taruhannya dikeluarkan dari sekolah jika ketahuan. Namun sayang sekali dia sudah menjadi milik Eunsu. Makanya Jinki selalu menolak perasaan murid-muridnya dengan alasan guru dan murid tidak boleh berpacaran.

Eh? Kenapa Jinki tidak berkata bahwa dia sudah punya yeojachingu? Kenapa dia malah berkata dengan alasan yang sama seperti yang selalu diingatkannya kepadaku? Sepertinya dia memang tidak mencintaiku sebagaimana aku terlalu mencintainya. Jinki, kau kejam sekali!

Ternyata Jinki tidak hanya menyuruh kelima muridnya untuk membawakan buku saja. Karena keempat murid lain menawarkan bantuan lain, akhirnya Jinki memutuskan untuk menyuruh mereka memisahkan kertas ujian anak kelas 1. Selama mengerjakan hal itu, 2 namja dan 3 yeoja itu bercanda-canda dengan riang. Terkadang Jinki menjitak kepala Heena yang memang selalu genit padanya. Aku hanya bekerja sambil melirik sesekali ke arah Jinki. Jinki seperti menikmati bercanda dengan Heena. Huh, aku tidak suka.

Pekerjaan itu selesai di sore hari. Sebenarnya bukan pekerjaan yang sulit, namun karena kami sering bercanda pekerjaan ini selesainya lama. Tepatnya mereka, bukan kami. Karena aku sangat tidak nyaman berada di sana tadi dan tidak ikut bercanda tawa bersama mereka.

Heena meminta ijin pulang dengan genit seperti biasa kepada Jinki. Jinki malah menerimanya dengan genit pula, melambaikan tangannya suka cita. Apa-apaan ini? Yang yeojachingunya itu aku atau Heena sih?

Dengan marah aku berjalan duluan ke pintu, namun suara Jinki yang memanggilku menghentikan langkahku.

—Jinki POV—

“Kwon Eunsu, aku perlu bicara padamu. Ini mengenai nilai ujian Bahasa Inggris-mu yang lalu,” kataku pada Eunsu yang sudah mencapai pintu. Aku sangat mengenai sifat cemburuannya yang seperti itu. Kejadian seperti ini seringkali terjadi.

Dia berhenti dan memasang wajah marahnya padaku sementara keempat temannya meminta izin pulang. Setelah mereka semua menghilang, Jinki berbalik dan mengambil 2 helai kertas ujian yang dimaksudnya tadi.

“Ada apa denganmu? Bukankah selama ini kau tidak pernah bermasalah dengan grammar? Tapi, grammar-mu di ujian yang ini payah sekali,” kataku jujur.

Nampaknya Eunsu menolak membicarakan perihal ini karena dia berkata,

“Senang ya bermain-main dengan murid0murid yeoja mu tadi? Kenapa kau harus mengajakku untuk membantumu juga? Tahu tidak? Aku sudah merasa seperti bukang yeojachingumu! Heena-lah yang yeojachingumu!” bentak Eunsu.

Aku menoleh ke arahnya dan mengerjapkan mataku, berani sekali dia membentakku seperti itu. Tetapi tidak apa, dia masih labil. Wajar jika seorang yeoja yang masih kecil begini marah-marah tidak jelas padaku.

“Apa yang kau bicarakan Eunsu?” tanyaku sambil kembali memperhatikan kertasn ujian Eunsu.

“Kau jangan pura-pura tidak tahu! Aku cemburu tahu!” Eunsu menggebrakan tangannya di meja dekat tempatnya berdiri.

“Sudahlah, kita jangan bahas masalah kita lagi,” aku mengatakannya sedingin mungkin. Sebenarnya aku mempunyai alasan mengapa aku menahannya untuk pulang saat ini. Ada yang ingin aku bicarakan.

“Kau menyebalkan sekali Lee Jinki!!!” suara Eunsu melengking tinggi saking kesalnya.

Aku menatapnya dengan pandangan marah. Apa maunya sih anak ini? Ya sudahlah, aku katakana saja yang terpendam di otakku sejak 3 hari yang lalu.

“Dengar ya, aku ingin kita putus saja,” kataku menatap wajah Eunsu yang langsung berubah kaget. Mukanya merah karena marah, dan telingaku juga merah karena marah.

“Apa maksudmu?” suara Eunsu mengecil menahan tangis.

“Akan aku katakan beberapa kalipun sampai kau mengerti, AKU INGIN KITA PUTUS SAJA,” kataku sekejam mungkin. Sebenarnya hatiku sakit mengatakan hal ini, namun aku harus melakukannya. Eunsu mulai melangkah mendekatiku dengan air mata yang sudah hampir jatuh dari sudut matanya. Aku tidak berani melihatnya, dan malah menatap kertas ujian Eunsu.

Namun Eunsu menarik kertas itu dan melemparnya ke atas. Aku yang kaget melihatnya melakukan itu tambah kaget lagi ketika dia menarik lepas kacamataku.

“Hey, Eunsu, kau…” kata-kataku terpotong karena Eunsu menempelkan bibirnya ke mulutku. Dan…

BRUK

Kami berdua jatuh terduduk ke lantai. Aku duduk menempel pada dinding, sedangkan Eunsu melingkarkan tangannya di pundakku. Dia berdiri pada lututnya membuat kepalanya lebih tinggi daripadaku. Kami terjatuh tepat pada saat beberapa murid baru saja hendak pulang di balik dinding sana. Eunsu melumat habis bibirku selama beberapa saat dengan bibirnya yang basah karena menangis. Tidak tahan menunggu Eunsu yang tidak kunjung melepaskan bibirnya dari milikku, aku pun membalas ciuman itu. Apa yang telah kulakukan itu membuat ciuman kami berubah menjadi ciuman panas yang memburu. Desahan napas yang tertahan begitu berat dan dalam. Tanpa pikir panjang aku merengkuh tubuh mungil Eunsu dan memindahkan bibirku ke lehernya. Aku menyesap lehernya beberapa kali membuat Eunsu memekik tertahan.

“Mmhh,”

Lehernya yang wangi dan putih bersih membuatku ingin merasakan tubuhnya lebih jauh. Karena itu aku mulai membuka kancing atas kemejanya dengan paksa dan menjelajahi sekitar leher depannya. Aku merasakan kedua tangannya mendorong pundakku pelan. Aku rasa Eunsu tidak menyukainya, tapi aku tetap melakukannya dan memberikan kissmark di sekitar dadanya. Tanpa membuang waktu barang sedetikpun, aku kembali menjelajahi leher putihnya ke atas dan menemukan kembali bibir mungilnya. Aku menciuminya dan sesekali menggigiti bibirnya yang merah itu. Eunsu meringis.

Ketika napas kami sudah berada pada batas yang tidak bisa ditahan lagi aku melepaskan bibirku dari Eunsu. Napasnya sangat berat dan dalam, dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan. Setelah mengumpulkan napas dan energy, aku kembali mencium bibir merah Eunsu. Selagi aku melakukan itu, aku menarik kemeja Eunsu keluar dari roknya dan menjelajahi punggungnya yang dingin. Eunsu memegang tanganku itu dan melemparnya menjauhi badannya. Dia melepaskan ciumanku dan beringsut menjauhiku. Dia menatapku takut-takut dan tidak percaya.

“Mau kemana gadis kecilku?” tanyaku sambil merangkak mendekatinya. Dia beringsut mundur sambil menatapku ketakutan. Tapi tatapannya berubah menjadi kaget saat melihatku berhenti merangkak dan berdiri. Aku membereskan penampilanku yang acak-acakkan.

“See? Aku sudah mengajarimu cara pacaran orang dewasa. Dan kulihat kau belum siap untuk mendapatkannya,” kataku sambil menggunakan kacamataku. “Jangan pacaran dengan orang dewasa jika kau tidak menginginkan ini terjadi padamu,” tambahku.

Aku membereskan file di mejaku dan merapikan ranselku.

“Sampai bertemu nanti di kelulusanmu, Kwon Eunsu. Sampai saat itu tiba, aku harap kita tidak lagi berpacaran,” aku berkata sambil membantunya berdiri. Dia berdiri sambil menatap kosong. Nampaknya dia belum sadar. Karena itu aku membantunya mengancingkan baju yang tadi kubuka kemudian mengantarnya sampai apartemennya.

Setelah Eunsu menutup pintunya dengan mata sembab karena menangis, aku bersandar di pintu apartemennya itu sambil menahan tangis.

“Maafkan aku Eunsu,” kataku lirih.

—Author POV—

3 bulan kemudian

Pesta perpisahan berlangsung dengan meriah. Eunsu merasa sangat puas sekaligus sedih karena ini adalah moment terakhirnya di SMA. Jihoo yang memiliki mobil mengantar 4 sahabatnya satu-satu menggunakan mobilnya, termasuk Eunsu. Eunsu mengecup pipi Jiyoung, Chris, dan Heena dan melambaikan tangan pada Jihoo. Namun, saat sampai di depan pintu apartemennya, Eunsu melihat seseorang menggunakan jas hitam berdiri tersenyum kepadanya.

Pria itu meraih tangan kanan Eunsu dan menaruh lutut kanannya di lantai. Dia mencium tangan Eunsu dan berkata,

“Kwon Eunsu, maukah kau menikah denganku?”

Dengan bahagia, Eunsu mengangguk dan memeluk Jinki erat.

—FIN—

Aww, maafkan aku kalau ceritanya jadi seperti ini. Jadi menyesal membuat karakter Jinki yang imut menjadi seperti ini. Jeongmal mianhae Jinki Oppa. Comment-nya ditunggu yah, jangan sampe ga comment loh, hehehe.

Jeongmal kamsahamnida…

©2010 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF


66 thoughts on “Songsaengnim, I Love You”

  1. chakammal..
    authoor..
    kritik dikit yaaa.. ><
    apa ini ending nya ga kecepetan ???
    seakan2.. udh sampe klimaks..
    tiba2 langsung jatoh !
    ga da turun pelan2..
    seakan2 karakternya d buang jauh2.. (?) *apa sichh*
    yaa pkok nyaa..
    ak sbg reader ngerasa klo ending ny terlalu cpt.. n pertengahan n ending itu gantung bgt.. syg klo ga d lnjutkn baru nnti d akhiri..
    sekiaann.. maaf yaaa..
    tp suka kok.. n_n
    keep writing yaa..

  2. Kereen fanficnya…bru kali ini aku baca fanfic yg keren…
    biasanya aku selalu bosan baca fanfic..he..
    keren, tp cpet bgt tamaatny..
    chingu, bleh kasih saran g??
    gmn dklo ini fanfic ini di bikin lanjutannya, tp flashback gitu, cerita awal2 mreka jadian….
    ato di lanjuti aj, wktu Eunsu nya udah kuliah….pasti seru…

  3. aigoo aigoo jinki oppa pertamanya sii agak lucu coz ko mreka canggung gtu yahh padahal mreka kn pacaran…
    eh pas kesini kesininya ,, mwoo?? cara pacaran orng dewasa??
    ternyata kyak gtu tohhh.. ogah ahh pacaran sama orng dewasa.. kekkeke
    tpii endingnya kurang greget *mian thor,, hehe*
    annyeong,, aku reader bru dsini… salam kenal^^

  4. Nyaaa papa betul betul keren disini *w*

    Mau dah aku jadi eunsu, diapa apain juga gapapa~ tapi sayangnya aku udah nikah sama taem jadi gabisa gitu gitu sama papa ku sendiri :p *murahan bener (¬_¬)

    Daebak deh thor sama ff nya! Fighting! ^o^/

  5. Setuju sama pi_minoz nih..
    Alurnya kecepatan. Kirain bakal dikasih tau apa motif jinki ngelepasin Eunsu, masa iya alesannya sama kayak yang lain?
    Bahasanya bagus dan gampang dimengerti ^^
    Storylinenya bagus cuma kecepatan aja..

  6. Alur’a kecepetan thor, trus ko tiba” Jinki ngalamar Eunsu stelah dia sndiri yg putusin Eunsu?? o.O
    tapi, keren kok thor!!

  7. Wuih keren nih fanfic nya.. bolehlah ditaruh di bookmark!! keep writing thor.. ane suka sama karya-karyanya

Leave a reply to cheonsa is shawol Cancel reply