The Pervert Nerd – Glasses 3

AUTHOR : Yuyu a.k.a Younji

Main Cast :

  • Choi Minho
  • Yoo-moogeun as Lee Seo Rin

Support Cast :

  • Onew
  • Fairuz Kim as Kim Rinhae
  • Kim Jonghyun
  • Lana Carter’s Han Yuna
  • Key
  • Ryeoshibum21 as Il Sora
  • Lee Taemin
  • Minniemint as Park Minji
  • Dongwoon (B2ST)

Length : Sequel

Genre : Romance, Angst, Sad, Humour, Friendship

Rating : PG – 16

THE PERVERT NERD


Minho menghempaskan tangan Seorin dengan kasar dan menggeram pelan.

“Neo micheoso? Apa yang sedang kau lakukan malam-malam seperti ini? Apa kau tau bagaimana jadinya kalau tadi aku tidak datang!?” Bentak Minho. Wajah Seorin tertunduk dalam-dalam. Minho mendesah frustasi dan mengacak rambutnya sendiri.

Minho berbalik dan menaiki tangga menuju lantai 2. langkahnya terhenti saat Seorin menyebut namanya.

“Go-gomawo …” Ucap Seorin gugup. Minho kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Seorin di ruang tamu.

Minho membanting pintu kamarnya dengan keras dan bersandar di daun pintu. Kedua tangannya terkepal erat.

“Son Dongwoon, you son of bitch! I won’t let you go next time.” Bisik Minho kepada dirinya sendiri.

***

“Seorin-ah! Waeyo? Kau terlihat lelah sekali. Ada masalah?” Sora merangkul pundak Seorin begitu melihat sahabatnya bergeming setelah bel istirahat berbunyi. Seorin menggeleng pelan.

Bayang-bayang wajah Minho semalam masih membekas di benaknya. Dan untuk melihat Minho pertama kali bertingkah seperti itu agak membuat Seorin ngeri.

“Kajja, ayo kita makan. Ajak juga si Yuna.” Sora menyeret paksa Seorin dari tempat duduknya. Sora terus saja mengoceh tentang jam tambahannya kemarin dan bagaimana ia akan balas dendam pada Key nantinya sementara pikiran Seorin masih melayang-layang tidak karuan selama perjalanan mereka menuju ruang OSIS—tempat di mana mereka yakin Yuna berada saat ini.

Ruang OSIS terlihat sangat ramai. Beberapa siswa sibuk membolak-balikkan tumpukkan kertas dan mencari sesuatu yang entah apa. Yuna sendiri memiliki setumpuk kertas untuk ia cari.

“Minho sunbae, neraca kas OSIS untuk bulan lalu masih belum seimbang..” Seorang siswa tahun pertama berdiri di depan meja Minho. Minho mengalihkan perhatiannya dari layar komputer ke siswa itu dan menghela nafas pelan.
”Letakkan saja di mejaku, akan kukerjakan nanti.” Pinta Minho.

Siswa itu mengikuti perintah Minho dan segera meninggalkan ruangan. Minho memijat tengkuknya yang terasa sakit. Ia menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan untuk merilekskan otot-otot lehernya yang mulai kaku. Minho menangkap sosok Seorin bersama Sora di luar ruangan OSIS.

Seorin mengalihkan pandangannya begitu Minho balas menatapnya. Seorin merasa canggung untuk bertatap muka dengan Minho saat ini.

“Yuna-ssi ..” Panggil Minho pada Yuna yang duduk di seberangnya. Yuna mendongak dan menatap Minho dengan penuh tanda tanya.
”Istirahatlah, suruh anggota yang lain untuk beristirahat juga.” Lanjut Minho.

“Tapi, kita harus menemukan surat izin itu hari ini juga kalau kita ingin mendapatkan surat persetujuan.” Tolak Yuna.

“Aku yang akan mencarinya. Kalian istirahatlah.” Lanjut Minho dengan cepat sebelum Yuna kembali memprotes. Yuna mengatupkan mulutnya dan menyuruh anggota OSIS lain untuk istirahat sesuai keinginan Minho.

Setelah memastikan tidak ada seorang pun lagi yang tersisa di ruangan OSIS dan Seorin sudah berlalu pergi bersama kedua sahabatnya, Minho melepaskan kacamatanya dan memijat keningnya sebelum ia kembali memfokuskan matanya pada layar komputer untuk membuat proposal.

***

Seorin melambaikan tangannya pada Yuna dan Sora yang berlawanan arah dengannya. Hari ini Seorin memutuskan ia akan melewatkan rutinitas mereka berkumpul di toko es krim sepulang sekolah. Setelah ia tak bisa lagi melihat bayangan kedua temannya, seorin membalikkan badannya dan terlonjak kaget.

“Ka-kau …” Seorin menunjuk seorang namja yang bersandar dengan santai di samping gerbang sekolahnya. Beberapa orang siswi berbisik-bisik sambil terus memperhatikan namja itu. Selain seragamnya yang terlihat menyolok, wajah namja itu juga cukup menyolok untuk menarik banyak perhatian terutama yeoja.

“Annyeong ..” Namja itu melambaikan tangannya dengan pelan. “Aku datang dengan damai. Soal kemarin, aku mewakili hyung-ku untuk meminta maaf. Dia tidak bermaksud untuk menyakitimu.” Jelas namja itu panjang lebar.

“Oh ..” Sahut Seorin masih agak was-was.

”Perkenalkan, aku Son Dongwoon. Siswa tahun kedua di CUBE High School.” Dongwoon meluruskan tubuhnya dan mengulurkan telapak tangannya pada Seorin. Seorin menatap wajah Dongwoon dan telapak tangannya secara bergantian. Meski terlihat ragu-ragu, Seorin menerima uluran tangan Dongwoon.
”Lee Seorin.” Sahut Seorin singkat.

“Nice name.” Dongwoon menggoyang-goyangkan tangan mereka dan tertawa kecil saat melihat ekspresi tidak senang di wajah Seorin.

“Keberatan jika aku menemanimu pulang?”
Seorin mengerutkan keningnya atas tawaran yang ia rasa mencurigakan. Dongwoon kembali tertawa kecil membuat wajahnya yang terlihat dingin menjadi ramah.

“Tidak perlu khawatir, aku tidak akan macam-macam. Kalaupun aku melakukan hal yang tidak seharusnya padamu, aku yakin Minho akan datang mencariku dan membunuhku detik itu juga. Jadi, bisakah kau berikan aku sebuah kehormatan dengan menemanimu pulang?” Dongwoon menundukkan wajahnya dan menyetarakannya dengan tinggi Seorin. Seorin memundurkan kepalanya saat wajah Dongwoon tepat berada dihadapannya.

“Uh, tentu, tapi bisakah kau beritaukan padaku apa hubunganmu dengan Minho?”
Sebenarnya Seorin ingin menolak tawaran Dongwoon, tapi sebuah pertanyaan menyangkut dibenaknya. Apa hubungan Dongwoon dan Minho? Dan entah karena alasan apa Seorin ingin mengetahuinya.

Dongwoon berpikir selama sesaat dan mengangguk menyetujui. Dongwoon menyeringai pelan, nyaris tidak terlihat oleh Seorin saat mereka mulai berjalan dengan lambat-lambat.

“Apakah Minho baik-baik saja?” Dongwoon melangkah dengan perlahan, menyeimbangi langkah Seorin yang memang tidak terlalu lebar.
”Seperti yang kau lihat kemarin, menurutmu bagaimana keadaannya?” Balas Seorin balik bertanya.
”Dia terlihat.. Sama sekali tidak baik-baik saja.” Dongwoon mengernyit saat kata-katanya meluncur keluar dari mulutnya diikuti beberapa cuplikan di benaknya.

”Please, take care of my friend. Dia mungkin terlihat kuat atau cuek dihadapanmu, tapi sesungguhnya dia hanyalah seorang namja lemah yang terluka. Kau—“ Cerocos Dongwoon.

Seorin menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba dan mengulurkan telapak tangannya tepat di depan wajah Dongwoon

“Tunggu dulu! Aku rasa aku tau kemana arah pembicaraanmu. Kau mengira aku adalah pacarnya? Kami berpacaran?” Tanya Seorin tidak percaya. Dongwoon mengangguk dan Seorin memutar bola matanya.

“Dengar baik-baik Tuan Son Dongwoon. Dia bukan pacarku—bahkan tidak akan pernah menjadi pacarku meski dalam mimpi. Jadi kau sudah mencari orang yang salah untuk kau beri amanat.”

“Jeongmal? Tapi aku tau bagaimana sifat Minho. Ia tidak akan melindungi orang yang sama sekali tidak penting baginya. Ataukah dia menyelamatkanmu karena melihatku di sana? Karena aku?” Dongwoon bergumam pada dirinya sendiri dengan ekspresi bingung. Tawa Seorin meledak saat melihat tingkah Dongwoon. Dongwoon menoleh pada Seorin dengan tatapan meminta penjelasan.

“Padahal kau terlihat sangat dingin, ternyata kau bisa bersikap lucu juga.” Ucap Seorin di sela-sela tawanya. Dongwoon menyingai pelan.
”Kau akan menemukan hal yang lebih menarik tentang diriku kalau kau mengenalku lebih lama.” Ujar Dongwoon dengan sombong.

“Sikap sombongmu itu benar-benar mirip dengan Minho. Jadi, kapan kau akan menceritakan padaku tentang hubunganmu dengan namja itu?”

“Hmm…” Dongwoon menepuk dagunya menggunakan jari telunjuk, “Mungkin lain kali kalau kita bertemu lagi. Dan jangan lupa kataku tadi, Please take care of our Minho.” Dongwoon melambaikan tangannya dan segera meninggalkan Seorin.

“Yaah! Kau membohongiku!?” Teriak Seorin geram, tapi Dongwoon sudah berlari cukup jauh darinya.

***

Onew keluar dari kamarnya dan menguap lebar. Ia tertidur saat membaca buku di kamarnya sepulang sekolah dan membuat resume.

Onew menjulurkan kepalanya ke lantai dasar, mencari pelayan siapa saja yang bisa ia mintai tolong untuk membersihkan kamarnya yang berantakkan.

“Kim Rinhae-ssi?” Panggil Onew begitu ia menangkap sosok Rinhae di lantai satu. Rinhae mendongak dan melihat Onew menggerakkan telunjuknya, memberi isyarat pada Rinhae untuk datang padanya.

“Tolong bersihkan kamarku.” Onew membuka pintu kamarnya lebar-lebar dan berdiri di samping, membiarkan Rinhae masuk terlebih dahulu. Rinhae mengernyit pelan sebelu masuk dan membereskan kamar Onew yang sangat berantakan karena seharian ia terus mengurung dirinya di dalam kamar. Onew melangkah pelan di belakang Rinhae, membuat jarak yang ia rasa aman agar tidak membuat Rinhae takut.

Onew duduk di tempat tidurnya, membuka lembar demi lembar buku yang ia baca sebelum ia tertidur sambil sesekali melirik ke arah Rinhae.

“Kim Rinhae-ssi?” Panggil Onew tiba-tiba. Rinhae terkesiap pelan.

“N-ne?”

“Kurasa sekolahmu yang sekarang terlalu jauh dari rumah. Sebaiknya kau pindah ke sekolahku, jadi kau juga tidak perlu naik bus lagi untuk ke sekolah.” Onew beranjak dari tempat tidurnya dan mendekati rak buku yang sedang dibersihkan oleh Rinhae.

“Tidak perlu, Tuan Muda. Aku merasa baik-baik saja dengan sekolahku yang sekarang.” Tolak Rinhae dengan halus.

“Tadi aku sudah berbicara dengan kepala sekolahku dan mengurus beberapa prosedurnya. Mungkin besok atau lusa kau sudah bisa pindah ke sekolah yang baru.” Terus Onew tanpa mempedulikan penolakan Rinhae. Onew mengangkat tangannya, meletakkan buku yang dari tadi ia baca di rak barisan kedua dari atas.

“Tidak per—“ Rinhae membalikkan badannya hanya untuk melihat sosok Onew yang tiba-tiba saja berdiri dihadapannya. Onew menundukkan wajahnya, tangannya terhenti diudara sementara mereka saling bertatapan dalam diam.

“Onew hyung, aku –“ Minho menghentikan kata-katanya saat melihat adegan yang tidak biasa di kamar Onew.

Onew membersihkan kerongkongannya dan mengalihkan pandangannya pada Minho yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Rinhae membungkukkan badannya dengan pelan dan meninggalkan kamar Onew.

“Hyung, pantas saja kau tidak membiarkan Jonghyun hyung menyentuhnya.” Minho menatapi punggung Rinhae yang semakin menjauh. Sebelah alis Minho terangkat, “Jadi, sudah seberapa jauh hubungan kalian?” Lanjut Minho.

“Ada apa kau ke sini?” Tanya Onew mengalihkan pertanyaan Minho.

“Igeo,” Minho mengangkat tumpukan kertas ditangannya dan mengarahkannya ke hadapan Onew. “Aku mengungsi ke sini untuk menyelesaikan proposal OSIS karena gerbang sekolah sudah ditutup dan aku tidak mau terkurung di dalamnya.”

Onew menangguk-angguk pelan dan membantu Minho meletakkan tumpukan kertas itu diatas mejanya.
”Kau sudah bekerja keras.” Ucap Onew dengan nada mengejek.
”Seriously hyung, you should help me..”

“Ani, aku puas hanya menjadi nomor dua.” Onew menyeringai lebar, membiarkan Minho menggerutu geram.
”Ini adalah pilihanmu Minho, kau yang memilih untuk menjadi nomor satu dan harusnya kau memang siap dengan semua tanggung jawab yang pasti akan kau terima.”

Minho masih menggerutu pelan sambil menyusun proposalnya.

“Yaaa, di mana kau tinggal sekarang?”

Minho mendongak untuk menatap namja yang lebih tua darinya menatapnya dengan penasaran.

“Tenang saja, aku tinggal bersama teman orangtuaku.”

“Jinja? Tapi kenapa kau tidak membiarkan kami datang ke tempat kau tinggal sekarang? Apa ada sesuatu yang kau tutupi dari kami?” Insting detektif Onew mulai bekerja dan membuat Minho terkekeh melihat tingkah hyung nya.
”Aku hanya tidak ingin kalian merebut ‘mainan’ ku. Apalagi Jonghyun hyung, dia benar-benar player sejati.”

“Kudengar dia dijodohkan, kau tau?”

“Jeongmal? Aku tidak bertemu dengan dia seharian ini. Tidak bisa kubayangkan Jonghyun hyung terikat pada seorang yeoja. Siapa yeoja beruntung  yang dijodohkan dengan Jonghyun hyung?” Kekeh Minho.

***

“Ne, eomonim.” Minho tersenyum manis pada Nyonya Lee dan beranjak naik ke lantai 2. Minho berhenti di depan pintu Seorin dan mendengus. Ia tidak ingin melihat ataupun berbicara dengan Seorin untuk saat ini. Tapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa saat Nyonya Lee memintanya memanggil Seorin untuk makan malam.

Minho mengetuk pintu kamar Seorin dengan agak keras.
”Makan malam.” Ucap Minho singkat. Tanpa menunggu Seorin merespon atau membuka pintu, Minho langsung beranjak turun. Minho duduk di meja makan dengan berbagai makanan lezat yang disajikan oleh Nyonya Lee.

“Eommonim, anda tidak makan malam?” Tanya Minho saat melihat hanya tersaji dua piring makan di atas meja. Nyonya Lee tersenyum tipis dan melepaskan celemek yang daritadi ia kenakan.

“Aku dan appa Seorin akan makan diluar, jaga rumah dan Seorin baik-baik ya.” Nyonya Lee menepuk pundak Minho dan berlalu pergi. Suara langkah kaki Seorin yang menuruni anak tangga tidak membuat Minho menoleh padanya. Minho mulai menyantap makan malamnya dan tidak mempedulikan tatapan bingung di wajah Seorin.

Sama-sama keras kepala, Seorin menyantap makan malamnya tanpa berbicara dengan Minho meksipun ia terus bertanya-tanya ada apa dengan Minho? Jelas Minho bersikap tidak ‘normal’ karena seharian ini ia tidak mendengar Minho menggodanya—bukan berarti Seorin ingin Minho menggoda dirnya, hanya saja melihat yang seperti ini agak asing bagi Seorin.

Di sisi lain, pikiran Minho juga dipenuhi oleh banyak hal. Ia tak habis pikir, mengapa ia merasa sangat marah? Munkinkah karena ia bertemu dengan Son Dongwoon lagi? Yah, itu memang membuatnya marah, tapi ia berani bertaruh bahwa yang membuat dia marah saat ini bukanlah Son Dongwoon, tapi yeoja yang duduk di hadapannya di meja makan.

Karena Seorin menghindarinya dengan sengaja berada di luar rumah sampai larut malam. Apakah Minho begitu menakutkan bagi Seorin? Hanya dengan memikirkan kata-kata itu saja sudah membuat Minho kesal setengah mati.

Minho mendongak dan menatap Seorin dengan mata menyipit. Seorin ikut mendongak dan balas menatap Minho. Minho mendengus pelan, meletakkan sumpitnya diatas meja dan naik ke lantai dua setelah ia selesai menyantap makan malam. Mendengar Seorin menggerutu pelan membuat Minho tak bisa menahan senyumnya.

Minho mngurung diri di kamar sehabis makan malam dan sibuk menyelesaikan proposalnya yang tak kunjung selesai. Padahal ia ke tempat Onew untuk meminta bantuan bukannya bergosip tentang Jonghyun bersama Onew.

Minho menguap lebar dan merentangkan tangannya ke udara. Ia sudah duduk di depan komputer selama berjam-jam dan ia sangat mengantuk sekarang. Minho bernafas lega karena proposalnya telah selesai. Minho menoleh ke arah tempat tidurnya tempat ia meletakkan buku neraca kas OSIS yang sama sekali belum ia sentuh. Minho menggeram pelan dan menyenderkan kepalanya di meja komputer. Ia akan beristirahat sebentar sebelum ia menyelesaikan neraca kas nya.

Semakin Minho memejamkan matanya, semakin ia mengantuk dan terlelap.

Dalam satu hentakan, Minho terbangun. Minho melirik jam kecil di mejanya. Ia tertidur hampir satu jam. Minho mengucek matanya yang berair karena kelelahan. Tangan Minho terhenti ketika ia sadar ia tak lagi memakai kacamatanya. Ia ingat ia tidak melepaskan kacamatanya saat ia tertidur tadi.

Suara berdebam pelan di belakang Minho membuat ia menoleh ke sumber suara dengan cepat. Minho mengernyit, ia melihat Seorin tertidur di sofa di kamarnya. Minho mendekati Seorin dengan perlahan, tidak ingin membangunkan Seorin. Buku neraca kas yang terjatuh dari pangkuan Seorin terbuka lebar di lantai.

Minho tersenyum kecil ketika melihat neraca kas itu kini telah seimbang. Minho menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Seorin dan mengusapnya dengan lembut.

“Aku seharusnya marah padamu, tapi kau yang imut seperti ini membuatku tak berdaya, Lee Seorin.” Gumam Minho pelan.

***

Seorin menggeliat pelan dalam tidurnya. Sesuatu yang hangat menyapu permukaan wajah dan berada di sekitarnya. Seorin membuka sebelah matanya dengan berat, ia melihat bayang buram dihadapannya dan membuka kedua matanya. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang menyambutnya di pagi hari.
”Mi-minho?” Ucap Seorin yang terdengar seperti bisikan. Minho bergumam pelan, menarik Seorin semakin merapat padanya dan mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang Seorin. Seorin bisa mencium aroma tubuh Minho yang terkesan maskulin dan juga manis. Suhu tubuh Minho dan Seorin saling berbaur dan menciptakan suhu yang lain.

“Minho, lepaskan aku!” Teriak Seorin sambil berbisik karena ia tidak ingin Nyonya Lee merangsek masuk begitu mendengar teriakannya. Minho membuka matanya dan tersenyum tipis.

“Apakah kau tidak bisa tenang di pagi yang indah seperti ini?” Gumam Minho sambil menguap.

“Pabo! Pagi ini sama sekali tidak indah karena kau adalah yang pertama kali kulihat begitu aku terbangun!” Cerca Seorin masih berusaha melepaskan diri dari Minho. Minho menyeringai pelan.

“Yah, pagi indah tidak indah bagimu karena kau sudah melihat hal yang paling indah lebih dulu.”

Seorin memutar bola matanya. Minho mengcecup pipi Seorin dan segera beranjak dari tempat tidur. Seorin menatap Minho dengan tajam. Tapi Seorin agak bersyukur karena Minho hanya mencium pipinya. Seorin memejamkan matanya, ingin kembali terlelap tidur.

Minho menarik tangan Seorin cukup kuat, membuat yeoja itu terduduk di tempat tidur dan bertemu muka dengan Minho.

Minho tersenyum lebar dan mengecup bibir Seorin dengan lembut selama beberapa detik.

“Morning kiss~” Minho mengedipkan sebelah matanya dan segera keluar dari kamar. Seorin melempar bantal yang bisa ia raih dan melemparnya ke arah Minho, tapi sayang Minho sudah menghilang dibalik pintu.

“Nappeun …” Omel Seorin. Seorin merengkuh pipinya yang memanas dan membenamkan wajahnya di balik selimut Minho.

Minho berdiri di luar kamarnya dan mendengar sayup-sayup suara Seorin.

“Minho, apa kau lihat Seorin?” Tiba-tiba saja Nyonya Lee keluar dari kamar Seorin membuat Minho agak kaget.

“Oh, dia langsung ke kamar mandi begitu membangunkanku tadi.” Dusta Minho dengan lancar.

“Jinja? Anak itu bangun sendiri sepagi ini? Wah, wah, wah, apakah hari ini akan hujan deras?” Nyonya Lee menggelengkan kepalanya dan turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

***

“Oh, tidak! Ini mimpi buruk!!” Teriak Sora histeris kepada Seorin yang masih berada di ruang kelas setelah jam pulang sekolah. Sora baru saja kembali dari ruangan Park songsaenim dan tiba-tiba saja berteriak histeris seperti ini agak membuat Seorin bingung.

“Waeyo? Apa kau dapat jam tambahan lagi?” Tanya Seorin.

“Lebih buruk lagi dari itu! Aku—“
”Yaaa, Il Sora, mau sampai kapan kau membuatku menunggu?” Key muncul berkacak pinggang di ambang pintu. Seorin mengernyit pada Sora, meminta penjelasan. Kedua pundak Sora merosot turun seketika itu juga.
”Park songsaenim menjadikan dia sebagai tutorku selama sebulan. Padahal aku sudah memohon-mohon padanya. Aku bisa belajar padamu, atau Yuna, atau siapa saja asalkan bukan makhluk menyebalkan itu, tapi Park songsaenim berkeras dan sekarang aku harus memulai nerakaku.” Omel Sora.

Seorin tertawa kecil dan menepuk pundak Sora yang masih mengerutkan wajahnya.

“Baguslah, siapa tau setelah ini kalian bisa akur. Baiklah, aku duluan ya.” Seorin keluar dari ruang kelasnya dan tidak henti-hentinya tersenyum kecil. Sedikit banyak ia berharap Key dan Sora bisa akur.

“Kau terlihat mengerikan tersenyum seorang diri seperti itu.”
Seorin terlonjak kaget. Minho muncul dari balik punggungnya dan berjalan di samping Seorin menuju gerbang sekolah.

“Kenapa kau mengikutiku?” Protes Seorin. Seorin memandang ke sekeliling dan melihat gedung sekolah yang benar-benar sepi. Jam pulang memang sudah sekitar 1 jam yang lalu, tapi karena menunggui Sora, Seorin harus pulang jam segini.
”Kenapa kau baru pulang jam segini? Kau sengaja menungguiku? Padahal kan kita bisa bertemu di rumah.” Goda Minho. Seorin memukul lengan Minho dengan pelan dan memutar bola matanya.

“Apakah aku mengganggu?” Sela Dongwoon di depan gerbang sekolah Seorin. Tubuh Minho menegang karena dipenuhi amarah. Tapi bagaimanapun ia tidak bisa menunjukkan amarahnya.

“Menjauhlah dari sekolahku kalau kau tidak punya alasan yang pantas untuk berada di sini.” Ucap Minho dengan dingin. Dongwoon menatap Minho lalu Seorin dan tersenyum kecil.

“Keberatan kalau aku menemanimu pulang lagi hari ini?”  Tanya Dongwoon tanpa mempedulikan kata-kata Minho. Seorin menundukkan wajahnya saat ia merasakan tatapan mematikan dari Minho yang tertuju ke arahnya.

“Dia tidak bisa pulang bersamamu lagi, dan tak akan pernah.” Tukas Minho dengan sinis. Minho menarik lengan Seorin, memaksanya meninggalkan Dongwoon.
”Jinjja? Padahal kupikir kau ingin mendengar jawabanku tentang pertanyaanmu kemarin, Seorin-ah.” Dongwoon menyeringai pelan, puas dengan kata-katanya sendiri yang ia yakin pasti akan menarik perhatian Seorin.

Seorin menghentikan langkahnhya dan menoleh ke arah Dongwoon.
”Kau benar-benar akan memberikan jawabannya  sekarang?” Tanya Seorin dipenuhi rasa ingin tau. Dongwoon mengangguk cepat.

“Mian, kurasa aku akan pulang bersama Dongwoon hari ini..” Ucap Seorin pada Minho. Minho mengatupkan rahangnya dengan kuat. Ia sudah cukup marah hanya dengan melihat Dongwoon berada dihadapannya dan sekarang Seorin justru ingin pulang bersama namja itu?
”Lee Seorin, kau akan menyesalinya jika kau masih memilih untuk pulang bersamanya.” Ancam Minho. Seorin memandang Dongwoon yang masih tersenyum manis dan Minho yang terlihat sangat marah secara bergantian.

“Mian..” Bisik Seorin. Minho mengatupkan rahangnya semakin erat ketika ia melihat Seorin berjalan ke arah Dongwoon yang menyeringai puas.

“Lee Seorin, kau benar-benar akan menyesalinya..” Tegas Minho sekali lagi. Minho membalikkan badannya dan berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.

Seorin mendesah pelan. Apakah yang ia lakukan tadi bisa dianggap sebagai pemberontakan terhadap Minho?
”Terima kaish karena kau memilihku.” Ucap Dongwoon senang. Dongwoon menepuk puncak kepala Seorin dan tersenyum lebar.

“Jadi, kau akan menjawab pertanyaanku kemarin? Kau benar-benar akan menjawabnya kan? Aku sudah mempertaruhkan nyawaku untuk ini, jadi sebaiknya kau jangan membohongiku seperti kemarin!” Oceh Seorin panjang lebar. Donwoon mengangguk pelan dan mulai berjalan.

“Kau dan dia benar-benar tidak berpacaran? Kenapa dia harus marah karena kau pulang bersamaku?” Tanya Dongwoon. Seorin mengangkat pundaknya. Ia juga tidak tau kenapa Minho harus melarangnya. Selain sebagai mainan Minho, Seorin bukanlah siapa-siapa bagi Minho. Mungkinkah karena Son Dongwoon?
”Mungkin karena hubungan kalian tidak baik?”

“Kami berteman, atau harus kukatakan dulunya kami berteman.” Dongwoon menundukkan wajahnya. Perasaan sedih berkemacuk dihatinya hanya dengan mengucapkan kalimat itu.
”Jeongmal? Lalu kenapa ia bisa begitu membencimu sekarang?” Rasa ingin tau Seorin semakin membesar. Dongwoon menangkat kepalanya dan menatap Seorin dengan pandangan yang lembut.

“Kesalahpahaman. Salah paham selalu berujung pada hal yang tidak menyenangkan..”
”Salah paham? Tentang apa?”

Dongwoon tersenyum tipis dan menghentikan langkahnya.
”Kau mau tau? Akan kuberitaukan lain kali. Sampai jumpa..” Dongwoon melambaikan tangannya berjalan ke arah yang berlawanan dengan Seorin.
”Yaaa, kenapa tidak kau beritaukan sekarang saja?” Teriak Seorin agak keras.

Dongwoon memutar tubuhnya menghadap Seorin dan terus melangkah mundur.

“Supaya kau mau menemuiku lagi lain kali. Annyeong!”

“Ne?”

Seorin mencerna kata-kata Dongwoon meski ia masih terlihat ragu menanggapi makna dibalik kata-kata Dongwoon.

“Gawat! Apa yang harus kulakukan pada Minho? Dia pasti marah sekali, aigoo!” Seorin mengeluarkan setangkai lolipop dari blazernya dan memasukkannya ke dalam mulutnya sambil terus berpikir apa yang harus dilakukannya pada Minho.

***

Seorin berdiri ragu di depan pintu kamar Minho, tangannya bergerak pelan untuk mengetuk pintu dihadapannya. Seorin tidak tau apa yang akan terjadi jika ia masuk ke dalam dan berada dalam satu ruangan bersama namja mesum yang selalu menggodanya setiap hari—apalagi setelah apa yang terjadi tadi pagi. Tapi dia juga tidak mau mengambil resiko dan membiarkan Minho mencari-cari kesalahannya untuk memperbudak dia seperti biasanya—sudah cukup Seorin melakukan kesalahan tadi siang dan jangan sampai Minho menjadikan itu sebagai alasan untuk membeberkan fakta tentang mereka yang tinggal bersama. Itu akan membuat Seorin mendapatkan seabrek anti-fans sementara Seorin ingin menikmati hari-harinya di sekolah dengan tenang. Dan pastinya itulah alasan mengapa Minho meninggalkan pesan di dapur untuk menemuinya.

Seorin menarik nafas pelan, menghembuskannya perlahan-lahan—Seorin melakukannya berkali-kali—mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meski tidak berhasil karena dia masih saja gugup dan sekarang telapak tangannya mulai basah oleh keringat dingin.

Dengan segenap keberanian, Seorin mengetuk pintu itu. Hening cukup lama dan sama sekali tidak ada jawaban. Seorin memberanikan diri untuk memutar ganggang pintu yang tidak terkunci. Ia membukanya perlahan dan menyembulkan kepalanya dibalik celah pintu. Seorin menatap lurus ke depan, tempat tidur Minho kosong—masih tertata rapi. Meja belajar juga kosong, tidak ada tanda-tanda kehadiran Minho di kamar.

Seorin mengendap-endap masuk ke dalam, memastikan bahwa Minho benar-benar tidak ada, atau kemungkinan terbaik yang ia inginkan adalah Minho sudah kembali ke rumah mewahnya.

Baru beberapa langkah yang Seorin ambil, terdengar bunyi berdebam kecil. Seorin menoleh ke belakang dan melihat Minho berdiri di sana, menutup pintu dan memangku kedua tangannya di depan dada dengan sikap menyebalkan seperti biasanya.

“Bukankah sudah kubilang akan ada hukuman jika kau tidak bersikap ‘manis’?” tanya Minho sambil melangkah maju sementara Seorin tidak tau harus berkata apa dan terus berjalan mundur.

“a—aku…” Seorin masih bingung harus mengatakan apa, tapi setidaknya ia harus bersuara dan menyadarkan namja itu bahwa ia tidak takut padanya—meski sebenarnya Seorin memang mulai merasa takut.

“Tidak ada alasan, babe..” Tegas Minho. Ia terus melangkah, tanpa mempedulikan Seorin yang kini telah menabrak dinding. Seorin tidak bisa mundur lagi, dibelakangnya adalah dinding yang kokoh sementara dihadapannya adalah namja paling mengerikan yang pernah ia tau dimuka bumi ini.

Seorin melirik ke samping dan bersiap-siap untuk kabur, tapi Minho menghentakkan kedua tangannya disamping kepala Seorin—tidak membiarkan yeoja itu melarikan diri darinya.

Ia masih saja terus melangkah maju padahal jarak mereka sudah sangat dekat. Seorin terkesiap pelan ketika tubuh mereka saling menempel, nafasnya menderu dengan keras ditelinga Seorin, membuat jantung Seorin berdegub lebih cepat. Seorin bisa mencium wangi parfum maskulin yang digunakannya, membuat Seorin semakin menggila.

“kau sudah siap untuk hukumanmu kan? Bukankah karena itulah kau datang ke kamarku?” tanya Minho sambil menghirup aroma tubuh Seorin yang membuatnya sangat tergiur dan ingin menyentuhnya—tapi ia menahan godaan itu.

Seorin tidak bisa memungkirinya, memang karena itulah kau datang. Ia tau tidak ada gunanya melarikan diri dari namja ini, karena itu ia datang untuk menyerahkan diri, berharap Minho akan sedikit berbaik hati dan meringankan hukumannya.

“Kenapa kau hanya bisa bersikap manis jika kita sedang berdua saja?” Minho terkekeh pelan sambil menyentuh ujung rambut Seorin yang di kuncir satu. Tangan Minho dengan lembut menarik karet yang Seorin kenakan hingga rambutnya tergerai dan wangi sampo yang ia gunakan menyeruak masuk ke hidung Minho.

“Hukumanmu…  tidurlah denganku..” bisik Minho tepat ditelinga Seorin. Seorin merasakan sensasi aneh ketika ia mengatakannya hal itu, entah karena suaranya yang menggelitik telinga Seorin atau karena kata-katanya yang membuat Seorin terlonjak.

“An—andwae! Kenapa aku harus tidur denganmu?” tanpa disadari, wajah Seorin memerah hanya dengan membayangkan kata-kata Minho. Lagi-lagi Minho terkekeh pelan, ia selalu senang ketika melihat semburat merah yang menyebar dengan cepat diwajah Seorin.

“Apa yang kau pikirkan? Aku tidak tau kalau sekarang kau sudah pintar berpikiran mesum. Aku hanya menyuruhmu tidur denganku—di tempat tidur yang sama—bukannya bercinta.” Goda Minho yang berhasil membuat wajah Seorin semakin memanas.

“A—aku tidak berpikir seperti itu, dan tetap saja aku tidak mau!” Seorin mencoba sebisa mungkin untuk terlihat biasa-biasa saja, tidak ingin membiarkan Minho tau kalau ia sudah berhasil mengerjai Seorin lagi.

“Kalau kau tidak mau tidur denganku, tidak akan kubiarkan kau keluar dengan ‘selamat’ malam ini.”

Seorin menelan air liurnya dengan susah payah. Kata-kata ‘selamat’ yang dimaksudkan oleh Minho, Seorin tau dengan jelas ke mana arah pembicaraannya. Ya, Seorin percaya Minho bisa saja melakukannya, ditambah lagi fakta bahwa kedua orangtuanya sedang tidak berada di rumah saat ini.

Minho menurunkan kepalanya, mendaratkan bibir lembabnya dileher Seorin. Ia mengecup leher Seorin dengan pelan, menyapukannya hingga ke tengkuk Seorin. Lagi-lagi sensasi aneh itu melanda setiap sel dalam tubuh Seorin. Seorin memejamkan matanya, seluruh tubuhnya terasa lemas.

“Araseo! Araseo! Akan kulakukan!” Seorin berkata dengan cukup kuat, mencoba untuk mengembalikan seluruh kesadarannya lagi. Minho berhenti dan mendongak menatapSeorin dengan sebuah seringain, merayakan kemenangannya sementara Seorin menatapnya dengan kesal.

Tanpa aba-aba, ia melingkarkan tangannya dileher dan pinggang Seorin. Ia menggendong Seorin dan meletakkan Seorin diatas tempat tidurnya sementara ia berputar ke sisi tempat tidur yang lain dan membaringkan tubuhnya sendiri lalu menarik selimut untuk melindungi tubuh mereka dari udara dingin.

Minho menyentuh pinggang Seorin dengan erat, menarik Seorin mendekatinya dan berada dalam dekapannya. Mereka berdua berbaring ditengah-tengah tempat tidur king size milik Minho sementara wajah Seorin terbenam di dadanya. Salah satu Minho masih melingkar dipinggang Seorin sementara tangan lainnya mengelus rambut Seorin.

“Apa saja yang kalian lakukan tadi?” Tanya Minho pelan hingga membuat Seorin ragu apakah benar Minho sedang mengajukan pertanyaan padanya.

“Hanya berjalan dan mengobrol saja…” Jawab Seorin canggung. Nafas hangat Minho menyapu permukaan telinga Seorin, membuat beberapa helai rambut Seorin ikut bergerak seiring dengan udara yang dikeluarkan Minho.

“Jangan pernah berduaan dengannya lagi. Kalau sampai aku mendengar kau dan namja itu berduaan lagi, aku akan memberikan hukuman yang lebih parah lain kali..”

Selama beberapa jam, Seorin tetap terjaga—sama sekali tidak bisa tidur. Seharusnya ia marah Minho seenaknya saja menyentuh dirinya, tapi kenyataannya, Seorin juga sedikit menikmatinya. Apalagi kata-kata Minho barusan membuat hati Seorin merasa hangat.

Setelah susah payah berusaha untuk tertidur, akhirnya mata Seorin terpejam dan dia masuk ke alam mimpi.

Tapi matahari muncul dengan sangat cepat. Nyonya Lee masuk ke kamar Seorin, ingin membangunkan putrinya agar tidak terlambat ke sekolah, tapi begitu masuk ia mendapati kamar kosong yang tertata rapi.

Nyonya Lee bertanya-tanya, apakah mungkin Seorin sudah bangun dan merapikan kamarnya sendiri? Masih dengan kening berkerut, Nyonya Lee beranjak ke kamar Minho.

Nyonya Lee mengetuk beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Baik Seorin maupun Minho sama-sama tidak terbangun. Tanpa Seorin ketahui, ternyata Minho juga dengan susah payah hingga akhirnya ia bisa terlelap dini hari. Setelah menunggu cukup lama dan masih saja tidak ada jawaban, Nyonya Lee memutuskan untuk langsung membuka pintu tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik kamar.

Nyonya Lee membuka pintu sedikit, mengintip dari celah-celah pintu. Mencegah agar ia tidak melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat agar tidak membuat Minho menjadi canggung. Tapi Nyonya Lee tersentak begitu melihat Minho dan Seorin berbaring ditempat tidur yang sama—dengan Seorin berada dalam pelukan Minho.

“OMO!! Apa yang kau lakukan!?” Nyonya berteriak dan kali ini mereka berdua sama-sama terbangun. Seorin tersentak dan melihat Nyonya Lee melihat mereka dalam posisi yang tidak seharusnya. Seorin menggigiti bibir bawahnya, bersiap-siap menerima omelan dari Nyonya Lee.

Minho meraih kacamatanya yang diletakkan dimeja kecil di samping tempat tidurnya dan menatap Nyonya Lee dengan mata yang masih menyipit.

“Annyeong haseyo eomonim..” sahut Minho dengan sopan. Ia memalingkan wajahnya ke samping dan menatap Seorin dengan tatapan polosnya.

“Bagaimana kau bisa ada disini?” tanya Minho masih sambil terus menatap Seorin. Seorin memutar bola matamu, sudah tau apa yang sedang Minho lakukan—berpura-pura polos seperti biasa.

“Aigooo, jeongmal mianhaeyo. Anakku ini memang suka sembarangan.” Nyonya Lee memcengkram tangan Seorin dan menariknya turun dari tempat tidur.

“Gweanchana, eomonim. Kurasa ia hanya ngelindur dan sampai dikamarku. Jeongmal gweanchanayo, kumohon eomonim tidak memarahinya.” Minho  ikut turun dari tempat tidurnya dan membungkuk pada Nyonya Lee.

Mulut Seorin terbuka lebar, bersiap untuk memprotes kelakuan namja itu, tapi dengan cepat Nyonya Lee memotong perkataannya,” Aigooo, untung saja kau orang yang sangat baik hati. Akan kupastikan hal ini tidak akan terjadi lagi.”

Oh, astaga, rasanya dunia seperti berputar terbalik. Jelas-jelas yang menjadi korban tak berdaya adalah Seorin, tapi dengan lihai Minho membuat Seorin terlihat seperti pelaku dan ia menjadi korban yang tidak berdaya. Seorin lah si kerudung merah dan Minho lah si serigala yang selalu saja bersiap untuk menerkam Seorin, tapi apa gunanya? Seorin tau Nyonya Lee tidak akan percaya—semua orang tidak akan percaya karena bagi mereka, Minho adalah namja paling sopan sedunia.

Nyonya Lee menarik Seorin keluar dari kamar Minho. Seorin memalingkan wajahnya ke belakang sebelum keluar dari kamarnya. Minho balik menatap Seorin dan menjulurkan lidahnya kemudian menyeringai puas.

Seorin tak henti-hentinya memaki Minho dalam hati.

“Tunggu saja kau Choi Minho, aku pasti akan membalasmu, you pervert!” Gumam Seorin tak jelas.

To Be Continue . . .

©2011 SF3SI, Yuyu.

This post/FF has written by Yuyu, and has claim by her signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF


186 thoughts on “The Pervert Nerd – Glasses 3”

  1. aigoooo…
    Seandainy aj bneran ad kenyataan kayak gitu..
    Rela stngah idup deh..
    Hohoho
    next chapny cpetan y chingu…

  2. astaga kereennn bgt nh epep… senyum2 geje saia bacanya….

    nice ff chingu….. lanjutannya jgn lama yakz….:)

  3. Jiahh,, Minho emang bener-bener pervert,, masa’ hukumannya tidur bareng??
    Mana ummanya Seorin mbela Minho,, aduhh kasian banget sih Seorin,, tapi, kayaknya dia cukup menikmati perannya,, 😛

    Lanjut, Thor,, 😀

  4. minho bnr2 nappun namja.. pervert.. mesum…
    tpi ska bgt pas minho ‘menjajah’ seorin..
    d part ne ga da bgn yuna-jjong y..
    aih, key n sora mkn dket ne..
    d tggu next part..

  5. seorin kasian bgt d jadiin kambing hitam sama minho, akh. . . Knp aku jadi deg2an n senyum2 ngeliat tingkah minho d sini bener2 dah minho b’muka 2 tp minho udah cinta sama seorin. . .
    Penasaran sm masa lalu minho n doongwoon pa cwe y minho d rebut

  6. apaan sih, dongwoon bikin pesanaran ah…
    gemes aku… >_<
    hoho~ sora yg tabah yah!
    key ga jahat kok, ga kea minho…kk~
    onew lagi, bukannya bantuin minho, malah ngegosipin jjing…haha~
    aku suka deh ma couple rinhae-onew…malu" gitu…kk~
    part selanjutnya tentang couple lain kah thor? yang key ma sora ituh?

  7. nice story 🙂 seperti biasa hehe
    tapi baca ff ini yang bagian dongwoon sama minho jadi keinget sama novel jingga dan senja deh hehe
    keep writing, ditunggu lanjutannya 🙂

  8. whoa !
    Aku telat baca -_-
    Tp gpp yg pnting smpat baca 😀
    Daebak !
    Lanjut ! 😀
    Jgn lama2 ya thor ! 🙂
    Figthing !

  9. aigoo.. segitu na bgt sih minho..
    asal author tau.. aq baca na ampe merinding wktu seorin tidur bareng ma minho.. sumpah aq cmburu bgt!!!
    lnjut thor.. hehehe XD

  10. yaampun minho kamu tidak boleh begitu.
    maap chingu laki saya memang seperti itu (?)

    keren deh admin ceritanya. bacanya deg degan nih ceritanya hhaha ^^

  11. sumpahhh yaa…..minho genit bgt atau mesum (?) *digampar flames* wkwkwkwkwkwk
    tapi keren…suka bgt deh, karakter semua cast shinee nya tepat, cocok…. ^^
    btw, rahasia apa yg minho simpen ????

  12. hahahhaa….seorin ngelindur…..
    padahal ini kerjaxnnya minho….
    aduuu minho pesonamu…..#plaaaak#

  13. Semakin kesini MinHo makin aneh ih. Kalo aku jadi Seorin, aku bakal lapor sama Mama aku..
    Fighting Yuyu eon.. 🙂

  14. Waaahhh mau dikasih hukuman lebih parah ya….kenapa ngga langsung yang lebih parah aja…. /PLAK kekekeke mian mian jd ngelantur gini kan^^
    Eonni…….*lagi-lagi bersikap sok kenal* HUAAAAAAAAA Seruuuuuunya tingkat dewa nih ;w; Si Dongwoon ngeledek aja yak bukannya buruan ngasih tau biar Seorin ngga pulang bareng dia terus kalo ngga…..nanti Seorin dapet hukuman….
    Nyonya Lee gampang bet percaya dih -_- *sebel sendiri*
    HUAAHHH Glasses 4……..

  15. smpe deg2an bacanya
    terutama pas bagian2 skinshipnya
    makin seru, kasian seorin d dpn ummanya kyk dy terus yg salah
    pdhal dy korban, minho pervert
    tp aq suka…

  16. Makin pnsaran dngn hbngan dongwoon ma minho,knpa jd msuhan? Gara” yeoja kah?
    Klo kenyataan q pngn jd saerin tp psnganny onew. .haha

  17. Omo!omo!
    Siapa yg sbnarnya salah disini
    Minho oppa kau ini sudah mesum licik pula..kan kasihan Saorinnya
    Ckck!*Cubit.Minho.oppa
    (~_~)-C( ‘_ _)

  18. Oh jadi Dongwoon ntu temenan sama Minho dulunya oh okay understand nn
    Nahloh onyu macem ada perasaan gitu sama cewe yang dia sebut sebage pelayannya ;;
    Etdah minoooo >< pinter ngelak kamu yah. Haha sian seorin jadi korban keisengan minho wkwk
    Makin keren nih ;;;
    Lanjutbaca

Leave a reply to Yuyounji 윤지 Cancel reply