Family Game – Part 5

Title                 : Family Game (Part 5)

Author             : Park Ha Ki a.k.a Nysa

Main Cast        : Lee Jimi (imagine you), Choi Minho, Lee Jinki

Support Cast   : Kim Yongsoo (father), Park Eunjoon (mother), Song Eunmi (grand mother)

Length             : Sequel

Genre              : Humor, Family

Rating             : General

Summary         : 6 orang asing akan tinggal satu atap sebagai sebuah keluarga.

A.N                 : annyeong reader…. Setelah sempat GAME OVER! Permainan dilanjutkan

                          Lagi. Author gak mau banyak bacot ni. Selamat membaca aja ya buat reader

 Sekalian!! Dan jgn lupa comment yaaaa ^,^

FAMILY GAME (Part 5)

Author POV

            Pagi itu hari minggu dikediaman keluarga kim. Semuanya berjalan seperti biasa. Appa, umma dan jinki sedang sarapan. Halmioni masih dikamarnya. Lalu, dimana minho dan jimi???

            “JREEENG” minho menatap jimi dengan tatapan yang seolah mengatakan -minggir-kau-.

            “minho sekarang kau tidak bisa kemana-mana!” jimi menghalangi jalan minho. Tangannya sudah siap dengan benang dan jarum. Untuk apa? Hari ini jimi akan menjahit lengan baju minho yang sobek. Sebenarnya itu adalah hal yang mudah. Tapi, akan jadi sulit karena seorang minho tidak pernah suka barang miliknya yang rusak diperbaiki. Aneh kan? Tentu saja karena minho punya prinsip, apapun itu jika sudah rusak tidak akan bisa kembali kebentuk semula. Maka dari itu ia tidak pernah mau memperbaiki barangnya yang telah rusak. Berbeda dengan minho, berbeda pula dengan jimi. ia adalah tipe yang suka memperbaiki benda yang rusak. Karena jimi punya prinsip, apapun itu jika sudah rusak memang tidak bisa kembali kebentuk semula. Tapi masih bisa diperbaiki.

            “sini biar kuperbaiki lengan bajumu yang sobek” ucap Jimi.

            “sudah kubilang tidak usah!” jawab minho ketus.

            “ah, mana boleh begitu!” jimi terus berusaha menarik lengan minho.

            “jimi, halmioni ingin kau memperbaiki barang milik halmioni” timpal halmioni yang ternyata sudah muncul diantara mereka. Dan ini merupakan kesempatan minho untuk kabur mumpumg Jimi sedang bicara dengan Halmioni.. Perlahan-lahan ia mengendap-endap melewati jimi yang terus menghalanginya.

            “boleh, apa itu?” Tanya jimi kemudian.

            “ini”

            “HUWAAAAAA” jimi menjerit keras. Halmioni memang selalu membuatnya menjerit. Kali ini ia menyodorkan boneka monster yang hanya memiliki satu mata yang cukup besar.

            “ADUUH” seseorang mengerang kesakitan. Ternyata itu minho. Ia memegangi tengkuknya yang terkena jarum jahit yang dipegang jimi. ternyata saking terkejutnya tanpa sengaja jimi merentangkan tangannya. Dan tentu saja minho yang sedang mengendap-endap disebelahnya itu terkena jarum jahit yang dipegang jimi.

            “mian minho.. noona ambilkan plester ya” jimi tampak cemas. Tentu saja karena beberapa hari yang lalu ia menumpahkan sup miso kebadan minho, lalu membuat minho basah kuyup karena membantunya mengangkat jemuran dan kini ia menusuk minho dengan jarum.

            “tid..tidak perlu kok noona” sahut minho seraya tersenyum kearah jimi.

            “deg” jantung jimi berdegub. Baru saja minho memanggilnya noona.

            “MANA MUNGKIN AKU MEMANGGILMU NOONA! KAU KAN BUKAN NOONA KU!” minho berteriak keras. Keributan kembali terjadi dikediaman keluarga Kim.

^^

Minho POV

            “hari ini appa ada dinas keluar kota. Mungkin akhir pekan baru pulang” ucap appa setelah selesai sarapan.

            “mian, malam ini ada acara kebebasan teman umma. Jadi umma tidak pulang karena akan pesta minum semalam suntuk” umma menggaruk kepalanya dan tersenyum garing kearah kami.

            “mianhe, temanku memintaku menggantikan shift kerja malamnya ditempat kami bekerja part time. Jadi malam ini aku tidak pulang” timpal jinki oppa.

            “halmioni juga. Ada acara reunian malam ini dan menginap selama satu malam” kini halmioni yang angkat bicara.

            “hmm, sayang sekali. Kalau begitu, bisa kan kalian berdua jaga rumah?” Tanya appa kemudian.

            “ah, tentu saja bisa” jawab Jimi semangat. Apa-apaan bocah itu? seenaknya saja dia buat keputusan sepihak tanpa bertanya dulu kepadaku. Aku tidak mau jaga rumah hanya berdua dengannya. Apa lebih baik aku pergi saja ya? Tapi mau kemana? Diluar hujan. Hujan-hujan begini sih memang enaknya bermalas-malasan dirumah.

            “syukurlah, jimi memang bisa diandalkan. Nah kalau begitu kami berangkat ya!” ujar appa seraya berjalan keluar rumah.

            “huh” aku mendengus kesal dan berjalan masuk kedalam.

^^

Jinki POV

            “jimi” aku memanggil jimi dengan setengah berbisik. Ia tampak sedang celingukan mencari-cari orang yang memanggilnya. Aigoo~~ tampangnya lucu sekali.

            “psst..jimi! disini” aku melambaikan tanganku kearahnya.

            “oppa ada apa?”

            “kau dirumah hanya berdua dengan minho. Apa tidak apa-apa? Kalau kau merasa tidak nyaman, aku akan minta orang lain menggantikan pekerjaanku”

            “tidak apa-apa oppa, semuanya akan baik-baik saja. Oppa bisa pergi dengan tenang”

            “BLETAKKK” aku menjitak jidatnya. Ia meringis kesakitan.

            “aww..aduuuh..sakit oppa”

            “ya! Kau fikir aku mau mati apa? Seenaknya saja kau bilang “oppa bisa pergi dengan tenang”

            “hehe..mianhe oppa”

            “ya sudah, jangan lupa mengunci pintu rumah. Oia, segera telpon aku kalau terjadi sesuatu. Arraseo?”

            “ne oppa”

^^

Jimi POV

            Aku dan Minho berjalan mengikuti Umma, Appa, Halmioni dan Jinki oppa. Kami mengantar mereka hingga kedepan gerbang rumah. Sebelum pergi, Jinki oppa menyampaikan banyak sekali pesan kepadaku. Ternyata ia lebih cerewet daripada Umma.

“nah, semuanya sudah pergi. Sekarang kita mau ngapain minho?” aku menoleh kearah minho yang berdiri dibelakangku.

            “ZRRT….” Aku hanya melihat tatapan tajamnya yang kurang bersahabat. Sepertinya ia marah padaku. Tapi, aku salah apa ya? Sepertinya aku belum buat kesalahan deh. Aku menggaruk-garuk kepalaku. Tapi aku tidak boleh menyerah, ini adalah kesempatan yang bagus untuk memperbaiki hubunganku dengan minho. Dari awal bertemu aku dan minho memang tidak pernah akur. Tapi apa salahnya kalau bisa menjalin hubungan baik. Aku berjalan masuk kedalam rumah dan mendapati minho sedang membaca Koran diruang tamu. Segera aku menghampirinya.

            “minho”

            “mmmm”

            “hari ini cuaca cerah, bagaimana kalau kita berkebun??”

            “diluar kan hujan!” ia menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari Koran yang sedang dibacanya. Aku melihat keluar, tampak hujan turun rintik-rintik. “Haiisssh.. Jimi babo” aku merutuki diriku sendiri.

            “kalau begitu, ayo kita mengerjakan pe-er. Kalau dikerjakan bersama pasti lebih mudah”

            “pe-er ku sudah selesai semua”

            “minho, malam ini kau mau makan apa? Akan aku  buatkan makanan kesukaanmu”

            “tidak ada yang special”

            Hhhhh… GATOT alias GAGAL TOTAL! Semua ajakanku tidak ada yang disambut olehnya. Ia sama sekali tidak bergeming sedikit pun. Apa mungkin percuma saja ya? Sepertinya hubunganku dengannya memang tidak bisa diperbaiki. Dia pernah mengalami hal yang lebih buruk dari pada aku. Luka-luka dibadannya itu  disebabkan oleh ayahnya. Dia merasa lebih baik tidak punya keluarga. Lalu aku tiba-tiba ingin menjadi keluarganya. Tentu saja dia akan menolak. Apa aku terlalu egois ya? Aku memaksa ingin jadi keluarganya tanpa memikirkan bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Perasaannya yang pernah disakiti oleh keluarga kandungnya sendiri.

            Aku masih termenung sendirian didapur. Aku masih tenggelam dalam fikiranku sendiri. Sampai-sampai aku tidak sadar kalau minho sudah ada didekatku. Aku ingin minta maaf kepadanya. Tapi rasanya berat sekali. Jimi babo! Nyalimu kecil sekali. Bukankah tadi kau semangat ingin berbaikan? Tapi kenapa sekarang kau tidak sanggup mengucapkannya?

            “ya! Airnya sudah mendidih!” suara minho membuyarkan lamunanku.

            “ah, mian akan aku matikan” aku menjulurkan tanganku untuk mematikan kompor. Pada saat yang bersamaan, minho pun menjulurkan tangannya untuk mematikan kompor. Tentu saja tangan kami saling bersentuhan.

            “BATSS” minho menarik tangannya dengan cepat. Aku yang terkejut karena tanpa sengaja tanganku telah dihempaskan olehnya. Akupun oleng dan terjatuh. Aku menyenggol panci yang berisi air panas dan nyaris saja panci itu mengenai minho.

            “gwenchana minho?” aku beranjak dari tempatku dan bermaksud menyentuhnya.

            “JANGAN SENTUH!” seperti biasa ia menolak aku yang akan menyentuhnya. Ia berlalu pergi meninggalkanku.

            “minho! Kau mau kemana?”

            “makan diluar”

            “tunggu! Kita makan sama-sama. Akan aku masakan sesuatu untukkmu” ucapku seraya menarik tangannya agar tidak pergi.

            “SUDAH KUBILANG JANGAN SENTUH AKU!!!” ia menghempaskan tanganku.

            “WAAAAA!!!!” aku terhempas dan menabrak sesuatu.

            “BRUKKK” aku dan minho terjatuh. Permen yang selalu ada disaku celanaku jatuh bertebaran.

            “DASAR BABO!! HAMPIR SAJA JANTUNGKU COPOT KA_”

            “minho itu..pintu tersembunyi” ucapku memotong kalimatnya. Aku melihat ada sebuah pintu yang terbuka. Padahal seharusnya tidak ada pintu disitu. Lalu, kami pun berjalan masuk kedalam ruang rahasia itu. Ruangan itu biasa saja. Hanya sebuah ruang kecil yang bersih. Tidak ada apa-apa. Hanya ada sebuah kotak kayu disitu.

            “sempit sekali? Berapa ukurannya?” celetuk Minho seolah bicara pada diri sendiri.

            “ah, ada kotak harta karun nih!” ujarku seraya berjalan mendekati kotak kayu tersebut. Aku membuka kotak itu dan menemukan sebuah boneka yang separuh bagian nya terbakar.

            “harta apanya? Hanya boneka kotor” jawab minho dingin. Ya, ini hanya sebuah boneka kotor. Tapi ini adalah harta baginya. Halmioni. Sepertinya tidak baik mengusik tempat ini.

            “yasudah,lebih baik kita keluar. Kajja” aku berjalan mendekati pintu.

            “ckrek…ckrek…”

            “ada apa?” tanya Minho yang melihatku tidak berhasil membuka pintu. Aku menoleh kearah minho.

            “ng.. sepertinya pintunya tidak bisa dibuka” jawabku ragu-ragu. Kemudian Minho berjalan kearahku dan mencoba untuk membuka pintu.

            “Haisssh… kenapa sulit sekali?” Minho mulai menggerutu karena tidak berhasil membuka pintu tersebut.

            “ng.. Minho, kurasa pintunya memang sudah rusak. Karena waktu aku mau buka tadi, aku mendengar suara grendel yang turun” jawabku takut-takut.

            “MWO????’ Minho terlihat panic. Akupun jadi ikutan panic. Bagaimana tidak, aku terkunci disebuah ruang rahasia bersama Minho -yang kalian tahu dia itu seperti apa-.

            “bagaimana ini?” Minho tampak berfikir sejenak. Kemudian ia berjalan kesana-kemari, mungkin untuk mencari ide. Lalu ia menuju jendela dan berusaha membuka. Tapi kurasa usahanya tidak berhasil. Karena jendela itu sudah berkarat sehingga tidak bisa dibuka.

            “yah, kita menunggu saja lah. Kita tunggu saja penghuni ruang rahasia ini yang datang dan membukakan pintu” ucap Minho pasrah. Kini ia duduk bersandar di dinding. Ia kelihatan lelah. Aku yang sedari tadi berdiri mematung perlahan-lahan berjalan mendekati Minho dan duduk disisi nya –dengan menjaga jarak-. Diluar tampak hujan makin lebat dengan sesekali dibarengi dengan suara Guntur. Aku yang merasa kedinginan beringsut perlahan menekuk kaki ku dan memeluknya dengan kedua tanganku. Kulihat minho melakukan hal yang sama, mungkin ia juga merasa kedinginan. Perlahan-lahan aku menggeser posisi duduk ku mendekati Minho sekedar untuk mendapatkan sedikit kehangatan(?).

            “kalau mau duduk, sana lebih jauh lagi” ujarnya seraya mendorong bahu ku. Ya, aku lupa kalau makhluk yang bernama Minho ini tidak suka jika ada yang mendekatinya atau pun menyentuhnya. Perlahan aku geser posisi duduk ku menjauhinya.

            “CTARRRR!!!”

            “KYAAAAA!!!” aku menjerit histeris mendengar suara petir. Bahkan tadi aku melihat kilatnya yang menyilaukan. Aku yang paling takut dengan petir langsung reflex bergeser dengan cepat mendekati Minho dan menyembunyikan wajahku dibahu nya yang bidang.

            “AH! LEPASKAN!!” Minho menghempaskanku dengan tangannya. Akupun menggeser tubuhku menjauh darinya. Haissh… Jimi babo! Kau kan tahu Minho tidak suka disentuh. Tapi kau malah menyentuhnya. Aku mengumpat diriku sendiri.

            Sudah hampir setengah jam aku berdiam diri, begitu juga Minho. Sejak tadi ia tidak mengeluarkan suara sepatah katapun. Aku baru ingat kalau aku ingin berbaikan dengan Minho. Tapi bagaimana memulainya ya?

            “ng Minho” aku memanggilnya dengan suara pelan.

            “……”

            Sepertinya dia tidak mendengarku. Atau mungkin memang pura-pura tidak dengar?. Aku menggeser tubuhku mendekat kearahnya. Tentu saja aku memberi jarak. Aku tidak mau dihempaskan lagi seperti tadi. Aku mulai menarik nafas dalam-dalam dan melirik kearahnya. Tapi  kulihat Minho malah meletakkan kepala nya dibahuku.

            “eh?” aku bingung. bukannya dia yang menghempaskanku berkali-kali karena aku menyentuhnya. Tapi kenapa sekarang ia malah meletakkan kepalanya dibahuku?

            “Minho” aku memanggilnya. Tapi tidak ada respon, yang ada dia malah beringsut eolah tubuhnya tak mampu lagi menopang berat badannya. Dan ia pun tergelatak dilantai. OMOOOO… aku baru sadar kalau Minho pingsan.

            “Minhoooooo!!! Minhoooooo!!!!” aku berteriak histeris. Aku khawatir jika sesuatu terjadi terhadap Minho. Ditambah lagi kami masih terkunci diruang rahasia. Othoekhe??

^^

Author POV

            Minho duduk termenung, pandangannya lurus kedepan tetapi tatapannya kosong. Ia merasa tidak nyaman berada diruangan yang kecil dan sempit seperti ini. Karena hal itu mengingatkan dia kepada kejadian dimasa lalunya. Dimana ketika ia melakukan sesuatu yang tidak berkenan dihati appa nya maka ia akan dimasukkan kedalam lemari dan dikurung disitu selama seharian. Oleh sebab itu Minho sangat membenci ruangan yang sempit.

            Tiba-tiba Minho merasa kepalanya pusing, keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya. Pandangannya kabur dan ia pun tidak bisa menahan badannya untuk tetap duduk. Perlahan tubuhnya menjdi kaku dan sulit digerakkan. Lalu semuanya menjadi gelap.

            “Minhoooo…Minhooooo!!!” samar-samar ia mendengar suara Jimi yang memanggilnya. Ingin rasanya ia menjawab kalau ia baik-baik saja. Tapi tubuhnya tidak mengizinkannya untuk melakukan itu.

            “KATAKAN SESUATU!!!! JANGAN DIAM SAJA!!!” ucap seorang pria berpenampilan tidak rapi. Ia mengenakan kemeja putih yang tampak lusuh, celana panjang hitam kusut. Dan rambutnya yang acak-acakan. Ia memegang sebotol minuman keras ditangan kirinya serta rotan ditangan kanannya.

            “BRAKKK!” ia memukulkan rotan itu kepada seorang anak laki-laki yang berusia sekitar 10 tahun. Anak itu hanya diam, tetapi air mata terus mengalir dari pelupuk matanya. Bocah kecil itu tampak pasrah dengan apa yang dilakukan oleh appa nya. Bahkan ia pun tidak tahu kenapa ia dipukuli.

            “DASAR PARASIT!! KERJA MU HANYA MAKAN SAJA!!’ umpat pria itu seraya menarik anaknya secara paksa. Lalu ia memasukkan anaknya kedalam lemari lalu menguncinya rapat-rapat.

            Sang anak hanya dapat menangis sesenggukan sambil menahan tubuhnya yang sakit karena dipukuli. Ditambah lagi rasa perih dari luka-lukanya. Ia hanya terduduk sambil memeluk lututnya. Tempat itu begitu gelap dan pengap. Tentu saja karena itu hanya sebuah lemari usang. Beruntung, ada cahaya yang masuk dari celah-celah pintu lemari sehingga bocah itu bisa melihat ruangan lemari yang sempit itu. Tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya. Dinding lemari yang mengelupas. Perlahan ia menyentuh dinding lemari yang mengelupas itu.

            “ini, rusak dibagian sini. Tidak akan bisa kembali kebentuk semula. Bagaimanapun juga sesuatu yang sudah rusak ataupun koyak tidak akan bisa kembali kebentuk semula. Sama denganku, aku yang sudah seperti ini tidak akan bisa kembali seperti semula. Baiklah, kalau begitu mulai sekarang aku tidak akan peduli lagi” ucap bocah itu didalam hati.

            “MINHOOOOO!!!!” tiba-tiba suara teriakan itu membuat Minho tersadar dari pingsannya. Ya, ternyata ia hanya bermimpi. Mimpi tentang masa kecilnya yang tragis. Perlahan Minho membuka matanya, ia melihat Jimi sedang menangis dan memanggil-manggil namanya. Ingin rasanya Minho bangun, namun tubuhnya masih kaku.

            “Minho, jangan mati….” Ucap Jimi disela-sela isak tangisnya.

            “Babo! Aku belum mati!” akhirnya Minho bisa menggerakkan mulutnya untuk berbicara.

            “?? Kau tidak apa-apa?” Tanya Jimi cemas.

            “ ne, aku tidak apa-apa. Hanya saja aku fobia terhadap ruangan yang sempit. Karena ruangan sempit akan mengingatkanku kepada kejadian burukku dimasa lalu. Jadi, setiap aku berada ditempat sempit tubuhku akan otomatis jadi kaku begini. Tapi aku baik-baik saja” Minho menjelaskan panjang lebar.

            “bagaimana kau bisa bilang kalau kau baik-baik saja? Bahkan tadi kau sampai pingsan dan mengeluarkan banyak keringat!’ bantah Jimi.

            “aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh keluar dari ruangan sempit ini. Berada diruang yang lebih besar akan membuat kondisiku lebih baik”

            “baiklah, kalau begitu aku akan menelepon seseorang untuk pulang” Jimi meraih ponsel dari sakunya bermaksud menelepon Jinki. Namun tiba-tiba dengan sekuat tenaga Minho menahan tangan Jimi yang memegang ponsel.

            “wae?” Tanya Jimi tidak mengerti.

            “untuk apa kau menghubungi mereka? Orang tua yang dengan seenaknya meninggalkan anak-anaknya begitu saja untuk jaga rumah. Kau fikir mereka mempedulikan kita? Mereka itu sama saja. Hanya mengincar hadiah seratus juta” jelas Minho. Namun tiba-tiba ia merasa kepalanya kian terasa berat, tambah berat, makin berat(?) dan ia pun menutup matanya.

            “MINHOOOOOOO!!!!” Jimi berteriak histeris ketika melihat Minho menutup matanya.

^^

TBC

Ps : TBC dulu yaaaa…. Mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau FF ku ini masih abal-abal. Tapi bagaimanapn juga tetep dikomentarin yaaa. Aku terima kritik dan saran yang membangun.

Gomawo semuanyaaaaa (Reader, admin, Commentator)

©2010 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

20 thoughts on “Family Game – Part 5”

  1. Aaaaaaaa
    Mino mino minoooooooooo
    Kenapa diaaa
    Aduh selalu deh sedih banget kalo diceritain ulang masa lalunya minho
    Abis dia punya ppa jahat banget
    Suka mukulin lagi, mana dia umurnya baru 10 tahun
    Lagian emangnya kenapa si minho
    Kan jimmi cuma mau telfon buat nyelamatin mereka berdua
    Kenapa minho ngelarang
    Padahal dia sendiri phobia tempat sempit
    Tapi di selamatin gamau
    Tapi pas awal seru banget waktu pertarungan antara minho dan jimmi hehehehhehe
    Lanjuuut

  2. mas minho jgn galak2 dong jd orang..tar gak ada yg naksir loh hehehehe, chingu ditunggu part selanjutnya ya…

  3. .Kyaaa…
    Ak lupa mau komen apa,,
    gara2 hape mati mndadak. -_-”
    bner2 ilang ingatan ni.
    .oiya,,minho keren bgt hbis pngsan lgsung ngumpul smua nyawanya,,
    +ngmong pnjang-lebar,,
    ckckck!! Minho kerenn!!
    .Lanjuuuuttt…

  4. hyaaaaaaaaa minho bikin kesel …
    jimi dah segitu baiknya !!
    ya !! minho tuh buktinya jimi khawatirin minho !!
    minho pikirannya negative mulu sih !! ini nih gra2 appanya !!
    ahahahahahhaha
    mungkin gra2 gx boleh main bola kli ya ??
    ya thorr jgn lma2! aku hampir lupa klo ada ff ini tau! saking lamanya .. heheheh *pletak!!*

  5. Ceritanya gk abal-abal kok ,, bagus malah ..
    Kasian bgt Minho, ada ya bokap kya gtu .. ckckc

  6. All: gomawo kalau suka. Maklum saya jg msh bgung crta ini mw dbwa kmana. Happy ending atau sad ending? Ada masukan?

    Untuk minho dsni galak karna belum jinak. Hehe
    tar ada sa’atnya kok dy g galak. Tp tetep suka marah2. Hbiz,emg ak buat karakter dy kyk g2

  7. Buat nikitaemin ama ellajuli, gomawoyo, arigatou, thank you, terima kasih.
    Krna x an brdua slalu k0men dtiap part nya. Hug

  8. gak heran knpa minho benci sama yg namanya keluarga
    sadiss gila appa nya
    jimi ayoo terus berjuang bikin minho gak bersikap dingin lgy

  9. minho knp ? knapa ?
    ngeri ih -,-

    bgus kok thor ffnyaaa 😀
    jgn lama-lama ya lanjutannya thor *plakk*

  10. Minho knpa? knapa ?
    penasaran aku -,- semoga minho gak isdet -,-

    bgus kok thor ff nyaaaaaaa 😀
    jgn lama-lama ya lanjutannya *plakk*

  11. ffnya gk abal2 kok thor… hanya butuh sedikit perbaikan,
    misalnya, penggambaran karakter atau suasana hati tiap2 karakternya harus lebih dikembangkan, kalo yg aku baca di part ini, penggambarannya agak sedikit ternuru2.
    Tp semuanya OK, kok… Lanjut baca, ya….

Leave a reply to shin_taemi Cancel reply