ONE FINE DAY

“ONE FINE DAY”

Main cast : Lee Jinki

Author : queenshe/queenkeybum

Length: one shot

Genre : Angst / Tragedy, Mystery, Dark

Rating : PG- 15

Type: Open Ending 😀

Keterangan:   Author POV (Point of View) –> cerita dari sisi author

                                Jinki POV (Point of View) –> cerita dari sisi Jinki

Disclaimer: I don’t own lee Jinki and other people here, they belong to their own selves and their Entertainment.

Suntuk.

Bosan.

Muak.

Ketiga kata itu yang terus terngiang dalam fikiranku. Suntuk dengan hidupku, setiap hari melakukan hal yang sama. Bangun pagi, pergi sekolah, pergi les, pulang, tidur dan kembali ke rutinitas awal. Bosan dengan sekelilingku, semua yang ramah padaku, suka padaku, dan memujiku. Dan terakhir, aku muak dengan rasa suntuk dan rasa bosan yang kurasakan.

Hidupku mungkin terlihat sempurna. Atau setidaknya baik- baik saja. Aku pintar, lalu yah bisa dibilang cukup tampan, dan mudah bergaul. Orang tuaku tak terlalu kaya, tapi berkecukupan. Mereka sangat bangga dan sayang padaku. Lalu soal teman, aku punya banyak teman yang semuanya baik, guru- guru sekolah semuanya mencintaiku karena aku juara sekolah dan ketua osis. Aku belum punya pacar memang, tapi banyak yeoja yang menginginkanku. Aku tak mau pacaran, menurutku yeoja itu menyusahkan. Manja dan selalu ingin dimengerti, makanya aku cukup menebar pesonaku saja disekolah. Tak perlu ikatan yang menyusahkan seperti pacaran.

Bukankah hidupku ini cukup indah? Tak ada konflik yang cukup penting bukan. Yah, lebih tepatnya hidupku datar- datar saja. Kadang aku iri melihat temanku yang menangis karena punya masalah keluarga, atau masalah dengan temannya, atau masalah apa saja. Bukannya aku tak mensyukuri, tapi bukankah hidup juga perlu sedikit warna selain hitam dan putih?

Aku harap aku memiliki masalah agar hidupku tidak lagi semembosankan seperti sekarang ini.

“Jinki-ah.. Kami pulang dulu ya, aku sudah membuat report tentang pentas seni minggu depan. Kamu masih mau disini?” Tanya jonghyun selaku wakil ketuia osisku.

“Ah ne, aku masih ingin disini, sebentar lagi. Nanti biar aku yang kunci ruang osisnya, tumben kau buru- buru”

“ah iya aku ada urusan, Oke kalo begitu duluan ya, annyeong”

Aku melambaikan tanganku pada jonghyun.

Aku melamun menatap senja yang semakin lama semakin kabur dari pandanganku. Ah berat sekali mata ini rasanya….

*

Author POV

Jinki tersentak dan terbangun. Dilihatnya jam yang ada dipergelangan tangannya.

“Astaga aku ketiduran! Aisssh sudah jam setengah sembilan lagi” gumam jinki.

Diliriknya handphonenya, terlihat umma jinki menelponnya lebih dari 5 kali. Jinki memencet tombol hijau untuk menelpon kembali umma nya, namun sayang batre handphonenya habis.

“Aishhh, sudahlah aku cepat- cepat pulang saja” gerutu jinki.

Jinki membereskan barang- barangnya dan bergegas pulang. Jinki melewati lorong sekolah yang sudah gelap dan sepi. bulu kuduknya seketika berdiri, jinki pun mempercepat langkahnya.

“BRAKKK”

Sebuah suara terdengar dengan jelas saat jinki akan keluar dari gedung sekolahnya. ‘Suara apa itu?’ Batin jinki.

“Mmmm….”

Kali ini Jinki mendengar suara yang berbeda dari sebelumnya. Jika tadi adalah suara yang berat, namun sekarang seperti suara gumaman seseorang.

Jinki merinding. Hantukah? Pikirnya.

“BRAKK BUAGGH”

Suaranya semakin terdengar dengan jelas ditelinga jinki. Jinki hendak terus berlari, tapi kakinya tertahan. Dia sekarang sadar suara apa yang barusan ia dengar. Seperti sebuah suara pemukulan sesuatu.

Jinki mendekati arah suara, jalannya di perlambat agar suara derit sepatunya tak terdengar.

“MMMM….”

“DUAGGG”

Jinki mempercepat langkahnya. Ia sekarang yakin, suara itu adalah suara pukulan. Ya, suara sesorang dipukul. Itu suara rintihan seseorang yang kesakitan!

Jinki mengintip ke arah tempat suara itu muncul. Tempat itu adalah gudang yang jarang dilalui orang. Dibukanya sedikit celah pada pintu, lalu jinki memasuki gudang itu perlahan, jinki bersembunyi dibalik tirai hitam yang menjuntai, digesernya sedikit tirai itu dan saat itu matanya terbelalak menyaksikan sesuatu yang ada di depannya.

Jinki’s POV

Nafasku tertahan dan mataku terbelalak. Aku melihat sesuatu yang seharusnya tak kulihat.

Tiga orang dengan wajah yang tidak begitu jelas terlihat sedang berdiri mengililingi sesuatu… Tidak tepatnya seseorang, seseorang yang terkapar!

Salah satu ketiga orang itu membawa sekop, tubuhnya tinggi dan kurus, yang satunya bertubuh pendek dan membawa tongkat kasti dan yang terakhir tak membawa apa- apa, aku tak tahu tingginya, karena orang itu agak jauh dari dua orang lainnya.

Jantungku berdebar- debar. Kudengar sedikit suara mereka bertiga samar- samar namun tak jelas, hanya yang kulihat orang yang tak membawa apa- apa itu menjabak rambutnya seperti orang panik dan ketakutan. Aku melihat ke arah lantai dimana seseorang tersebut terkapar. Tenggorokanku tercekat. Ada darah segar yang mengalir di lantai.

‘Ya tuhan, orang itu berdarah! Kenapa mereka bertiga diam saja, kenapa mereka tak telepon ambulans!’ Batinku.

Aku mengambil hpku di tas, mencoba untuk menelpon ambulans secepat mungkin ‘Aaisssh, aku lupa batreku habis’

Namun aku tetap mencoba menyalakan hpku. Aku menekan tombol untuk menghubungi ambulans.

“Yoboseyo, ada yang bisa kami bantu?”

“Y..obb..oseyo” suaraku sedikit berbisik “tolong ambulans…”

Belum selesai aku berbicara, tiba- tiba hpku mati dan menegeluarkan suara bodoh ‘tuit tuit tuit’ (kayak kalo nokia batrenya abis .__.)

“SIAPA DISANA???!!!!”

Deg!! Jantungku berdegup cepat. Nafasku tertahan. Suara langkah yang berat berjalan seperti akan menghampiriku.

Tek… Tek… Tek… Tek…

Tanganku dingin dan berkeringat. aku panik dan tak tahu harus berbuat apa, aku tahu orang- orang ini tidak baik. Mereka melakukan pengeroyokan, ‘Apa yang harus kulakukan? pikirku.

“Hyung… Ternyata bunyi HP orang bodoh ini terjatuh “teriak salah satu orang bertopeng yang tadi hendak menghampiri tempatku berdiri.

Aku beruntung, karena entah HP orang bodoh siapa yang dimaksud ternyata berada di dekat tempat aku berdiri. Aku sedikit lega. Tapi hanya sebentar kelegaan itu muncul.

“Lalu, mau kita apakan mayat ini?”

“Kita tak bisa membawanya, hyung. Terlalu beresiko, bagaimana ini, bagaimana ini hyung…”

“diam kau pabbo, kita harus menghapus sidik jari kita terlebih dahulu, lalu lebih baik kita buang saja mayat ini”

Suara ketiga orang itu sangat jelas terdengar di telingaku, entah apa yang kini membuat aku bisa dengan jelas mendengar percakapan mereka.

‘Astaga..!!! Mayat. Sidik jari. Ya Ampun… Ini.. Ini adalah Pembunuhan!!!!’ Badanku sedikit gemetar, seharusnya kejadian ini tak perlu kulihat. Tapi sudah terlanjur, aku harus pergi, setidaknya aku bisa pura- pura tak melihat kejadian ini dan kembali ke hidupku yang normal. Ya seperti itu saja, aku tak ingin terlibat masalah gila ini.

Aku menguatkan diriku untuk berdiri, menggeser kakiku perlahan. Kuliahat darah segar itu dari kejauhan dilantai. Entah kebodohan apa yang menghampiriku, disaat aku bisa kabur, namun aku malah penasaran dengan mayat yang tergeletak itu. Siapa yang mereka bunuh? Kenapa harus di sekolahku?

Kugeser kakiku perlahan ke arah yang berlawanan dari pintu keluar. Semakin dekat, tapi masih tak cukup jelas. Kugeser lagi badanku, perlahan, sedikit membungkuk dan kini semakin jelas karena kepala mayat itu menghadap ke arah pintu.

Aku terperanjat. Hampir saja aku teriak, namun dengan sigap kututup mulutku. Mayat itu… Mayat itu… Adalah teman sekelasku. Dia adalah ketua klub dance, lee taemin. Ya tuhan, perutku rasanya ingin muntah melihat darah dan lebam di sekeliling wajahnya. Wajah imutnya hilang karena darah dan lebam, sudah tak jelas lagi bagaimana bentuk wajahnya.

Kutahan rasa mualku. Aku tak bisa tinggal diam. Dia salah satu temanku dan aku setidaknya harus melaporkan ke polisi pembunuh- pembunuh keji ini.

Author POV

Jinki membalikan badannya, kembali dengan perlahan lalu ia berjalan.

“Krietttt…”

Suara derit lantai kayu terdengar saat jinki berjalan.

‘Ah shit. Dasar sekolah tua brengsek! Kenapa malah mengeluarkan suara bodoh disaat genting begini!’ Batin jinki kesal.

Jinki terdiam, menunggu apakah ada reaksi dari ketiga pembunuh itu.

*hening*

‘Ah mereka tak mendengarnya, syukurlah’

Jinki kembali berjalan perlahan namun kini ia memilih jalan dengan hati- hati. Semakin lama jinki mempercepat langkahnya. Hanya satu tujuannya, ruang guru, disana ada telepon dan ia akan menelpon polisi agar pembunuh keji itu ditangkap.

Jinki sampai di tempat tujuannya. Diangkatnya telepon lalu jarinya dengan terburu- buru dan sedikit gemetar memencet tombol nomor telepon polisi.

“Letakkan telepon itu, tuan” sebuah suara terdengar dari belakang jinki. “Kubilang letakan ganggang telepon itu!”

Perlahan jinki menaruh gagang telepon yang dipegangnya. Tangannya semakin berkeringat, sehingga gagang tersebut sempat terjatuh, namun jinki buru- buru menaruhnya dengan benar sebelum orang yang mengancamnya marah.

“Apa kau fikir kami tidak mendengar suara ponsel bodohmu?”

Jinki terdiam. Fikirannya menerawang dan jantungnya berdebar hebat.

“Kami sengaja mengencangkan suara kami, agar kau mendengar percakapan yang kami bicarakan” lanjut salah satu dari mereka “dan dengan bodohnya kau fikir kami tidak mengetahui keberadaanmu kan, jinki-ssi!”

Deg! Jinki tersentak kaget.

‘Kenapa orang- orang ini mengetahui namaku?’ Fikir jinki bingung.

“Dan apakah kau fikir suara derit kayu tadi tak terdengar? Kau benar- benar bodoh”

Jinki memberanikan untuk membalikan badannya. “Siapa kalian? Kenapa kalian membunuh lee taemin? Kenapa kau membunuh di SMA kyungsan? Dan kenapa kau tahu aku!”

DUAKKK…

Sebuah pukulan mendarat di wajah jinki dan membuatnya jatuh tersungkur sebelum menoleh ke arah para pembunuh tersebut.

“Tak ada yang mengijinkanmu berbicara!”

“Uhuk uhuk…” Jinki terbatuk “apa… salah.. Taemin… “

BRUUGH

Kini salah satu komplotan pembunuh itu menendang perut jinki. Jinki kembali terbatuk dan kini ia mengeluarkan sedikit darah. Asin.

“Kesalahannya adalah karena kebodohannya”

“Mak..uhuk.. Uhuk.. Maksudmu?” Tanya jinki terengah- engah dan matanya berbayang karena pukulan tadi.

“Dia tak perlu tersungkur mati mengenaskan seperti itu, jika dia bisa bersikap manis seperti wajahnya.” Salah seorang komplotan yang berbadan paling tinggi berbicara dengan nada yang dingin. ‘siapa mereka, sepertinya aku kenal suara ini, sial gelap sekali dan mataku kabur aku ingin tahu siapa mereka’ jinki membatin.

“Si wajah imut itu terlalu naif, melihat kami yang sedang melakukan transaksi. Lalu memfotonya. Bodohnya dia tak mematikan blitz kamera.” Komplotan lainnya kini yang berbicara. “Kami memintanya baik- baik tapi dia malah ingin melaporkan kami ke polisi, cara terbaik adalah membungkam mulutnya selamanya”

“BUAGH”

Kini kepala jinki ditendang oleh komplotan bebadan tinggi, dan yang satunya menghajar perutnya.

Salah satu komplotan yang lainnya hanya diam. Dia cenderung seperti orang ketakutan dan hanya diam tanpa ikut bicara ataupun menyakiti jinki.

“Apa.. Transaksi apa maksud kalian?” Tanya jinki semakin kesakitan.

Mereka tertawa kecil dan sinis “Tanya saja pada temanmu ini!” Lalu ia menarik salah satu komplotan yang sedari tadi diam, atau lebih tepatnya ketakutan.

“Te.. Uhuk..tem..man?” Tanya jinki heran.

Salah satu komplotan berbadan tinggi menarik komplotan yang ketakutan tersebut dan melemparnya ke arah jinki, dia tersungkur dan wajahnya tertutup rambutnya yang terlihat berwarna keemasan. Jinki memperhatikan lebih seksama, jinki merasa mengenal jenis rambut berwarna kuning norak ini, lalu orang itu pun mendongak.

“j..jjong…” Jinki membelalakan matanya dan mengusapnya seakan tak percaya “Wae…jonghyun..”

Jonghyun hanya terdiam dan tak berani menatap jinki. Seketika, dua komplotan lainnya pun mendekati mereka dan menyalakan senter untuk menerangi wajah mereka. Jinki semakin tersentak kaget.

“Kenapa jinki-ssi? Apakah hari ini hari yang penuh kejutan untukmu?”

Wajah itu adalah wajah yang sangat dikenalnya kwon jiyoung dan choi minho.

kwon jiyoung adalah seorang alumni yang masih aktif membantu beberapa kegiatan sekolah dan sering membantu jinki, dan merupakan petinggi di sekolah elit ini. Kakenya merupakan salah satu pendiri sekolah ini, sedangkan choi minho adalah adik kelasku yang terkenal pendiam dan merupakan teman baik atau lebih tepatnya pengikut dari kwon jiyoung.

“Jiyoung-sunbaenim.. Dan minho.. Lalu jonghyun”

“Wae jinki-ssi? Kau kaget? Atau tak percaya?” Tanya Jiyoung.

“Wae?? kalian.. Kalian bukankah orang yang baik…dan…” Lirih jinki

“Kami terdesak. Jadi terpaksa kami membunuh taemin. Dan kalau kau membangkang.. Kau pun akan kami bunuh” jiyoung memicingkan matanya, tersirat keseriusan dari wajahnya.

“Hyung, minho  kita sudah membunuh taemin-gun. Kita tak akan membunuh lagi kan? Kumohon jangan membunuh lagi, aku takut hyung, minho.. Mayat taemin saja belum kita kubur kan” jonghyun mulai berbicara dengan nada sedikit ketakutan. Jiyoung melirik tajam kepada jonghyun.

“kita tak akan ketahuan, aku sudah memikirkan skenario yang baik untuk pembunuhan ini. Toh aku tau latar belakang bahwa taemin benci dengan jinki” jiyoung berfikir sebentar “semua orang percaya padaku, aku akan menjadi saksi dan terbebas dari kesalahan, kalau kau mau bekerja sama, kau juga selamat jjong”

“apa maksud kalian?”

“kalian? Ini ideku bukan minho atau jjong!” jiyoung kesal dengan pertanyaan jinki dan menjambak rambut jinki dia pun melanjutkan.

“maksudku adalah aku akan membuat sebuah cerita bahwa kaulah yang membunuh taemin dan pada akhirnya karena kau orang baik kau bunuh diri karenanya, yah pembunuhanmu tak akan sesakit taemin yang kuhajar habis- habisan. Akan kubilang bahwa aku melihatmu berkelahi dengan taemin yang lebih dulu mencari masalah denganmu, Pembunuhanmu akan lebih halus dan terlihat seperti bunuh diri, apa yang mau kau pilih? Gantung diri, menusuk perutmu, atau memotong nadimu jinki-ssi?”

“kau…. Gila…” teriak jinki sambil berusaha keras melepaskan genggaman jiyoung, jinki melirik jam yang ada dipergelangan tangannya “kau tahu sudah berapa lama kita disini?”

“apakah itu ucapan terakhirmu sebelum kubunuh jinki-ssi?” Tanya jiyoung, tangannya menengadah kepada minho dan minho pun memberikan sebilah cutter yang ada di meja guru. Minho, orang itu seperti robot yang selalu mematuhi setiap perkataan tuannya. Ya tuannya adalah kwon jiyoung.

Jiyoung menghampiri jinki dengan sebilah cutter yang dipegangnya. Pilihan untuk membunuh jinki telah diputuskan, jinki berusaha berdiri dan memasang pose untuk melawan jiyoung.

“minho…” jinki melirik pada minho dan dengan sigap minho menghajar jinki hingga terpuruk dan menarik tangan jinki.  Minho benar- benar seperti robot bagi jiyoung. Jinki tak berdaya melawan minho karena jinki kalah besar dengan minho.

“hyung… “ jonghyun melirih saat jinki kembali dihajar, wajahnya ketakutan dengan tingkah jiyoung yang semakin menggila.

Jiyoung menarik cutter dan siap memotong nadi jinki, ujung pisau cutter menempel di pinggir pergelangan tangan jinki dan mulai mengeluarkan darah merah yang segar. Jinki tersenyum lemah dan membuat membuat jiyoung berhenti.

“apa kau begitu senang menghadapi kematianmu jinki-ssi?”

“kutanya, sudah berapa lama kita disini..hhh..hhh..” Tanya jinki kelelahan dan kehabisan nafas.

“APA ITU BEGITU PENTING PABBO, KAU AKAN MATI JADI DIAM!” jiyoung semakin marah dan kembali menempelkan piasau cutter di tangan jinki.

“MATI KAU BODOH!”

Tlek. Tiba- tiba lampu ruang guru menyala. Jiyoung kembali menghentikan kegiatannya dan membalikan badannya. Matanya terbelalak karena beberapa polisi dengan pistol ditangan telah berada di depannya.

“lepaskan pisau itu dan angkat tanganmu” teriak salah satu polisi.

Jiyoung menurut, tapi wajahnya tampak kebingungan dan kesal. Jonghyun yang tersungkur di tangkap oleh salah seorang polisi dan diborgol. Polisi pun medekati jiyoung dan minho yang mendekap jinki.

“sudah kutanyakan, berapa lama kita berada hhh.. disini..” ucap jinki sambil terengah- engah “apa kau tidak sadar aku mengulur waktu sampai mereka datang”

“kau…” jiyoung mengernyitkan keningnya “onjae?”

“kau bilang aku bodoh kan? tapi aku tidak naïf. Saat kau menyuruhku menutup telepon, aku sengaja menjatuhkan gagang telepon agar bisa menekan tombol loudspeaker. Dan tanpa sadar kau telah mengungkapkan kejahatanmu secara langsung pada polisi- polisi ini…sunbae-nim”

“aishhh kau..”

Polisi- polisi segera memborgol tangan Jiyoung dan minho. Minho hanya menurut dengan tatapannya yang nanar, sedangkan jiyoung memberontak. Saat akan ditangkap sehingga membuat polisi sedikit kewalahan.

Tim medis menghampiri jinki yang terluka dan lemas. “ahjussi, lebih baik kau urus mayat taemin lebih dulu, ada di gudang dekat…” jinki tersungkur ke lantai sebelum menyelesaikan perkataannya. Jinki tak sadarkan diri.

*

Jinki POV’S

Aku membuka mataku, secercah cahaya menyilaukan menerangi mataku. Aku memicingkan mataku dan menahan sinar itu dengan tanganku seakan cahaya itu bisa kutahan silaunya. Seseorang menghampiriku dengan baju berwarna putih. Dia tersenyum ramah. Senyum itu kukenal dengan baik. Siapa dia, akh cahaya ini terlalu silau aku tak bisa melihatnya, aku hanya bisa melihat bibirnya yang tersenyum polos, aku tahu orang ini. Dia berhenti di depanku, masih dengan senyum polosnya.

“aku…dimana?” tanyaku padanya.

Dia hanya tersenyum dengan polos.

Aku melihat sekelilingku dan astaga, apa ini, aku berdiri diatas… di atas awan putih. Ya tuhan apa aku sudah mati?

“a..aku dimana? Jawab aku” kataku sedikit terbata- bata.

Dia meletakan tangannya di pundak kiriku, masih dengan senyum polosnya, lalu sekonyong- konyong dia mendorong tubuhku yang tanpa pertahanan. Aku pun terjatuh, dari ketinggian yang tak kutahu dimana ujungnya.

“AAAH…” aku terbangun, kulihat sekelilingku tanganku, dan kakiku. Kupegang kepalaku, ah aku memakai perban.

“jinki… kau sudah sadar…ahhh syukurlah” aku kebingungan dan kudapati seseorang memelukku. Umma. Dan ada appa juga.

“aku…dimana?”

“rumah sakit” appa mengelus rambutku “kau tak sadarkan diri selama 3 hari , kau koma, jinki”

Aku terdiam, memoriku mengulang setiap inchi kejadian malam itu. Jiyoung, minho, jonghyun dan… taemin. Ah..!! iya orang itu, aku ingat, orang yang mendorongku adalah Taemin! Jadi apakah aku sempat merasakan yang namanya kematian?

*

Seminggu kemudian.

Aku kembali melakukan kegiatanku yang membosankan kembali, bangun pagi dan bersekolah. Semua orang disekolahku mengkhawatirkan aku, aku hanya tersenyum dan bilang “gwaenchana” kepada setiap orang yang bertanya padaku.

aku mendengar dari sahabatku kibum bahwa sidang terhadap Jiyoung, Minho dan jonghyun telah dilaksanakan. Kibum memberitahuku kalau ternyata transaksi yang dilakukan adalah jual beli narkotika, dan jiyoung serta minho adalah Bandar yang menjualnya sedangkan jonghyun adalah pemakainya. Mereka semua masuk penjara, namun jonghyun mendapatkan keringanan daripada kedua orang itu ditambah pembunuhan taemin hanya dilakuakn oleh kedua orang tesebut.

Aku memegang kepalaku, kepalaku pusing mendengar cerita kibum.

“jinki, gwaenchana?”

“ah, ne. Cuma pusing sedikit. Kurasa aku akan pulang saja, aku tidak ingin les dulu”

“ah iya sebaiknya begitu”

Aku menyusuri  jalan menuju rumahku, dengan sedikit terhuyung- huyung. Karena kepalaku sedikit sakit kuputuskan duduk sebentar di taman. Aku menengadahkan kepalaku melihat birunya langit.

Pikiranku menerawang, hidupku sebelumnya memang membosankan, tapi kurasa aku harus sedikit mensyukuri apa yang diberikan tuhan kepadaku. Hidupku tidak pernah mengalami hal yang menyulitkan, dan aku malah meminta kesulitan yang tak pernah diberikan kepadaku. Aku memang bodoh, mulai saat ini lebih baik aku menjalani kembali hidupku yang membosankan tanpa menggerutu yang tidak penting.

“PRANG…PRANG….TOLOOONGGG…”

Aku tersentak dari lamunanku, aku dengan jelas mendengar suara orang meminta tolong. Seorang yeoja yang meminta tolong.

“JEBAL..TOLOONG…”

Aku membalikan badanku dengan cepat. Bukankah sudah kuputuskan kalau aku akan kembali ke kehidupanku yang damai? Akau mempercepat langkahku menjauhi suara itu.

“je..jeball..”

Kakiku tertahan. Kumajukan lagi langkahku. Tapi tertahan lagi.

Tanpa sadar kakiku menuju kea rah suara yeoja yang meminta tolong tersebut dan tanpa fikir panjang aku lari mendekatinya.

Bukankah sudah kubilang, hidup tidak hanya ada hitam dan putih?

-FIN-

Author notes:

gak jelas ya gak jelas ya hahahahahaha saya suka membuat open ending, maap karena tadinya mau dibuat sequel jadinya malah one shot jadi kesannya singkat buanget. Please visit my blog queenshefiction.wordpress.com J

©2010 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF


48 thoughts on “ONE FINE DAY”

  1. Wahhhh ada pesan moralnya
    Jinki si ga bersyukur
    Sekalinya hidupnya berwarna malah mencekam begitu
    Minho jahatttt
    Jong ternyata pemake narkotika X_X
    Kerenn (y)

    1. kamsahamnida udah baca ff aku yaaa 😉
      terima kasih juga bisa mendapatkan kesan moral dari ff ini hehe
      tunggu ff one shot aku selanjutnya 🙂

  2. OMo….
    Jjong pemakai narkotika?
    Minho pengeDarnya?
    HufFtt..
    Nyesek bAnget dEh..
    Yah, intinya kita memang harus mensyukuri hidup…
    Tapi terkadang mencAri warna yang berbeDa di tengah hitam puTih memang suatU keharusan yg tdk bisa diGangGu gugat….
    GoOd job!

  3. Sumpah ini FF keren banget. penuh dengan nilai moral.
    Dua jempol buat authornya 🙂

  4. Howaaa…
    Jinkii??
    kau baik2 aja kan?
    Ojooong??
    Sabar y?? Ak janji deh, bkal njenguk kamu 3kali sehari..
    #stress sore2
    owh, jd namany open ending to?!
    Baru tau. Suka! Suka!

  5. hyaaa taeminnnn mokat ??!!! wahh tuh minho napa jdi jahat gitu ??
    ji young ?? … hyaa itu jjong .. bantu dikit napa !!
    jinki pinteeeeeerrrrrrr….
    dahh sekalian ajh tuh hukum mati ..

  6. lumayan degdegan bacanya kekeke
    walo nantang bahaya, itung2 jd penyelamat kan si jinki, jd ga perlu ada power ranger ato kamen rider lg *mulaingawur*
    kereeen! XD

  7. Yeap, hidup itu bukan sekadar hitam putih.
    Kyaaa… begitu nama Ji Yong muncul, adrenalin-ku langsung meningkat.
    Trus kebayang MV She’s Gone. Mulai deh berharap yg aneh2.
    Jinki bakal dibunuh dengan kesadisan tingkat tinggi. Trus, Jjong jg bakal dibunuh sekalian, buat ngilangin saksi. Klo perlu, Minho dilenyapkan jg.
    Hahaha… (evil laugh).
    Upsss… kok jd bikin cerita sendiri? Hehehe…
    Ji Yong, begitu kluar dari penjara, ayo kita balas dendam pada Jinki. Hahaha… (evil laugh)
    *PLAK!*

  8. Whoaaa, daebak…!!!
    Keren pula ini ceritanya, jarang ada!
    Jinki pinternya emang kepake ya, bisa-bisanya itu Loudspeaker dinyalain saat teleponnya jatuh. Lagian polisi disana hebat ya, ada nelpon gada suara malah didengerin sampe abis. Coba kalo disini, pasti dah dikira main-main langsung dimatiin, maka melayanglah satu nyawa lagi, ckckck.
    Daebak! Ada lanjutannya nggak tu yang nolongin yeoja? Biar ada love story-nya, dan happy ending, kekekek ngarep.

  9. Ini sebelumnya udah pernah dipublish ya? Iya kan? Aku udah baca. Tp lupa gatau di publish di wp mana, lupa..Tp keren ko. Unik

  10. Aaaaa minho mau aja sih disuruh2!!!
    Jjong aisssss hiiii
    Onew pinterrrrrrr
    Aku aja gak kepikiran sampe kesitu wkwk
    Yang dorong taemin:3:3
    Gaktau kenapa ngebayanginnya mau nangis
    Kan taemin udah mati, dia jadi kayak dorong onew buat ttp iduppp:3:3

  11. wuaaah, Jinki tdak bersyukur!
    Tapi iya sih, kalo hidup gitu-gitu aja bosen banget.
    *yee, plinplan*
    Sip, bagus thor!
    Yang dorong Jinki Taemin?? Lho?? Bukannya Taemin udah mati ya??

  12. jiyoung sadis banget..
    taemin hebat, kukuh membela kebenaran dan nyelametin onew. yay!
    cerdiknya taktik onew. pengen punya ketos macam jinki
    tapi onew plin plan nih, katanya mau kembali ke kehidupan biasa, tapi nalurinya malah kebalikannya

Leave a reply to Annisa Qodrianingtyas Cancel reply