The Pervert Nerd – Glasses 6

TITLE : The Pervert Nerd

Sub-Title : Knight In SHINing Armor

AUTHOR : Yuyu a.k.a Younji

Main Cast :

  • Choi Minho
  • Yoo-moogeun as Lee Seorin

Support Cast :

  • Onew
  • Fairuz Kim as Kim Rinhae
  • Other Cast :
  • Kim Jonghyun
  • Key
  • Lee Taemin
  • Lana Carter’s Han Yuna
  • Minniemint as Park Minji
  • Ryeoshibum21 as Il Sora
  • 2PM

Length : Sequel

Genre : Romance, Angst, Sad, Humour, Friendship

Rating : PG – 16

Knight In SHINing Armor

 

Rinhae menggeliat pelan dalam tidurnya. Masih setengah sadar, Rinhae membolak-balikkan tubuhnya diatas tempat tidur. Rinhae membuka matanya lebar-lebar, lalu melihat ke sekeliling kamar.

“Sejak kapan aku ada di kamar?” Tanya Rinhae pada dirinya sendiri karena yang terakhir kali ia ingat ia sedang menonton bersama teman-teman Onew dan duduk dengan tidak nyaman di sebelah Onew.

“YAAA! Kim Rinhae! Kau mau tidur sampai kapan? Kau masih harus bekerja!!” Teriak seorang wanita dari luar kamar Rinhae yang ia asumsikan sebagai rekan kerjanya yang paling menyebalkan. Rinhae beranjak turun dari tempat tidur, mengganti seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya dengan seragam pelayan.

Rinhae berlari keluar dari kamarnya masih sambil membenarkan kuncir rambutnya yang berantakan.

“Karena kau sudah bersantai seharian, maka kau yang harus membersihkan seluruh ruang tamu.” Perintah wanita menyebalkan yang tadi meneriakinya. Rinhae tidak memprotes. Ia tidak ingin mencari masalah dan mengharuskan dia keluar dari pekerjaannya saat ini. Karena sejauh yang ia ingat, ini adalah pekerjaan terbaik yang bisa ia dapatkan. Ia bisa mendapatkan tempat tinggal dan biaya sekolah diluar uang gajinya, jadi kenapa dia harus mengeluh jika bekerja sedikit lebih banyak dari pelayan lainnya?

Rinhae mengepel ruang tamu untuk ketiga kalinya karena menurut rekan kerjanya apa yang ia lakukan belum cukup bersih. Rinhae mendesah pelan. Ia bukannya ingin mengeluh, tapi dia sudah membersihkan lukisan yang sama selama 5 kali, belum lagi jendela-jendela dan perabotan lainnya. Dan ia belum memakan makan malamnya sama sekali, jadi sekarang dia agak kehilangan tenaganya jika masih harus mengepel berkali-kali.

Onew duduk di ruang makan yang luas. Berbagai macam makanan sampingan disajikan dengan rapi. Sementara Onew menikmati makan malamnya seorang diri, para pelayan lainnya berbaris tenang dan menunggui Onew hingga ia selesai makan—sesuatu yang memang selalu terjadi saat makan. Awalnya Onew agak merasa risih, tapi setelah hampir belasan tahun ia mengalaminya, sekarang ia sudah merasa biasa saja.

Onew menggerakkan sumpitnya dan mengambil sayuran yang letakkan tidak terlalu jauh dari mangkuk nasinya. Onew melirik sekilas ke arah para pelayannya, tapi ia tidak melihat sosok Rinhae. Onew bertanya-tanya, mungkinkah Rinhae masih tertidur?

“Di mana Kim Rinhae?” Tanya Onew yang masih memfokuskan diri pada santapan malamnya. Para pelayan wanita saling melirik satu sama lain, merasa takut untuk mengatakan pada Onew. Mereka takut Onew akan tau mereka sengaja mengerjai Rinhae karena Onew selalu bersikap baik padanya.

Onew menghentikan gerakan tangannya yang masih memegang sumpit. Onew melirik pelayannya satu per satu dan ia tau ada sesuatu yang tidak beres. Masih tidak mendapat jawaban dari para pelayannya, Onew mendorong mundur kursi yang ia duduki dan keluar dari ruang makan, membuat para pelayannya semakin panik.

Onew melihat satu per satu ruangan yang ada dilantai satu rumahnya hingga ia akhirnya menemukan Rinhae berada di ruang tamu. Rinhae terlihat sangat lelah, tubuhnya penuh dengan keringat.

“Apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Onew setelah ia berdiri sangat dekat di samping Rinhae. Ia tidak ingat lagi untuk menjaga jarak karena ia merasa sangat kesal melihat Rinhae yang sama sekali tidak bisa melawan pelayan lain saat mereka jelas-jelas sedang mengerjainya. Rinhae menelan air liurnya, mundur beberapa langkah sebelum menjawab pertanyaan Onew.

“Saya sedang membersihkan ruang tamu.”
”Tidak ada seorang pelayan pun yang boleh absen saat aku sedang makan.” Tukas Onew singkat. Rinhae menundukkan wajahnya.

“Ikut denganku.” Pinta Onew dengan suara datar. Rinhae berjalan dengan sangat lambat di belakang Onew ke ruang makan. Para pelayan langsung terdiam saat melihat sosok Onew kembali.

Onew menghentikan langkahnya, membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah Rinhae dengan tatapan tajam.

“Siapa yang menyuruhmu untuk membersihkan ruang tamu?” Tanya Onew. Rinhae melihat wajah cemas para pelayan dan kembali menundukkan wajahnya. Dia tidak ingin memperkeruh keadaan sekarang, maka ia memilih untuk tutup mulut. Lebih baik jika Onew memarahinya daripada ia mengatakan yang sebenarnya. Dia tau para pelayan itu pasti akan tambah membencinya jika itu sampai terjadi dan itu berarti hidupnya akan semakin menderita.

Onew mendesah pelan dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rinhae yang keras kepala. Onew menggerakkan kepalanya dengan pelan, mengisyaratkan para pelayan untuk meninggalkan ruang makan. Rinhae ikut beranjak dari tempatnya berdiri. Sebelum Rinhae sempat melangkah pergi, Onew menahan pergelangan tangan Rinhae dengan pelan.

Detak jantung Rinhae menggila, tubuhnya menegang karena rasa takut yang diikuti dengan berbagai kejadian-kejadian masa lampau yang ikut berkelabat dibenaknya. Onew melepaskan tangannya setelah ia melihat ekspresi takut di wajah Rinhae. Ia tidak bermaksud untuk membuat Rinhae takut, tapi ia juga tidak bisa membiarkan Rinhae pergi begitu saja.

“Duduklah.” Pinta Onew. Rinhae mengikuti perintah Onew dan duduk dengan tenang di hadapan Onew.

“Kau sudah makan?” Tanya Onew. Rinhae menggeleng pelan. Onew mendorong semangkuk nasi kehadapan Rinhae dan mengambilkan beberapa lauk untuk Rinhae. Rinhae menatap Onew dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Jangan memaksaku untuk membuatmu makan, Rinhae-ssi.” Ucap Onew tanpa mengalihkan pandangannya dari mangkuk nasinya sendiri. Rinhae mengambil sumpitnya dengan amat sangat perlahan lalu mulai mengunyah makanannya dengan canggung.

Bagaimana mungkin dia tidak canggung kalau dia sedang makan berdua dengan seorang namja yang seharusnya adalah majikannya, yang seharusnya memiliki derajat jauh lebih tinggi darinya? Belum lagi sentuhan Onew masih terasa membekas dipergelangan tangannya yang mau tidak mau harus ia akui terasa hangat. Tidak seperti dalam ingatannya ketika tangan-tangan yang dingin mulai menjamahnya.

***

Onew menuruni anak tangga satu persatu masih sambil merapikan bentuk dasinya yang tidak mau menurut hari ini. Dengan geram, Onew melepaskan simpul dasinya dan hanya menggenggamnya. Langkah Onew langsung terhenti begitu ia melihat Rinhae lagi-lagi membersihkan ruang tamu seorang diri padahal ia sudah mengenakan seragam sekolah. Onew memandang ke sekeliling ruangan, tidak ada pelayan lainnya padahal ia punya lebih dari cukup pelayan untuk menggantikan pekerjaan Rinhae sebelum ia ke sekolah.

Dua orang pelayan berjalan masuk ke ruang tamu sambil berbincang dan terlihat sangat santai. Mereka berhenti mengobrol dan membungkukkan badannya begitu melihat Onew kembali melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.

“Mulai hari ini, Kim Rinhae adalah pelayan pribadiku. Jadi tidak ada yang boleh memerintahkannya kecuali aku.” Ucap Onew dengan tegas. Onew mengambil kain lap dari tangan Rinhae dengan kasar dan menghempaskannya sembarangan lalu menarik Rinhae keluar.

Supir Kim membukakan pintu begitu melihat Onew yang telah ia tunggu dari tadi muncul. Onew membiarkan Rinhae masuk terlebih dulu sebelum ia masuk dan duduk di samping Rinhae. Tanpa berkata apa-apa, supir Kim duduk dibalik kemudi dan mulai mengendara.

Sesekali Rinhae akan melirik ke arah Onew yang sibuk memakai dasinya kembali. Onew menghela nafas pelan, berhenti menyimpulkan dasinya.

“Maaf, tadi aku menyentuhmu lagi.” Ucap Onew tulus. Kekhawatiran terpancar jelas dari sorot matanya padahal Rinhae sendiri justru merasa tidak apa-apa.

“Jangan biarkan pelayan lain memerintahkanmu melakukan sesuatu lagi, atau kau akan melihatku memecat mereka.” Lanjut Onew.

“Baik, tuan muda.” Jawab Rinhae enggan. Onew kembali menghela nafas, kali ini merasa kesal karena tingkah Rinhae.

“Bisakah kau sekali saja menyuarakan pendapatmu? Aku menampungmu di tempatku bukan untuk menambah koleksi pelayan yang selalu menuruti kata-kataku.” Onew berdecak kesal karena dasinya masih saja berbentuk tak beraturan. Ia heran, padahal ia biasanya bisa merapikan dasinya dalam hitungan detik. Apakah mungkin karena ia sedang sangat kesal saat ini?
”Perlu bantuan, Tu—“

“Jangan memanggilku ‘Tuan muda’. Dan yah, aku butuh bantuan.” Ucap Onew pasrah. Rinhae mencondongkan tubuhnya ke arah Onew, menggantikan jari-jari Onew untuk merapikan dasinya. Dari jarak sedekat itu, Rinhae bisa mencium aroma parfum yang dikenakan Onew yang hampir selalu memenuhi ruangan kamarnya saat Rinhae dimintai tolong untuk membersihkan kamarnya. Tapi aneh, Rinhae tidak merasa risih, jijik atau apapun itu yang biasa ia rasakan pada laki-laki lain. Mungkinkah karena Onew adalah penyelamatnya?
Di sisi lain, Onew tidak bisa melepaskan pandangannya dari Rinhae. Tanpa ia sadari, ia menatap Rinhae tanpa berkedip. Ia terlalu mengagumi segalanya yang ada pada Rinhae. Ia suka ketika Rinhae mengedipkan matanya dengan perlahan saat ia sedang fokus pada sesuatu, membuat bulu matanya yang letik terlihat sangat manis.

Onew mengalihkan pandangannya keluar jendela ketika ia hampir tak bisa lagi mengontrol dirinya untuk tidak menarik Rinhae ke dalam pelukannya.

“Selesai.” Kata Rinhae cukup pelan.

“O-oh.” Jawab Onew singkat. Ia masih mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri sementara yeoja yang membuat ia membara justru tidak menyadari apapun.

***
Rinhae memandang bayangan dirinya sendiri  di cermin berukuran besar dan bergerak-gerak gelisah dalam pakaiannya yang super mini. Ia tak habis pikir. Ia tau betapa brengseknya kakak laki-laki yang menjadi keluarga satu-satunya saat ini. Tapi ia tak pernah menyangka bahwa kakaknya itu akan tega menjual dirinya untuk bekerja di bar hanya karena ia berhutang.

Ini adalah hari ketujuh nya. Meksi kakaknya meyakinkan dirinya bahwa yang harus ia lakukan hanyalah mengantarkan minuman pada pelanggan dan terkadang mungkin hanya perlu menemani mereka, tetap saja Rinhae merasa khawatir. Ia tidak pernah berada di tempat-tempat malam yang glamor seperti ini sebelumnya,  tapi ia tau tempat ini pasti berbahaya. Tapi apalagi yang bisa ia lakukan? Rinhae bertahan dengan susah payah selama 6 hari terakhir. Ia harus mengumpulkan uang, tetap menjaga dirinya dengan baik di tempat ini dan kabur setelah ia punya kesempatan. Tapi Rinhae selalu bertanya-tanya, kapan kesempatan itu akan datang?

Rinhae baru saja akan keluar dari tempat yang ia sebut sebagai kamar dan mulai bekerja saat dua orang pria paruh baya menyeruak masuk. Rinhae membelalakkan matanya dengan panik. Kedua pria itu terus melangkah maju, memojokkan Rinhae yang tidak punya tempat untuk pergi lagi.

Seorang pria yang agak gemuk melepaskan dasinya, melemparkannya dengan kasar ke sudut ruangan sementara pria lain yang agak jangkung mendorong Rinhae hingga terbaring diatas tempat tidur kecilnya. Mereka mencengkram tangan Rinhae dengan erat agar Rinhae tak lagi meronta sementara tangan mereka yang lainnya sibuk menyentuh Rinhae.

Rinhae menjerit, bahkan teriak saat merasakan tangan-tangan yang menjijikkan menyentuh kulit wajah dan lehernya. Rinhae tak berhenti berteriak meski ia tidak tau apakah akan ada orang yang mendengarkannya karena suara musik dibar yang sangat keras.

Suara berdebam keras terdengar samar-samar ditelinga Rinhae. Baru saja ia merasakan tangan dingin entah milik pria yang mana menyentuh pahanya dan bersiap untuk menyentuh lebih ke atas, sekarang Rinhae justru tidak merasakan apapun. Tangannya yang sekarang tidak lagi dicengkram tidak bisa digerakkan karena ia terlalu lemah.

Kedua pelupuk matanya tertutup perlahan saat ia melihat bayangan samar seorang pria yang jauh lebih muda dari kedua pria itu berjalan ke arahnya, meneriakkan sesuatu yang tidak bisa lagi ia dengar. Hal terakhir yang ia rasakan adalah kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya yang menggigil saat pria yang mendobrak masuk dan telah membuat dua orang pria paruh baya itu tak sadarkan diri mendekapnya dengan erat.

***

Rinhae terbangun dengan tiba-tiba dan langsung terduduk ditempat tidurnya saat kejadian semalam yang terasa bagaikan mimpi buruk benar-benar menghantui alam mimpinya. Ia masih bisa merasakan sentuhan dingin dan menjijikkan itu disekujur tubuhnya yang membuat ia yakin bahwa kejadian semalam benar-benar nyata.

“Kau sudah bangun?” Sebuah suara membuat Rinhae terhenyak. Dari arah pintu, seorang pria dengan pembawaan diri yang tenang berjalan menghampiri Rinhae. Barulah disadari yeoja itu bahwa sekarang dia berada disebuah kamar yang cukup mewah. Wajah Rinhae berubah tegang saat Onew menjulurkan tangannya, bermaksud menyentuh kening Rinhae untuk melihat apakah yeoja itu baik-baik saja atau tidak. Melihat wajah Rinhae yang semakin pucat, Onew mengurungkan niatnya. Ia bisa mengerti kalau sekarang yeoja itu masih ketakutan.. Onew menatap Rinhae cukup lama tanpa memecahkan kesunyian mereka sementara Rinhae sendiri terlalu takut untuk berbicara.

“Hutang kakakmu sudah kulunasi, atau bisa dibilang aku telah membelimu. Apa kau punya tempat yang bisa kau tuju?” Tanya Onew akhirnya. Rinhae menggelengkan kepalanya perlahan. Semakin ia melihat ke dalam mata Onew, semakin ia merasa seperti terhipnotis oleh karismanya.

***

Onew duduk di ruang OSIS Minho sambil menunggu member SHINee muncul. Onew mengusap keningnya saat ia mengingat bagaimana pertama kali ia bertemu dan menyelamatkan Rinhae. Bayangan tubuh rapuh Rinhae yang terlihat semakin lemah masih membuat Onew mengerutkan keningnya.

Ia ingat ketika ia tidak sengaja melewati kamar Rinhae saat sedang mencari Jonghyun yang memaksanya untuk datang ke bar itu tapi justru Jonghyun sendirilah yang menghilang tiba-tiba. Dia mendengar suara teriakan Rinhae dan tanpa pikir panjang langsung mendobrak masuk. Ia memukuli dua orang pria yang seumuran dengan Ayahnya hingga babak belur dan tak sadarkan diri.

Sampai sekarang ia masih tidak mengerti, kenapa waktu itu dia melakukan hal itu? Dia tidak suka kekerasan, tapi dia justru melakukannya untuk seorang wanita yang bahkan tidak ia kenal saat itu.

“Hyung, ada apa?” Key berjalan masuk ke ruangan diikuti Minho dan Taemin. Tak berapa lama kemudian Jonghyun mengekor dibelakang. Onew meluruskan posisi duduknya, membuang jauh-jauh pikiran tentang Rinhae untuk sementara waktu.
”Tentang geng JYP High School.” Ujar Onew singkat.

“2PM?” Tanya Taemin dan Jonghyun serentak. Onew mengangguk lemah.
”Kenapa dengan mereka?” Minho memicingkan matanya.

“Apakah mereka mengirimkan surat tantangan?” Tebak Key.

“Tidak, akan lebih baik kalau mereka mengirimkan surat tantangan secara terbuka. Tapi ada beberapa anak buah kita yang melihat Chansung dan Junsu berkeliaran di sekitar sekolah kita. Kurasa mereka sedang memata-matai kita.” Jelas Onew sesingkat mungkin.

“Untuk apa?” Taemin mengedipkan matanya dengan polos.

“Pasti mereka ingin balas dendam karena kita mengambil alih MBLAQ minggu lalu.”

“Benar, menurutku memang karena itu. Tapi kalian harus ingat bagaimana liciknya mereka. Aku tidak yakin kalau yang mereka incar adalah kita.” Ucap Onew lagi.

“Maksudnya, mereka mengincar orang-orang disekitar kita?” Tanya Key tidak percaya. Onew mengangguk dengan mantap.

“Untuk kasus Minho dan kau, kurasa mereka sudah tau siapa yang harus mereka incar. Untuk Taemin, jaga Minji dengan baik. Kita tidak tau sudah sampai mana informasi tentang hubungan kalian yang mereka dapatkan.”
Taemin terlihat was-was dan mengangguk dengan tidak terlalu fokus. Ia terlalu sibuk memikirkan Minji. Ia tidak takut pada 2PM, ia juga yakin ia bisa menjaga Minji. Tapi dia tidak bisa selalu berada didekat Minji selama 24 jam dan itulah yang membuat dia khawatir.

“Kalau aku?” Tanya Jonghyun penasaran.

“Kau cukup kendalikan hormon-mu dan berhenti bermain dengan para yeoja sebelum kita menyelesaikan 2PM. Kita tidak tau ide licik macam apa yang mereka rencanakan, mungkin saja mereka menjebakmu melalui yeoja. Dan kami tidak mau mengalami kegagalan konyol.” Cerca Key pada Jonghyun membuat Minho dan Taemin tertawa keras.

“Ingatlah pesanku, jaga yeoja kalian dengan baik.” Onew tersenyum kecil dan keluar dari ruang OSIS.

***

“Kau tidak perlu menungguku hingga semalam ini.” Onew berjalan masuk ke rumahnya. Ia memutuskan ia harus membantu perkerjaan Minho, kalau tidak ia takut Minho justru akan mengamuk karena stres. Makanya sekarang ia pulang cukup larut. Rinhae yang awalnya duduk di depan pintu segera berdiri begitu melihat Onew.

“Mereka tidak membiarkanku mengerjakan pekerjaan apapun karena takut kau akan memecat mereka. Jadi yang bisa kulakukan hanya menunggu hingga kau pulang.” Jelas Rinhae sambil membersihkan debu dari celananya.

“Istirahat lah.” Pinta Onew. Ia berjalan masuk lebih dulu, diikuti Rinhae di belakangnya.

“Kau mau aku menyiapkan makananmu? Atau air panas untuk mandi?” Tanya Rinhae yang mengekor di belakang Onew saat menaiki tangga. Rinhae tidak bisa melakukan apapun seharian karena Onew tidak ada di rumah. Dan karena sekarang Onew sudah pulang, ia berharap setidaknya ada sesuatu yang bisa ia kerjakan. Ia tidak ingin mendapatkan tempat tinggal gratis dan justru tidak melakukan apa-apa, ia merasa seperti sedang mendapatkan keuntungan.

Langkah Onew terhenti dan ia membalikkan tubuhnya dengan tiba-tiba membuat Rinhae mau tidak mau juga harus menghentikan langkahnya. Pijakan kaki Rinhae di anak tangga tidak terlalu mantap. Tubuhnya berayun pelan untuk mencari keseimbangan. Onew menyelipkan tangannya di pinggang Rinhae dan menariknya dengan erat, menjaga tubuh Rinhae agar tidak terguling jatuh dari tangga. Rinhae berkedip dengan cepat setelah melihat kedekatan mereka.

“Aku memerintahkanmu untuk beristirahat.” Ucap Onew dengan tegas meskipun suaranya lebih terdengar seperti bisikan. Nafas hangat Onew menyapu permukaan wajah Rinhae, membuat jantungnya berdetak dengan sangat cepat—dalam artian yang baik. Rinhae mengangguk dengan sangat perlahan. Ia masih terpana dengan suara lembut Onew dan tatapannya yang seperti menembus masuk ke setiap sel-sel otaknya.

Onew melepaskan Rinhae dan kembali menaiki tangga menuju kamarnya. Rinhae meletakkan tangannya di depan dada, merasakan detak jantungnya yang masih belum berdetak normal. Rinhae berlari ke ruang makan dengan cepat, mencoba mencari air untuk menenangkan dirinya. Rinhae memandang ke sekeliling dapur. Ia melihat sebuah botol berisi air bening dan segera meneguknya dengan cepat.

Onew keluar dari kamarnya menggunakan pakaian yang santai. Dari ekor matanya, ia melihat Rinhae terduduk dikoridor. Kepalanya tertunduk sementara punggungnya bersandar di pintu kamarnya sendiri. Onew menghampiri Rinhae dengan panik.

“Rinhae-ssi? Ada apa?” Onew mengguncang tubuh Rinhae dengan pelan. Rinhae mendongakkan wajahnya dan menatap Onew dengan matanya yang sayu

“Kepalaku sakit sekali. Semuanya terasa berputar-putar…”Oceh Rinhae tidak jelas. Onew mengendus pelan, mencium aroma bir dari nafas Rinhae.

“Kau minum bir?” Tanya Onew tidak percaya. Rinhae membelalakkan matanya dan menggeleng tanpa henti.
”Aku hanya minum sebotol air putih! Tapi tiba-tiba kepalaku jadi sakit..” Oceh Rinhae lagi. Onew terkekeh pelan dan menepuk puncak kepala Rinhae dengan lembut. Rinhae terlihat sangat lucu saat ini. Tidak pernah Onew melihat Rinhae yang bersikap seperti ini sebelumnya, jadi dia agak menikmatinya. Onew menggendong Rinhae ke dalam dekapannya dan membuka pintu kamar Rinhae, tapi terkunci.

“Di mana kunci kamarmu?” Onew agak menundukkan wajahnya untuk menatap Rinhae.

“Molla!” Rinhae mengerucutkan bibirnya, bertingkah seperti anak-anak. Onew kembali tertawa pelan.

“Tidurlah di kamarku malam ini.” Ucap Onew yang wajahnya masih tertempeli sebuah senyuman hangat.

“Hmmm.” Rinhae bergumam pelan, melingkarkan kedua tangannya di leher Onew dengan erat. Rinhae membenamkan wajahnya dileher Onew. Senyum diwajah Onew menghilang digantikan dengan ekspresi canggung. Onew berdeham pelan untuk mengusir rasa canggung dari dirinya sendiri.

Onew membuka pintu kamarnya dengan perlahan, meletakkan Rinhae diatas tempat tidur king size miliknya dan bersiap untuk beranjak pergi. Baru saja Onew akan melepaskan tangan Rinhae yang melingkar dilehernya, Rinhae justru—entah mendapat kekuatan dari mana—menarik Onew. Dengan sigap, Onew menghentakkan kedua tangannya di samping tubuh Rinhae sebelum ia menindih tubuh yeoja mungil itu. Rinhae membuka matanya dengan perlahan. Balas menatap Onew yang melihatnya tanpa berkedip. Rinhae kembali menarik Onew, menempelkan bibir mereka menjadi satu. Onew terbelalak lebar. Ia memang pernah membayangkan bagaimana rasanya mencicipi bibir yeoja itu, dan bayangan itu tidak hanya menghantuinya sekali, tapi disetiap kesempatan ketika ia melihat Rinhae atau berada di dekatnya. Dan sekarang, hal itu menjadi kenyataan. Rinhae memejamkan matanya, melumat bibir Onew dengan pelan meski Onew yakin Rinhae sama sekali tidak berpengalaman sebelumnya.

Onew masih membeku di tempatnya, ia tidak membalas ciuman Rinhae, tidak juga menolaknya. Ia hanya terhanyut dengan perdebatan dirinya sendiri. Haruskah ia menghentikannya atau justru menikmatinya?

Lidah Rinhae menjilati bibir bawah Onew dengan lembut, membuat Onew hampir kehilangan kendalinya. Tangan kanan Rinhae turun perlahan-lahan dari leher ke dada dan menyusup masuk ke dalam kaos hitam Onew, meraba kulit Onew yang membuatnya mau tak mau mendesah pelan. Kedua tangan Onew meremas selimut dengan erat, tidak membiarkan dirinya sendiri untuk menyentuh Rinhae. Tapi apa yang Rinhae lakukan padanya benar-benar membuatnya kehilangan akal sehat. Onew ikut memejamkan matanya, mengeluarkan lidahnya untuk membalas perlakuan Rinhae. Baru saja lidah mereka akan saling bertautan, Onew segera menarik dirinya sendiri. Kali ini Rinhae tak lagi menghalanginya karena yeoja itu hanya bergumam pelan, terhanyut dalam tidurnya meninggalkan Onew yang masih terbakar  seorang diri. Onew menenangkan nafasnya yang masih memburu dan memaki dirinya sendiri. Sedetik saja dia terlambat mengontrol dirinya, maka habislah sudah.

Onew mengusap wajahnya yang penuh keringat dengan kasar.

“Lain kali aku tidak akan membiarkan Key menyimpan alkohol dalam bentuk apapun di rumahku.” Gumam Onew pelan sebelum ia merebahkan dirinya di sofa.

***

Rinhae berjalan dengan santai ke arah sekolah. Ia bangun agak terlambat hari ini dan begitu ia siap untuk berangkat ke sekolah, supir Kim mengatakan bahwa Onew telah pergi lebih dulu dan memintanya untuk mengantar Rinhae. Meskipun supir Kim telah bersikeras untuk mengantarnya, Rinhae dengan keras kepala menolak. Ia ingin berjalan dengan santai, memiliki waktu lebih lama untuk berpikir dengan tenang.

Kepala Rinhae masih sedikit pusing karena minuman yang ia kira air putih kemarin. Rinhae tidak berhenti bertanya pada dirinya, apakah ada sesuatu yang terjadi semalam? Kenapa ia seperti merasakan kehangatan tubuh Onew menyelimutinya? Meski samar-samar, Rinhae yakin sesuatu terjadi semalam.

Rinhae melihat gerbang sekolah dan mendesah pelan. Ia akan bertemu dengan Onew sebentar lagi padahal ia masih belum bisa mengingat apa yang sudah ia lakukan semalam.

Sebuah tangan yang besar mendekap mulut Rinhae dari belakang. Rinhae terperanjak. Ia meronta, mencoba berteriak bahkan memukuli orang yang mendekapnya dan terus menyeretnya semakin menjauh dari gerbang sekolah.

***
Onew menatap meja Rinhae yang kosong. Jam masuk telah lewat, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Rinhae. Mungkin saja Rinhae memutuskan untuk tidak masuk sekolah karena kepalanya yang sakit. Ada sedikit kelegaan yang menghampirinya karena ia tidak perlu melihat Rinhae dikelas. Ia sendiri masih tidak tau apakah ia bisa terus bersikap seperti biasa jika melihat wajah Rinhae selalu mengingatkannya pada kejadian semalam.

Onew duduk dengan tenang di kelasnya sambil menunggu Hwang seonsaengnim masuk ke kelas. Hp nya bergetar pelan diatas mejanya. Onew membaca sebuah pesan masuk dan membelalakkan matanya. Hwang seonsaengnim baru saja masuk saat Onew berdiri dengan tiba-tiba dan menerobos keluar tanpa mempedulikan apapun. Jonghyun menatap sosok hyung yang ia kenal dengan baik itu. Ia tau sesuatu yang buruk terjadi, karena Onew tidak pernah terlihat sepanik itu. Jonghyun mengikuti Onew keluar dari kelasnya dan berlari turun ke lantai dasar. Mobil Onew sudah melaju dengan cepat keluar dari lingkungan sekolah tanpa sempat dicegah Jonghyun. Dengan nafas tersengal-sengal, Jonghyun menghubungi ketiga dongsaengnya dan mereka berkumpul di ruang OSIS Minho.

“Hyung, kau yakin?” Tanya Taemin tidak percaya. Masih mencoba mengatur nafasnya, Jonghyun hanya mengangguk pelan.

“Apakah mungkin ada hubungan dengan keluarganya?” Key mencoba menebak-nebak, tapi menggelengkan kepalanya sendiri. Ia ingat orangtua Onew pernah mengalami kecelakaan pesawat dan dinyatakan hilang dan Onew tetap bersikap tenang sampai orangtuanya ditemukan.

“Mungkinkah …” Minho menggantungkan kalimatnya. Jonghyun, Key dan Taemin menatap Minho dengan serentak. Seketika itu juga sebuah pemikiran yang sama melintas dibenak mereka.

“2PM!” Teriak mereka berbarengan.

“Benar! Aku tidak melihat Kim Rinhae di kelas!” Teriak Jonghyun setelah menyadari absennya Rinhae di kelas pagi tadi.

“Sial! Mereka benar-benar menggunakan cara kotor!” Cerca Taemin yang langsung bangkit dari duduknya dan mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

“Key, lacak keberadaan Onew hyung menggunakan gps.” Minho menatap Key yang mengangguk dan segera mengotak-atik komputer di meja Minho. Pandangan Minho teralih pada Taemin dan Jonghyun secara bergantian. “Taemin, kumpul kan beberapa orang-orang untuk membantu. Jonghyun hyung, siapkan kendaraan. Aku yang akan mengurus izin kalian.” Taemin dan Jonghyun mengangguk dengan cepat dan keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa.

Minho berdiri dibelakang Key, ikut memperhatikan layar komputer. Key membalikkan tubuhnya dan menatap Minho.

“Mobil Onew hyung berhenti di dekat pelabuhan. Di sana ada gudang kosong yang tak terpakai lagi. Kurasa di sana.”
Minho mengangguk pelan. “Bersiap-siap lah.”

Key beranjak dari tempat duduknya dan bersiap untuk keluar dari ruangan. Suara Minho yang memanggil namanya menghentikan langkah Key. Key menoleh ke samping untuk melihat Minho.

“Kau yakin aku tidak perlu ikut dengan kalian?” Tanya Minho ragu. Ia tidak bisa berpangku tangan begitu saja kalau sampai sesuatu terjadi pada Onew ataupun Rinhae—orang yang penting untuk Onew. Key tersenyum hangat, meyakinkan mereka akan baik-baik saja tanpa Minho.

***

Onew menghentikan mobilnya dan keluar segera setelah ia sampai ditempat yang diberitaukan oleh Taecyeon. Beberapa orang bawahan 2PM terlihat berjaga-jaga di depan gudang. Begitu melihat Onew mendekat, mereka bersiap-siap untuk menyerang Onew tapi Nichkhun muncul dan menghentikan mereka. Wooyoung mendekati Onew dan tersenyum sinis.

“Taecyeon dan wanita itu sudah menunggumu di dalam.” Ucap Wooyoung. Onew menatap mereka selama beberapa saat. Tapi ia tau ia tidak punya banyak waktu untuk mengurusi masalah kecil seperti itu. Yang terpenting saat ini adalah Rinhae. Ia harus menyelamatkan Rinhae sebelum 2PM bisa melakukan hal yang tidak ia inginkan.

Rinhae duduk di tengah-tengah gudang kosong dengan tubuhnya yang terikat kencang di kursi kayu yang ia duduki. Tangannya terikat ke belakang sementara mulutnya menginggit segumpal kain yang membuat dia tidak bisa berteriak. Ketakutan jelas terpancar di wajah Rinhae yang memucat. Taecyeon berdiri di belakang Rinhae, menyeringai puas saat ia melihat Onew datang seorang diri seperti yang ia inginkan.

Baru saja Onew maju selangkah, Junsu dan Junho muncul dan menghalanginya untuk mendekati Rinhae. Junho mengarahkan tinjunya ke arah Onew yang dengan sigap menghindari serangannya. Onew merundukkan tubuhnya, menggunakan kakinya untuk membuat Junho terjatuh. Junsu berlari dengan cepat, ikut mengarahkan tinjunya pada Onew yang belum benar-benar memperhatikan datangnya serangan. Onew menoleh dengan cepat, memutar tubuhnya sendiri hingga membelakangi Junsu. Onew menarik tangan Junsu, membanting tubuhnya diatas Junho.

Dengan cepat Onew mendekati Rinhae dan Taecyeon sebelum Junsu dan Junho sempat menghalanginya lagi.

“Yang kau inginkan adalah aku, jadi lepaskan dia, Ok Taecyeon.” Ucap Onew dengan garang.

“Sayang sekali aku tidak mau melepaskannya. Aku bisa bersenang-senang dengan yeoja-mu segera setelah aku menghabisimu.” Taecyeon menyeringai, menggerakkan jari-jarinya ke garis rahang Rinhae yang menegang karena takut. Taecyeon menunduk, menempelkan wajahnya dengan Rinhae yang sudah bergetar hebat.

Junsu dan Junho kembali berdiri dan menyerang Onew. Onew tidak benar-benar bisa berkonsentrasi untuk menghabisi kedua orang dihadapannya karena matanya tak bisa lepas dari Taecyeon. Dia tidak ingin Taecyeon melakukan hal yang lebih gila lagi pada Rinhae.

Onew memegang pundak Junsu, mengarahkan lututnya ke perut Junsu dan menendangnya dengan keras hingga membuat Junsu terhuyung-huyung.

“DON’T TOUCH HER WITH YOUR DIRTY HANDS, D*MMIT!” Teriak Onew dengan sangat keras saat ia melihat Taecyeon masih saja menggerak-gerakkan jarinya di wajah Rinhae.

“Kalau begitu berhentilah memukuli mereka. Biarkan mereka memukulmu, maka aku tidak akan menyentuh yeoja ini.” Taecyeon mencoba membuat kesepakatan dengan Onew. Ia tau Onew tidak pernah ikut dalam duel manapun selama ini. Yang ia tau Onew hanyalah otak yang merencanakan strategi yang harus digunakan oleh SHINee untuk memenangi sebuah duel. Tak pernah ia pikirkan bahwa Onew ternyata juga bisa bertarung.

Onew menghentikan gerakannya, ia membiarkan Junsu dan Junho memukulnya tanpa perlawanan.

“Seharusnya sejak awal kau tidak ikut campur. Seharusnya kalian cukup  puas dengan apa yang kalian miliki saat ini. Ini adalah balasan karena kalian mengambil sekolah kekuasaan kami.”  Taecyeon melihat Onew dipukuli oleh temannya dengan senang hati. Rinhae berteriak dengan keras meski suaranya teredam oleh kain yang ada dimulutnya.

“Quiet, b*tch!” Taecyeon menggeram kesal mendengar Rinhae yang bergumam tidak tenang. Taecyeon menampar Rinhae dengan kuat hingga membuat pipi Rinhae memerah. Tapi rasa perih itu tidak sebanding dengan yang dirasakan Onew sekarang.

“I SAID DON’T TOUCH HER!!”

“Hyung! SHINee datang!” Teriak Changsung yang berlari masuk dengan panik.

“Aku yang akan mengurus Onew, kalian halangi SHINee sebelum aku menghabisinya.” Perintah Taecyeon yang langsung dituruti oleh ketiga namja itu, meninggalkan Onew yang sudah penuh dengan luka tergeletak begitu saja. Taecyeon mendekati Onew, menundukkan wajahnya dan menginjak perut Onew dengan kuat membuat Onew berteriak keras saat rasa sakit menghantam rusuknya. Onew memegangi kaki Taecyeon dengan kedua tangannya, ia mengerahkan semua sisa tenaga yang ia miliki saat ini untuk menarik Taecyeon hingga terjatuh. Apapun yang terjadi, ia harus menyelamatkan Rinhae. Onew segera memutar posisi, duduk diatas Taecyeon setelah tubuh Taecyeon terjatuh dilantai. Onew melayangkan tinjunya diwajah Taecyeon sekuat mungkin. Setelah beberapa pukulan, Taecyeon berhasil menyingkirkan Onew. Tubuh Onew terhempas jauh hingga menabrak dinding gudang dengan suara gaduh. Taecyeon dipenuhi dengan amarah. Dia tidak terima karena Onew berani memukulnya, menyisakan beberapa memar diwajahnya hanya karena beberapa pukulan. Taecyeon kembali menghampiri Onew, menarik kerah kemeja Onew dengan kasar dan memaksanya berdiri. Taecyeon memukuli perut Onew berkali-kali, membuat tulang-tulang Onew yang sudah remuk semakin sakit. Onew meraih kepalan tangan Taecyeon, memelintirnya sekuat mungkin dan menendang Taecyeon ke tumpukkan kotak kayu. Nafas Onew semakin berat sementara kakinya tak lagi bisa menopang berat tubuhnya. Onew bersimpuh pada kedua lututnya, memperhatikan Taecyeon yang masih mencoba untuk berdiri.

“HYUNG!!” Onew mendengar seseorang berteriak. Dengan sikap was-was Onew menoleh ke sumber suara yang justru membuatnya bernafas lega saat ia melihat Jonghyun, Key dan Taemin berdiri di pintu gudang.

“Sial! Dia benar-benar minta dihajar!” Amuk Taemin setelah melihat Onew yang bersimbah darah.

“Untuk kali, ku izinkan kau untuk menghajarnya habis-habisan.” Imbuh Key yang ikut kesal melihat hyung mereka diperlakukan seperti itu. Taemin dan Jonghyun segera menghampiri Taecyeon yang masih mencoba untuk berdiri dari tumpukan kotak kayu.

“Hyung, gwaenchana?” Key menghampiri Onew dengan panik.

“Ri-rinhae… Kim Rinhae…” Bisik Onew terbata-bata sebelum ia kehilangan kesadarannya.

***

Tanpa perlu membuka matanya, Onew bisa mengasumsikan bahwa ia sedang berada di rumah sakit melalui bau obat-obatan yang menyeruak masuk ke indera penciumannya.

“Hyung masih belum bangun? Kami semua akan ke cafetaria sebentar.” Onew mendengar suara Key.setelah hening sesaat, ia mendengar pintu yang terbuka lalu tertutup kembali dan suasana yang hening. Onew membuka matanya yang terasa berat dengan perlahan.

“Kau sudah sadar? Akan kupanggilkan dokter!” Ucap Rinhae dengan cepat begitu ia melihat Onew terbangun. Onew menahan pergelangan tangan Rinhae. Rinhae memalingkan wajahnya untuk menatap Onew yang menggelengkan kepalanya sebagai isyarat ia baik-baik saja.

“Apa yang terjadi kemarin?” Tanya Onew.

“Ada sekelompok orang menculikku dan mereka terus memukulimu—“
”Ani, setelah teman-temanku datang?” Potong Onew.

“Semuanya baik-baik saja. Teman-temanmu menyelamatkan kita.”
Onew menghela nafas pelan. Onew mengalihkan pandangannya ke wajah Rinhae. Onew menggerakkan jari telunjuknya, menandakan kepada Rinhae untuk mendekatinya. Onew mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Rinhae yang masih agak memerah.

“Apakah (pipimu) masih sakit?” Sorot mata Onew menandakan penyesalan. Ia tidak benar-benar bisa melindungi Rinhae dari tangan kotor Taecyeon dan itu membuat sangat geram sampai sekarang. Cairan dingin menggesek permukaan kulit tangan Onew.

“Maaf, karena aku kau jadi terluka seperti ini. Padahal kau sudah menolongku banyak sekali, tapi aku tetap saja menyusahkanmu. Maaf…” Isak Rinhae sambil menyeka airmatanya yang tidak bisa berhenti menetes.

Onew menurunkan tangannya dari pipi Rinhae hingga ke pergelangan tangannya lalu meremasnya dengan pelan.

“Jangan merasa bersalah. Tidak ada yang tau kapan kesialan akan menimpa diri kita, jadi berhentilah menyalahkan dirimu sendiri.” Sergah Onew dengan lembut. Selain ia masih merasakan sakit ditubuhnya, ia juga tidak ingin membuat Rinhae tambah merasa bersalah jika dia menaikkan suaranya.
”Tapi… Tapi kalau sejak awal kau tidak mengizinkanku untuk bekerja di rumahmu, kau tidak akan jadi seperti ini. Kurasa sebaiknya aku segera keluar dari rumahmu… Aku—“
”Keluar dari rumahku? Lalu kau bisa ke mana? Tinggal di jalanan? Atau membiarkan kakakmu yang tidak bertanggungjawab itu kembali menjualmu ke bar?” Hentak Onew. Hanya dengan membayangkan kemungkinan Rinhae keluar dari rumahnya membuat darahnya terasa mendidih.

“A—aku bisa menyewa rumah kecil, mencari pekerjaan baru dan menghidupi diriku sendiri mulai saat ini. Aku hanya tidak ingin terus me—“

Lagi-lagi Onew memotong pembicaraan Rinhae. Onew menarik tangan Rinhae dengan kuat untuk memaksa Rinhae terduduk ditepi tempat tidurnya. Onew merengkuh wajah Rinhae dengan cepat dan menciumnya.

Kedua mata Rinhae membelalak lebar. Baginya, ini adalah pertama kalinya ia berciuman—dengan Onew. Tapi tidak tau mengapa, ia seperti pernah merasakan kehangatan yang diberikan Onew sebelumnya.

Tangan kanan Onew memeluk pinggang Rinhae dengan erat. Onew semakin menarik Rinhae mendekat, menghabiskan jarak yang tersisa diantara mereka. Meskipun saat ini beberapa tulangnya yang patah masih menimbulkan nyeri di sana sini, tapi Rinhae selalu bisa membuatnya melupakan segalanya. Onew menggigit bibir bawah Rinhae dengan pelan. Ia segera menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut Rinhae setelah yeoja itu membuka mulutnya sedikit. Merasakan lidah Onew di dalam mulutnya membuat Rinhae terkesiap pelan. Rinhae menekan tangannya yang bersandar di dada Onew dengan agak keras tanpa ia sadari, membuat Onew meringis dan menghentikan ciuman mereka karena luka di tubuhnya yang kembali terasa berdenyut-denyut.

“Mi—mian!” Ucap Rinhae panik setelah sadar apa yang ia lakukan. Onew menyentuh dadanya, mengelusnya dengan pelan untuk mengusir rasa sakitnya.

“Apa aku… membuatmu takut?” Tanya Onew ragu. Ia baru menyadari apa yang telah ia perbuat tadi bisa saja membuat dia kehilangan kepercayaan Rinhae dan mungkin juga Rinhae. Rinhae menundukkan untuk menyembunyikan semburat merah di wajahnya dan menggelengkan kepalanya.

Onew meraih dagu Rinhae dan memaksa yeoja itu untuk mendongaknya.

“Jangan pernah mengatakan bahwa kau akan pergi. Karena aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dari sisiku. Untuk selamanya.”
”Tapi—“

“Jika kau pikir kehadiranmu selalu mencelakaiku, maka kepergianmu akan lebih dari itu.” Onew menatap Rinhae dengan tegas. Onew menggigiti bibir bawahnya, terlihat ragu apakah dia harus mengatakan hal yang selama ini ia pendam atau tidak.

“Kim Rinhae-ssi, aku menyukaimu…” Onew menghentikan kata-katanya untuk mengamati reaksi Rinhae. “Jadi, kumohon jangan pergi.”

“On—onew-ssi. Kau baik-baik saja? Aku akan memanggil dokter untuk melihat keadaanmu sekarang.” Rinhae tidak bisa percaya apa yang baru saja ia dengar dan memutuskan bahwa Onew sedang mengigau saat ini.

“Aku serius. Kenapa kau tidak mempercayai kata-kataku? Karena status sosial kita?” Rinhae mengangguk. “Karena masa lalu mu?” Rinhae lagi-lagi mengangguk. “Tapi yang kusukai adalah kau, Kim Rinhae. Bukan status sosial ataupun masa lalumu. Aku mungkin tidak romantis seperti pria lainnya, tapi aku berani bertaruh aku akan melindungimu lebih dari siapapun.” Onew menatap Rinhae dalam-dalam. Hati Rinhae terasa hangat mendengar kata-kata Onew. Ia sendiri yakin kalau Onew akan selalu melindunginya dan akan menghargainya lebih dari apapun.

Rinhae terus menatap Onew tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ia masih tidak tau apa yang harus ia katakan pada Onew. Ia takut akan mengatakan hal yang salah dan justru membuat dia menyesal seumur hidup.

“Jangan berpikir terlalu banyak. Apakah kau benar-benar ingin meninggalkanku?” Rinhae menggelengkan kepalanya dengan pelan tapi mantap. “Apakah aku memiliki tempat khusus dihatimu?” Rinhae terdiam agak lama sebelum ia mengganggukkan kepalanya. Senyuman diwajah Onew merekah perlahan-lahan. Senyuman yang baru pertama kali ini dilihat  Rinhae, senyuman yang mampu membuatnya luluh dalam hitungan detik.

“Boleh aku menciummu?” Onew mendekatkan wajahnya ke arah Rinhae, berbisik pelan saat bibir mereka hampir bersentuhan. Sebagai jawaban Rinhae memejamkan matanya. Onew tersenyum kecil dan kembali melumat bibir Rinhae dengan pelan. Sebelum Onew sempat mengubah ciuman manis mereka menjadi lebih menggebu-gebu, pintu ruang inap Onew terbuka lebar.

“HYUNG! Kau memperingatiku untuk tidak menyentuhnya, tapi lihat apa yang kau lakukan padanya sekarang!” Omel Jonghyun begitu masuk dan melihat Onew dan Rinhae berciuman. Key, Taemin dan Sora berlari kecil untuk melihat apa yang membuat Jonghyun berteriak-teriak tidak karuan.

Onew menggerutu pelan yang hanya mampu didengar oleh dirinya sendiri setelah ‘kegiatan’ mereka terganggu.

“Datanglah ke bar ku malam ini, hyung. Kau bisa mencari ‘mangsa’ mu di sana.” Key menepuk pundak Jonghyun dan terkekeh pelan.

“Bagus, sekarang kalian bertiga sudah punya pacar. Dan Taemin tentu saja dengan si Minji itu. Kenapa hanya aku yang sendirian!?” Gerutu Jonghyun dengan membuat ekspresi sedih diwajahnya.

“Berhentilah bersikap dramatis hyung. Kalau kau sampai terikat oleh seorang yeoja, itu berarti keajaiban.” Timpal Taemin yang tidak mau ketinggalan untuk mengejek Jonghyun. Onew dan Key terkekeh pelan saat Jonghyun memukul kepala Taemin.

“Berhentilah memerintahkan ini dan itu padaku! Dan harus berapa kali kukatakan kalau dia itu teman baikku!?” Suara Seorin dari luar membuat ruangan Onew menjadi hening. Mereka semua menajamkan pendengaran mereka untuk mendengar apa yang lagi-lagi membuat Seorin dan Minho bertengkar.

“Kau tidak seharusnya memeluk dia kalau dia hanya teman baikmu!” Cerca Minho tidak mau kalah.

“Urgh, terserah kau sajalah!” Seorin menghentakkan langkahnya dan masuk ke ruangan Onew.

“Yaa! Jangan dekat-dekat dengannya kalau kalian tidak sengaja bertemu lagi, araseo?” Tukas Minho kesal.

“Kenapa aku harus mendengarkan kata-katamu, huh? Berhenti mengaturku!”
”Kau lupa kalau kau harus bersikap manis padaku? Kita sudah membuat kesepatakan, Lee Seorin.” Minho nada suaranya agar tidak ada yang bisa mendengarkan kata-katanya karean ia tau mereka telah menjadi pusat perhatian sekarang. Seorin menggerutu kesal dan bergumam mengiyakan. Minho tersenyum puas dan masuk ke dalam ruangan Onew tanpa mempedulikan tatapan dari teman-temannya. Minho menghampiri Onew untuk menanyakan keadaannya.

“Yaaa, kalian bisa bertengkar juga?” Sora menyikut lengan Seorin.

“Dia yang selalu mengajakku bertengkar.” Tukas Seorin masih merasa marah karena Minho tadi menariknya pergi begitu saja padahal ia sedang berbicara dengan teman yang sudah lama tidak ia jumpai.

“Kau juga sih. Sudah tau punya pacar, kenapa kau memeluk namja lain? Dihadapan dia pula.” Cibir Sora. Seorin menatap Sora dengan sinis. Kenapa sekarang Sora justru ikut menyalahkan dirinya?
”Memangnya salah kalau aku memeluk Donghae oppa? Dia sudah seperti kakakku sendiri dan kami sudah lama tidak bertemu, wajarkan kalau aku merindukannya?”
”Donghae oppa!? Dia sudah kembali dari Paris?” Sora memekik tertahan dan menatap Seorin dengan tidak percaya. Semua amarah Seorin terhadap Minho menguap begitu saja saat ia melihat antusiasme Sora dan mengingat Donghae saat mereka bertemu di cafetaria rumah sakit tadi.
”Hmm, dan dia semakin tampan!”

 The end of Knight In SHINing Armor

TO BE CONTINUE . . .

a/n ::.

New cast untuk chapter next chapter (7) : Lee Donghae =DDD

Oiya, gimana, masih ada typo kah? Aku sudah nge-cek and benerin typo nya, tapi siapa tau masih ada ~~
Soalnya ngantuk banget, jadi nge-cek nya sekedarnya aja XDD

©2011 SF3SI, Yuyu.

This post/FF has written by Yuyu, and has claim by her signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

217 thoughts on “The Pervert Nerd – Glasses 6”

  1. TT.TT onew…saranghaeeee….
    asik banget baca FF ini,bahasanya enak dibaca.pemilihan katanya tepat.bagooooeeeeeesss!!!!!!

  2. kyaaaaa eonni aku suka bgt sama part ini kyaaaaaaa #rusuh

    aaaaaaaaaah i’m melted! onyu gentle sekali. Aih, kenapa dunia fantasi bisa semenyenangkan itu? jadi mupeng pegen jadi rinhae (TuT)

    nyunyu oppa, jadikanlah aku pelayan pribadimu… aku rela tak digaji seumur hidup asal oppa nikahin ;p

  3. Baca ni ff Ъќ Α∂α bosen2nya dech
    Dah Ъќ kehitung berapa kali ªkŮ ngulang baca ni
    Apalagi part ini
    ªkŮ suka banget ma karakter onew !!!!
    Ditunggu ffnya yg lain yaaaa
    N kalo bisa maincastnya si jinki ƫя̲̅μş̲̅
    ƗƗαƗƗαƗƗαƗƗαƗƗαƗƗα

  4. “Kau cukup kendalikan hormon-mu dan berhenti bermain dengan para yeoja sebelum kita menyelesaikan 2PM. Kita tidak tau ide licik macam apa yang mereka rencanakan, mungkin saja mereka menjebakmu melalui yeoja. Dan kami tidak mau mengalami kegagalan konyol.” <- wkwkkk bang malang nian nasib mu selalu dibully oleh dongsaengmu xD
    aku sllu suka karakter onew yg kayak gini..berkharima huwaaaa keren kerennn…
    Minho cmburu? heol..gmana nnti kalo yeoja masa lalu nya kembali? hmmmm…

  5. “Kau cukup kendalikan hormon-mu dan berhenti bermain dengan para yeoja sebelum kita menyelesaikan 2PM. Kita tidak tau ide licik macam apa yang mereka rencanakan, mungkin saja mereka menjebakmu melalui yeoja. Dan kami tidak mau mengalami kegagalan konyol.” <- wkwkkk bang malang nian nasib mu selalu dibully oleh dongsaengmu xD
    "Kenapa hanya aku yang sendiri?"
    Ckk ige mwoya? bang yuna kau anggap apa? dia tunanganmu lohhh xD
    aku sllu suka karakter onew yg kayak gini..berkharima huwaaaa keren kerennn…
    Minho cmburu? heol..gmana nnti kalo yeoja masa lalu nya kembali? hmmmm…

  6. Masalalunya rinhae miris banget yaampun /_\ sian dia, untung onew nyelametin rinhae ;_; tega aja kakanya rinhae jual adeknya ke bar ckckck
    HAHAHA Key nge-bully jjong. Kendaliin hormonmu bang wks
    Aihh 2pm sangar2 ya wkwk /ngebayangin/
    Etjiye onew sama rinhae >///< tinggal minho -sora, jjong-yula nih yang jadian wkk
    Lanjutbaca

  7. Aku sukaa couple yang satu inii, Yeoja nya yang pemalu tapi kalo mabok agresif hahaha dan cowo nya yang heumm gitu lah :v
    Mereka jadian beneran kan? Terus Rinhae udah gak jadi pembantu kan? Masa lalu nya dia menyedihkan banget, Oppa nya jahat dihh

Leave a reply to Ilalee Cancel reply