Incomplete Marriage – Part 6

Author : Yuyu

Main Cast :

  • Kim Jonghyun
  • Lee Hyunji

Support Cast :

  • Onew
  • Choi Minho
  • Lee Taemin
  • Han Younji
  • Son Shinyoung

Genre : Romance

Rating : PG 16

INCOMPLETE MARRIAGE

Hyunji mengerang pelan. Seluruh tubuhnya terasa sakit, mungkinkah karena dia menangis semalam hingga sekarang tubuhnya terasa pegal? Hyunji kembali membuka matanya yang masih terasa agak perih.

Lagi-lagi ia melihat wajah Jonghyun tepat berada dihadapannya. Hyunji bahkan masih bisa merasakan tangan kokoh Jonghyun masih melingkar dipinggangnya seperti yang ia lihat saat ia terbangun tengah malam tadi. Apakah namja itu sama sekali tidak bergerak dalam tidurnya?

Hyunji menusukkan jari telunjuknya ke pipi Jonghyun dengan pelan untuk membangunkan Jonghyun tapi tidak ada reaksi. Hyunji masih saja terus menusuk pipi Jonghyun dengan pelan, berharap Jonghyun akan terbangun. Jonghyun menggerutu tidak jelas, melepaskan pinggang Hyunji hanya untuk menarik tangan Hyunji agar berhenti menusuk pipinya. Hyunji mengatupkan kedua bibirnya dengan erat. Jonghyun terlihat seperti anak kecil saat ia menggerutu dan hal itu menggelitik Hyunji, tapi dia tidak ingin tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.

“Hei, bangun..” Ucap Hyunji dengan datar. Jonghyun membuka matanya satu persatu. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali dan menatap Hyunji. Jonghyun menarik nafas dalam-dalam dan tersenyum. Rasanya sangat menyenangkan ketika ia membuka matanya di pagi hari dan yang pertama kali ia lihat adalah Hyunji.

Hyunji balas memandang Jonghyun, tidak tau apa yang harus dilakukannya.

“Kau tidak menendangku dari atas tempat tidur seperti waktu itu?” Tanya Jonghyun was-was. Hyunji mengangkat pundaknya dengan cuek.

“Setidaknya kemarin kau sudah membantu banyak, jadi aku tidak akan tega untuk menendangmu hari ini, mungkin lain kali.” Jawab Hyunji enteng.

“Apa itu artinya aku bisa melakukan apapun yang aku mau hari ini?” Jonghyun menyeringai lebar. Tiba-tiba saja rasa kantuknya menghilang hanya dengan membayangkan apa saja yang bisa ia lakukan. Jonghyun berpindah dari samping Hyunji hingga sekarang berada diatasnya dengan cepat, bahkan Hyunji tidak yakin sejak kapan Jonghyun bergerak.

“Mwo?” Tanya Hyunji bingung.

“Kau benar-benar membuatku gila, kau tau? Aku bahkan…” Jonghyun menggerakkan mulutnya dengan ragu antara ingin melanjutkan kata-katanya atau tidak. Tapi Jonghyun memutuskan untuk tutup mulut. Suasana hati Hyunji pagi ini sepertinya sangat baik, dan dia tidak mau membuat Hyunji kesal kalau dia menceritakan tentang mimpi anehnya. Bagaimana bisa imajinasinya terus bertambah liar hari demi hari? Ia bahkan memimpikan Hyunji menyium dirinya semalam.

Jonghyun menggelengkan kepalanya ketika ingatannya tentang mimpi aneh itu kembali melanda dirinya. Hyunji mengerutkan keningnya, menatap Jonghyun dengan bingung. Apa yang sebenarnya diinginkan namja itu?

“Jonghyun-ah, kau ada di—Omo! Maaf, apa aku menganggu kalian?” Suara seorang wanita yang belum pernah di dengar oleh Hyunji sebelumnya agak membuat dia kaget. Hyunji dan Jonghyun menoleh bersamaan ke arah pintu.

Seorang wanita yang menggenakan gaun sederhana berwarna abu-abu terang tengah berdiri mematung di sana, agak merasa bersalah karena sepertinya dia telah mengganggu kegiatan si penghuni kamar.

Jonghyun membelalakkan matanya dan segera melompat turun lalu berlari pelan ke arah wanita itu. Jonghyun memeluknya dengan erat dan tersenyum lebar sementara Hyunji hanya bisa ikut berdiri dan berjalan dengan sangat pelan untuk menghampiri mereka.

”Kapan kau pulang? Kenapa tidak mengabariku lebih dulu?” Tanya Jonghyun setelah ia melepaskan wanita itu dari pelukannya. Wanita itu terkekeh pelan, suaranya terdengar sangat merdu di telinga Hyunji.

“Sebenarnya aku ingin memberikan kejutan padamu, tapi sepertinya justru kau yang berhasil mengejutkanku.” Wanita itu terkekeh lagi. Jonghyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena merasa malu telah menyuguhkan sesuatu untuk menyambut kedatangan wanita itu.

”Ah!” Jonghyun memutar tubuhnya, mencari Hyunji yang berdiri beberapa meter di belakangnya saat ini. Jonghyun menggenggam tangan Hyunji dan menariknya hingga berdiri tepat disampingnya.

Hyunji tidak pernah melihat wanita ini sebelumnya, tapi ia agak merasa kesal saat tadi Jonghyun tiba-tiba saja melupakannya dan berlari untuk memeluk wanita itu. Tapi sekarang, setelah Jonghyun menggenggam tangannya, diam-diam Hyunji tersenyum. Siapapun wanita yang ada dihadapannya saat ini, orang itu harus tau kalau dia adalah tunangan Jonghyun.

Tunggu dulu! Bukankah pertunangan itu hanya sandiwara saja?

“Hyunji-ya, perkenalkan, ini Son Shinyoung. Dan noona, ini Lee Hyunji. Tunanganku.” Imbuh Jonghyun dengan bangga.

Shinyoung mengulurkan tangannya ke arah Hyunji yang langsung menjabatnya.

“Aku sudah tau. Eomma sudah mengirimkan foto pertunangan kalian. Tega sekali kau tidak mengundangku.” Shinyoung berpura-pura marah. Jonghyun hanya tertawa pelan sebagai tanggapannya.

“Noona mau jalan-jalan? Kami bisa menemanimu.” Tawar Jonghyun.

“Tentu. Untuk itulah aku mencarimu sepagi ini. Aku harus membeli beberapa pernak-pernik untuk kamarku. Tapi…” Shinyoung menatap Jonghyun dan Hyunji bergantian lalu tersenyum penuh arti, “Kalian bisa menyelesaikan dulu apa yang sedang kalian lakukan tadi, aku akan menunggu dibawah.” Shinyoung melambaikan tangannya dan turun ke lantai bawah sesuai perkataannya.

“Dia kakakmu? Kupikir kau anak tunggal?” Tanya Hyunji penasaran.

“Aniya, dia bukan kakakku.” Elak Jonghyun cepat. Hyunji menyatukan kedua alisnya, semakin tidak mengerti apa maksud Jonghyun.

“Keluarga kami memang dekat. Dan orangtuaku sudah menganggap dia seperti anak sendiri. Dia pindah ke Jepang 5 tahun lalu dan sepertinya dia akan kembali menetap di Seoul sekarang.”

***

Hyunji memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. Cuacana memang tidak terlalu dingin, tapi Hyunji lebih suka memakai jaketnya ke mana pun dia pergi.

Jonghyun dan Shinyoung berjalan beberapa langkah di depan Hyunji, sibuk berceloteh tentang masa kecil mereka. Ada sesuatu yang tidak bisa membuat Hyunji melepaskan pandangannya dari wanita yang lebih tua 2 tahun darinya itu, tapi apa?

Angin berhembus agak kencang, membuat ujung gaun berenda milik Shinyoung berkibaran. Beberapa helai rambut panjangnya ikut berantakan setelah diterpa angin. Shinyoung terkekeh kecil, merapikan rambutnya sendiri di bantu oleh Jonghyun yang menyelipkan sejumput rambut ke balik telinganya.

Hyunji menghentikan langkahnya detik itu juga. Akhirnya ia tau apa yang membuat dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Shinyoung. Tanpa menyadari langkah Hyunji yang terhenti, Jonghyun dan Shinyoung terus melangkah dengan ceria.

Hyunji memutar tubuhnya 90 derajat, menghadap ke sebuah kaca display besar milik sebuah toko busana. Ia memandangi bayangan buram dirinya yang terpantul dari kaca display dengan nanar.

Lihatlah dirinya saat ini. Jauh dari kata cantik, tidak ada satupun deskripsi ‘wanita’ pada dirinya. Sementara Shinyoung? Dilihat dari sisi manapun, dia sangat wanita. Hyunji menyentuh ujung rambut pendeknya yang bahkan tidak menyentuh bahu. Hyunji mengangkat kepalanya perlahan-lahan, menatap sebuah gaun yang terpajang indah di sana. Hyunji mengernyit. Tanpa rambut palsu dan riasan, ia akan terlihat sangat aneh mengenakan gaun itu.

Kesadaran lain menghantamnya disaat yang bersama. Apa yang ia lakukan kemarin? Ia mencium Jonghyun? Apakah itu berarti dia menyukainya?

Hyunji menggelengkan kepalanya dengan cepat untuk mengusir pikiran itu.

“Aku hanya tersentuh pada kebaikannya, itu saja.” Gumam Hyunji pelan. Ia tidak mau mengakui bahwa apa yang ia rasakan itu cinta, atau lebih tepatnya dia menolak.

Atas dasar apa Hyunji menyukainya? Ia tidak pantas untuk itu. Jonghyun jelas namja yang tampan—semua orang mengakuinya, benar bukan? Dan meski awalnya Hyunji enggan untuk percaya, tapi sekarang dia tau Jonghyun benar-benar namja yang berhati lembut. Jadi kenapa orang sesempurna Jonghyun bisa menjadi tunangannya? Ah, ya. Bagaimana Hyunji bisa lupa, demi Tuan Kim. Cepat atau lambat semuanya akan berakhir, segera. Rasa sesak itu kembali melandanya, mengikat dadanya dengan erat hingga ia tidak bisa memasukkan oksigen ke dalam paru-parunya seberapa keras pun ia mencoba.

Hyunji tertawa lirih. Ia menatap punggung Jonghyun yang sudah berada jauh darinya, terhalangi oleh beberapa pejalan kaki lainnya. Tapi Hyunji bisa dengan cepat mendapatkan sosok namja itu. Hyunji menghela nafas pelan dan memutar tumitnya untuk berjalan ke arah yang berlawanan.

***

“Jangan tiba-tiba menghilang dan tidak memberitaukan apapun padaku. Kau membuatku khawatir setengah mati.” Omel Jonghyun yang tidak bisa berhenti. Sebenarnya sejak kemarin Jonghyun terus mengulangi kata-kata yang sama pada Hyunji, tapi karena Hyunji tidak juga memberikan tanggapan tentang kata-katanya, Jonghyun harus terus mengulangi kata-katanya hingga Hyunji mengiyakan, supaya dia merasa lebih tenang.

Bagaimana dia tidak panik? Ketika dia menoleh ke belakang, Hyunji tak lagi ada di sana, hp nya juga tidak bisa dihubungi, dan yang terpenting Hyunji tidak kembali ke rumah. Untung saja Hyunji pulang dari rumah Younji tak berapa lama setelah Jonghyun sampai ke rumah, kalau tidak dia mungkin akan melapor polisi saat itu juga.

Jonghyun mengacak rambutnya dengan gusar. Hyunji mengabaikan dirinya, lagi. Apa lagi yang ia perbuat kali ini? Ia ingat terakhir kali Hyunji masih baik-baik saja, suasana hati yeoja itu jelas terlihat sangat baik karena dia tidak menendang Jonghyun dari atas tempat tidur.

Hyunji masih saja terus menarikan penanya diatas buku, entah apa yang sedang ia tulis padahal pelajaran belum dimulai pagi hari ini. Jonghyun mendengus kesal dan memutari meja Hyunji untuk duduk di tempatnya sendiri. Sudah sejak kemarin Jonghyun mencoba untuk bicara dengan Hyunji, tapi selalu tidak bisa mendapatkan reaksi darinya. Ada apa lagi dengannya?

Jonghyun mencoba menghapus apapun itu yang mengganggu pikirannya tentang sikap Hyunji yang berubah drastis. Jonghyun terus bersikap seperti biasa, menempeli Hyunji tanpa ampun. Tapi tetap saja Hyunji tidak bereaksi.

***

“Noona, kenapa kau masih memakai seragam namja seperti itu?” Omel Taemin yang mengangkat wajahnya dari buku tugasnya untuk melirik sekilas ke arah Hyunji. Hyunji tersenyum lemah, melempar tasnya dengan sembarangan ke atas tempat tidur Taemin lalu menghempaskan dirinya di samping adiknya.

”Noona, kau baik-baik saja?” Tanya Taemin. Hyunji hanya mengangguk pelan, entah Taemin melihatnya atau tidak. Taemin menutup buku tugasnya dan meluruskan tubuhnya sebelum menghadap ke arah Hyunji.

“Noona baik-baik saja?” Ulang Taemin karena ia melihat Hyunji tidak seperti biasanya. Hyunji memeluk bantal sofa dengan erat dan menopang dagunya sambil memandang kosong ke depan.

“Aku capek.” Kata Hyunji pelan.

”Kenapa?” Taemin mengangkat sebelah alisnya dan memandang Hyunji dengan penuh tanda tanya.

”Mungkin karena seharian ini si jelek itu terus menguntitku.”

Taemin terkekeh pelan, “Maksud noona, Jonghyun hyung? Omong-omong, di mana dia sekarang?”

”Sedang keluar bersama Shinyoung eonni.”

”MWO? Ada apa dengan noona satu itu? Kenapa dia harus kembali ke Seoul dan tinggal di sini? Memangnya dia tidak bisa membeli apartemen dan tinggal sendiri? Dan yang terpenting, kenapa dia harus selalu merecoki Jonghyun hyung?” Omel Taemin panjang lebar mengingat bagaimana Shinyong selalu bersama dengan Jonghyun hampir setiap saat di rumah. Taemin meringis pelan saat Hyunji memukul kepalanya.

“Sejak kapan kau jadi kurang ajar seperti ini?” Hyunji memelototi Taemin. Dia tidak pernah mengajari adiknya yang manis ini untuk menggerutu tentang orang lain.

“Ouch! Tapi apa yang kukatakan itu benar, kan? Shinyoung-ssi selalu saja menempeli Jonghyun hyung, padahalkan noona tunangannya. Apa dia tidak bisa melihat kalau noona cemburu?” Tukas Taemin sebal.

“Aku tidak cemburu.” Elak Hyunji dengan cepat.

Hyunji tidak menyahuti omelan selanjutnya dari Taemin. Cemburu? Mana pantas dia cemburu pada wanita sempurna seperti Shinyoung?

***

“Maaf, merepotkanmu. Tapi aku sungguh-sungguh harus membeli kamera yang baru. Kamera nikonku yang lama sudah mulai rewel dan menyulitkan pekerjaanku.” Ucap Shinyoung sungguh-sungguh pada Jonghyun yang duduk di balik kemudi.

“Bukankah noona memang kembali ke Seoul untuk merepotkanku?” Gurau Jonghyun. Tapi Shinyoung sama sekali tidak menanggapi gurauan Jonghyun dan justru memandang namja itu dengan serius.

“Apa aku mengacaukan hubunganmu dengan Hyunji?”

”Mwo?” Jonghyun melirik ke arah Shinyoung sekilas dan kembali menatap lurus ke jalan karena dia tidak ingin menabrak mobil di depannya, “Kenapa noona berpikir seperti itu?”

”Karena kulihat Hyunji sepertinya terus mengabaikanmu beberapa hari belakangan, benarkah begitu?”

Jonghyun berpikir selama sesaat. Memang benar. Dan Jonghyun sendiri sudah lelah karena terus mencoba mendapatkan perhatian dari Hyunji agar yeoja itu tak lagi menghindarinya. Tapi gagal. Jonghyun tersenyum kecut.

”Dia memang sulit ditebak. Tapi aku yakin semuanya akan segera membaik. Semoga saja.” Imbuh Jonghyun diakhir kalimatnya.

“Yah, semoga saja.” Shinyoung mengangguk pelan, ikut berharap yang terbaik akan terjadi pada Jonghyun dan Hyunji.

“Oh ya, noona sudah menemui Onew?” Jonghyun menghentikan mobilnya saat lampu merah menyala, membuat Jonghyun bisa menatap Shinyoung yang duduk di sampingnya.

“Belum.” Jawab Shinyoung pelan. “Aku belum siap untuk menemuinya.”

”Jangan begitu noona. Kita tau kalau itu bukan salahmu, kan?” Bujuk Jonghyun. Ia bisa mengerti apa yang membuat Shinyoung masih belum ingin menemui Onew hingga saat ini, tapi bagaimanapun itu bukan kesalahan Shinyoung. Dan Onew sendiri pernah mengatakan ia tidak pernah menyalahkan Shinyoung untuk apa yang sudah terjadi.

“Bagaimana dengan Onew saat ini?” Tanya Shinyoung penasaran.

“Baik. Dia mungkin bukan Onew yang polos yang dulu noona kenal. Tapi aku berani bersumpah, dia masih Onew yang sama.” Kekeh Jonghyun pelan, tidak tega memberitaukan pada Shinyoung betapa liarnya Onew sekarang.

Lagi-lagi Shinyoung mengangguk pelan.

“Hmm, mungkin aku akan menemuinya beberapa hari lagi. Tapi tidak sekarang.” Gumam Shinyoung agak keras.

***

Shinyoung dan Jonghyun pulang tepat pada saat makan malam. Nyonya Kim telah menunggu kedua orang itu bersama dengan Hyunji dan Taemin, sementara Tuan Kim yang harus keluar kota tadi pagi tidak bisa ikut bergabung di meja makan.

“Malam, eomma.” Sapa Jonghyun dengan riang dan menarik kursi disamping Hyunji, tidak menghiraukan Hyunji yang masih enggan untuk sekedar menatap Jonghyun.

Hyunji memilih untuk diam sepanjang makan malam berlangsung, membiarkan Nyonya Kim dan Shinyoung lebih banyak berbicara. Sesekali siku Jonghyun menyenggol pelan lengan Hyunji dan membuat Hyunji sedikit bergeser. Tapi tetap saja siku Jonghyun masih menyenggol lengannya.

Tidak, bukannya Hyunji kesal. Dia hanya tidak ingin wajahnya berubah jadi semerah tomat saat ini, jadi dia harus menjauh dari Jonghyun. Sentuhan seringan itu saja sudah membuat jantung Hyunji melompat tak karuan.

”Ah, benar juga!” Ucap Nyonya Kim dengan senyum lebar di wajahnya. Nyonya Kim merangkapkan kedua tangannya di depan dada dan memandang semua pasang mata yang melihatnya dengan penasaran. “Ada kabar gembira untuk kalian. Setelah—“

Hyunji mengangkat wajahnya yang ia tundukkan dari tadi. Ia sudah bertekad. Ia harus memutuskan pertunangan ini, menyelesaikan sandiwara mereka dan segera menjauh dari kehidupan Jonghyun. Hanya itulah satu-satunya cara agar dia bisa kembali normal, menurutnya.

“Eommonim, sebelumnya, ada yang ingin kubicarakan lebih dulu. Tentang pertunangan ini…” Ucap Hyunji ragu diakhir kalimatnya. Mendelik ke arah Jonghyun dari sudut matanya. Ia bisa melihat Jonghyun menatapnya dengan tajam. Tapi ia harus tetap melanjutkan kata-katanya. Hyunji memejamkan matanya cukup erat dan menarik nafas dalam-dalam hingga ia merasa sudah punya cukup keberanian untuk berbicara langsung pada Nyonya Kim.

“Aku dan Jonghyun… Kami…” Hyunji menelan air liurnya dan tubuhnya bergetar pelan. Cukup yakinkah dia ingin melanjutkan kata-katanya?

Jangan… Jangan lanjutkan…Batin Jonghyun yang dari tadi terus menatap Hyunji tidak berkedip, ia bahkan terus menahan nafasnya sendiri sejak Hyunji mulai berbicara. Jonghyun tidak tau pasti apa yang ingin dibicarakan Hyunji, tapi dia punya firasat kalau apa yang akan Hyunji katakan bukanlah hal yang baik.

Hyunji kembali menarik nafas dalam-dalam, “Kami akan mem—“

SREEEK!

Jonghyun berdiri dengan tiba-tiba, membuat kursi yang ia duduki terdorong mundur dan menimbulkan suara gaduh. Semua pasang mata berganti untuk menatapnya. Jonghyun berdeham pelan dan tertawa canggung.

“Aku dan Hyunji harus mendiskusikan sesuatu.” Ucap Jonghyun ragu. Hyunji mengerutkan keningnya, jelas sekali tidak setuju dengan kata-kata Jonghyun. Tapi sebelum sempat Hyunji menolak dan melanjutkan pembicaraannya, Jonghyun sudah menarik tangan Hyunji untuk meninggalkan ruang makan.

Nyonya Kim memandang Taemin dan Shinyoung bergantian, ia tidak mengerti apa yang tiba-tiba saja membuat Hyunji dan Jonghyun berubah menjadi tegang seperti itu. Shinyoung tersenyum tipis dan mengusap rambut panjangnya dengan kaku.

“Jadi, kabar gembira apa yang ingin eomma beritaukan?” Tanya Shinyoung yang berusaha mencairkan suasana.

“Ah, benar juga! Sebenarnya aku ingin mengatakannya langsung pada Hyunji, tapi tidak apa-apa lah, Jonghyun pasti bisa memberitaukannya. Persiapan pernikahan mereka sudah selesai! Dan aku sudah mencari tanggal yang baik!” Ucap Nyonya Kim dengan—sangat—bersemangat.

Taemin hampir saja memuntahkan lagi nasi yang sedang ia kunyah. Hyunji pasti akan mengamuk.

***

Hyunji memalingkan wajahnya. Ia masih tidak mengerti kenapa Jonghyun tiba-tiba menyeret dia ke kamarnya. Jonghyun berdiri tepat di depan Hyunji dan berkacak pinggang dengan gusar.

“Apa yang akan kau katakan pada eomma?” Tanya Jonghyun akhirnya.

“Pertunangan kita harus segera diselesaikan, Kim Jonghyun. Aku tidak bisa membohongi orangtuamu lebih lama lagi.” Dan yang terpenting, aku tidak bisa berada di dekatmu lebih lama lagi, tambah Hyunji dalam hati.

Jonghyun menghembuskan nafasnya dengan kasar. Gusar. Ia sangat gusar saat ini. Apa yang harus dilakukannya untuk mempertahankan agar yeoja ini tidak memutuskan pertunangan mereka? Kenapa disaat seperti ini otak Jonghyun justru terasa buntu? Ke mana semua ide-ide gilanya? Jonghyun membuka mulutnya, tapi menutupnya kembali. Tidak ada yang bisa ia ucapkan karena memang tidak ada kata-kata yang menempel diotaknya saat ini.

Hyunji berjalan melewati Jonghyun karena namja itu tak juga mengatakan apapun. Hyunji tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi. Ia harus mengatakannya pada Nyonya Kim sekarang juga. Atau keputusannya akan goyah.

Hyunji meraih pegangan pintu dan membukanya. Baru saja dia akan membuka pintu lebih lebar lagi dan melangkah keluar, tangan besar Jonghyun menekan daun pintu dengan kuat, membuatnya tertutup kembali. Tangan Jonghyun yang bebas lainnya meraih pundak Hyunji, memutar tubuh Hyuji hingga tubuhnya menabrak pintu dengan pelan.

Hyunji memicingkan matanya untuk menunggu apa yang diinginkan oleh Jonghyun. Lama kelamaan Hyunji merasa sebal dengan sikap Jonghyun. Jonghyun tidak mengatakan apapun meski mulutnya terbuka dan tertutup berkali-kali dan Jonghyun juga tidak mengizinkan dia keluar. Jadi apa yang sebenarnya diinginkan Jonghyun?

”H-Hyunji-ya, kau tidak… Kau tidak bisa melakukan hal itu.” Akhirnya Jonghyun bisa memaksa dirinya untuk berbicara meski tenggorakannya tercekat. Makanan yang baru saja masuk ke dalam perut Jonghyun berjumpalitan di dalamnya, membuat perutnya terasa diaduk-aduk dan mual.

“Kenapa tidak? Kurasa sandiwara ini sudah terlalu lama, Jonghyun. Masalahnya akan semakin berlarut-larut jika kita biarkan sedikit lebih lama lagi.” Desak Hyunji.

“Ka-karena…” Jonghyun menghentikan kata-katanya selama sesaat. Otaknya masih mencari kata-kata yang harus ia ucapkan selanjutnya. Sial, di mana semua kosakatanya saat dia sangat membutuhkannya saat ini?

Jonghyun mengerang pelan dan menundukkan wajahnya dalam-dalam.

”Aku benar-benar harus memberitaukannya pada eommonim, Jonghyun.” Hyunji mendesah pelan. Dia mencoba untuk memutar tubuhnya, tapi Jonghyun kembali mencengkram bahunya, menjaga agar Hyunji tetap berdiri dihadapannya. Jonghyun menatap lurus ke mata Hyunji. Jonghyun menggigiti bibir bawahnya dengan kuat, haruskah ia mengakuinya saat ini?

“Berhentilah bertingkah aneh! Biarkan aku pergi kalau memang tidak ada yang ingin kau bicarakan denganku!” Omel Hyunji. Kesabarannya untuk menghadapi Jonghyun benar-benar sudah habis.

“AKU MENYUKAIMU!” Teriak Jonghyun dengan keras. Hyunji terkesiap mendengar kata-kata yang tidak disangkanya dari Jonghyun. Tidak hanya Hyunji, Jonghyun sendiri tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Akhirnya kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Jonghyun.

Tidak seperti ini. Bukan pengakuan seperti ini yang ia bayangkan. Sama sekali tidak romantis.

Jonghyun berharap dia bisa mengajak Hyunji nonton bersama, setelah itu makan malam di restoran mahal. Dan ketika akhirnya dia menyatakan perasaannya, kembang api akan dinyalakan. Tapi kenapa sekarang justru jadi begini? Benar-benar melenceng jauh dari harapan Jonghyun.

“Ka-kau bilang apa?” Hyunji melongo.

“Jangan berpura-pura kalau kau tidak mendengarnya, Hyunji. Karena kau mendengarnya dengan jelas.” Jonghyun tak mau lagi mempedulikan pernyataan cintanya yang tidak romantis ini. Sekarang yang ada dipikirannya hanyalah jawaban apa yang akan diberikan oleh Hyunji?

Hyunji mengerjapkan matanya berkali-kali. Bola matanya bergerak-gerak tidak tenang memandang ke segala arah.

Hyunji tertawa sinis, “Aku tidak akan mempercayai kata-katamu, aku tidak akan jatuh dalam kebohonganmu.”

Jonghyun maju selangkah, membuat Hyunji semakin merapatkan dirinya ke pintu padahal sudah tidak ada jarak lagi antara pintu dan punggungnya.

“Aku serius, aku menyukaimu.” Jonghyun menarik tangan Hyunji, menempelkannya di dadanya. Hyunji bisa merasakan debaran jantung Jonghyun yang berdetak tidak kalah cepat dari dirinya sendiri melalui telapak tangannya, “Kau bisa merasakannya juga? Jantungku berdetak secepat ini hanya untukmu. Kau bisa mempercayaiku sekarang?” Lanjut Jonghyun dengan suara lirih. Akankah Hyunji mempercayai perasaannya?

“Ini salah Jonghyun, kau tidak mungkin menyukaiku.” Hyunji menarik tangannya sendiri, menjatuhkannya di sisi tubuhnya. Kening Jonghyun kembali berkerut. Yeoja ini benar-benar keras kepala.

“Wae? Kenapa aku tidak mungkin menyukaimu?” Tuntut Jonghyun. Hyunji menggigiti bibirnya dengan ragu.

“Karena aku tidak seperti wanita kebanyakan.” Hyunji menoleh ke samping, tidak ingin menatap Jonghyun.

“Apa maksudmu?” Tanya Jonghyun lagi, nada suaranya terdengar marah. Hyunji mengunci mulutnya rapat-rapat. Kali ini dia tidak ingin menjawab. Ia tidak ingin merincikan semuanya pada Jonghyun, tidak ada gunanya.

“Kau merasa minder karena penampilanmu!? Astaga, ke mana Lee Hyunji yang penuh percaya diri?” Cemooh Jonghyun. Dia tidak bermaksud mengatakannya dengan kasar, tapi ia benar-benar tidak suka dengan sikap Hyunji sekarang. “Dengar Lee Hyunji. Mau seperti apapun penampilanmu, aku tetap akan menyukaimu. Penampilan bisa dirubah, kan? Tapi perasaan tidak bisa. Dan aku lebih tau tentang apa yang kurasakan, jadi jangan pernah katakan lagi kalau aku tidak mungkin menyukaimu.”

Hyunji masih bergeming, tidak bersuara sedikit pun. Ia sibuk berkutat dengan pikiran dan hatinya. Haruskah dia percaya? Mungkinkah Jonghyun benar-benar menyukainya? Apa yang harus dia lakukan sekarang? Kenapa Jonghyun menyukainya?

“Kenapa kau menyukaiku?” Hyunji menyuarakan pikirannya yang bisa membuat otaknya meledak. Tatapan Jonghyun melunak, amarahnya menghilang begitu saja saat melihat ekspresi kebingungan di wajah Hyunji. Jonghyun mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Hyunji dengan lembut.

“Karena kau wanita yang tegar. Matamu selalu bercahaya setiap kali kau memusatkan perhatianmu pada satu hal dan membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu. Bibirmu selalu melengkungkan senyuman manis yang membuatku ikut tersenyum. Suaramu selalu berhasil membuatku merasa tenang. Tapi yang terpenting, karena kau adalah Lee Hyunji, yeoja yang membuatku merasa utuh.” Jonghyun berbisik pelan ditelinga Hyunji.

Hyunji merasa matanya mulai berkaca-kaca. Pandanganya menjadi kabur karena tertutupi oleh tumpukan airmata yang menggenang dipelupuknya. Hyunji menyandarkan keningnya di bahu lebar Jonghyun dan terisak pelan, membuat Jonghyun kaget. Kenapa tiba-tiba yeoja ini menangis?

“Eotteohge? Naega eotteohge?” Ucap Hyunji berulang-ulang. Jonghyun menengadahkan kepalanya dan bergumam kecil.

“Mianhae.. Aku tau aku yang salah, tiba-tiba saja bilang kalau aku menyukaimu tanpa memikirkan perasaanmu. Aku bisa mengerti kalau kau memang tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Aku akan… Aku… Aku yang akan mengatakan pada eomma untuk memutuskan pertunangan ini.” Suara Jonghyun bahkan terdengar tidak bertenaga ditelinganya sendiri. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak mungkin memaksa Hyunji tetap berada disisinya sampai akhir kalau Hyunji memang tidak memilik perasaan yang sama.

Hyunji meremas kaos Jonghyun dengan erat, agak membuat Jonghyun yang bersiap melangkah pergi menjadi tersentak kaget.

“Naega eotteohge?” Ulang Hyunji untuk yang kesekian kalinya. Hyunji menatap kedua bola mata Jonghyun yang balas menatap Hyunji dengan berbagai macam emosi yang campur aduk, “Kurasa aku mempercayai kata-katamu. Dan itu membuatku tidak bisa meninggalkanmu.”

Guratan diwajah Jonghyun berkurang dengan perlahan, “Maksudmu… Tunggu! Katakan dengan jelas, aku tidak mau sampai terjadi kesalahpahaman.” Tukas Jonghyun dengan cepat. Hyunji tersenyum tipis, ia meletakkan telapak tangannya di dada Jonghyun. Masih bisa ia merasakan detak jantung Jonghyun yang tidak karuan.

”Jantungku juga berdetak secepat ini setiap kali kau berada di dekatku.” Hyunji tersenyum lebih lebar. Ia benar-benar kacau. Akhirnya ia mengakui perasaannya sendiri. Dan ia merasa sangat kacau. Benarkah apa yang ia lakukana saat ini? Jonghyun balas tersenyum—tidak kalah lebar. Perasaan lega menyelimutinya. Hyunji tidak meninggalkannya, benar bukan?

“Kau tidak akan memutuskan pertunangan kita, kan? Kau akan menjadi milikku, iya kan?” Tanya Jonghyun tidak percaya. Hyunji mengangguk pelan. Jonghyun mendekap Hyunji dalam dekapannya dengan sangat erat, seolah-olah Hyunji akan berlari pergi kalau dia tidak memeluknya seerat ini. Tapi Hyunji juga tidak keberatan, sekarang setelah ia mengakui perasaannya—tidak hanya pada Jonghyun, tapi juga dirinya sendiri—ia merasa sangat senang bisa memeluk Jonghyun seperti ini.

Aku tidak perlu kalut seperti ini kalau saja dari awal aku tau semua akan berakhir dengan baik, batin mereka berdua.

Jonghyun melepaskan pelukannya dan menatap Hyunji selama beberapa detik sebelum ia mendekati wajah Hyunji, hendak mengunci bibir Hyunji dengan bibirnya sendiri. Hyunji tersenyum tipis, memejamkan matanya. Jonghyun menghentikan gerakannya saat hanya tersisa beberapa milimeter jarak yang memisahkan bibir mereka. Sesuatu yang penting menghantam ingatannya detik itu juga.

“Hyunji-ya. Ada yang ingin kuberitaukan lebih dulu.” Ucap Jonghyun gugup. Hyunji membuka matanya dan memiringkan kepalanya, menanti kata-kata selanjutnya dari Jonghyun.

”Tentang kabar gembira yang eomma katakan tadi. Dia sudah mempersiapkan pernikahan untuk kita, sehari setelah hari kelulusan kita—dua minggu lagi.” Jonghyun buru-buru menambahkan ketika melihat kening Hyunji berkerut, “Aku bersumpah aku tidak tau menahu tentang hal ini. Eomma melakukannya tanpa sepengetahuanku.”

Hyunji tersenyum sinis, “Memangnya kenapa? Aku akan menolak kalau saja aku tidak menyukaimu. Tapi karena kita saling menyukai, memangnya aku bisa menolak pernikahan itu?”

”Kau tidak keberatan?” Jonghyun mengangkat sebelah alisnya, takjub karena Hyunji tidak mengamuk. Hyunji mengangkat pundaknya dengan cuek.

“Sungguh?” Tanya Jonghyun masih tidak percaya. Hyunji memutar bola matanya dan langsung melingkarkan lengannya dileher Jonghyun. Hyunji mengecup bibir Jonghyun lebih dulu, ia tidak tau bagaimana reaksi Jonghyun saat ini karena dia memejamkan matanya, tapi ia yakin Jonghyun pasti sedang terbelalak sekarang. Beberapa detik kemudian Hyunji bisa merasakan tangan Jonghyun memeluknya dengan erat. Bibirnya mulai bergerak lincah, tidak membiarkan Hyunji melumatnya begitu saja, membuat kaki Hyunji menjadi lemas.

***

Onew mengangkat kepalanya sekilas, kemudian kembali mengangkat kepalanya sekali lagi dan memperhatikan dua orang yang sedang berjalan memasuki kelas dengan senyum yang tertempel di wajah masing-masing. Onew tersenyum tipis, pandangannya turun ke tangan mereka yang kini saling bergandengan.

Hyunji melambai pelan pada Onew, melepaskan tangan Jonghyun dan duduk di kursinya. Jonghyun menghempaskan dirinya di samping Onew, senyumannya tidak pernah lepas sekalipun.

“Apa?” Tanya Jonghyun polos saat Onew tak juga berhenti memandanginya. Onew terkekeh dan menepuk pundak Jonghyun.

“Selamat.” Ucap Onew singkat. Jonghyun menghembuskan nafas lega. Setelah ia tau apa yang dirasakan Hyunji padanya, ia merasa sangat lega.

”Sudah kubilang, dia pasti akan terjerat oleh pesonaku.” Sahut Jonghyun sombong. Onew memutar bola matanya, tapi dia memang harus setuju dengan kata-kata Jonghyun kali ini. Tiba-tiba saja ekspresi wajah Onew berubah serius. Onew menyenggol lengan Jonghyun dan berbisik pelan hingga Hyunji tidak bisa mendengarnya.

“Kau belum mengakui kebohonganmu padanya?”

Jonghyun terdiam. Ya, memang benar. Jonghyun belum mengatakan tentang penyakit Tuan Kim yang hanya rekayasa belaka. Akan bereaksi seperti apa yeoja itu jika dia tau Jonghyun membohonginya sejak awal?

”Segera. Aku akan memberitaunya segera.” Ucap Jonghyun sendiri dengan tidak pasti.

“Lebih cepat akan lebih baik, kau tau itu? Jangan sampai hal itu justru menjadi masalah untuk kalian nantinya.” Onew menasehati Jonghyun. Dan tentu saja Jonghyun tau hal itu. Dia juga berharap dia bisa mengakuinya saat ini juga. Tapi bagaimana reaksi Hyunji nanti?

“Kau jadi menginap di rumahku malam ini? Eomma sudah memasak kari ayam kesukaanmu.” Jonghyun mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin memikirkan hal yang membuatnya terbebani saat ini, tidak disaat dia sedang bahagia.

”Hmm? Aku belum mengatakan kalau aku tidak bisa menginap malam ini?” Onew mengeluarkan buku pelajarannya saat Kang seonsaengnim masuk.

“Tidak, kau belum bilang. Ada kencan? Dengan wanita yang waktu itu?” Tanya Jonghyun penasaran. Onew menggeleng dan tersenyum masam.

“Makan malam rutin dengan Lee Eunri-ssi.”

Jonghyun mengangguk pelan. Dia tidak bisa memaksa Onew untuk tetap menginap di rumahnya kalau memang dia harus makan malam dengan Nyonya Lee.

Benar, Lee Eunri adalah Ibu Onew, tapi dia lebih suka memanggil Nyonya Lee dengan Lee Eunri-ssi. Dan anehnya, kebiasaan Onew itu sama sekali tidak bisa dimengerti Jonghyun.

***

“Waaah! Kau pengantin tercantik yang pernah kulihat.” Puji Shinyoung saat dia memasuki ruang rias Hyunji. Hyunji menggelengkan kepalanya dengan pelan.

”Eonni berbohong. Bagaimana aku bisa terlihat cantik dengan penampilanku yang seperti ini?” Ujar Hyunji enteng.

Shinyoung memperhatikan Hyunji sekali lagi dari cermin. Hyunji mengenakan gaun putih panjang bermotif bunga diujungnya. Riasan wajahnya tidak terlalu tebal, lebih terkesan natural. Rambut pendek Hyunji ditata sedemikian rupa hingga terlihat lebih menonjolkan sisi feminimnya karena Hyunji menolak memakai wig hari ini. Ia ingin menjadi dirinya sendiri dihari pernikahannya. 2 minggu berlalu dengan cepat bukan? Rasanya baru saja tadi ia dan Jonghyun saling mengakui perasaan masing-masing dan sekarang mereka sudah akan menjadi suami-istri dalam hitungan menit.

”Jangan tegang seperti itu, Hyunji.” Shinyoung terkekeh pelan saat melihat Hyunji terus menarik nafas dan mengeluarkannya dengan berirama. “Kau tetap terlihat cantik dengan rambut pendekmu itu.”

“Hyunji noona!!!!” Teriak Taemin dari luar ruang rias. Terdengar derap langkah yang keras dan cepat dari luar. Baik Shinyoung maupun Hyunji terus menatap ke arah pintu yang tertutup dan melihat Taemin membukanya tak lama kemudian. Taemin berlari dengan cepat dan hampir saja ia menabrak Shinyoung kalau dia tidak segera menghentikan dirinya sendiri satu langkah di depan Shinyoung. Shinyoung mendengus dan melipat kedua tangannya.

“Dasar bocah, jangan berlari-lari seperti itu. Bagaimana kalau kau menabrak Hyunji dan merusak gaun serta riasannya?” Omel Shinyoung. Taemin memutar bola matanya, menghiraukan Shinyoung lalu berpindah untuk berdiri di depan Hyunji dan tersenyum lebar.

“Noona, kau pengantin tercantik!” Seru Taemin. Hyunji hanya terkekeh pelan mendengar komentar Taemin yang sama dengan Shinyoung.

“Aku senang akhirnya noona akan menikah. Noona harus bahagia karena Jonghyun hyung sudah berjanji dia akan menjaga dan membahagiakan noona.” Ucap Taemin tulus. Wajah kekanak-kanakkannya berubah serius dan terlihat dewasa. Hyunji mengiyakan kata-kata Taemin dan memberikan pelukan ringannya.

“Hyunji, kau siap?” Tanya Tuan Kim. Hyunji bisa merasakan keringat dingin mulai bercucuran dikening dan tangannya tapi tetap memaksakan dirinya untuk mengangguk. Bagaimanapun ia harus melewati hari penting ini.

***

Jonghyun memandangi Hyunji yang berjalan masuk ke dalam gereja menuju altar tempatnya berdiri sekarang. Ia benar-benar bahagia. Sama seperti ketika ia membayangkan dirinya berdiri di sini saat melihat Minho, kebahagiaan langsung menghampirinya.

Senyuman diwajah Jonghyun tidak bisa menghilang sedikitpun, padahal Hyunji terlihat sangat gugup. Sesekali Hyunji akan melirik ke arah Younji, Taemin dan Onew yang duduk di bangku barisan kedua dan tersenyum kecil, tapi sama sekali tidak bisa menghilangkan kegugupannya.

Jonghyun mengulurkan tangannya ke arah Hyunji yang disambut dengan tangan gemetar Hyunji. Jonghyun terkekeh pelan dan meremas tangan Hyunji, anehnya itu justru membuat Hyunji lebih tenang. Rasa gugupnya terusir begitu saja.

“Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja.” Bisik Jonghyun sepelan mungkin. Hyunji hanya melirik Jonghyun sekilas dan tidak menjawab apapun.

“Apakah Anda, Kim Jonghyun-ssi, bersedia menerima Nona Lee Hyunji sebagai istri Anda, selalu melindunginya dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan senang maupun sedih?”

”Saya bersedia.” Ujar Jonghyun mantap. Tidak terdengar sedikitpun keraguan di suara Jonghyun. Hyunji tersenyum kecil menyadari betapa tenangnya Jonghyun saat ini. Benar, ini adalah awal dari kehidupan baru mereka. Tidak ada yang perlu ia takuti sekarang, karena Jonghyun akan selalu ada di sisinya.

“Apakah Anda, Lee Hyunji-ssi, bersedia menerima Tuan Kim Jonghyun sebagai suami Anda, selalu menemaninya dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan senang maupun sedih?”

“Saya bersedia.” Hyunji juga menjawab dengan mantap. Jonghyun memalingkan wajahnya, agak menunduk untuk menatap Hyunji dan tersenyum padanya. Seorang petugas gereja mendekati mereka dengan membawa cincin pernikahan. Jonghyun mengambil cincin tersebut dan menyematkannya di jari manis Hyunji. Rasanya hampir sama seperti ketika Jonghyun menyelipkan cincin pertunangan ke jari Hyunji. Tapi jelas ia merasa lebih bahagia sekarang karena Hyunji telah menjadi miliknya seutuhnya.

Hyunji juga melakukan hal yang sama, menyematkan cincin yang hampir sama dengan miliknya ke jari manis Jonghyun. Jonghyun tidak bisa melepaskan tatapannya dari Hyunji meski hanya sedetik, ia terlalu bahagia saat ini.

Pendeta mengatakan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Jonghyun dan Hyunji dengan jelas karena riuhnya tepuk tangan dari tamu undangan—yang lagi-lagi tidak dikenal Hyunji. Tapi Jonghyun mengasumsikan bahwa inilah saatnya mereka melakukan ciuman pernikahan mereka.

Jonghyun merengkuh wajah Hyunji, mengecupnya dengan lembut selama beberapa detik dan ia bisa langsung mendengar suara para tamu yang jauh lebih riuh sekarang.

Jonghyun menjauhkan wajahnya dari Hyunji dan tersenyum puas. Ia tidak ingin memamerkan ciuman yang menggebu-gebu, dia bisa menyimpannya hingga malam pertama mereka nanti.

Jonghyun menyodorkan lengannya ke arah Hyunji yang segera melingkarkan tangannya ke lengan Jonghyun dan Hyunji terkekeh pelan lalu berjalan dengan santai keluar dari gereja.

Mereka menghentikan langkah mereka begitu mereka telah sampai di depan gereja. Hyunji melemparkan bunga yang dari tadi ia genggam dengan asal ke belakang tempat para wanita single telah menunggu. Hyunji membalikkan kapalanya, penasaran dengan siapa yang berhasil menangkap bunga tersebut.

Younji berdiri mematung ditempatnya, ia memegang bunga tersebut dan mengerjap bingung. Hyunji mengacungkan ibu jarinya ke arah Younji dan tersenyum tulus, seolah sedang mendoakan kebahagiaan Younji akan menghampirinya sesaat lagi.

***

Hyunji tidak bisa berhenti mengeluh. Ia lelah karena harus tersenyum saat Nyonya Kim memperkenalkannya pada hampir seluruh tamu undangan di resepsi pernikahan mereka di salah satu ballroom hotel—dan jangan tanya harganya, karena itu bisa membuat Hyunji bergidik ngeri. Belum lagi para tamu yang ingin berbagi kebahagiaan dengannya meminta untuk berdansa.

Hyunji mendesah keras dan duduk disalah satu kursi sambil memijat pelan kakinya yang terasa pegal.

”Kau lelah, huh?” Tanya Jonghyun yang tiba-tiba saja berdiri dibelakang Hyunji. hyunji menengadahkan kepalanya ke belakang dan memberengutkan wajahnya.

”Resepsi ini benar-benar mematikan!” Gerutu Hyunji. Jonghyun mengusap kepala Hyunji dan tersenyum tipis. Jonghyun melirik jam tangannya sekilas dan kembali menyelipkan satu tangannya ke dalam saku.

“Mau kabur sekarang?” Tanya Jonghyun pelan.

Sontak Hyunji meluruskan kepalanya dan segera memalingkan wajahnya ke belakang untuk melihat Jonghyun dengan lebih jelas. Hyunji menautkan kedua alisnya karena bingung.

”Aigoo!” Jonghyun menggosokkan jari telunjukknya ke kening Hyunji agar tidak berkerut, ”Kita harus mengejar penerbangan kita ke Guam, ingat?”

Hyunji menjetikkan jarinya di udara. Bagaimana bisa ia melupakan bulan madunya yang telah dipersiapkan oleh mertuanya bersama Shinyoung itu?

“Tapi aku tidak mau berangkat dengan menggunakan gaun konyol ini.” Rutuk Hyunji yang masih mengenakan gaun pengantinnya.

“Tenang saja, eomma sudah memesan satu kamar untuk kita mengganti pakaian. Barang bawaan kita juga ada di kamar itu. Kajja.” Jonghyun mengulurkan tangannya dan tanpa ragu Hyunji menyambutnya.

Bisa dibayangkan betapa bahagianya Jonghyun saat ini? Betapa merasa diberkatinya Hyunji saat ini? Tidak ada hal lain yang bisa membuat mereka lebih bahagia dari sekarang kecuali fakta bahwa mereka adalah milik satu sama lain, tidak akan terpisahkan oleh apapun juga.

Hyunji dan Jonghyun segera turun ke lobi hotel dan keluar untuk menunggui mobil mereka. Jonghyun menenteng semua bawaan mereka padahal Hyunji sudah bersikeras dia bisa membawa barang bawaannya sendiri. Dan sejujurnya, dia sama sekali tidak tau apa saja yang ada didalam tas dan kopernya karena Shinyoung yang mengemasi pakaiannya.

“Selamat bersenang-senang!” Ucap Tuan dan Nyonya Kim bersamaan setelah mereka menyelinap keluar dari pesta resepsi untuk sementara waktu karena harus mengantar anak dan menantu mereka.

“Baik-baiklah di sana. Semoga bulan madu kalian menyenangkan.” Younji memeluk Hyunji dengan erat.

“Jangan lupa oleh-oleh untukku noona.” Sela Taemin yang membuat Younji dan Hyunji tertawa.

“Aigoo, dongsaengku sudah menikah mendahului aku, eh??” Shinyoung menggelengkan kepalanya dan berpura-pura sedih.

“Aku menantikan keponakan pertamaku.” Goda Onew yang hanya disambut dengan cengiran dari Jonghyun.

Setelah mereka semua mengucapkan kata perpisahan, Hyunji dan Jonghyun masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh supir keluarga Kim menuju Incheon International Airport.

“Kau mengantuk?” Tanya Jonghyun yang melihat Hyunji memejamkan matanya. Hyunji menggeleng pelan tanpa membuka matanya. Hyunji merebahkan kepalanya diatas pundak Jonghyun dan membuka matanya.

“Apakah ini semua nyata?” Tanya Hyunji seolah masih tak percaya dengan semua yang telah terjadi hari ini.

Jonghyun tertawa dan ikut merebahkan kepalanya diatas kepala Hyunji.

”Benar. Ini adalah kenyataan yang kita inginkan, Nyonya Kim Hyunji.”

TO BE CONTINUE . . .

a/n ::

NOT THE END !!

Seperti yang aku tulis, masih to be continue^^~

Btw, next chapter mungkin agak lama karena aku baru bisa mulai nulis lagi diatas tanggal 6 Juni,

jadi mungkin sekitar minggu ketiga baru bisa publish, please wait patiently and don’t rush me, kamsa^^~

©2011 SF3SI, Yuyu.

This post/FF has written by Yuyu, and has claim by her signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

103 thoughts on “Incomplete Marriage – Part 6”

  1. Kyaaa akhirnya nikah juga.. chukkaehamnida~
    omooo ternyata Hyunji bisa romantis juga..
    yaa ada apa dengan Shinyoung dan Onew???
    Jjong kenapa belum bilang ama Hyun ttg Mr.Kim.. aigooo

    authoor next chapter di tunggu 🙂

  2. Huaaaaaah so sweeeeet :3
    Wah penasaran penasaran sama lanjutannya 🙂
    Author daebaaaaaaak *prokprok* 😀

  3. WAAAAH!! Keren! Keren! Suka banget akhirnya Hyunji nikah ama Jonghyun :’>
    Btw ntar gimana ya sikap Hyunji kalau tau soal appa Jonghyun?
    Oh iya, nasib Younji gimana dong? Ntar anaknya gimana dong?
    Nah, Onew-nya sama siapa?

    *reader banyak bacot*

    hehe, ya udah. gapapa deh lama nunggunya :’)

  4. Huaaa jonghyun sweet bangeeeet!! Akhirnyaaa mereka nikah juga, senengnyaaaa~~~ thor jgn lama2 publish kelanjutan ini yaaa penasaran kekeke

  5. aduhh so sweet banget c ~
    pgn dehh nikah sm jonghyun oppa kyk yg d ff gini cerita ~
    #dilemparblingers
    tapi gak jadi msa aku selingkuh ! andwae ! Haaahah
    wahh d publish.a lama amat ~

  6. wah~mo ngapain nih bulan madu??xD~*yadong mode: on*
    kasian si jjong,,pdhl pengennya mo ngungkapin perasaanx dgn cr yg romantis, jadinya kayak gituu..xDD
    qra2 gmna yah reaksinya hyunji pas tau jjong bo’ongin dia??(mslh appa.a jjong tu lho~)
    gg sabar nunggu next part.a.. 😀

  7. kerennnnnnnnnnn eonnn!!!!!!!!!!!! >.< eonn kok bisa sih buat ff sebagusssss ini??? haishhh…
    hiatusnya jgn lma2 ya eonn hehe 😛

  8. aigoo. .part ini sumpahh keren. .! udah berasa happy ending aja,hehe
    semoga gak ada masalah lain buat hyunji sm jonghyun, agak khawatir sih. .kalo hyunji nanti marah gara2 dibohongi jjong ttg appanya.
    next chap, oke deh. .sabar. .hahaha, the pervert nya jg ya chingu ^^

  9. wah romantis bgt..ak suka ak suka..akhir,a jonghyun ma hyunji nikah jg..jjong lum ksh tw klw dy boong ea??trus da pa ma onew n shinyoung??younji bklan ma onew gak??
    Aigoo pnasran..
    Lanjuuut thor..tp msh lma ea..

  10. go go go…………..

    nice ff…
    aku ga sabar mw baca cerita bulan madu jonghyun ama si hyunji………….
    hehe..^^
    berjuang author……..!!!

  11. Mereka nikaah!yeayyy~
    aku nunggu bulan madunyaa! *yadongnya keluar* semoga yg ada d bayangan aku benar2 terjadi d ff ini.hahahaha

  12. waah akhirnya nikah juga ! . .
    Part ini serunya. .
    Aku bener bener nikmatin 🙂

    Onewppa, aku berharap banyak padamu. .
    *masih sdih nih gara gara Oppa*

    Ok ! Di tunggu part selanjutnya. .

  13. kyau!! daebakk!!
    baca chap ini bikin senyum-senyum sendiri. kebayang klo aku jadi hyunji, aigoo! *mimpi
    hwaiting for next chap-nya author 😀

  14. wiiiihh.
    Akhirnya Jjong nikah jg ama Hyunji.
    LOL!
    Aiigooo .
    Kirain Ending ga tau ny blom .
    Jd pnasaran apaan yg d bhas d Next Chapt nanti =3=)/

    great!
    Hwaiting~~~ ^o^

  15. AIGOOOOOOOOOOO ❤
    Akhirnya hyunji mengakui perasaannya dan hyunji-jonghyun nikah! XD

    Wadaw lama dong nunggunya… T.T
    Yauda deh, hwaiting thor ^o^ ditunggu lanjutannya :3

  16. Aaaaaaaa~ sumpah dah so sweet banget ff ini … Akhirnya nikah juga… Chukkae ya … Kalo nanti punya anak kasih nama jongHYUNji ya…. Hehehe *maksa*

    Suka banget waktu mereka jujur2an tentang perasaannya .. Jjong,, gue rasa lo emang gak bisa romantis. Jd jgn ngarep jd romantis ah, gak pantes Hahahaha,, #dicekek blingers*

    Huahh tenang aja thor mau ampe tahun depan jg ditungguin kok… Lebeh.com haha..
    Tp next part msti kudu wajib harus daebak ya … Hwaiting 😀

  17. Udah kawin?? Aku belom baca semua, tapi mumpung lagi ol web, aku mau komen dulu. Karena komen seperti oksigen di blog ini.. 🙂
    Aku tau ffnya yuyu eon, bagus. Yuyu eon, gomawo banget ffnya.
    Next part aku tunggu dengan segenap kesabaran.. 🙂

  18. -> Cieee akhinrya mereka berdua menikah- eh, kebohongan Jjong itu yang bilang ayahnya sakit kan? Wuihh ayoo Jjong, jangan berbohong juju raja lahh~ chukka cuat Jjong-Hyunji! Nice FF~!

  19. vanyaflames~ | choleeflow | claudia_taemvp | lee’s | ife | intantaemin | Song Ji Eun | keytetem~ | Jujong | Arinee | leejio | Iseul | lee sara | astridJjong1103 | Minkijaeteuk | dorami fil | dizuraleeta | ryoteuwon~ | kyuwon96 | reenepott | ilmacuccha | Kim Ni Sha | Christiana Ruyanti Swth | haenidonghae | babymiu | Dina | lovely jinki |
    gomawoyo^^

  20. akhirnya mereka nikah juga. ikut bahagia deh …..

    jadi intinya Hyunji belum tahu kalau Tuan Kim sebenarnya gak sakit. penasaran nech gimana tanggapan Hyunji klo tahu ternyata JJong bohong soal kesehatan Tuan Kim.

  21. Aigoo.. jinjja daebak .. so sweet bangett. Ga sabar baca klanjutannya, n ga sabar juga liat pa yang terjadi pada onew dan younji ^ω^

    Nah ntar liat cerita after married deh ^O^

Leave a reply to mintscifer Cancel reply