TENGGARING – EPILOG

TENGGARING – EPILOG

Author             : yen

Main Cast        : Ara, SHINee

Support Cast    : Ayah Ara, Bunda Ara, April, Galang, Yoora, dll

Length : Sequel – Epilog

Rating              : General

Genre              : Friendship, Romance

Inspired           : Bioskop Indonesia TransTV : Aku Cinta Dia ( tayang 15 Februari 2011) dan  semua novel Tere-Liye

Peringatan      : Bagi yang sudah merasa cukup puas dengan ending FF  TENGGARING di Part 9, maka abaikan saja Epilog ini!

Waktu melesat dengan cepat, hampir 5 tahun dari saat perjalanan ke Tanjung Puting. Hanya perubahan yang tidak pernah berubah. Oh tidak… jangan banyak berharap, berharap banyak pada Ara. Aku tetap seperti dulu, malas memakai rok, suka memanjat. Bedanya, alih-alih memanjat pohon, sekarang aku lebih suka memanjat, eh, mendaki gunung.

Saat ini aku sedang berada di Incheon International Airport. Bukan, aku tidak kuliah di Seoul seperti hampir semua teman seangkatanku di SMA. Aku tetap menunaikan obsesiku untuk menyelesaikan kuliah di Yogyakarta.

Penerbangan langsung 7 jam SoekarnoHatta-Incheon membuatku jetlag, menggeliat pegal, menelan ludah beberapa kali untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam rongga telingaku. Tapi semua kelelahan itu menguap begitu saja saat aku melihat rombongan penjemputku, Kak Jonghyun, Kak Minho, Key, Taemin dan Kak Jinki. Luar biasa!

Jinki?

Ya, Kak Jinki. Kalian heran kenapa dia ada disini? Ayolah! Jangan bilang kalau kalian mengira dia sudah meninggal, keterlaluan sekali. Tidak semuanya harus ku ceritakan pada kalian kan?

Baiklah, baiklah kalau kalian memaksa ingin tahu.

Aku memang tidak pernah lagi bertemu Kakak hantu menara air itu. Bagaimana mungkin bisa bertemu, kalau pagi hari setelah kami pulang dari Tanjung Puting, Taemin menelpon.

“Jinki hyung sadar!” Suara Taemin terdengar begitu gembira.

Sebulan setelahnya, Kak Jinki telah berdiri di depan pintu rumahku. Tidak, tentu tidak membawa setangkai mawar. Alih-alih membawa bunga, dia justru menyeret travel bag besar dibelakangnya. Ya, Kak Jinki memaksa untuk menyelesaikan SMA-nya di tengah ladang kelapa sawit, sekelas dengan Kak Jonghyun. Tinggal di kamar sebelah hingga hari kelulusannya. Kak Jinki mengucapkan pidato kelulusan yang luar biasa saat dia lulus dengan nilai terbaik.

Ayolah, ini bukan K-drama, J-dorama apalagi mega sinetron Indonesia. Kak Jinki sempurna lupa tentang aku, menara air, pohon tenggaring, balkon kamar, apalagi klotok di Sungai Sekonyer. Dia tidak ingat perihal yang terjadi saat dia berupa hantu, tapi dia ingat segala hal yang terjadi sebelum kecelakaan. Adil bukan? Dan sangat sederhana.

Aku menjadi adik yang baik, belajar cara belajar yang efisien dan efektif dari Kak Jinki. Bedanya bukan lagi sambil duduk menjuntai di menara air, tapi di kamar. Bukan kamarku, Kak Jinki tidak pernah ku ijinkan masuk kekamarku. Jengah mengingat kejadian saat dia -masih berupa hantu- tiba-tiba menembus dinding kamarku.

Baiklah. Cukup kilas baliknya. Kita kembali ke masa sekarang, di bandara Incheon.

Para penjemputku itu tersenyum lebar, melambaikan tangan kearahku, kecuali satu orang. Dia berdiri cuek dengan kedua tangan diselipkan dalam saku celana jeans-nya. Cool. Tapi, justru dialah yang sukses membuatku memperlebar langkah, bergegas menghambur dalam pelukannya.

Yap, dia. Orang yang akhirnya berhasil membuatku memutuskan untuk meninggalkan negeri tercinta, Indonesia. Cinta pertama, dan juga… suamiku. Yah, suami. Kami menikah 1 bulan yang lalu. Dia pulang lebih dulu ke Seoul untuk mempersiapkan segalanya, khusus untukku….

Dan setelah apa yang dia lakukan itu, bagaimana mungkin aku tidak mau pindah ke sini? Lagipula, sebagai istri yang baik, aku harus ikut kemana suamiku pergi. Iya kan? Hehehe….

Jinki?

Bukan. Ayolah, aku kan sudah bilang ini bukan K-drama, J-dorama apalagi mega sinetron Indonesia. Sampai sekarang dia tetap tidak ingat siapa Ara, selamanya dia tidak akan ingat.

Minho?

Bukan, jawabannya masih bukan. Aku tidak mungkin menikah dengan sahabat terbaikku yang sekaligus juga pacar sahabatku. Ya, Kak Minho baru saja jadian dengan Kak April, tiga bulan yang lalu kalau tidak salah ingat.

Jonghyun?

Hahaha… sepertinya kalian akan menyebut nama mereka satu persatu. Setelah ini pasti Key, kemudian Taemin. Tentu Taemin terakhir karena menurut kalian, dia yang paling tidak mungkin. Wah… padahal Taemin luar biasa lho. Dia sekarang sudah tumbuh menjadi sangat tampan, keren dan tinggi. Berbeda dari saat dia menginap di rumahku dulu.

Jadi Taemin ya?

Hahaha… jawabannya masih bukan. Baiklah, aku jawab saja.

Key!

Ya, orang yang sedang ku peluk saat ini memang Key. Suamiku.

Bagaimana mungkin?

Tentu saja mungkin. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Oh, tidak. Untuk yang satu ini aku tidak akan menceritakannya pada kalian. Tidak semua hal harus aku bagi pada kalian kan?

Tapi baiklah, seperti kalian penasaran sekali. Sedikit saja.

Sejak kelas XII, hubunganku dan Key memang berkembang aneh sekali. Sangat aneh, aku saja heran sendiri setiap mengingatnya. Puncaknya, saat hari kelulusan. Setelah menyelesaikan pidato kelulusannya, Key menarik tanganku. Yap, Key lulusan terbaik angkatan kami, dan pidatonya jauh lebih keren dari pada pidato Kak Jinki tahun lalu karena aku dan Kak Minho dengan rela mau repot-repot membantunya menyusun pidato itu.

Maaf melantur.

Key menarikku ke bawah pohon tenggaring di dekat menara air. Dan dia mengatakan, “Saranghae…. Jeongmal Saranghaeyo.”

Waktu itu aku tidak paham apa artinya, ku pikir dia sedang membicarakan sarang hewan apalah. Aku kan tidak paham bahasa Korea. Sejak itu, Key secara tidak langsung mulai memberikan jawaban atas pertanyaanku waktu itu. Pertanyaan yang muncul saat aku duduk disebelahnya -di atas bis- dalam perjalanan pulang dari Tanjung Puting. Pertanyaan yang tersangkut ditenggorokanku. Kalian masih ingat?

Kenapa akhirnya aku menikah dengan Key? Tentu saja karena Key yang sekarang, bukan lagi Key dengan rambut sepertiga botaknya yang aneh.

Apalagi? Kalian tidak puas? Ya sudah. Aku tidak akan bercerita lebih. Cukup. Biarkan cerita yang penuh senyum, gelak tawa canda, darah, keringat dan air mata itu tetap menjadi cerita kami bertiga, aku, Key dan Kak Minho. Tentu saja Kak Minho tahu segalanya, mengerti setiap detailnya. Tapi percuma saja kalau kalian berencana bertanya padanya -sama sepertiku- Key dan Kak Minho juga sepakat, bahwa cerita ini adalah milik kami.

Hanya milik kami.

FIN

Catatan Penulis :

Maaf kalau ending yang ini justru lebih aneh dan mengecewakan dari ending yang sebelumnya. Kalau kalian tidak suka versi yang ini, maka abaikan saja. Anggap epilog ini tidak pernah ada. Terima kasih.

©2010 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

• Open FAQ page for ask something.
• Open GUESTBOOK for new reader
• Open Join Us page to know how to send your FF
• Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
• For new reader, please join page Talk Talk Talk
• Open page LIBRARY if you miss some FF

Advertisement