My Confession – Part 2 (End)


My Confession (Part 2 – It’s True..)

Author     : Papillon Lynx (fb: Papillon Lynx)
Tittle        : My Confession Part 2-It’s True..
Main Cast    : Park Nahra, Lee Jinki, Kim Kibum aka Key, Lee Taemin
Genre        : Romance, Sad, Friendship
Rating        : PG-16
Length        : Twoshoot

Annyeong, readers!! Masih setia nungguin ff ini ngga? *pede amit nanyanya* hehe.. Mianh, kalo ending partnya kelamaan. Tapi semoga ceritanya lebih baik dari part sebelumnya. Bagi yang udah lupa sama cerita sebelumnya, disarankan baca part 1 nya dulu ya.. ^^ Ditunggu komentar, kritik dan sarannya. Gamsahamnida.. ^^ Buat shawolindo makasih udah publish ff twoshootku ini. 

@@@
All POV is Park Nahra’s POV
‘’Mianhae, Chagiya..’’ Tiba-tiba saja Jinki Oppa meminta maaf. Apa maksudnya?? Kedua alisku pun bertaut.
‘’Sepertinya, aku.. Aku sudah tidak bisa meneruskan hubungan kita ini.’’
NYUT! Sakit, perih.. Hatiku rasanya mencelos setelah mendengar ucapannya. Wae, Oppa? Kenapa.. Tiba-tiba..?
‘’Wae, Oppa?’’ Mataku sudah mulai panas. Dugaanku salah. Ternyata air mataku belum terkuras habis karena kupakai menangis berjam-jam tadi. Air mata ini, kapan saja masih akan luruh dari tempatnya. Dan sekarang, sepertinya Jinki Oppa berhasil membuat air mataku ini tertarik untuk keluar dari sarangnya lagi.
‘’Jeongmal mianhae, Chagiya.. Aku mengatakan ini juga sebelumnya sudah aku pikirkan. Dan aku rasa, ini yang sekarang terbaik bagi kita. Aku yang sekarang berbeda. Aku bukanlah Jinki yang dulu kau kenal, bukan? Aku bisa tahu kalau kau merasakan perbedaan itu. Aku-‘’
‘’Anni, Oppa! Andwae! Walaupun memang kita sering sekali bertengkar, tapi tidak pernah terlintas di benakku kalau aku ingin kita mengakhiri hubungan kita ini! Aku tidak pernah menginginkannya!’’ Aku memotong perkataannya cepat. Air mata ini sudah menetes jatuh ke pipiku. Aku sudah tak dapat menahannya lagi. Biarlah Jinki Oppa melihat, betapa rapuhnya aku sekarang karenanya.
‘’Nahra-ah.. Aku tidak mau menyakitimu lebih dalam lagi. Aku.. Aku juga berat. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi padamu.’’ Jangan! Jangan tampakan wajah sedih dan pasrah seperti itu, Jinki Oppa! Jangan bilang kalau kau sudah menyerah denganku..
‘’Apa aku sekarang mempersulitmu, Oppa? Apa sekarang keberadaanku mengganggumu, huh?!’’ tanyaku setengah berteriak. Kulihat Jinki Oppa menatapku kaget setelah aku melontarkan dua kalimat pertanyaan itu padanya. Dan terakhir, dia hanya memalingkan wajahnya. Tidak mau menatapku lebih lama. Kau jahat, Oppa! Pekikku dalam hati.
Benar. Aku tidak membutuhkan jawabannya atas pertanyaanku tadi. Dengan sikapnya itu, aku sudah bisa menebak. Jinki Oppa memang sepertinya terganggu dengan keberadaanku. Perasaannya untukku telah pupus sudah. Tak ada namaku lagi di hatinya.
Kenyataan pahit ini bagaikan pisau tajam yang dihunuskan berulang kali pada hatiku. Sehingga darah segar, dengan mudahnya keluar dari dalam lubang-lubang bekas tusukan pisau itu.
Aku terdiam. Menangis dalam diam. Aku tak sanggup berkata-kata lagi. Lidahku terasa kelu. Bibirku terasa lemas dan kurasakan bergetar. Aku tak dapat berpikir apa-apa lagi untuk menyusun kata-kata yang akan membuat Jinki Oppa mau bertahan di sampingku.
Kulihat Jinki Oppa bangkit dari duduknya dan mulai melangkah keluar dari ruang kesehatan, meninggalkanku. Setengah hatiku merasa sakit dan benci akan sikapnya yang telah mencampakkanku seperti ini. Tapi setengah hatiku lagi mengatakan, aku harus mempertahankannya sekali lagi. Ya. Harus!
Badanku terasa berat. Begitu juga kepalaku. Tapi, dengan segenap kemampuan yang ada, kupaksakan tubuhku bangkit dari ranjang dan berlari mengejar Jinki Oppa. Saat aku keluar dari ruang kesehatan, kulihat dari belakang Jinki Oppa sedang mematung di tempatnya. Aku menghentikan langkahku.
‘’ARRRGGHH!!’’ Jinki Oppa mengerang. Dari belakang dapat kulihat dengan jelas Jinki Oppa menarik rambutnya frustasi. Jinki Oppa.. Apa kau juga sebenarnya tidak ingin ini terjadi? Ya, aku yakin Jinki Oppa tidak yakin dengan keputusannya. Dia, masih benar-benar mencintaiku.
Aku segera berlari menghampirinya dan memeluk tubuhnya dari belakang. ‘’Jangan tinggalkan aku, Oppa.. Aku masih sangat membutuhkanmu.’’ Aku melanjutkan tangisku dari balik punggungnya. Aku sudah tak peduli. Kubiarkan suara tangisku memecah keheningan koridor yang saat itu terlihat sepi karena banyak murid yang sudah pulang.
Aku mempererat pelukanku dan kurasakan Jinki Oppa menyentuh tanganku lalu berbalik menghadapku.
Baru kali ini kulihat Jinki Oppa meneteskan air mata. Kedua mata dan hidungnya terlihat kemerahan. Kurasakan nafasnya sudah tak teratur. Jinki Oppa menahan tangisnya.
‘’Kau lebih baik bersama Key, Nahra-ah..’’
NYUT! Lagi-lagi hatiku mencelos. Lebih sakit dari sebelumnya. Key? Apa maksud Jinki Oppa kalau aku lebih baik bersama Key?? Andwae Oppa! Bukan kata-kata itu yang aku harapkan terucap dari bibirmu! Andwae!!
‘’Wae, Oppa? Kenapa tiba-tiba Key?’’ tanyaku sambil terisak.
‘’Karena aku sudah tidak bisa menjagamu lagi. Aku, menyerah terhadapmu..’’ucapnya datar. “Aku hanya akan membuatmu sakit.”
‘’Andwae Oppa! Andwae!’’ Sekeras apapun aku berteriak dan menolak, Jinki Oppa tetap melangkah pergi meninggalkanku. Tangisku pun pecah. Badanku terasa lemas. Lututku bergetar dan kurasakan tubuhku mulai merosot menyentuh lantai koridor. Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku. Aku mengeluarkan  semua rasa perih dari hatiku dengan menangis. Aku kira dengan menangis perasaanku akan membaik. Tapi ternyata tidak. Jangankan membaik, membuat Jinki Oppa kembali saja itu tidak terjadi.
Di sela-sela tangisanku aku selalu merutuki diriku. Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini. Rasa pusing yang tadi aku rasakan sudah tak terasa lagi. Sudah tak ada bekasnya. Yang ada, sekarang justru tergantikan dengan rasa sakit yang tak ada obatnya. Sakit yang teramat sangat dan tidak bisa dibandingkan dengan sakit pusing biasa.
‘’Andwae, Oppa. Jebal, jangan lakukan ini padaku..’’ Ucapku lirih lebih seperti bisikan.
@@@
Aku berjalan gontai keluar dari area sekolah. Aku berjalan dengan kepala yang terus menunduk. Langkah kakiku terasa berat. Dan tentunya, kedua mataku lebih terasa beratnya. Aku tersenyum getir. Inikah akhir untukku? Semenyakitkan inikah? Molla.. Yang jelas semua sudah terjadi. Dan aku harus mau menerimanya. Jinki Oppa sudah memilih dan keputusannya adalah meninggalkanku. Mungkin benar apa katanya. Sekarang, inilah yang terbaik untuk kita. Dan posisiku sekarang sama sekali tak bisa menolak keputusannya itu. Usahaku sia-sia. Jinki Oppa udah terlalu jauh dan terlalu sulit untuk kugapai lagi. Sekarang yang bisa aku harapkan adalah, semoga dia bahagia dengan keputusannya ini. Mungkin aku hanyalah penghalang dalam kehidupannya. Terimakasih, Jinki Oppa.. Untuk selama ini. Walaupun sulit, aku juga akan mencoba melupakanmu. Batinku.
Aku terus berjalan menyusuri trotoar dan tak menghiraukan deru mesin kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan. Kepalaku tetap tertunduk. Aku seakan masih belum bisa memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan di depan sana setelah semuanya terjadi. Setengah pikiranku masih mengontrolku untuk terus memikirkan hal-hal yang ada di belakangku. Ya, masa lalu. Masa lalu yang indah. Masa sekarang yang menyakitkan. Dan masa depan yang tak tahu bagaimana jadinya.
CIIIITTT!!
Tiba-tiba sebuah motor matic berhenti mendadak di depanku. Aku kaget dan mengangkat kepalaku. Kulihat pengendara motor itu melepaskan helmnya dan tersenyum melihatku.
‘’Noona!’’ panggilnya membuatku tersadar siapa namja dari balik helm itu.
‘’Taemin-ah..’’ ucapku ketika melihat senyum khasnya. Aku menatapnya heran.
‘’Noona, aku menunggumu dari tadi. Kenapa sudah sore sekali seperti ini kau baru pulang?’’ tanyanya sambil melepas helmnya.
‘’Anni. Aku ada tugas kelompok saja tadi.” Jawabku berbohong. “Kau.. Kau menungguku?’’ tanyaku ragu-ragu. Untuk apa dia menungguku? Batinku.
‘’Ne. Kkaja! Noona pasti lapar kan? Kita beli makan dulu yuk? Ppali!’’ Kulihat Taemin berkata sambil memintaku duduk memboncengnya dengan bahasa tubuhnya. Dan aku pun tidak bisa menolak tawarannya, karena kuakui perutku juga sudah waktunya diisi makanan. Setidaknya jika aku ingin menangis lagi nanti, aku sudah punya tenaga karena sudah makan.
‘’Noona, matamu bengkak. Apa kau habis menangis?’’ katanya ketika motor yang kami naiki sudah melaju dengan kecepatan sedang.
‘’Anni. Aku hanya mengantuk.’’ Elakku. ‘’Oh iya, kenapa menjemputku?’’ tanyaku penasaran.
‘’Aku kangen sama Noona. Hehe..’’
DEGH! Kangen? Ada-ada saja bocah ini. Batinku.
Kami kembali terdiam. Sebenarnya aku menunggunya untuk membuka obrolan, tapi dia lebih memilih diam karena sepertinya dia mengerti dengan suasana hatiku yang sedang buruk. Walaupun aku merasa aneh melihatnya diam seribu bahasa seperti ini. Biasanya dia cukup cerewet. Ada saja topik yang dia bicarakan denganku. Tapi kali ini tidak.
Lee Taemin. Dia adalah seorang dancer. Aku mengenalnya di rumah sakit saat aku dirawat dulu. Kakinya terkilir ketika dia sedang berlatih menari dengan teman-temannya dan menyebabkan dia harus dirawat beberapa hari. Dan semenjak itu, dia dan aku berteman akrab. Taemin terpaut 2 tahun lebih muda dariku. Sehingga tanpa kusuruh pun, dia langsung memanggilku dengan sebutan ‘’Noona’’ saat pertama kali kami berkenalan. Dia namja yang baik, perhatian dan seperti yang sebelumnya aku ceritakan, dia sedikit banyak bicara. Kadang sikapnya selalu mengguruiku dan dapat aku rasakan sebenarnya dia ingin terlihat lebih dewasa di depanku.
Dan ini sudah ke sekian kalinya dia datang ke sekolahku hanya untuk menjemputku. Ahh.. Tapi ya sudahlah. Keberadaannya sekarang di sampingku membuatku sedikit bisa melupakan masalah yang menimpaku hari ini. Melihat tingkahnya yang selalu ceria membuat hatiku sedikit terhibur.
Taemin menghentikan motornya di depan sebuah café kecil bercat merah maroon. Dari papan yang aku baca dapat kusimpulkan ini adalah café yang menjual berbagai macam steak. Aku pun turun dari motornya, begitu pula Taemin.
Tiba-tiba saja Taemin menggandeng tanganku dan menarikku masuk ke dalam café. OMO! Apa yang dia lakukan? Kenapa tiba-tiba menggandengku??
Kami akhirnya duduk dan Taemin sibuk memilih-milih menu. Sedangkan aku hanya diam saja mengamatinya. Walaupun aku merasa lapar, tapi entah kenapa aku tidak berselera untuk memilih makanan.
‘’Noona..’’ panggil Taemin.
‘’Hm?’’ jawabku sekenanya.
‘’Kenapa diam saja? Noona mau makan apa?’’ tanyanya sambil menatapku dan menatap buku menu bergantian. ‘’Bagaimana jika aku pesankan tenderloin steak dan milkshake chocolate?’’
‘’Ne. Terserah kau saja lah.’’ Jawabku sambil tersenyum. Mencoba tersenyum tepatnya. Aku tak mau menampakkan kesedihanku di depannya. Biar kusimpan rapat-rapat deritaku ini.
‘’Baiklah.’’ Kulihat Taemin sibuk dengan seorang pelayan yang berdiri di samping kami dan pelayan itu mencatat apa yang Taemin pesan lalu pergi entah kemana. Aku membiarkan pandangan mataku berkeliling melihat dekorasi interior café ini. Di dindingnya banyak sekali foto berbagai macam steak yang dipajang dan dilengkapi dengan figura berwarna yang senada dengan dindingnya.
‘’Noona..’’ Aku menoleh melihat Taemin.
‘’Noona bohong padaku kan?’’ Aku mengangkat satu alisku. Apa maksudnya?
‘’Mwo?’’ tanyaku bingung.
‘’Noona putus dengan Jinki kan?’’ DEGH! Kenapa dia bisa tahu? ‘’Aku melihatnya, Noona. Aku melihat Jinki keluar dari sekolah dengan mata yang sembab. Lalu sepuluh menit kemudian, kau juga keluar dengan mata yang sudah bengkak. Aku mengamati Noona. Tapi Noona tidak melihat kehadiranku di depan gerbang sekolah dan terus saja berjalan dengan wajah menunduk. Makanya aku mengejarmu.’’
‘’Panggil dia dengan sebutan ‘Hyung’, Taemin-ah.. Dia lebih tua juga darimu. Kau jangan seenaknya.’’ Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Lagi-lagi aku teringat akan kejadian itu. Dan Taemin lah yang membuatku mengingatnya lagi. Hhh.. Kucabut kata-kataku kalau Taemin bisa membuatku terhibur.
‘’Shireo! Untuk apa memanggilnya seperti itu. Dia sudah mencampakkan Noona. Dia sudah membuatmu menangis. Aku tidak terima!’’ Kulihat ekspresi kemarahan di wajah Taemin. Dan aku hanya bisa tersenyum getir mendengar ucapannya.
‘’Wae, Taemin-ah? Walaupun seperti itu, aku tetap tidak bisa membencinya.’’ Obrolan kami terputus, seorang pelayan datang dan mengantarkan minuman pesanan kami. Kukira Taemin akan menyerah, tapi ternyata tidak. Dia tetap melanjutkan topik ini.
‘’Kau bodoh, Noona! Saking baiknya kau sampai menjadi bodoh seperti ini. Bukankan sudah pernah kukatakan, putuslah dengan Jinki sebelum dia yang memutuskanmu, dan bersandarlah di bahuku. Aku bisa kau andalkan. Aku tidak mungkin berani menyakitimu. Aku akan menjagamu, Noona. Sekarang terbukti kan perkataanku? Jinki meninggalkanmu.’’ Aku menghentikan aksiku yang sedang mengaduk-aduk minumanku dengan sedotan setelah mendengar ucapannya. Apa maksudnya aku bisa mengandalkannya? Mataku beralih menatap kedua mata Taemin lekat. Tidak ada keraguan yang terlihat dari matanya. Melainkan keseriusan dan ketulusan.
‘’Aku serius, Noona. Jadilah yeojachinguku dan lupakanlah Jinki. Aku bisa selalu ada untukmu. Aku serius menyukaimu, Noona..’’ Aku terdiam tak bisa berkata-kata. Selalu saja kata-kata itu yang dia ucapkan. Dia memberikan pilihan yang sulit untukku. Ini sudah ke sekian kalinya dia memintaku untuk menerimanya. Tapi sampai sekarang pun aku tidak bisa memberikannya jawaban. Tapi, jika sekarang keadaannya seperti ini, apakah boleh aku menerimanya? Apakah tidak apa jika aku mengandalkannya untuk melupakan Jinki Oppa?
Seorang pelayan datang lagi mengantar makanan yang kami pesan. Kulihat Taemin menatapku dengan nanar dan seperti memohon. Aku mengacuhkannya dengan berpura-pura menyantap makanan yang ada di hadapanku. Mianhae, Taemin-ah.. Jangan sekarang. Aku belum cukup yakin akan hatiku.
“Taemin-ah.. Cepat habiskan makanmu. Aku ingin cepat pulang.” Kataku dengan nada yang datar dan tak mau menatap namja yang berada di depanku ini. Aku menghentikan makanku. Sekarang, sudah tak ada lagi rasa lapar dalam perutku. Moodku memburuk.
“Tapi Noona! Makananmu-“
“Dwaesso. Rasa laparku hilang. Maaf merepotkanmu. Makananku biar aku saja yang bayar.” Selaku lalu kembali mengaduk-aduk minuman pesananku dalam diam.
@@@
Setelah diantar Taemin pulang, aku langsung membersihkan tubuhku, mandi dengan air hangat. Setelah selesai pun aku langsung berbaring di kasurku. Nyaman sekali rasanya. Aku memejamkan kedua mataku, mencoba menikmati betapa nyamannya berbaring di kasurku ini. Tapi, ingatan itu kembali muncul. Semua kejadian hari ini yang aku lalui, semua masalah, terulang lagi dalam benakku. Jinki Oppa yang mengakhiri hubungan kami, dan Taemin yang entah sudah ke sekian kalinya memintaku untuk menerima pernyataan cintanya. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menghindar? Atau menghadapi masalah tapi caranya tidak sesuai dengan kata hatiku dengan menerima Taemin?
Aku tidak bisa menerima Taemin. Dia namja yang baik. Bahkan terlalu baik. Hajiman, perasaanku terhadapnya tidaklah lebih dari sekedar perasaan seorang noona pada saengnya. Dan aku tidak mau mengambil resiko menerima pernyataan cintanya, menjadikannya namjachinguku dan berpura-pura bahagia di sampingnya. Tidak. Bukan itu yang aku mau. Itu sama saja aku menipu perasaanku sendiri. Dan tentunya akan menyakiti Taemin.
DRRT.. DRRRTT..
Ponselku yang aku letakkan di sampingku tiba-tiba bergetar. Lamunanku seketika buyar dibuatnya. Aku meraih ponselku dan membaca sms yang masuk.

From: My Best Friend, Key..
Otthe? Apa kau sudah sehat? Tadi aku sudah memberitahu Jinki kalau kau sakit..

Aku tersenyum setelah membaca smsnya. Ternyata dia masih saja mengkhawatirkanku. Tapi, perlahan senyum itu menghilang. Satu nama yang ada dalam smsnya membuatku kembali mengingat kenyataan pahit yang ada.

To: My Best Friend, Key..
Ne. Nan gwenchanayo. Gokjeongmal, ne? 

Aku tidak yakin apakah aku akan menceritakan ini pada Key. Tapi, mungkin sebaiknya aku menceritakannya.

From: My Best Friend, Key..
Hhh.. Syukurlah. Tadi Jinki menjengukmu kan?

Hatiku mencelos ketika membaca baris pertama smsnya. Jinki Oppa lagi yang dia sebutkan. Jinki Oppa bahkan tidak hanya menjengukku, Key. Tapi dia..

To: My Best Friend, Key..
Ne. Dia datang menjengukku. Tapi dia juga datang untuk mengakhiri hubungannya denganku. Aku dan Jinki Oppa sudah berakhir, Key..T.T

From: My Best Friend, Key..
Mwoya?! Aiissh.. Jinccayo! Apa alasannya?

To: My Best Friend, Key..
Jinki Oppa hanya mengatakan kalau dia sudah tidak bisa menjagaku lagi. Dia menyerah denganku. Dia juga mengakui kalau dirinya sudah berubah, bukan Jinki Oppa yang aku kenal seperti dulu lagi.. Aku sudah memintanya untuk kembali. Tapi dia mengacuhkanku. Tak ada yang bisa aku lakukan sekarang. Aku pusing, Key. Bahkan tadi Taemin memintaku menjadi pacarnya setelah dia tahu kalau aku putus dengan Jinki Oppa. Aku harus bagaimana sekarang?? T.T

From: My Best Friend, Key..
Jeongmalyo? Ada apa dengannya sih?! Di kelas aku lihat dia baik-baik saja. Geurae, dia memang sudah berubah. Sudah, lupakan saja Jinki! Kau harus berusaha untuk bisa melupakannya. Namja di dunia ini tak hanya ada satu. Jangan kau terus-terusan membuat dirimu seakan tak bisa lepas darinya. Masih ada aku.
Kalau masalah Taemin, aku juga tidak tahu sebaiknya apa yang harus kau lakukan. Hajiman, jika kamu tidak yakin, jangan dipaksakan. Tatalah dulu hatimu, sampai kamu siap menerima namja lain mengisi hatimu. Tidurlah, Nahra-ah.. Istirahat akan membuatmu lebih baik. Percaya deh.. ^^

Aku membaca sms dari Key berulang-ulang. Aku tersenyum. Dia benar. Jangan sampai aku terbawa emosi dan melampiaskan perasaan kesalku dengan memanfaatkan Taemin. Aku tidak akan menerima Taemin. Maaf, Taemin-ah. Aku lebih baik sendiri dulu. Aku tidak bisa membalas perasaanmu. Batinku.
Kuletakkan ponselku asal. Aku harus tidur sekarang. Lupakan semua masalah ini, Nahra-ah.. Aku yakin ini adalah keputusan yang paling baik yang Tuhan berikan padamu. Semangatlah! Terkadang cinta juga tak harus memiliki kan? Tidak selamanya menjomblo itu menyedihkan. Justru ada banyak hal menyenangkan yang bisa kita lakukan. Hidup bebas tanpa ada yang mengekang dan tanpa ada rasa takut patah hati akan membuat hari-hari kita lebih menyenangkan. Aku masih sangat muda dan akan menjadi sia-sia jika aku terus memikirkan masalah namja yang justru akan mempersulit diriku sendiri.
Aku akan berusaha. Berusaha tegar menghadapi ini. Aku yakin ini yang terbaik. Aku yakin aku bisa melupakan masalah ini dan menyembuhkan sakit hati ini dengan caraku sendiri tanpa melibatkan orang lain. Aku tidak boleh bergantung lagi. Aku pasti sanggup..  Hwaiting, Park Nahra!!! Jinki hanyalah masa lalumu.
Tanpa sadarpun aku sudah pergi ke alam mimpi. Aku berdoa, semoga hari esok akan banyak kejadian menyenangkan yang akan menghampiriku. ^^
@@@
Dua tahun kemudian…
Terdengar suara hiruk-pikuk di setiap sudut gedung sekolahku ini. Semua siswa terlihat bahagia hari ini. Benar-benar bahagia. Semuanya tersenyum. Bahkan sampai ada yang menangis saking senangnya.
Ya. Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu. Setelah tiga tahun menuntut ilmu di senior high school, akhirnya hari ini pun datang. Hari kelulusan.
Mataku berkaca-kaca menatapi sebuah kertas yang bertuliskan kalau aku, Park Nahra, LULUS!! Rasanya hatiku ingin loncat dan keluar dari tubuhku. Aku benar-benar bahagia.
Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang hangat menyentuh pundakku dari belakang. Aku pun langsung berbalik dan melihat siapa yang  menyentuh pundakku.
Aku tersentak. Hari ini, aku melihatnya lagi setelah selama dua tahun ini aku selalu menghindar darinya dan mencoba untuk menghapus perasaanku ini padanya.
“Hai..” sapa namja itu sambil tersenyum. Senyumnya yang seperti biasa dia berikan untukku. Senyum yang selama ini aku rindukan.
“Jinki Oppa..” Hanya itu saja yang bisa terucap dari bibirku. Kehadirannya sekarang di hadapanku tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Semenjak Jinki Oppa memutuskanku, kami benar-benar hilang komunikasi walaupun menuntut ilmu di sekolah yang sama.
“Chukkae! Kau pasti lulus dengan nilai yang memuaskan..” katanya masih sambil tersenyum. Aku menundukkan kepalaku. Tak berani menatapnya lebih lama. Jinki Oppa banyak berubah. Dia.. Semakin tampan. Tapi entah kenapa ada perasaan yang berbeda sekarang ketika aku melihatnya. Aku tidak bisa merasakan debaran jantungku lagi seperti dulu ketika berada di dekatnya. Apa artinya sekarang aku telah berhasil melupakannya?
“Gomawo. Selamat untuk Jinki Oppa juga.” Aku merasa kikuk mengobrol seperti ini dengannya. Aku merasa seperti mengobrol dengan orang yang baru aku kenal.
“Nahra-ah.. Apa kau masih menyukaiku?” DEGH! Aku mendongak dan aku melihat tatapan Jinki Oppa telah berubah serius memandangku. Aku langsung mengalihkan pandanganku. Aku gugup dengan pertanyaannya yang tiba-tiba ini.
“Jika kau masih mencintaiku, aku ingin memulainya lagi dari awal denganmu. Jeongmal mianhae.. Saat itu aku telah menyakitimu.”
“ANDWAE!” Aku dan Jinki Oppa tersentak di tempat. Kudengar suara seorang namja berteriak di belakangku.
“Key-ah..” ucap Jinki Oppa lirih sambil melihat ke belakangku. Aku langsung membalikkan badanku dan mendapati Key tengah berdiri di belakangku menatap aku dan Jinki Oppa dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Ada apa dengannya? Batinku heran.
Key menghampiriku dan.. GREP! Key mengalungkan lengannya di pundakku lalu menarik tubuhku mendekat ke arahnya. OMO! Apa-apaan dia?!
“Kau terlambat, Jinki-ah.. Mulai hari ini, Nahra akan menjadi milikku. Arasseo?!” MWORAGO?! Hampir saja kedua bola mataku lepas dari tempatnya mendengar pernyataannya yang tiba-tiba seperti ini.
“Key! Apa maksudmu?!” Aku menyingkirkan lengan tangannya yag berada di pundakku sedikit kasar. Namun, Key mengalungkan lengannya itu lagi ke pundakku.
“Lepaskan Nahra jika Nahra tak mau, Key!” Kulihat Jinki Oppa dengan ekspresi kesalnya membentak Key dan mencoba menyingkirkan lengan tangan Key di pundakku. Ya Tuhan, ada apa ini???
“Bukankah dulu kau yang meninggalkannya?? Jangan salahkan aku kalau sekarang aku ingin memilikinya. Aku ingin Nahra benar-benar melupakanmu dan hanya ada aku dalam ingatannya.” Key langsung menarik tanganku dan membawaku berlari pergi dari hadapan Jinki Oppa. Aigooo.. Apa lagi yang dia inginkan, Tuhan?? Batinku.
“Key!” teriakku dan berhasil membuatnya menghentikan larinya. Aku mengatur nafasku yang sudah tak beraturan karena ulahnya. Aku menundukkan tubuhku dan memegangi perutku. Dan ketika aku merasa sudah cukup tenang, aku mengangkat tubuhku dan menatapnya meminta penjelasan. Kini kami berada di sebuah koridor yang cukup lengang.
“Apa maksudmu berbicara seperti itu tadi di depan Jinki Oppa? Apa kau salah makan hari ini, hm?” tanyaku dengan nada mengejek. Aku sudah sangat penasaran dengan apa tujuannya melakukan ini semua. Kulihat Key hanya diam saja namun sedetik kemudian kulihat senyum tercetak di bibir tipisnya.
“Kutunggu jawabanmu 5 detik dari sekarang. Satu..”
“Ya! Ya! Ya! Jawaban apa?!” selaku panik.
“Dua..”
“Aish! Aku harus jawab apa? Kau tanya apa??” Aku semakin panik. Key menyeringai di depanku.
“Tiga..” Kulihat Key berjalan menghampiriku dengan senyumannya yang membuatku ngeri. Ya Tuhan.. Ada apa dengan, Key? Kenapa dia jadi terlihat menakutkan seperti ini? Apa maunya??
“Empat..” Aku mencoba mundur, menciptakan jarak di antara kami. Aish! Namja ini benar-benar iseng padaku. Aku tahu, pasti dia hanya ingin mengerjaiku. Tapi kenapa aku merasa deg-degan seperti ini ya??
Aku tak bisa mundur lagi. Di belakangku sudah ada dinding koridor yang membuatku tak bisa menghindar lagi. Aiish.. Jincca! Dan Key sudah berdiri di hadapanku seraya terus menatapku lekat-lekat. Aku mencoba menghindari tatapannya. Aku mengalihkan pandanganku ke berbagai arah. Yang jelas, aku tak berani menatapnya langsung.
DEG DEG! DEG DEG! DEG DEG!
Omo! Eotthokhae?? Detak jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Dan.. Posisiku terhimpit!
Key terus membuang jarak di antara kami. Bahkan deru nafasnya saja kurasakan sudah berhasil menggelitik kulit wajahku. Ah, aku yakin wajahku sudah semerah tomat sekarang! >.<
“Lima..” Key tersenyum lagi membuatku tak bisa berkata-kata. Tanpa sadar, mata kami bertemu. Entah apa yang membuatku tak ingin melepaskan tatapanku dari kedua matanya. Baru kali ini aku melihat wajah Key dan mata Key dari jarak yang sedekat ini.
Kurasakan kedua tangan Key menyentuh kedua pipiku. Namun aku hanya diam saja. Kali ini Key membelai pipiku. Aku juga hanya diam saja bagaikan sebuah patung. Ini tak biasanya.
Key tersenyum lagi. Dan entah kenapa, senyumannya kali ini terasa begitu hangat untukku.
“Katakan kalau kau menyukaiku, Nahra-ah..” Suka? Menyukainya? Apa aku menyukainya? Atau masih menyukainya? Sahabatku sendiri?
Aku hanya diam saja. Lidahku terasa kelu dan bibirku bergetar. Sentuhan tangan Key di pipiku membuatku tak bisa berbuat apa-apa sekarang. Perasaan apa ini?
“Aku, sudah menyukaimu sejak lama. Dari dulu. Bahkan sebelum kau bersama Jinki. Aku lebih dulu menyukaimu. Tapi kau tak pernah menyadarinya. Aku terus menahan perasaan sukaku ini padamu karena aku tak ingin merusak hubungan persahabatan kita dan karena aku menghargai Jinki sebagai sahabatku juga.” Kata-katanya sukses membuat kedua mataku terbelalak. Aku tak percaya dengan apa yang barusan aku dengar. Key menyukaiku??!
“Awalnya aku tak yakin dengan perasaanku. Tapi aku merasa bahagia ketika kita bersama. Aku merasa bahagia merasakan perhatianmu ketika aku dan Ahra berpisah dulu. Aku merasa kau begitu memahamiku.”
“Apa mak-“ Tiba-tiba sesuatu yang hangat membungkam mulutku. Sesuatu yang lembut menempel di bibirku!
OMO! Key menciumku! Ini.. Benar-benar Key sedang menciumku! Ini nyata!
“Ini maksudku. Sekarang kau sudah tak perlu lagi menjawab pernyataan cintaku. Dengan kau menerima ciumanku, berarti kau sudah menjadi milikku.” Kulihat Key menyeringai di depanku lalu pergi meninggalkanku yang masih mematung di tempat. Apa yang  barusan terjadi? Apa yang Key lakukan padaku? Arrrghh.. Kau sudah gila, Key! Pekikku dalam hati.
“KAU BUKAN SAHABATKU LAGI, NAHRA-AH.. KAU YEOJACHINGU-KU SEKARANG!” Key berlari meninggalkanku sambil sesekali membalikkan tubuhnya ke belakang dan menjulurkan lidahnya padaku.
“Paboya!” balasku sambil tersenyum dan mengejarnya.
Ternyata kebahagiaan yang tak pernah kita duga sebenarnya telah menunggu kita di masa depan. Dan ketika kita datang untuk menjemputnya, kita baru akan tahu bahwa kebahagiaan di masa depan pasti akan lebih baik dibanding kebahagiaan di masa lalu. Tuhan pasti memiliki rencana yang lebih indah untuk kita di masa depan. Oleh karena itu, lupakanlah masa lalu yang menyakitkan dan berusahalah menciptakan kebahagiaan di masa depan. 

End of Park Nahra’s POV

The End

Gimana readers?? Endingnya aneh ya? Mianhae.. Berdasarkan komentar-komentar di part 1, banyak reader yang pengin Nahra jadian sama Key. Jadi ya aku wujudkan saja harapan para readers. Wkwkwk.. Makasih ya udah nungguin ff gaje saya  ini. Gamsahamnida.. ^^ Kalau ff di part ini responnya bagus, aku mau bikin ff twoshoot lagi yang maincastnya Minho oppa sama Jonghyun oppa..

©2011 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

19 thoughts on “My Confession – Part 2 (End)”

  1. yeah.. Akhirnya keluar jg lanjutannya.. Padahal ku udah hampir lupa..
    Nice ff!
    Mmm.. Slanjutnya 2shoot jjong n minho ych? Ditunggu ych..

    1. Hehe, iya mianh lama.
      Gomawo. ^^
      Yap, jonghyun, minho sm jinki. Ditunggu aja. Tapi ga jadi twoshoot. Sequel 4 part.

  2. bc ini smbil inget2 part sblumnya ….

    iihhh jinki… dasar… udh nyakitin cewe.. eh minta balikan.. iiihhh *cubit2 jinki*

    ouh.. kunci.. ou ou ou.. hahahaha

    1. author juga maunya sama jinki #galau, lho?
      hehe.. ne, gomawo sarannya.. ^^ tapi menurutku mungkin kalau balik sama jinki ceritanya pasaran. CLBK gitu. hehe.. lagian di awal jinki yang minta putus.

  3. ahhhh jejeritaaan baca akhirnyaa !!! keren bgttt !!! huwaaaaaa ini hebaaat !!!
    keren…kereen.. ngak tau mau ngomong apa lagi … oh iya satu kritik, janggal nih pas ada kata kau jadi kami, nanti ada kata2 kau lagi .. heheh ..
    tapi tenang ini keren kok .. ^^

  4. kerennnn !!! key romantissssss …. tapi masi penasaran kenapa onew mutusin nahra … sebenernya dia itu cinta beneran gak sih sm nahra . kok tau2 minta balikan pas uda mau lulus . keyyyyy kenapa kamu baru nembak nahra pas mau lulus ….

Leave a reply to Hyora Kim Cancel reply