Sakura In Seoul – Part 1

Title                : Sakura In Seoul

Author : Ani

Main Cast      : ° Shin ji-eun

                          ° Kim kibum (Key)

Support Cast  : ° SHINee (all member)

                          ° Shin jisun

                          ° Super Junior (member)

                          ° DBSK/TVXQ (all member)

                          ° Jang soul in

                          ° Park shin hye

                          ° Goo Hyemi

Length            : Sequel

Genre              : Romance, Friendship, Family, Comedy, and   Other

Rating             : G/PG-13

A/N                 :

 

Aku membuat cerita ini karena terinspirasi oleh impianku untuk pergi ke Jepang kkekekeke~ negeri bunga sakura hidup (oh ya?). Semoga tercapai. ^_______^ seperti terselesainya cerita ini. Happy reading readers, I love you ^o^

 

¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡¡

Awal musim panas di Seoul memang bukan hal baru lagi bagi penduduk kota Seoul. Terik mataharinya yang panas seakan masih bersemangat berbagi kehangatan untuk mereka yang hidup ataupun tidak.

Shin ji-eun kelas dua SMA, baru saja mendapatkan pekerjaan baru di liburan musim panasnya kali ini. Menjadi seorang pekerja kasir di sebuah mini market yang terletak di pinggiran jalan kota Seoul yang memang sering terlihat sepi ini. Sudah sehariaan Ji-eun duduk di kursi jaganya dengan bosan, ia sudah menguap beberapa kali karna mengantuk. Ji-eun berjaga sendirian di sini, bos pemilik mini market sedang pergi entah kemana dan belum kembali sejak tadi pagi, sedangkan teman sepekerjanya sedang sakit. Sepi. Tak ada satupun orang yang masuk ke mini market mereka semenjak pagi hingga tengah hari ini, mungkin orang-orang sedang asik menikmati musim panas ini dengan tidur siang di rumah mereka masing-masing, itu jauh lebih menyenangkan dari pada harus berkeliaran di luar rumah yang tentunya sangat panas. Seperti hari ini.

“TI..TTTTTTTTTTT..!!!”

Sebuah mobil berhenti tepat di depan bangunan mini market tempat Ji-eun bekerja. Bunyi klaksonnya mengagetkan Ji-eun yang baru saja mau memejamkan matanya yang terasa berat tadi. Dengan cepat Ji-eun mendongakkan kepalannya ke arah jendela besar di sampingnya. Ternyata hanya seorang namja biasa yang berpakaian tidak biasa –rambut sepanjang leher pirang, kaca mata hitam, mantel berbulu berwarna coklat, dan celana bermotif leopard- keluar dari mobilnya yang terparkir di samping bangunan ini. Namja tersebut berjalan menuju pintu masuk. Pembeli rupanya, untung bukan bosnya yang datang. Kalau tidak, bisa dipecat dia ketahuan tidur saat sedang bekerja. Ji-eun masih dengan wajah ngantuknya yang kacau. Penampilan Ji-eun memang selalu tidak enak dipandang, tidak seperti yeoja kebanyakan tetapi bukan karena wajahnya aneh atau jelek. Bukan!, Hanya saja rambutnya yang sebahu selalu saja diikat asal-asalan, dan cara berpakaiannya yang tidak pernah rapih. Ditambah mukanya selalu bertampang tidak ramah, diikuti tatapan sinis dari bola matanya yang bulat itu saat memandang orang. Sayang sekali padahal Ji-eun termasuk orang yang beruntung memiliki wajah oval yang manis, impian para gadis, tapi sifatnya jauh berbeda. Banyak yang berkata seperti itu. Tidak semua orang dilihat dari wajah!

Dengan santainya namja tadi melemparkan asal makanan-makanan ringan yang tertera di rak kedalam keranjang yang sedang ia pegang. Namja tersebut seperti tak pernah ragu atau berpikir terlebih dahulu sebelum memasukan makanan ke dalam keranjangnya, dengan kata lain ‘asal masukin’. Tidak seperti orang-orang yang menilai-nilai terlebih dahulu baru membelinya. Dalam hitungan tiga menit pembeli tersebut sudah berdiri di depan kasir dan menyodorkan dua keranjang penuh berisikan berbagai macam makanan dan minuman ke meja kasir di depan Ji-eun. Ji-eun sempat tidak berkedip selama beberapa detik memperhatikan namja yang berpakaian ‘glamour’ yang sudah berdiri di depannya, ia tertegun sesaat. Hm, cepat sekali. Baru juga masuk. Pikir Ji-eun. Namja tersebut terdiam memandang aneh ke arah Ji-eun sesaat, dari atas sampai bawah. Berantakan. Batin namja tersebut setelah melihat Ji-eun secara rinci.

“Bisakah anda cepat sedikit? Aku tidak suka menunggu!” perintah namja itu sembari melepas kaca mata hitamnya saat berbicara pada Ji-eun.

“Ne!” jawab Ji-eun singkat. Sepertinya namja ini adalah orang kaya yang sombong, lihat saja pakaiannya yang serba mewah itu. Cih~ paling-paling pakai uang orang tuanya. Ji-eun mendekskripsikan namja di hadapannya itu dalam pikirannya, sambil mengecek harga-harga makanan yang ia bungkus dalam plastik putih.

“507.500,-..” ujar Ji-eun sembari menyodorkan dua plastik putih besar di meja kasir.

Dengan wajah tenangnya, namja tersebut mengeluarkan dompet dari dalam saku celana motif leopardnya yang ia pakai.

“….” Namja tersebut hanya diam tak bersuara setelah melihat isi dompetnya yang kosong. Wajahnya berubah seketika menjadi pucat dan berkeringat dingin. Ia baru ingat uangnya sudah habis setelah kemarin berpesta di club malam bersama teman-temannya, bahkan kartu kreditnya pun sudah di blokir oleh ibunya.

“507.500,-..” ulang Ji-eun yang merasa suaranya tadi kurang keras, atau orang di depannya kurang jelas mendengar suaranya.

Namja tersebut tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara Ji-eun, dan menatapnya ragu sesaat. Namja tersebut memasukan kembali dompet yang ia pegang ke dalam saku celananya, membuat Ji-eun mengangkat sebelah alisnya bingung dengan tingkah namja di depannya. Orang ini mau bayarkan? Kenapa dimasukkan lagi dompetnya?.

Keringat dingin namja tersebut semakin mengalir deras di pelipisnya. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia belum pernah terjebak ke dalam situasi seperti ini sebelumnya. Apakah aku harus menelepon eomma? Aish.. tidak mungkin bisa-bisa aku diseret pulang nanti. Kalau Taemin? Ah~ bocah itu mana punya uang sebanyak ini, uang jajannya saja masih diawasi oleh eommanya. Atau aku pinjam uang Changmin, Junsu, atau Yoochun saja? Ah~ tidak mungkin, pasti mereka akan mengejekku. Ini sangat memalukan. Namja tersebut berpikir lama sekali hingga membuat Ji-eun berpikiran yang tidak-tidak mengenai namja di depannya, karena sedari tadi namja itu hanya diam saja di tempat. Setelah beberapa detik kemudian, suatu cahaya terang terlintas di otak namja tersebut yang sempat kosong. Membuatnya sedikit menyunggingkan senyum evilnya yang khas. KABUR! Seru sisi jahat namja tersebut.

Namja itu melirik sekilas kearah Ji-eun, seperti sedang mengawasi gerak-gerik Ji-eun, Ji-eun malah sibuk dengan pikirannya dan terlihat sedang melamun di mata namja tersebut, padahal Ji-eun sedang berpikir sesuatu. Sedangkan kedua tangan namja tersebut sudah siap mengambil ancang-ancang untuk membawa kedua kantong plastik besar di hadapannya itu. LARI! Seru namja tersebut dalam hati. Dan langsung ia praktekkan di saat itu juga.

Ji-eun membelalakkan matanya setelah sadar akan kepergian namja tersebut yang membawa lari kantong-kantong di hadapannya. Ia segera berlari menyusul namja itu dengan refleks.

“Huh! Ternyata penampilannya tidak sesuai dengan dompetnya!” Umpat Ji-eun kesal

“YA! Jangan kabur!” teriak Ji-eun mendekati mobil milik namja tersebut yang terparkir di depan mini market ini. Ji-eun berhasil menarik mantel bulu yang dikenakan oleh namja tadi sebelum tangan namja tersebut membuka ganggang pintu mobil. Tubuh Namja tersebut tertarik sedikit kebelakang, ia berusaha berbalik untuk melepaskan tangan Ji-eun yang melekat pada mentel bulunya.

“YA!! Lepaskan mantelku!’’

“Tidak akan sebelum kau kembalikan plastik-plastik itu padaku!’’ Ji-eun berusaha menggapai plastik-plastik di tangan namja tersebut dengan tangan kanannya yang kosong sedangkan tangannya yang lain masih mengcenkram mantel milik namja tersebut.

‘’YA!! Cepat singkirkan tanganmu itu! Mantel ini mahal tahu!’’

‘’Huh~, paling-paling barang curian!’’

‘’MWO! Kau.. aishh jinjja!’’ ini semua gara-gara eomma, aku dipermalukan oleh seorang yeoja. Batin namja tersebut kesal.

‘’Wae?’’ Ji-eun melirik sekilas namja itu, dan hampir saja ia meraih kantong plastik tersebut kalau bahunya tidak di dorong keras oleh namja tersebut. Ji-eun, ia terjatuh di atas permukaan aspal yang kasar dengan suara gedubrak yang keras di susul suara pekikannya.

“AW!..” pekik Ji-eun sembari mengelus-elus pantatnya dengan tangan sebelah kiri. Telapak tangan kanannya lecet, darah bercucuran di sana. Ia meringis kesakitan sambil memperhatikan telapak tangannya yang sudah dipenuhi darah. Mengerikan.

Namja tersebut sempat terkejut dengan ulahnya barusan. Ia tidak tahu harus berbuat apa, yang pasti ia merasa bersalah atas kelakuannya itu. Bingung. Yang ada di pikirannya saat ini hanya itu. Ia terdiam dalam posisinya cukup lama, memperhatikan gadis yang sedang kesakitan itu, sempat tarsirat di pikirannya untuk menolong yeoja di depan matanya. Tapi.., bila dipikir-pikir lagi, kalau aku menolongnya pasti gadis itu akan memasukkanku ke dalam penjara atas tindakan pencurianku barusan. Hah~ itu sangat memalukan, lagi pula aku bukan seorang pahlawan bertopeng, jadi untuk apa aku menolongnya? Aku yang bertindak kriminal malah aku sendiri yang jadi penolongnya. Tidak mungkin! Pemikiran yang sangat bodoh, bahkan terdengar sangat konyol. Namja itu berusaha membuang jauh-jauh pikirannya barusan. Dengan cepat ia memasuki mobil hitam mewahnya, menyalakan mesin mobil dan dengan cepat melintasi jalanan yang memang sepi hingga sosoknya tak terlihat lagi.

Ji-eun yang masih terkapar, menyaksikan kepergian namja tersebut dengan wajah yang tampak kesal, marah. Ia hanya bisa berteriak tidak jelas dan menggerutu kesal di pinggir jalanan. Untung saja tidak ada orang yang lewat, kalau tidak, Ji-eun bisa dianggap orang gila berteriak-teriak sendiri. “SIAL…!!!” teriak Ji-eun untuk yang terakhir kalinya sebelum ia bangkit dari posisinya itu dengan susuh payah.

~~~~~~~~~~~~~>>>>

Bwara Mr. simple, simple geudaeneun geudaeneun geudaero muhtjyuh~~.. suara ringtone ponsel berdering keras di antara kebisingan TV yang sedang menyala di sebuah ruangan yang tampak mewah, tepatnya di kamar hotel berbintang.

Kim kibum atau yang biasa dipanggil Key tengah tertidur setelah menghabiskan seluruh makanan yang baru saja ia beli ‘tanpa uang’. Terlihat jelas banyak sekali tumpukan sampah yang berserakan di tempat tidurnya. Suara ponsel terus mengaung-ngaung keras, seolah tak pernah bosan memanggil-manggil pemiliknya. Key hanya mengerang sesaat dan kembali menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, tentunya dalam  keadaan setengah sadar. Satu menit kemudian namja tersebut langsung membuka matanya dan melepaskan selimut yang tadi sempat membungkusnya itu. Key berusaha mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan matanya dengan sinar lampu ruangan. Kepalanya terasa pusing saat ia berusaha bangun dan duduk di atas tempat tidur. Mungkin ini karena efek minuman keras yang tadi ia nikmati. Padahal ‘Cuma’ 3 botol saja.

Untuk kesekian kalinya ponsel Key berbunyi dengan riangnya. Dengan malas disertai kepalanya yang masih terasa pening, ia berusaha mencari-cari ponselnya di sekitar bungkusan-bungkusan makanan di sekitar tempat tidurnya. Ini dia.

“Yoboseyo? Nugu ya?’’

Seru Key dengan suaranya yang sedikit serak. Ia tidak memperhatikan nama penelepon yang tertera di layar handphonenya.

“Hyung! Kenapa lama sekali baru diangkat?’’ terdengar suara dari seberang sana. Taemin.

“Ada apa?’’

Tanya Key langsung to the point, ia malas berbicara saat ini dengan suaranya yang serak dan sakit saat mengeluarkan suaranya.

“Gawat hyung! Gawat!’’

Taemin. Suaranya yang berada di seberang telepon terdengar sangat panik. Membuat Key mengerutkan alisnya.

“Wae? Apa yang terjadi?’’

Tanya Key penasaran dengan perubahan nada suara sepupu laki-lakinya itu. Ia mengambil remote di sampingnya lalu menekan tombol power untuk mematikan TV yang masih menyala tadi. Untuk memperjelas pendengarannya.

“Hyung kau cepat pergi dari sana! Palli!’’

“Waeyo!!?? Ada apa?”

“Orang suruhan ahjumma. Mereka sudah tahu dimana kau berada! Cepat hyung pergi dari sana!’’

“MWO???!!!’’

Detik itu juga raut wajah Key diselimuti oleh keringat dingin. Dan ia terdiam cukup lama setelah mendapat berita yang cukup membuatnya terkejut itu.

“Hyung, kau ada di mana sekarang?’’

Tut~…

Key memutuskan sambungan teleponnya tanpa menghiraukan pertanyaan dari seberang sana barusan.

Ia segera bangkit dari tempat tidur dan mengambil kunci mobilnya yang terletak di meja. Dengan sigap ia berlari menuju pintu keluar dan membuka pintu. Pada saat itu juga matanya yang sipit membelalak lebar seperti melihat hantu. Dua orang pria kekar tengah berdiri di hadapannya memakai kacamata hitam dan stelan serba hitam pula.

“Terlambat!’’ umpat Key kesal.

~~~~~~~~~~~~~>>>>

08.30 PM

“Aishhh… pencuri gila! Gara-gara dia! Aku kehilangan pekerjaan baruku. Padahal gajinya sangat besar. Belum pernah aku mendapatkan pekerjaan yang gajinya sebesar ini. Bayangkan 50.000,-/hari.. argh…sial!’’

Shin Ji-eun tengah menggerutu tidak jelas di tengah jalanan kecil yang menuju apartmentnya. Suasana malam ini tampak sepi dan dingin. Ji-eun merasa masih kurang puas melampiaskan kemarahannya dari siang hingga saat ini.

“Awas saja kalau bertemu denganku. Tidak akan kumaafkan! Dia harus ganti rugi!’’ lanjut Ji-eun sambil menendang kaleng kosong yang menghalangi jalannya untuk melampiaskan kekesalannya pada pencuri yang merenggut pekerjaannya itu. Ia melangkah menghampiri kaleng kosong tadi, seolah belum puas hanya dengan menendang.

‘’YA! Jangan melihatku seperti itu!’’ omel Ji-eun sambil menginjak-injak kaleng kosong tersebut bertubi-tubi.

“Mati kau! huh~’’

“Noona! sedang apa?’’ seorang bocah laki-laki 4 tahun dan boneka beruangnya sedang berdiri memperhatikan Ji-eun dengan bingung dari wajah polos miliknya.

“Eh?..hehe, anniyo.. Yoogeun-ah kenapa malam-malam begini di luar? Mana eommamu?’’ Ji-eun hanya menyengir tidak jelas dan mengalihkan pembicaraannya, ia seperti telah tertangkap basah oleh seorang anak kecil karena ketahuan mencuri. Memalukan.

“Eomma hilang,”

“Hilang? kau sendirian?”

Yoogeun hanya mengangguk mengiyakan.

“Sepertinya yang hilang itu kau sendiri Yoogeun,”

“Yoogeun-ah sudah berapa lama kau disini?’’

Yoogeun terlihat berpikir sejenak lalu menjawab.

“Sangat lama!’’

“Kita tunggu saja eommamu di dalam apartment, kajja!’’

Ji-eun menggandeng tengan mungil Yoogeun di sampingnya sambil sesekali ia bercerita lelucon yang garing bagi Yoogeun. Saat beberapa meter lagi mereka mencapai gedung apartment. Ji-eun menghentikan langkahnya di ikuti Yoogeun. Mereka terdiam tepatnya Ji-eunlah yang terdiam memandangi sebuah mobil silver yang terparkir tepat di depan gedung apartement. Matanya tertuju pada sosok seorang perempuan yang dikenalnya sedang keluar dari dalam mobil disusul seorang pria asing. Mereka terlihat sedang berpelukan saat setelah keluar dari mobil tersebut. Tak lama setelah itu sang pria asing memasuki mobilnya dan melintas pergi melewati jalanan kecil di samping Ji-eun berdiri. Sedangkan sang perempuan memasuki apartment setelah kepargian sang pria. Perempuan itu tak menyadari Ji-eun yang sedang menatap heran kearahnya. Eonni dengan namja?

 

Ji-eun berdiri didepan sebuah pintu apartment nomor 221, lalu menekan bel disampingnya.

“Yoogeun-ah~, kau kemana saja eomma mencarimu dimana-mana. Ji-eun?” seorang wanita membuka pintu lalu memeluk anaknya yang tadi berdiri di samping Ji-eun. Ia menatap Ji-eun bingung.

“Ne, ahjumma. Tadi aku melihatnya di jalan saat pulang, kukira Yoogeun tersesat lalu kubawa saja dia kemari,’’ wanita tersebut mengangguk mengerti sambil berseru ‘o’ ala ahjumma.

“Tadi aku sedang membeli sesuatu diluar saat yoogeun sedang tidur. Aku meninggalkannya sendiri disini karna kukira aku dia belum bangun tadi, jadi tidak kubawa. Eh, saat ku pulang dia sudah menghilang. Dan itu Membuatku khawatir dan sangat panik tadi, untung saja kau menemukannya. Gomawoyo Ji-eun-ah’’ ujar wanita yang merupakan tetangganya tersebut panjang lebar.

“Ne, cheonmaneyo ahjumma,’’ ucap Ji-eun sambil tersenyum.

Shin ji-eun dan kakaknya tinggal di Seoul hanya berdua, sedangkan ayahnya di Jeju island tinggal bersama neneknya dan ibu mereka telah meninggal 11 tahun silam. Mereka menetap di Seoul karena urusan sekolah. Dan tinggalah mereka di sebuah apartment di lantai dua bernomor 222. Sedangkan Gedung ini hanya terdiri dari tiga lantai. Masing-masing lantai memiliki empat apartment di dalamnya.

Nyonya Jung, wanita tersebut adalah tetangga sebelah apartment Ji-eun. Wanita itu adalah seorang janda kantoran, ia hanya tinggal berdua bersama anaknya. Suaminya telah meninggal 2 tahun yang lalu. Sedangkan apartment di depan Nyonya Yoo adalah milik sepasang pengantin baru yang seminggu lalu baru pindah, bernomor 223. Dan yang terakhir apartment yang berada di hadapan apartment milik Ji-eun. Apartment 224. Tampat tinggal seorang wanita tua yang merupakan seorang janda juga. Ia hanya tinggal sendirian. Anak-anaknya tinggal diluar kota.

Lantai satu dihuni oleh pemilik gedung dan beberapa anak kuliahan. Sedangkan lantai teratas tempat tinggal para keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu anak.

Begitulah kondisi gedung apartment ini. Selalu berisik, apalagi banyaknya populasi anak-anak disini.

Ji-eun menekan bel apartmentnya berkali-kali. Saat ia hendak menekannya lagi, pintunya telah terbuka. Di ikuti keluarnya seorang perempuan yang sangat Ji-eun kenal. Ya, kakak perempuan yang lebih tua 4 tahun darinya. Shin jisun.

“Kau sudah pulang?’’

Ji-eun hanya mengangguk sambil menyelenong masuk kedalam apartment mereka yang kecil. Ia menghempaskan tubuhnya diatas sofa panjang satu-satunya di ruang tamu, dan berbaring disana untuk melepas lelah.

Shin jisun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat adiknya sambil tersenyum seperti biasa.

“Inikan baru jam 9 malam, bukankah kau bilang jam 10 mini marketnya tutup?”

Jisun menghampiri adiknya yang tengah berbaring disofa sambil duduk dilengan sofa tersebut. Ji-eun merubah posisinya menjadi duduk. Wajahnya yang tadinya datar sekarang menjadi ditekuk setelah mendengar pertanyaan kakaknya itu. Ia yang tadinya sudah hampir melupakan kejadian di mini market itu, kini mengiang kembali di otaknya, membuat dirinya semakin panas.

Ji-eun menghela napasnya berat sebelum berkata.

“Aku dipecat!”

ujarnya lesu.

“Mwo.. kenapa bisa?”

“Sudahlah eonn, aku malas membahasnya”

Ji-eun hendak beranjak dari sofa sebelum tangan seseorang –Jisun- menghalanginya.

“Kenapa tanganmu?”

Jisun menarik lengan Ji-eun dan memperhatikan telapak tangan kanan Ji-eun yang terluka dengan ekspresi jijik. Luka goresan yang dipenuhi oleh darah yang telah mongering berwarna merah ke hitaman.

“Anni. Aku hanya terjatuh tadi”

Ji-eun berusaha menarik tangannya tapi jisun menahannya.

“Aish.. kau ini..”

Jisun mengambil kotak P3Knya dan mulai berkutat dengan benda-benda di dalamnya itu.

“Oh, iya kau tadi pulang dengan siapa?”

“Ne?”

Wajah Jisun terlihat sedang menyembunyikan sesuatu. Ji-eun tahu itu. Kakaknya mudah sekali di tebak dan itu selalu kena sasaran.

“Pacarmu eonni?”

Muka Jisun seketika bersemu merah setelah mendengar pertanyaan yang diajukan Ji-eun barusan. Ia terlihat kebingungan untuk menjawab.

“Anni. Hanya teman kok,”

Ujar Jisun berbohong.

“Kalau begitu kenapa berpelukan tadi, hmm.. mencurigakan. Jangan-jangan, dia adalah Kim kibum yang sering kau igaukan saat sedang tidur?,”

Ji-eun menatap kakaknya dengan tampang sok penuh selidik.

Jisun yang merasa tertangkap basah tidak mau dikatai begitu saja oleh adiknya. Ia lalu menekan kencang telapak tangan Ji-eun yang terluka dengan kapas yang sedang ia pegang.

“AW!!, YA! Eonni!”

“Kau ini.. jangan suka sok tahu. Mana mungkin aku berpelukan huh~”

“Ya sudah, akukan hanya bertanya. Kenapa jadi aku yang disalahkan.” Ji-eun hanya menjulurkan lidahnya diakhir kalimatnya itu.

“Aishh.. bocah ini!”

“YA! Eonni, jangan ditekan. Huh~ sudahlah tak usah diobati nanti juga sembuh sendiri,” Ji-eun meringis kesakitan sambil berlalu menuju dapur. Ia masih bisa mendengar suara kakaknya yang mengomel dari ruang tamu yang memang jaraknya dekat itu. Ji-eun meneguk habis air digelasnya sambil berpikir sejenak. Aku yakin pria itu pasti Kim kibum. Kalau bukan siapa lagi pria yang disukai eonni?

 

Selesai mandi Ji-eun kembali duduk disofa sebelah Jisun yang sedang berkutat dengan laptop ditangannya.

“Eonni aku lapar, apa kau tidak masak tadi? Kenapa meja kosong?”

“Tadi aku sudah makan diluar. Jadi tidak masak.”

“Pasti dengan pria tadi”

Gumam Ji-eun pelan yang tidak di dengar oleh kakaknya yang sedang asik dengan laptopnya itu.

“Kau bilang kau dipecat, jadi kau mau mencari pekerjaan lagi?” Tanya Jisun yang langsung dijawab Ji-eun dengan anggukan.

“Ji-eun-ah aku tahu penampilanmu memang tidak enak dilihat, tapi mana mungkin mereka memecatmu hanya karena ini. Jadi kau dipecat karena apa?”

Jisun terlihat sangat antusias menunggu jawaban dari Ji-eun.

“………,”

Ini pertanyaan atau penghinaan. Pikir Ji-eun.==

“Ayo, cepat cerit..”

KkRUYUKK~~

“Ugh, dari pagi aku belum makan” =.=

Ujar Ji-eun melas.

“Ara, aku akan masakan ramen”

Ujar Jisun beranjak dari duduknya.

“Tapi, kau harus bercerita tentang masalahmu setelah ini, arasseo?”

Lanjut Jisun lalu berjalan ke dapur.

“Masalah apa?”

Tanya Ji-eun sambil berpikir.

“Ah, pasti tentang dipecatnya diriku. Huh~ eonni kau selalu saja memaksaku. Ini pemerasan namanya!”

Ji-eun bergerutu sendirian diruang tamu sambil mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan.

~~~~~~~~~~~~~>>>>

Key sedang duduk disebuah sofa ruang kebesaran keluarga Kim yang luas dan megah. Raut mukanya terlihat tampak kesal dan menahan amarah. Tentu saja, karena ia tertangkap basah oleh orang suruhan eommanya, bahkan tak sempat kabur dan beginilah ia sekarang, duduk sambil di apit oleh dua orang bertubuh kekar yang menangkapnya tadi. Bagaikan seorang buronan yang menunggu di sidang oleh hakim. Sudah dibawa paksa disuruh tunggu pula. Ia sudah menunggu disini hampir dua jam. Dan itulah masalahnya, orang yang memaksanya datang malah belum muncul. Sungguh menyebalkan.

Suara langkah beberapa orang mengisi kesunyian yang sempat melanda ruangan ini. Seorang wanita setengah baya dan seorang namja muda dibelakangnya berjalan menuju sofa lain dihadapan Key dan bersinggah disana, diikuti para pengawal yang berpakaian sama seperti dua orang kekar tadi.

“Kau sudah disini rupanya?”

Ujar wanita yang berperawakan anggun itu dengan nada datar.

Lee taemin, Namja yang duduk disebelah wanita tersebut hanya menundukkan kepalanya tidak berani berani mendongak. Wajahnya terlihat cemas dan tegang.

“Ne, sangat, sangat lama… Nyonya Kim….” Ujar Key sengaja meninggikan suaranya di akhir kalimatnya itu.

“Waeyo? Kenapa kau kabur hah?”

“Ani! Aku hanya bosan saja,”

“Apa maksudmu Kim kibum?”

“Eomma! Ternyata kau masih tidak mengerti? Aku ingin pergi karena eomma! Karena sikap eomma yang selalu saja mengatur hidupku. Aku sangat muak!”

“Aigoo, KIBUM-ah! Jaga mulutmu! Kau itu adalah seorang…”

“Seorang putra tunggal keluarga Kim, seharusnya kau menjadi anak yang baik, dan sopan agar bisa memimpin perusahaan dengan baik suatu hari nanti. Ini adalah pesan dari almarhum appamu. Arasseo eomma! Aku bahkan hapal kalimatmu ini. Jadi jangan terus menceramahiku. Aku tahu eomma.”

“Lalu apa maumu sekarang hah? Jangan mengurusi kehidupanmu begitu? Membiarkanmu manghabiskan uangku dengan bermain-main dan pulang larut. Nilai sekolahmu bahkan sangat memprihatinkan. Kau mau jadi apa hah? Tanpa eomma kau hanya seorang pecundang Kibum!,”

“…”

Key hanya bisa diam mendengar perkataan ibunya, ia terpaut dengan pikirannya cukup lama, mencerna semua ucapan ibunya barusan dan menyadari sikapnya selama setahun ini yang berubah 180º. Sebenarnya tujuannya berubah bukan untuk berfoya-foya menghabiskan uang ibunya. Tapi, karena rasa tertekan yang ia alami selama ini. Ia merasa seperti terpenjara oleh ambisi eommanya yang menginginkannya menjadi seorang penerus perusahaan yang sukses. Ia ingin bebas seperti remaja-remaja lain seusianya.

“Kibum, sekarang terserah padamu,..”

Kata Nyonya Kim menggantungkan kalimatnya. Lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya

“Mulai minggu depan kau bersekolah di Jepang! Kau tinggal bersama adik appamu. Bibi Rin. Atau..”

☺TBC☺

Sebenarnya main cashnya pengen onew my yeobo~ ^^ tapi, karena menurutku karakternya kurang pas disini, jadi aku ganti aja jadi key. yah, gak apalah karena onew hanya untukku dan onic eonni hehe^^. Yang penting selesai nih cerita. Ok readers, part selanjutnya akan segera dihadirkan. Tapi setelah anda like & coment! Arasseo?

Ok sekian, gomawo yang udah mau baca cerita gazeku ini. ^_____^

©2011 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

29 thoughts on “Sakura In Seoul – Part 1”

    1. Jinja? ><,, gomawo udh baca,, ditunggu ya lanjutannya, udh dipost kok cuman kayakny blm dimunculin disini^^

  1. yayaya !!! atau apa… mwo kibum mencuri ?? astaga !!
    aissh !
    lucu di part awal.. ahahahah
    gaya glamour,jajan asal ngambil, ehh akhirnya nyolong .. ccckckck

    kasian juga sih key cuman jadi korban .. ahahah XD
    ayoo di tunggu lanjutannya .. good ff thor… gomawo… ^^

  2. suka suka suka…
    Key yeobo yang jadi main castnya !!
    lanjuuuuuutttt ~~~
    ngebayangin key jadi pemberontak nih…
    cucok boo~~
    malkey suka !!! ^^

  3. Huahahaha Key bayangkan key pake mantel bulu tebal d musim panas. Apa gak kepanasan?
    Lanjut thor, bikiiin penasaran ^^!

  4. Daebak eonni!
    Bahasanya juga bagus, gak amburadul. SUKA BANGET! apalagi main castnya KEY~
    Ditunggu selanjutnya eon ^^

  5. Betul author onew itu keliatan ya polos, anak baik’ jd gk cocok d jadiin kyk gt emank yg cocok key
    Wah bkal bgs nih cerita ya
    Aku ska author cerita ya
    Lanjut’ thor

  6. gak bisa bayangin itu pakaian yg dipake Key waktu ke mini market. wkwkwk

    Key disini bener2 jadi cowok urakan. haha xD
    Key itu pacarnya Shin Jisun ya? ._.

    aku tunggu next part-nya~

  7. Sebenarnya key dibuat gtu, aku terinspirasi dr celana leopardny yg dia pake pas dibandara (pernah liatkan, glamourny key kayak apa?) ^^… Hehe, gomawo udh komen.

  8. Mian, gak bisa bls semuany jika ada yg ingin baca part selanjutny cari aja keywordny ‘sakura in seoul’ di google ^^ kalau ngga kunjungi wattpad.com aja, tp bru sampai part 6, blm ending mianhamnida *bow
    gomawo udh baca 😀

  9. aigoooo…. key suamiku jangan kasar dong sama yeoja…. kasian ji eun #miris
    tabok key
    istri durhaka XD

  10. yaa! tbc! knp km muncul?hhu
    ayoayo lnjutannya thor 😀
    bkin pnasaran nih.suka sm jlan critanya yg gak gmpang d tebak.hee

Leave a reply to stevanionew Cancel reply