The Devil – Part 5

The Devil [5] : The Game

Title : The Devil

Author : Bibib Dubu & mybabyLiOnew

Main Cast : Park Eun Hee, Lee Chaeryn, Shinee’s member without Jonghyun

Support Cast : Park Yoochun

Length : Sequel

Genre : Mistery, Angst , Family, Romance

Rating : PG-16

Summary :

“Kau, Jonghyun, tidak berbeda, kalian adalah devil. Tidak peduli seberapa sering Jonghyun mengatakan bahwa ia mencintaiku, tetap saja ia memperlakukanku dengan cara yang sama—mencabik kemaluanku setelah membiusku dalam tidur. Apa itu yang dinamakan cinta, yang diagung-agungkan oleh pada namja kepada yeoja impiannya. Apa selalu seperti itu cara untuk menyalurkan cinta? Kalau seperti itu, berarti cinta akan menjadi musuh besarku kelak.”

+++++

Author POV

Pada suatu kurva tegangan-regangan, ada suatu batas yang dinamakan batas proporsi, apabila tegangan yang dipikulnya masih berada di bawah batas tersebut, maka sang kayu masih bisa kembali ke bentuk awalnya asalkan bebannya dilepaskan. Namun, ketika melewati batas proporsi, ia akan mengalami perubahan bentuk, dalam artian—ia tidak akan kembali ke bentuk awalnya walaupun bebannya telah terlepas. Ketika beban yang ditimpakan kepadanya sangat besar, muncul suatu istilah yang dinamakan tegangan patah, itu merupakan suatu kondisi di mana kayu tersebut patah—dalam hal ini ia menjadi cacat.

Filosofi pada sebatang kayu tersebut rasanya mirip manusia, ada suatu masalah yang masih bisa ia kendalikan dan setelah masalah itu selesai, kehidupannya akan kembali normal. Namun ada kondisi di mana seorang anak adam tertimpa suatu masalah yang membuatnya merasa sangat tertekan dan sulit baginya untuk kembali menjalani hidupnya dengan normal, dalam hal ini—ia telah mengalami tegangan patah.

Tekanan hidupnya makin bertambah—tapi di atas semua permasalahannya, ia masih memaksakan diri. Karena ketika ia hanya meringkuk di dalam keheningan kamarnya, ada orang lain yang menanggung bebannya. Ya, siapa lagi orang yang bersedia menanggung bebannya kalau bukan Minho—sahabat setianya. Eun Hee tak ingin kantong Minho terkuras lebih banyak untuk membayar uang ganti rugi atas absennya Eun Hee dari dunia malam.

Ya! Park Eun Hee, apa yang terjadi padamu?” Key mulai kesal melihat raut wajah Eun Hee yang tetap datar padahal dari tadi ia berusaha mengajaknya membicarakan banyak hal.

Tch, Key—tidak usah memasang wajah baik di hadapanku, aku tahu kau sebenarnya sama seperti namja lainnya, kan? Mencari kepuasan seks dari yeoja sepertiku?” Eun Hee melontarkan ucapan yang bernada sinis namun wajahnya tetap tidak menampakkan ekspresi wajah apapun, datar.

“Kalau aku menginginkannya, sejak awal sudah kulakukan. Apa yang terjadi padamu sebenarnya?” Key berusaha memancing Eun Hee untuk bercerita. Ia mulai menyertai hentakan kaki pelan di ujung pertanyaannya, menekankan apa yang keluar dari mulutnya agar segera dibalas oleh sang lawan bicara.

Kali ini Eun Hee tidak membalasnya dengan kata, ia berpindah posisi duduk, dari yang semula berhadapan dengan Key, menjadi duduk di sebelah Key. Sofa untu double seat menjadi sasaran dua makhluk yang pikirannya sedang tidak stabil itu.

“Kau hanya gengsi menjilat ludahmu,” bisik Eun Hee di telinga Key, tidak lama ia mendaratkan tangannya di kepala Key, dimulai dari bagian depan—mengelus-elus pelan rambut Key hingga akhirnya ia menarik keras rambut tersebut.

“Mengakulah Key, nyatanya namja di dunia ini sama saja, mencintaiku atau tidak, yang dicarinya hanya seks.” Eun Hee terus menahan rambut Key dalam genggamannya, melampiaskan kemarahannya pada Key, tidak peduli namja itu meringis kesakitan atau tidak. Air mukanya mengeras penuh kebencian, melarut dalam hingar-bingar malam yang penuh taburan pesona setan.

“Kau salah besar, aku tidak,” jawab Key dengan tegas, disingkirkannya tangan Eun Hee dari rambutnya, sedikit tidak suka karena baru kali ini ia mendapat perlakuan seperti itu dari seorang perempuan.

“Masih bisa bilang tidak, kalau aku…,” perlahan Eun Hee menurunkan tali gaun yang ia kenakan malam ini, membuat bagian dadanya sedikit terlihat, namun Key tetap tidak merubah arah pandangnya sesuai dengan yang diharapkan yeoja yang terlihat berusaha menggoda namja itu.

“Cih, pada dasarnya kau memang yeoja menjijikkan,” Key mulai jengah dengan tingkah perempuan yang sebenarnya mulai ia cintai itu.

Ne, menjijikkan. Hingga semua orang berhak memakaiku—tanpa terkecuali.” Sesaat kemudian tawa Eun Hee membahana—memenuhi semua sudut ruangan yang didesain kedap suara tersebut.

“Aku heran, kenapa orang sepertimu tidak bunuh diri saja, apa gunanya hidup jika menjadi sampah masyarakat.”

“Tidak perlu…aku pun akan mati perlahan, seperti yang diharapkan seorang pengunjung tampan yang bermain denganku suatu malam.” Eun Hee melangkah menjauhi Key setelah mengambil segelas wine dari atas meja yang terletak di dekat sofa. Menenggaknya dengan anggun sembari menunggu balasan Key selanjutnya.

Key berpikir sejenak, berusaha mencerna maksud perkataan terakhir Eun Hee, mengaitkannya dengan sebuah prasangka yang bergentayangan di otaknya, “Sayangnya orang yang mengharapkan kematianmu itu telah menemui ajalnya sesaat setelah ia bermain denganmu…” Kali ini ada nada kemarahan terbesit di benak Key saat mengucapkannya. Ya, Key menduga kalau penyebab kematian Jonghyun adalah yeoja ini, meskipun ia yakin bukan Eun Hee yang melakukan pembunuhan itu.

“Maksudmu?” Eun Hee tercekat, seketika matanya mulai basah, dan rasa gemetar menguasai sekujur tubuhnya, berusaha menampik segores fakta mengerikan yang tersimpan dalam kalimat Key. “Siapa yang kau maksud? Bukan Kim Jonghyun, kan?” Eun Hee ingin memastikan, walaupun ia benci harus menyebut nama namja itu lagi. Perasaannya tidak menentu—tidak tahu harus bersedih atau terbahak mengutuki kepergian orang yang telah membuat jiwa raganya ternistakan.

Ne, dia Jonghyunmu,” jawab Key dengan getir. Kalau bisa digambarkan, perasaan Key seperti sebilah pisau yang siap menerkam, namun masih ada si pemegang pisau yang menahan amarahnya, kau tahu apa itu? Yes, It’s love.

Raut wajah Eun Hee berubah tidak teratur, diawali dengan memejamkan matanya, menerawang ke langit-langit—memandangi dengan tatapan kosong plafon dengan sentuhan ungu yang melapisinya, tidak lama menitikkan air mata hingga akhirnya ia terbahak keras dalam tangisnya.

“Bhwahahaaha…rasakan, itu hukuman untuk orang yang tidak punya hati nurani! Tuhan masih adil padaku. Selamat tinggal Kim Jonghyun, Nae Jagi.” Dipenganginya perutnya sendiri karena menahan rasa sakit yang timbul akibat tawa kerasnya yang dipaksakan.

Amarah Key tersulut dengan sikap yang akhirnya dimunculkan Eun Hee, “Ya! Park Eun Hee! Hentikan ucapanmu. Bicara tentang hati nurani, mana ada pelacur di dunia ini yang memiliki hati nurani—yang mereka tahu tentang dunia ini hanya satu, uang.”

Key bangkit menyergap tubuh Eun Hee yang masih menikmati wine-nya hingga gelasnya terjatuh dan membuat pecahannya berserakan di lantai. Didorongnya tubuh Eun Hee hingga yeoja itu tersungkur ke lantai. “Bangun kau!” sesaat kemudian ia justru menarik paksa tubuh Eun Hee agar kembali berdiri, digiringnya yeoja itu kembali ke sofa tempat pertama ia duduk. Tangis yeoja itu makin pecah karena tidak menyangka pria yang selama ini dianggapnya baik—bisa menjadi sangat mengerikan ketika ia marah. Ditambah lagi kehadiran rasa sakit karena sebuah pecahan kaca kecil yang menancap di telapaknya yang tadi dipakai menumpu tubuhnya sewaktu jatuh.

Wajah Key mendekati paras cantik Eun Hee, nafasnya mulai memburu—melampiaskan rasa marah pada yeoja yang masih menangis sesenggukan di hadapannya. Diraihnya dagu Eun Hee dengan sekali cengkraman telapak tangannya, mengunci tangis yeoja itu dengan sebuah kecupan bibir yang kasar. Bahkan digigitnya bibir yeoja tersebut dengan penuh amarah, membuat sedikit rasa amis menyentuh lidah Key.

Cih, ternyata benar—kau yang selama ini kuanggap namja berhati baik pun sama dengan namja lainnya. Kalau begini, aku tidak akan membiarkan seorang namja pun menyentuh hatiku.” Nada penuh kesinisan terdengar jelas dari ucapannya, walaupun suaranya masih menyaru dengan isak tangis.

Key tertegun, menyadari hal bodoh apa yang baru saja ia lakukan. Ia baru saja melepaskan kendalinya terhadap yeoja yang dicintainya ini.

“Kau, Jonghyun, tidak berbeda. Kalian adalah devil. Tidak peduli seberapa sering Jonghyun mengatakan bahwa ia mencintaiku, tetap saja ia memperlakukanku dengan cara yang sama—mencabik kemaluanku setelah membiusku dalam tidur. Apa itu yang dinamakan cinta yang diagung-agungkan oleh para namja kepada yeoja impiannya. Apa selalu seperti itu cara untuk menyalurkan cinta? Kalau seperti itu, berarti cinta akan menjadi musuh besarku kelak.” Kali ini Eun Hee sudah berhasil meredam tangisnya, alhasil nada kemarahanlah yang kini mendominasi pada perkataannya.

Key tidak menanggapi Eun Hee, ia hanya menatapnya nanar, pikirannya sedang berada di persimpangan jalan kini. Mendengar perkataan terakhir Eun Hee, Key mengutuki dirinya sendiri—karena sebenarnya bukan Eun Hee saja yang dipersalahkan atas kematian Jonghyun, melainkan Jonghyun juga yang duluan mengobarkan api.

Secara logika, kau akan sakit jika ternyata orang yang dicintai—justru memendam obsesi buruk terhadapmu. Bukankah seharusnya sesama orang yang saling mencintai—saling menjaga, melindungi, dan menguatkan satu sama lain, bukan justru mengutamakan nafsu binatang, yang mereka klaim sebagai komponen cinta.

Key mulai mengerti kenapa Eun Hee terlihat seperti orang yang tertekan—seperti yang diceritakan Minho dan juga latar belakang perkataan Eun Hee yang seolah memukul rata semua namja sebagai devil.

Tidak selalu seperti itu Eun Hee-ya. Aku marah karena kau menertawai kematian Jonghyun hyung. Tapi sepertinya bukan kau orang yang seharusnya kubenci. Ya, orang yang membunuh Jonghyun hyung itulah yang harus kuburu.

+++++

Keluar dari klub malam tersebut dengan langkah yang dipercepat. Terlalu menyakitkan baginya untuk tetap berdiam diri di dalam, menyaksikan air mata seorang yeoja kembali terurai di hadapan matanya.

Ditutupnya wajahhnya yang mulai memanas, ditengadahkan ke atas, lalu dengan sekali usapan tangan ke bawah, ia menyertai hembusan nafasnya yang panjang dan terasa berat. Menapaki setiap jengkal jalanan menuju mobilnya yang sengaja di parkir agak jauh.

Pandangannya terhenti sebentar saat ia menyaksikan sebuah mobil yang pernah ia sandari—ya, mobil Lee Jinki. Memorinya tentang percakapan dengan Jinki di dekat rumah sakit, mendorong langkahnya untuk kembali menghampiri Jinki—yang dirasa Key, cukup memainkan peran dalam kehidupan Eun Hee, hanya saja ia bermain dari belakang.

Sebelum Key sempat mengetuk kaca mobil Jinki, sang pemilik telah lebih dulu menyambutnya dengan membukanya. Tentu saja setelah terlebih dulu menyembunyikan benda yang selalu siaga di dalam mobilnya jika ada pelaku penting yang harus diberi pelajaran, pistol.

Jinki melemparkan senyum pada Key, memberi isyarat yang mempersilakan Key memasuki mobilnya. “Annyeong, takdir kembali mempertemukan kita ya,” ucap Key seperti biasanya, santai namun sedikit memancing.

“Sepertinya, ini malam sialku karena bertemu kau lagi. Sekarang aku tanya, kenapa kau menghampiri mobilku?” Jinki membalasnya dengan santai juga, namun tidak ada nada persahabatan di dalamnya.

“Hmmm…kenapa kau juga mengizinkanku masuk?” balas Key sambil mengamati sebuah box kecil berwarna merah yang ada di dashboard mobil Jinki.

Cih, baiklah… yeoja yang sama menjadi penghubung atas kesialan yang kita rasakan saat ini.” Lagi-lagi Jinki mulai merasa kesal dengan permainan kata yang meluncur dari mulut Key.

“Siapa bilang aku merasa sial bertemu denganmu? Hah, lupakan yang tidak penting. Giliran aku bertanya, kenapa kau hanya diam dalam mobilmu, tidak segera masuk dan menikmati apa yang dicari oleh orang-orang yang berkunjung ke wilayah ini?”

“Kenapa aku harus memberitahumu? Adakah keuntungan bagiku?”

“Tentu saja ada, jika kau ingin mengetahui keadaan Eun Hee padaku yang baru saja bertemu dengannya. Oya, kita belum pernah berkenalan ya… Key, kau bisa memanggilku dengan nama itu, seperti biasa—tidak ada informasi yang gratis.”

“Huh, kau menodongku rupanya. Aku  Jinki—sama sepertimu, datang kemari karena ingin mencari Eun Hee. Hmmm…mengenai tawaranmu, aku tidak perlu bantuanmu, aku pasti mengetahui keadaan Eun Hee dengan sendirinya.”

Di benak Jinki, terlintas sebuah ingatan tentang seorang namja tampan yang diceritakan bartender di klub malam tersebut, yang menurut penuturan Eun Hee—namja itu hanya minta ditemani main kartu.

Mungkinkah Key orangnya? Jinki mulai menduga-duga.

+++++

Berceloteh ria, apa lagi yang dilakukan dua orang yeoja yang tengah duduk-duduk di pinggir kolam ikan. Siang itu matahari tidak terlalu menyengat—membuat orang tidak takut mengekspos dirinya di alam terbuka.

Berbagi cerita tentang kehidupan, tidak selalu tentang keluhan. Cinta? Tidak, hidup tidak melulu tentang cinta. Keduanya tengah berbicara tentang masa depan, bukankah masa depan memang perlu direncanakan? Kebanyakan anak muda tidak mempunyai arah kehidupan, hanya membiarkannya mengalir. Memang betul disatu sisi kita tidak bisa menentang arus takdir, tapi bukankah kita harus melakukan usaha untuk mendekati takdir?

“Chaeryn-ah, kenapa kau ingin bekerja di wilayah terpencil? Lalu apa gunanya kau kuliah mati-matian. Buatlah cita-citamu setinggi mungkin.” Hyeri sedikit heran setelah mendengar penjabaran awal sahabatnya tentang pekerjaan impian.

Chaeryn tertawa sebentar, lalu ditepuk-tepuknya paha Hyeri pelan, “Memangnya apa yang salah dengan itu? Aku kuliah tentu saja untuk mendapatkan ilmu, kelak ilmuku akan kugunakan dengan baik. Bukankah dengan bekerja di wilayah terpencil, ilmu yang kita pelajari akan lebih berguna?”

“Aku kurang setuju. Bukankah masyarakat di daerah terpencil akan susah untuk dijadikan sasaran keilmuan kita? Coba kau pikir, ketika ada seorang datang pada kita, berkonsultasi tentang status gizi mereka, lalu apa yang akan kita lakukan? Menyuruh mereka untuk mengkonsumsi buah dengan porsi yang cukup? Bahkan untuk makan saja terbatas. Lalu, menganjurkan mereka makan dengan nutrisi seimbang—jangan terlalu berat di karbohidrat? Nyatanya mereka tidak mampu membeli daging dan makanan lainnya yang kita anjurkan.” Hyeri langsung mengutarakan ketidaksetujuannya.

“Hah…kau ini. Justru itulah tugas kita sebagai pakar gizi, memikirkan bagaimana caranya gizi mereka terpenuhi tanpa harus menguras keuangan. Oppaku selalu mengajarkanku tentang konsep berbagi dan peduli sesama. Hidup di luar sana sangat berbeda jauh dengan segala kemudahan yang kita rasakan. Justru dengan beralih ke daerah yang tidak biasa, akan banyak pelajaran hidup yang kau dapatkan,” jawab Chaeryn dengan tenang sembari memainkan gerakan pelan kakinya di kolam ikan tempat mereka sekarang.

“Masalahnya, bagaimana bisa kau hidup di daerah terpencil jika sekarang saja kau sangat bergantung pada oppamu?” Terdengar suara namja menyambung obrolan keduanya.

Namja yang tak lain adalah Key itu duduk di samping Chaeryn dan melemparkan senyum terindahnya pada yeoja itu.

Ya! Kau selalu saja menyindirku oppa… Baiklah—aku akan berusaha lepas darinya. Lagipula akhir-akhir ini aku jarang bertemu oppaku, dia sering pulang malam. Oya, kenapa kau tiba-tiba datang kemari?” Chaeryn sedikit tidak terima karena seolah Key menilai dirinya manja. Tapi akhirnya senyuman sumringah terulas di bibirnya karena akhirnya ia bertemu kembali dengan Key.

“Apa perlu alasan khusus ketika aku berkunjung ke rumah sepupuku sendiri?” Key mengedipkan mata, memberikan sebuah isyarat pada sepupunya, Hyeri.

“Mmm, Ryn—sebentar aku tinggalkan dulu ya, aku ingin ke toilet.” Sebuah alasan klasik meluncur dari mulut Hyeri beberapa saat kemudian.

Tersirat raut  yang sedikit panik dari wajah Chaeryn karena harus berdua dengan Key. Yeoja di hadapannya itu mampu menguasai segenap syarafnya sehingga seketika tangannya sedikit bergetar. Key yang menangkap gelagat itu hanya tersenyum kecil.

“Tidak usah gemetar, anggap saja aku oppamu. Aku tahu aku tampan, tapi aku bukan orang yang menakutkan, kau santai saja,” candaan Key seketika membuat getaran yang dirasakan Chaeryn berubah menjadi rona merah di pipi yeoja tersebut.

Oppa~ berhentilah menggodaku. Ya, kuakui kau penuh pesona, tapi bukan berarti aku mencintaimu ya oppa…,” Chaeryn makin salah tingkah dan sesaat kemudian ia menutupi mulutnya dengan telapak tangannya, menyadari apa yang baru saja diucapkannya.

“Haha…iya, kalau kau mencintaiku pun tak apa. Bukankah setiap orang punya hak untuk mencintai, hanya saja kau jangan terlalu berharap ya… karena aku memang sangat diidamkan yeoja.” Tawa Key mulai mengeras, tidak menyangka dirinya bisa mengucapkan kalimat yang begitu narsis. “Ah, hanya bercanda Ryn, jangan dimasukkan ke hati.”

Ne, jangan bicarakan hal semacam itu lagi ya oppa. Oya, kau tidak pergi kerja? Kenapa kau terlihat santai?”

“Aku? Aku kerja, tapi kerjaku memang tidak terikat waktu dan tempat, sewaktu-waktu saja aku harus siaga di pekerjaanku. Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?”

“Kan tadi aku memang sedang membicarakan masalah pekerjaan. Kau enak sekali dapat pekerjaan yang tidak terikat waktu dan tempat. Sementara Jinki oppa setiap hari selalu berkutat dengan urusan kantornya.”

Mendengar nama Jinki disebutkan oleh Chaeryn, alis Key langsung bertaut, merasa kalau Jinki–oppa dari Chaeryn, adalah Jinki yang sama dengan yang dikenalnya kemarin. “Memangnya apa pekerjaan Jinki—oppamu itu?” Sebenarnya Key tidak peduli apapun pekerjaan Jinki, ia hanya ingin memastikan bahwa memang nama Jinki lah yang tadi didengarnya.

Oppa adalah direktur di perusahaan yang ditinggalkan appa. Setelah appa memutuskan mengurusi perusahaan yang di Australia, Jinki oppa lah yang bertanggung jawab penuh atas anak cabang yang di Korea ini.”

“Wah… hebat sekali oppamu, semuda ini sudah jadi direktur,” Key memuji, walaupun sebenarnya ia bisa saja menjadi direktur beberapa perusahaan appanya kalau ia mau. Sayangnya, naluri namja itu lebih menyukai kebebasan, misteri, dan tantangan untuk menaklukkan orang-orang tak bermoral—penjahat kelas kakap yang selalu diburu oleh intel sepertinya.

“Tidak juga, Jinki selalu menganggap itu hanya karena jabatan turunan, kalau punya pilihan lain—oppa sebenarnya tidak ingin berurusan dengan perusahaan, ia ingin menjadi seorang penyanyi sebenarnya.”

“Kapan-kapan kenalkan aku dengan oppamu itu ya… aku ingin tahu seperti apa orang yang sangat kau sayangi itu,” Key langsung mengatakan intinya.

Ya, ia ingin memastikan siapa Jinki yang dimaksud Chaeryn. Entah kenapa sekarang Key mulai tertarik mencari tahu identitas orang-orang yang berhubungan dengan Eun Hee, Jinki adalah salah satunya.

+++++

Hyung, kau yakin ini alamatnya? Bukankah ini kawasan rawan kejahatan, kenapa Yoochun hyung tinggal di sekitar sini?” Minho sedikit merasa ragu begitu mobil Key memasuki sebuah wilayah yang memang dikenal sebagai sarang berbagai kejahatan kecil.

“Aku hanya mengikuti apa yang kudapat dari petugas rumah sakit. Mmm, sejujurnya aku juga sedikit tidak yakin. Entah kenapa feeling-ku mengatakan, oppa Eun Hee bukan orang baik-baik,” jawab Key dengan pandangan yang tetap terpusat pada jalanan.

Raut tidak suka terpancar dari wajah Minho, “Kau salah. Eun Hee pernah cerita, oppanya selalu menjaganya sejak kecil—karena mereka memang hanya hidup berdua. Itulah yang membuat Eun Hee rela mengorbankan dirinya untuk Yoochun hyung.”

Geurae, kutarik ucapanku. Aku orang baru dalam kehidupan Eun Hee.” Key mengalah walaupun sebenarnya ia lebih setuju dengan pemikirannya.

Beberapa menit kemudian mereka melalui perjalanan tanpa berucap sepatah kata, hanya menikmati pemandangan malam minggu yang cukup diramaikan dengan orang-orang yang keluar dari sarangnya—sekedar mengisi waktu kosong maupun yang sengaja dikosongkan hanya demi seseorang. Namun, semua kesunyian itu berakhir tatkala Key menghentikan mobilnya di sebuah kedai yang ramai oleh sekumpulan manusia, membuat beberapa pasang mata yeoja berbinar melihat ada dua namja tampan keluar dari sebuah mobil.

Minho membuntuti Key masuk ke dalamnya, “Minho-ya, kita berpura-pura menjadi pengunjung saja,” titah Key sebelum keduanya benar-benar masuk ke dalam kedai tersebut dan Minho mengangguk sebagai tanda setuju.

Keduanya mengambil tempat yang agak terpojok agar leluasa mengamati orang-orang yang berkeliaran. Bersiaga, siapa tahu menemukan sosok yang tengah dicari.

Satu jam berlalu tapi tidak juga muncul tanda-tanda keberadaan Yoochun hyung. Keduanya mulai merasa bosan hanya duduk di pojokan sambil menyeruput minuman campuran gingseng dan jahe yang mereka pesan untuk menghangatkan tubuh.

Hyung, cara seperti ini tidak efektif,” Minho akhirnya mulai protes dan itu membuat Key terdiam berpikir.

“Kau bisa bela diri kan?” tanya Key setelah selesai dengan pikirannya, disambut oleh jawaban khas Minho—anggukan.

Bukkkk,

Tiba-tiba tinju Key melayang di pipi Minho dan jelas saja membuat namja jangkung itu kaget dan tidak terima. “Apa maksudmu, hyung?” Minho marah karena Key memukulnya tanpa sebab.

Cih, ayo serang aku kalau kau memang jago bela diri—jangan hanya bicara saja,” ucap Key sambil mengedipkan mata, memberi isyarat pada Minho kalau ini hanya sebuah sandiwara.

Minho mengerti maksud Key, kali ini ia membalas Key dengan sebuah tendangan di perut, membuat Key jatuh tersungkur. Terjadilah perkelahian seru di antara keduanya yang membuat orang-orang di tempat itu mengerubung dan ada beberapa yang menyoraki dan bahkan bermain taruhan.

Ya! Hentikan membuat keributan di sini!” Seorang yeoja berwajah melankolis muncul untuk menghentikan perkelahian tersebut dengan seruannya.

Key dan Minho sama-sama tersenyum dalam hati, tapi mereka menahan diri untuk berhenti, tujuan keduanya belum tercapai. Mereka belum melihat orang yang mereka cari di tengah kerumunan orang yang ada di tempat tersebut, padahal tujuan awalnya adalah untuk menarik perhatian semua pengunjung.

Yeoja tadi mulai menangis ketakutan melihat darah segar yang sudah muncul dari sudut bibir Key, rupanya ia sangat membenci darah.

Ya! Berhenti berkelahi di tempat ini!” kali ini sebuah seruan galak dan sebuah tangan mencoba memisahkan keduanya.

Minho terhenyak melihat orang yang baru saja datang. Reaksi yang sama pun terpancar dari wajah orang itu. “Yoochun hyung?” Minho sengaja mengucapkan nama itu agar Key tahu kalau orang itulah yang sedang dicari. Selama ini Key belum tahu seperti apa sosok Yoochun.

Orang bernama Yoochun tadi langsung mengambil langkah seribu begitu ia kembali dari rasa terkejutnya. Ia berlari dengan lincahnya menyusuri area-area yang sudah ia kenali dengan baik, sementara kedua pemburunya mulai kehilangan jejaknya karena mereka memang tidak mengenal seluk beluk wilayah ini.

Key dan Minho terhenti pada sebuah pertigaan. Di sebelah kiri mereka ada sebuah jalan turunan tanpa secercah cahaya pun, dari jalan itulah keduanya muncul. Di belakang mereka ada sebuah jalan dengan setitik lampu kuning yang tak dapat mengimbangi kegelapan malam, jalan tersebut sepertinya menuju perumahan warga. Dan di depan mereka ada tanah kosong tidak terlalu luas yang di dekatnya ada sebuah gudang yang tampak seperti habis terbakar hebat dengan peti-peti besar bekas mengemas barang—berhamburan di depan bangunan tersebut.

“Sial! Ke mana perginya Yoochun hyung?” Key mendengus geram.

Berbeda dengan Minho, otaknya dipenuhi dengan berbagai macam hipotesis tentang alasan kaburnya Yoochun.

Mengapa Yoochun hyung harus lari? Dan sepertinya Yoochun hyung baik-baik saja, tidak ada kesan seperti habis ditawan ataupun ditekan sang pemilik bar tempat Eun Hee bekerja, tidak ada juga tanda-tanda dia sakit. Lalu, apakah mungkin selama ini Eun Hee hanya diperalat oleh oppanya sendiri?

Padahal, di balik sebuah peti kemas—Yoochun sedang tersenyum penuh kemenangan. Meringkuk dalam persembunyian seperti siput yang menarik posteriornya ke dalam cangkang mungil miliknya.

“Jangan harap kalian bisa menangkapku…,” bisikan nyaris tak bersuara keluar dari mulut Yoochun. “Aku lihai dalam permainan ini… walaupun kalian lapor pada dongsaengku, dia hanya akan menganggap kalian pemohong ulung,” senyumnya licik.

+++++

Gelap, ya… tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk mengulaskan setitik cahaya cerah di wajahnya. Dia terlihat seperti mayat berjalan selama beberapa hari ini, membuat Jinki berpikir keras bagaimana caranya ia harus merubah air muka Eun Hee.

Seharian Jinki memarkir mobilnya di depan rumah Eun Hee. Namun kali ini bukan mobil yang biasa ia pakai—ini dilakukan agar keberadaannya tidak dicurigai. Yeoja itu hanya keluar sekali sejak siang, kalau pagi hari memang sudah bisa dipastikan ia tengah bergulat dengan pulau kapuk.

Hal yang dilakukan Eun Hee saat keluar hanya berjalan ke arah mini market terdekat dan membeli mie instan serta beberapa minuman bersoda. Langkahnya seperti diseret, jauh dari kesan anggun dan percaya diri yang biasanya melekat pada gaya berjalan yeoja itu.

Jinki ingin sekali keluar dari mobilnya saat Eun Hee keluar membukakan pintu untuk seorang namja bertubuh jangkung yang memang sering dilihatnya. Sepengetahuan Jinki—namja itu bernama Choi Minho. Tapi ia mengurungkan niatnya karena tidak ada tempat untuk menyembunyikan dirinya di sekitar Eun Hee. Akhirnya ia hanya mengamati gerak tubuh keduanya.

“Buat apa kau datang kemari?” tanya Eun Hee dingin.

“Tentu saja untuk memastikan keadaanmu. Gwaenchanayo? Kau sudah makan? Ini aku bawakan sup sapi kesukaanmu.”

Brakkk… Eun Hee menepis tangan Minho keras, yang mampu membuat wadah sup yang dipegang namja itu terjatuh dan isinya terbuang sia-sia.

“Sejak kapan kau suka membuang makanan?” Minho semakin tidak mengerti dengan sikap aneh Eun Hee belakangan.

“Sejak hari ini. Huh, Minho-ya, kau juga pasti palsu… Aku tidak sabar kapan kau membuka kedokmu atau perlu kupancing?”

Eun Hee mendorong tubuh Minho ke tembok, membuat namja itu terbelalak tidak percaya dengan posisinya yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah yeoja itu. Diperhatikannya mata Eun Hee dalam, Minho merasakan ada luka besar dalam sorot mata Eun Hee. Terlihat gundukan cairan bening di sudut mata yeoja itu dan kedutan pelan mata Eun Hee dapat tertangkap oleh Minho.

“Baiklah… Eun Hee-ya… ini yang kau maksud dengan pancingan.…”

Minho menempelkan bibirnya dengan perlahan agar yang dirasakan Eun Hee adalah kelembutan yang terpancar dari cinta, bukan kekasaran yang timbul karena nafsu.

Eun Hee terhenyak. Matanya terbelalak saat menerima sentuhan Minho terlebih dahulu, padahal semula ia yang berniat melakukannya lebih dulu.

“Sekarang, apa yang kau pikirkan tentangku? Apa aku sama dengan namja lain yang berkedok itu? Kau tentu tahu mana yang tulus dan mana yang tidak. Aku harap kau dapat merasakannya, sehingga tidak perlu kuperjelas dengan untaian kata.”

Minho menarik kepala Eun Hee ke dalam dekapannya, mengelus pelan rambut yeoja yang merupakan belahan jiwanya itu. Matanya sedikit berkaca-kaca, ikut terluka karena melihat Eun Hee yang tidak beda dengan boneka hidup tanpa remote control.

“Kau lebih dari seorang sahabat bagiku…kau tahu maksudku. Aku ingin melindungimu, tidak ingin kau terus menderita… Berbagilah denganku Eun Hee-ya. Aku akan mencari jalan keluarnya. Aku memang tidak punya harta, tapi setidaknya aku masih punya otak untuk berpikir.”

“Minho-ya… kenapa kau seperti ini?” ucap Eun Hee lirih, “Seorang pelacur sepertiku tidak pantas menerima perlindunganmu. Ini jalan yang aku pilih dan aku akan menanggungnya, kau tidak perlu terlibat.”

“Diizinkan atau tidak, aku akan menyeretmu keluar dari semua ini. Aku akan menemukan Yoochun hyung…,” nada kesedihan tertempel lekat pada ucapan Minho.

Yoochun… Minho ingin sekali bilang pada Eun Hee kalau oppanya itu baik-baik saja. Tapi ia tidak sanggup mengatakannya karena pada kenyataannya, Minho menduga bahwa Yoochun hanya memperalat Eun Hee. Benar apa yang dikatakan Key, Yoochun bukan sosok oppa yang baik seperti yang melekat pada pikiran Eun Hee.

Tapi kalau itu diceritakan, ada tiga kemungkinan dan dua diantaranya adalah kemungkinan buruk. Akhirnya Minho memilih bungkam, ini adalah jalan paling emas untuk sementara waktu.

“Jaga kesehatanmu Eun Hee-ya… Aku harus pergi dulu, ada hal yang harus kubereskan….”

Eun Hee mengangguk pelan. Ia masuk ke rumahnya setelah Minho melepaskan pelukannya, melambai pelan melepas kepergian Minho dan tidak lama menutup daun pintu rumahnya.

Minho berjalan mendekati sebuah mobil yang dari tadi dicurigainya. Awalnya ia berpikir itu mobil Key, karena memang Key mengaku beberapa kali mengamati Eun Hee dari balik mobil. Tapi setelah diperhatikan, itu bukan mobil Key, walau ada kemungkinan Key memakai mobil yang berbeda.

Dan memang betul, pemilik mobil itu bukan Key, melainkan Jinki. Namja bermata sipit itu masih terlarut dalam pikirannya setelah tadi melihat adegan yang membuat hatinya tidak menentu. Di satu sisi ia tidak suka ada satu namja pun menjamah Eun Hee, apalagi melakukan kissing. Tetapi di lain sisi, Jinki menatap sorot mata penuh cinta dari raut wajah Minho.

Minho mengetuk-ngetuk pelan jendela mobil, namun sang pemilik masih tak menyadari. Akhirnya ia melakukannya lagi dengan sedikit menggunakan tenaga, dan memang berhasil. Jinki membukakan jendela mobilnya dan tersenyum pada Minho.

“Masuklah, aku tahu apa yang kau pikirkan,” perintah Jinki beberapa detik kemudian.

Minho menuruti perintah Jinki, masuk ke dalam mobil yang pemiliknya belum ia kenal.

“Langsung saja, siapa kau dan sedang apa kau di depan rumah Eun Hee?” Aura kecurigaan Minho terpancar kental dari mata bulatnya.

“Sebelumnya aku ingin memastikan, kau mencintai Eun Hee-ku?” Jinki mendelik ke arah Minho yang baru saja duduk di sebelahnya.

“Eun Hee-mu? Kau namjachingunya?” Minho sedikit tertusuk karena namja sipit itu memakai istilah ‘Eun Hee-ku’.

“Nanti kujelaskan semuanya, tapi kau harus jawab dulu pertanyaanku.” Jinki tersenyum penuh arti, membuat Minho mengernyitkan alisnya.

Ne, aku akan tetap mencintainya. Tidak peduli ia sudah menjadi milik seseorang atau belum, karena aku memang tidak ingin mengikatnya menjadi milikku. Aku hanya ingin ia tersenyum dan bahagia.”

“Wah… jawabanmu terlalu panjang. Padahal aku hanya minta jawaban iya atau tidak,” Jinki menyindir santai.

“Jawaban iya atau tidak untuk hal seperti ini harus beralasan,” kilah Minho cepat dan tegas.

“Bagus, kau cukup berinisiatif. Tapi aku heran kenapa kau sedemikian kuatnya mencintai Eun Hee, kau pasti tahu siapa Eun Hee. Apa kau mau mencintai yeoja yang notabene telah menjadi konsumsi public?”

Cih, kau tidak pantas jadi namjachingunya kalau kau masih merendahkannya. Dengar, aku tidak peduli berapa kali ia dipakai, karena kenyataannya—aku justru tidak akan mengizinkan Eun Hee memilihku, karena aku tahu setiap manusia menginginkan keturunan dan aku tidak akan bisa memberinya walaupun berulang kali memadu cinta dengannya… Jadi aku memang tidak akan pernah menyentuh apa yang orang cari darinya.…”

“Maksudmu… kau tidak bisa menghasilkan keturunan?”

Ne, cukup tentangku. Sekarang aku yang bertanya balik padamu, apakah kau yakin mencintai Eun Hee? Apa kau tidak sakit melihat yeojachingumu dipakai orang lain?”

“Aku sakit, sangat sakit. Sebentar, ada yang salah dari pernyataanmu… Aku bukan namjachingunya, melainkan oppanya yang telah lama terpisah dengannya….”

TBC…

+++++

Bibib: Sebenernya yang bikin aku ga terima ama part ini, ternyata Yoochun jahat, padahal aku sendiri yang bikin karakternya ya. Entahlah…perasaan kerjaanku bikin My Lovely Yoochun jadi jahat melulu…hiks…mianhae oppa…

Di part ini juga engga ada fantasy-nya, bukan timing yg tepat, ntar ada lagi kok…

Seperti biasa, tinggalin komen ya, apalagi kritik saran, ditunggu banget, asal jangan bilang ceritanya kependekan aja…Don’t be silent reader, OK?

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

29 thoughts on “The Devil – Part 5”

  1. Mulai terbuka satu persatu… Dan Yoochun… Setuju dengan bibip,,, kenapa dia jadi jahat begitu sihhh…. Dia bukan kakak kandung Eunhee kan???

    Dam whattt??? Minho mandul?? Astagaaa… Dia begitu tulus pd Eunhee…..

    Berarti satu2nya namja yg cocok bersanding dg Euhnee adalah Key?? Tapi apa Eunhee bisa menerima.. Agaknya bakalan susahhhh……

    Untung dipart ini Jinki gx sadis.. Sptnya sifat sadisnya mulai berkurang ya….

    1. iy nih mulai terbuka… asal qm jgn buka baju aj ya nurul /plaakkk hahaha

      Dia bukan kakak kandung Eunhee kan? — jeongmalyo??? waaahhhh apkh bnr?

      iy nih.. mino mandul… speechless saya :O
      tp bnr2 setia… /sobs/ *peluk mino*

      betul betul… key cocok tuh kyknya sm eunhee ya.. aplgi sm aq… key pasti cucok bgt… huahaha

      jinki sy larang buat berlaku yg sadis2… hihihi

      gomawo udh bc n komen ne~~^^

  2. Wah, Taemin gak keluar ya. Aku penasaran bgt sama sosoknya Taemin. Dia itu siapa sih sebenernya? Terus Jinki juga. What? Dia kakaknya eun hee? Terus yoochun? Banyak banget pertanyaan yg belum terjawab.

    1. taemin lagi diistirahatkan… kkkkkkk
      siapa ya si taemin?? eum eum…

      what?? iy dia kakak eunhee…
      yoochun?? hayo siapa??

      masih banyak? tunggu aja ya kelanjutannya..
      makasih udh nyempetin baca n komen 😀

  3. akkerrrrnyyaahh the devil muncul juga. ini ff yg pling gw tunggu (banget).

    tapi tapi tapi part 5 beerrraaaattt sekali bhs’y, gw rada lola nangkep’y. haha ketauwan deh saya tidak pintar 😀

    hahha lucu pas key narsis, kepedean bngt..
    bang minong ade ape sih? dulu yg sring main teka teki itu key, skrng si minong yg omongan’y ambigu -____-, pan akunya jd penasaran. ekeke.

    waah meleset tebakan gw. dulu gw ngira’y jinki sm taemin yg sodaraan, trnaya jinki sm eun hae yah yg sodara.. hhmm *manggut2 sok ngerti*

    ditunggu yak lnjutannya. sangat penasaran!!!
    bwt Bibib Dubu &
    mybabyLiOnew hwaiting!! ^^

  4. hahahaha berat ya??
    ternyata pikiran kita beda ya.. kkkkkk aku gak berat kok *ini malah ngomongin badan* wakakakaka

    mino kan diajarin sama kunci bikin sesuatu yg ambigu gitu.. hahaha 91liner yg saling menularkan (?)

    knp jd ngira jinki sm taem yg sodaraan?? hahahaha

    tunggu aja ya~~
    gomawo udh baca

    1. yg bnr itu jinki itu suamiku… yoochun itu oppaku /plakkkk

      biar g benci.. diblik aj.. CBT (?)

      tunggu ya klnjutannya
      gomawo

  5. huaa maap baru baca dari part 1 ehehehehe. sumpah deh cengo baca kalimat terakhirnya jinki. kenapa tiba2 di bertransformasi jadi oppa nya eun hee? dan kenapa minho harus mandullll *jambakrambut*

    1. wah… hehehe… tp gmna skrg? ap masih cengo?

      untung bertransformasi jd oppa eunhee… gmna klo jd power ranger?

      aaaaa iy. knp… knp hrus mandul… aaaa *author ikut histeris*

      gomawo udh bc

  6. kalimat terakhir bener-bener bikin aq makin penasaran…!!!
    astaga..
    ni orang-orang kok suka bgt ngerecokin(?) hidupnya Eun Hee?
    jadi bingung nih, siapa sbenernya ‘devil’nya…
    kok aq malah berasa semua member itu yg jadi ‘devil’nya y?
    *dibantai shawol..
    ahahaha…
    ditunggu lanjutannya!!!

    1. astaga :O

      hooh ya.. suka bgt ngerecokin hidup eunhee.. ksian dy… ckckck

      huahahaha semua member n cast adlh devil.. bhkn author n reader jg devil.. *diserang*

      tunggu aj ne..
      gomawo

  7. Jinki kakak eunhee??#speechless
    lalu yoochun?
    Taemin ga muncul..
    ahh.. Mulai terbuka satu demi satu.. Makin seru dan makin bikin penasaran..

  8. Aigooo~ eonnideul ini benar2 bikin pusing. Apa pula itu si Jinki oppa malah jd oppanya Eunhee? Jd oppanya itu sbenernya siapa? Yoochun atau Onew? o.O

    Minho-nya mandul? aaah kasian amat km oppa, terus ini hbungan Key dan Eunhee di part ini malahan memburuk ya?

    Dan Taemin!! dia ga muncul, gpp deh istirhat bntar dr kgiatan dia “makan hati”. komennya sgini aja, aku nungguin part slnjutnya eonnideulll~ 😀

  9. ooooh…jd si jinki i2 oppanya eun hee y…???.bru ngeh…:o
    trz trxta yoochunx jht y,udh agk2 curiga sih…
    waduh…kq nilaix key jd trun y d mata eun hee…???,pdhl menurutq cm key yg pntes jd sm eun hee,aplg stlh tw minho mandul…emg bnr2 cm key yg pntez.
    prlhan mulai kebuka smw alesan knp smw orang bs aja jd devil,bkn cm devil yg pux taring tajam macam si taem…(seingtQ author prnah blg gtu…).
    btw…si taem kq kgk keliatan yak…???.
    jinki jg udh g sesadis part2 sblumx..???
    lanjut…

  10. kalau boleh aku tebak,,,jinki itu kakaknya eunhee tapi beda ayah.
    Lalu yang membuat yoochun begitu kejam karna frustasi akan apa yang ibunya nya lakukan.Lalu ia menelantarkan diri begitu saja dan menggunakan adik kandungnya sendiri sebagai alat pembuat uang,tapi yang membuatku bingung kenapa harus adik kandungnya sendiri yang menjadi pelampiasannya? *asumsi gaje*

    hubungan antara jinki dengan eunhee mulai terbuka.
    agak kaget sih….tapi mau di apakan lagi?

    minho dan yoochun,apakah mereka pernah bertemu sebelumnya?
    demi jidat besarnya key,ceritanya makin rumit mimi eunn,bibib eunn….
    lanjut,lanjut,lanjuuuuuut…………hwaiting.

  11. eun hee sama minho aja ya, soalnya minho tulus banget sama eun hee, kan kasihan minho nya..
    T_T

  12. Hahahah bener kan Jinki itu oppa nya ^^
    Jangan-jangan si Eun Hee dulu nya di culik lagi? Terus-terus, kan Jinki sama Eun Hee beda marga?

    Dan………kenapa Minho gak bisa punya keturunan di cerita ini? Щ(ºДºщ)

  13. jangan dibikin eunhee bbenci ma key,,jebal,,eunhi~ah ,key cuma marah karena km ngetawain matinya jjong kok,,aqw slalu suka bagian lok ada eunhee bareng key,,walopun cuma dikit,,langsung ke part slnjutny dey,,penasaran,,anyeong!!!

  14. Haaaa? Jinki oppa nyaaa eunhae?????? Minho beneran ga bisa ngasih keturunan? Kenapa ? Aku mahnga eunhae sama ming padahal:(

Leave a reply to mybabyLiOnew Cancel reply