Namja – Part 1

Title : Namja

Author : Bibib Dubu

Beta-Reader: Kim Nara

Main Cast :Kim Kibum, Kim Jonghyun, Kim In Young

Support Cast : Park Hana, Park Ha in, Kim Heera, Lee Jinki, Changmin, Kyuhyun, Yonghwa

Length : Sequel

Genre : Friendship, Romance

Rating : PG – 13

***

Summary:

“Aku? Tidak, aku hanya ingin namja sepertimu, tampan, bersuara indah, dan memiliki otot kekar.”

Namja – Part 1: Still

Langit cerah, embun berjatuhan, dan burung berkicau. Penggambaran klasik tentang pagi. Lihatlah dari sisi lain, kau akan menemukan hal yang menarik darinya. Pandanglah pagi bukan hanya dengan mata, tapi hati dan pikiran.

Tengoklah embun. Pernahkah terbesit dalam pikiran bahwa embun bukanlah sebulir air pada dedaunan yang muncul ketika matahari mulai bersinar? Pada embun, terdapat banyak keajaiban Tuhan. Embun dapat membantu kerja ginjal, mencerahkan kulit, dan banyak hal lainnya. Satu yang perlu dicatat, embun mengandung banyak oksigen dibandingkan air biasa.

Apa yang sebenarnya ingin disampaikan? Bahwa sejatinya, semua hal, bahkan seekor semut kecil pun tercipta dengan maksud indah.

Sayangnya banyak orang berpikir, bahwa ada sesuatu yang dikatakan tidak berguna dan sia-sia, atau minimal kurang bermakna.

***

Jarum pendek jam masih berkisar pada angka tujuh, matahari belum terlalu menyengat kulit sehingga tidak menjadikannya hitam atau sekedar kecoklatan—hal yang tidak diinginkan oleh kebanyakan orang. Kulit hitam, jika mata yang menilai, maka orientasinya negatif. Tapi akan lain jika kau memandangnya dengan ilmu. Orang berkulit hitam memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi.

Rupanya semilir pagi masih menggiurkan, menggoda manusia untuk tetap terpejam di atas kasur dengan memeluk guling dengan pikiran klasik yang bersemayam di otak mereka—ini Hari Minggu, waktunya bermalas-malasan. Mereka yang termakan bisikan setan adalah orang yang tidak mengerti bagaimana pagi menawarkan semangatnya, menawarkan rezekinya dan menawarkan sebuah kesempatan baru yang lebih baik.

Dua dari tiga yeoja itu sudah tidak bersemangat mengikuti suara ‘instruktur aerobik dadakan’ yang berdiri di hadapan mereka dengan tangannya yang berkacak pinggang. Lapangan mini di belakang rumah pun menjadi saksi bisu kecerewetan Sang Instruktur setiap minggunya.

Trekkk,

Dia menekan tombol off pada radio tape yang sejak tadi menyuarakan musik berirama semangat ala senam aerobik. “Ya! Mengapa kalian lemas seperti ini sih? Kita masih muda, kan? Harusnya ini adalah masa di mana semangat dan tenaga kita masih bergairah.”Sang instruktur menyadari bahwa teman-temannya sudah memasang wajah malas, kecuali satu orang.

“Semalam aku begadang sampai jam dua malam. Tugas jurusanku jauh lebih sulit daripada yang lain, tidak bisakah kau memahamiku?” Salah satu yeoja bersuara malas, sesekali ia menguap kecil dengan wajahnya yang sudah terlihat kacau.

“Ne, aku tahu. Justru karena semalam tubuhmu tegang dipakai berkejaran dengan deadline, kau harus melenturkannya kembali, Hana-ya. Aerobik dapat meningkatkan fungsi jantung, meningkatkan kinerja paru-paru, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi seseorang, juga membantu membendung efek depresi. Kau sebenarnya sudah tahu kan, Hana-” Bukannya mengizinkan yeoja tadi berhenti, ia makin gencar mengajak temannya untuk senam. Ia melotot tepat di hadapan wajah Hana, membuat yeoja itu memejamkan matanya malas.

“Hoaaammmm….” Hana menguap lebar tepat di hadapannya, membuat sang instruktur harus rela menghentikan ocehannya.

“Ya! Park Hana, kau tidak sopan!” teriaknya kencang,  membuat yeoja itu sukses menutup telinga.

“Sudahlah. Kalau dia bilang lelah ya memang dia lelah. Kurasa wajar kalau dia lebih mendambakan tidur daripada ikut senam. Beri dia kesempatan untuk istirahat.” Satu-satunya peserta yang sedari tadi semangat, kini ikut bersuara, tidak tega melihat wajah Hana yang seperti orang tidak bertemu kasur dan bantal selama beberapa hari.

“Oke~ aku izinkan Hana tidur. Tapi kau, Park Ha in, kau tidak punya alasan untuk bermalas-malasan, kan? Oh ayolah Sayang, gerakkan tubuhmu agar kita tetap bugar, tubuh punya hak untuk diperlakukan dengan baik.” Arah tatapannya berubah ke arah yeoja yang sedang fokus menatap sebuah roti di tepi lapangan tempat mereka berdiri. Roti yang belum sempat dimakannya itu ia letakkan begitu saja di atas tas ranselnya.

“Lihatlah Heera, tubuhnya segar dan bugar, itu karena dia rajin berolahraga—tidak pernah mengeluarkan alasan macam-macam setiap kali kita senam mingguan.” Lagi-lagi suara cempreng sang instruktur memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Kali ini ia mendekati Heera, yeoja yang bersemangat tadi. “Neomu neomu joha,” bisiknya sedikit genit di telinga Heera, yeoja itu hanya terkekeh geli.

“Huh! Baiklah. Aku tahu walaupun kau cerewet tapi kau sayang kami. Oke, ayo mulai lagi senamnya.” Yeoja bernama Ha In itu pasrah. Tidak kuasa menolak perintah temannya, sang instruktur senam dadakan tadi.

Senam yang rutin dilakukan oleh keempat anak setiap minggu pagi itu pun dimulai kembali, “Ayooo…semangat semuanyaaaaa!!!” teriakan lantang itu kembali membahana, membuat sang tuan rumah yang tak lain adalah orang tua Heera, tersenyum dari atas balkon melihat tingkah laku anaknya bersama sahabat-sahabatnya.

***

“Kau mau punya namja seperti dia?” Jonghyun mendelik ke arah namja berjaket pink yang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya, nampak namja itu sedang asik tertawa bersama teman-teman akrabnya.

“Aku? Tidak, aku hanya ingin namja sepertimu, tampan, bersuara indah, dan memiliki otot kekar.” Yeoja itu tersenyum pada Jonghyun sebelum akhirnya ia mengikuti arah pandang Jonghyun, memperhatikan si namja berjaket pink tadi.

Are you sure, Honey?” Jonghyun menggoda, sedikit mengejek karena tak lama kemudian ia terbahak, “Haha, yeoja manapun tidak ada yang menginginkannya, gayanya saja menggelikan.”

Brakkkk,

Meja mereka dihantam sebuah tinju keras. Pelakunya adalah seorang yeoja berkacamata, matanya memerah karena lelah dan marah. “Jangan sombong, aku tahu kau tampan dan perkasa, tapi kumohon, jangan rendahkan dia.” Yeoja itu geram, ia yang kebetulan melintas di sebelah meja Jonghyun, merasa gerah mendengar percakapan dua makhluk yang cukup dielu-elukan seantero fakultas karena keindahan rupanya yang tiada tara.

“Huh, rupanya kau sudah berpaling dariku, kau mulai terpikat dengannya? Syukurlah fans-ku berkurang satu, artinya bebanku berkurang.” Jonghyun terkekeh, menanggapi santai.

“Inilah dampak terlalu banyak berkaca, merasa dirimu tampan rupawan, wajah tanpa jerawat dan bentuk muka oval ideal. Wahai cermin ajaib, siapakah namja tertampan di dunia ini? Oh, jangan bilang itu yang selalu kau lakukan setiap pagi sebelum ke kampus? Tapi sepertinya tuduhanku benar. Buktinya kau seperti di atas angin, merasa rupamu sempurna, sombong, merendahkan orang lain.”

“Dengarkan aku Hana ssi. Bukan masalah aku ini tampan atau tidak, aku tidak bilang padamu kan kalau aku tampan? Aku hanya bilang fans-ku banyak. Mereka mengidolakanku bukan hanya karena aku tampan, bisa jadi ada hal lainnya. Tapi dia? Aigo…bahkan aku meragukan jenis kelaminnya. Manusia bertubuh dan berbaju namja, tapi kepribadiannya….hhh, apa perlu kujabarkan?” kali ini Jonghyun berdiri, makin terpancing dengan ucapan Hana yang cukup membuatnya sebal.

“Cukup Jjong…jangan buat keributan.” Yeoja yang tadi duduk berhadapan dengan Jonghyun mulai menenangkan namjanya, risih mendengar keributan semacam ini—hanya karena masalah sepele.

“Sebentar Honey…kau tidak dengar dia bicara apa? Cih, yeoja ini munafik. Hana sshi, apa kau pikir aku tidak tahu kalau selama ini kau sangat mengagumiku? Aku tanya, karena apa? Lalu mengapa kau tidak mengagumi temanmu itu?” Jonghyun menepis mentah-mentah imbauan yeojanya, ia masih tak ingin mengalah.

“Isshhh, besar kepala sekali kau. Ya, aku memang penggemarmu, tapi aku sahabatnya, aku akan marah pada siapa pun yang menghinanya.” Hana makin emosi, kini ia menarik kerah jaket yang dikenakan Jonghyun. Jauh di dalam hatinya, ada perasaan gemetar sekaligus kaget, tidak menyangka kalau Jonghyun menyadari perasaannya.

“Hhh, baiklah…kalau begitu kau harus marah pada banyak orang. Nyatanya banyak orang yang menilainya sebagai namja feminim!” Merasa gengsi, Jonghyun menyingkirkan tangan Hana dari kerah jaketnya.

Plakkk,

Sebuah tamparan pedas diterima Jonghyun. Membuat pipi putih itu memerah seketika, pemiliknya mengelusnya agar tak terasa panas.

“Sakit? Huh, siapa yang lemah? Bukankah kau namja tulen nan perkasa? Baru ditampar sudah kesakitan, masih berani mengaku namja?” bentak Hana kasar. Matanya yang sudah merah sejak kemarin—kini bertambah merah karena ia mulai menangis, tangis kemarahan, membuatnya menatap Jonghyun sadis.

Keributan ini menarik perhatian semua pengunjung kantin, mereka asyik menonton—beberapa justru terkikik membenarkan ucapan Jonghyun. Tiga orang yang sejak awal sedang disoroti Jonghyun, mulai menyadari bahwa orang yang menjadi penyebab keributan adalah salah satu dari mereka. Orang itu, orang yang dihina oleh Jonghyun, bangkit dari duduknya dan berjalan cepat dengan gayanya yang khas—tidak semaskulin teman-teman sejenisnya—kemudian berdiri tenang di hadapan Jonghyun.

“Hana-ya, sudah…redakan emosimu. Tidak usah membelaku sampai ribut seperti ini. Aku tahu aku ini manusia aneh, wajar jika orang mengejekku. Sekarang hapus air matamu Sayang, air matamu terlalu mahal untuk terurai hanya karena hal klasik seperti ini.” Namja itu, sosok yang dikenal sebagai namja feminim, memeluk Hana dengan lembut. Beberapa detik kemudian ia melepaskannya, lalu membungkuk di hadapan Jonghyun.

“Terimalah rasa hormatku, Tuan Kim Jonghyun yang dipuja para yeoja, yang ketampanan dan keperkasaannya telah diakui banyak orang. Aku memang Kim Kibum, Key, atau apapun nama panggilanku, aku lah namja aneh yang nyaris semua orang berkata padaku, bahwa lebih baik aku melakukan operasi kelamin. Tapi kau salah, semua orang salah, aku masih namja—dengan segala kekurangan fatal yang melekat padaku, aku masih mencintai seorang yeoja.”

“Bangun Key! Jangan mudah tunduk apalagi membungkuk lama seperti ini.” Yeojachingu Jonghyun tidak tega melihat pemandangan seperti ini. Ia memang setuju dengan penilaian semua orang. Namja bernama Key itu membuat bulu kuduknya sedikit merinding, ketampanannya indah yang terbalut keanggunan. Tapi ia juga tidak suka dengan cara Jonghyun yang kekanakan, namjanya itu sungguh terlihat seperti pangeran murahan.

“Jjong, dewasalah sedikit kalau kau ingin mendapatkan maafku!” sentaknya pada Jonghyun yang masih terhenyak karena tidak menyangka akan dipojokkan oleh yeojanya sendiri.

“In Young-ah, kau membela si namja feminim ini? Oh…sadarlah Honey….” Jonghyun berucap dengan raut wajah yang masih terlihat kaget, matanya mengerjap heran dan tak lama ia mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.

Yeoja bernama In Young itu tak menanggapi, ia meraih tubuh Key yang masih membungkuk, menegakkannya kembali dengan paksa. “Jangan mudah membungkuk pada orang lain, atau kau selamanya akan seperti ini, dicemooh, direndahkan. Buktikan kalau kau memang namja.” kali ini ia berkata tegas pada Key.

“In Young-ah, apa perlu aku membalasnya dengan pukulan bertubi-tubi karena ia telah menghinaku? Atau aku menendang perutnya kasar, seperti yang dilakukan kebanyakan namja? Tidak, bagiku manusia adalah seonggok daging lemah. Bukan bicara tentang sakit secara fisik, tapi melakukan kekerasan akan menorehkan luka lebih dalam pada korbannya,” Key tetap bicara walau air matanya sudah tak mampu ia bendung.

Semua membisu, tak ada yang berani membantah. Begitu pula dengan Jonghyun, namja itu hanya menutupi wajahnya yang kesal

Tess….

Entah garis yang kesekian,  air mata mengalir dari mata Key. Seperti dihempaskan ke dasar jurang, melayang tanpa mampu melawan gravitasi, dan sayangnya tidak sampai ke dasar—jusru kulitnya tersangkut pada ranting runcing pepohonan yang ada di dinding jurang. Sakit, bahkan lebih sakit daripada dihina Jonghyun. Kau tahu kenapa? Karena In Young adalah yeoja pertama yang membuatnya meyakini satu hal, bahwa ia masih seorang,

Namja.

***

Satu, dua, tiga. Mengapa seringkali orang mematok angka tiga sebagai batas untuk menunggu? Karena yang pertama adalah proses mencoba. Mencoba apapun hal baru, mencoba memahami, mencoba meraba. Kedua, proses evaluasi sambil memperbaiki. Mengamati hasil yang diperoleh dari step satu lalu jika ditemukan kekurangan, segera cari terobosan. Ketiga? Memasrahkan segalanya, harus rela dengan apapun ujungnya.

Dia sudah cukup lama menunggu, tapi yeojanya tak juga mengerti. Sebenarnya ia merasa sungkan untuk meminta kembali, tapi tetap ia lakukan. “Heera-ya, kau tahu aku pencemburu. Bisakah kau tidak terlalu dekat dengannya?”

Heera menatap kilat mata Jinki—tidak menyangka akan mengatakan hal yang sama untuk kedua kalinya. Sepengetahuannya, namja itu tak pernah melakukannya.

“Jinki oppa…jangan minta aku melakukan hal yang sulit. Kau ingin kisah basi terulang lagi? Memilih antara cinta dan persahabatan tidak semudah memilih baju yang akan dibeli. Oh ayolah Oppa, aku akan sakit jika memilih salah satunya.”

Jinki terdiam, ia masih punya batas kesabaran satu lagi, tidak akan ia lepas sekarang. Ia mencoba menawarkan jalan lain, “Baiklah, aku tidak memintamu meninggalkannya atau menjauhinya, aku hanya minta kurangi kontak fisik kalian. Heera-ya, bagaimanapun dia adalah namja. Setidaknya ia masih seperti namja jika melihat pakaian yang dikenannya, hanya saja ia memiliki sisi lain yang biasanya melekat pada diri yeoja.”

Tapi kau salah, semua orang salah, aku masih namja—dengan segala kekurangan fatal yang melekat padaku, aku masih mencintai seorang yeoja

Ucapan Key kemarin siang melintas di kepala Heera, membuatnya membenarkan ucapan Jinki, bagaimanapun Key adalah namja.

“Baiklah, mengurangi kontak fisik. Aku akan mencoba.” Demi cintanya pada Jinki, Heera mengalah. Toh ia pikir, tidak melakukan kontak fisik bukan berarti merenggangkan persahabatan. Karena persahabatan itu letaknya di hati.

“Heera-ya, kau sahabatnya, aku tahu itu. Tapi bukan sahabat yang baik jika kau tak berusaha menyadarkannya.”

Heera memutar bola matanya lambat. “Oh Oppa, aku tak punya kemampuan untuk itu. Bagiku, yang penting kami saling merasa nyaman berbagi apapun, mendukungnya dalam kondisi kritis dan menemaninya dalam tawa, semua itu sudah cukup Oppa. Aku takut menyakitinya jika aku membahas kekurangannya.”

Jinki tersenyum simpul menanggapi ocehan panjang Heera, ia kini mengerti konsep persahabatan seperti apa yang Heera anut. “Baiklah…sampai di sini aku tidak akan membahasnya lagi. Mungkin suatu saat kau akan mengerti konsep persahabatan yang benar, tidak sesederhana itu.”

“Yaaa, Oppa.. Jangan membuatku ragu. Aku yakin kalau aku sangat menyayangi mereka.” Heera protes kilat.

Calm down Heera-ya…manusia itu butuh banyak belajar. Kau belum mengerti konsepnya bukan berarti kau tidak sayang mereka. Yang perlu kau tahu, sayang itu tak harus selalu mendukung. Perasaan sayang, juga persahabatan adalah hal yang sangat memainkan emosi, tidak sesederhana yang tampak. Suatu hari nanti, kau akan tahu apa maksudku,” Jinki menanggapinya setelah ia tertawa kecil untuk beberapa saat.

“Jadi menurutmu aku harus melakukan sesuatu untuk Key?” Heera makin terlihat ragu. Bagaimanapun ia sangat awam dalam masalah yang Jinki ungkit secara tidak langsung, mengubah kepribadian orang.

“Lakukanlah hal kecil yang kau bisa, perlahan akan memberikan hasil besar. Jalannya tidak akan mudah apalagi menggembirakan, dalam persahabatan kau harus berani menjadi panglima perang untuk saat-saat tertentu.”

“Maksudmu, Oppa?”

***

Wajahnya tak seceria biasanya, senyum lepasnya tidak terlukis sama sekali. Ia membanting daun pintu ruang tamu, berjalan melewati ruang keluarga tanpa memedulikan keberadaan eomma-nya yang sedang iseng memainkan tuts piano.

“Ya, Kibummie! Sejak kapan kau tidak memandang eommamu?” wanita berusia 50 tahunan yang masih terlihat jelita itu protes, tidak mau dilewati begitu saja oleh anak semata wayangnya.

“Eomma…beri aku waktu untuk sendiri, ok?” Key menjawab malas, ia seolah lupa sesaat bahwa orang yang berdiri di hadapannya ini adalah pejuang tangguh yang membesarkannya seorang diri sejak namja itu masih bayi.

Eommanya menggeleng kuat, “Oh no no no, Sayang…ceritakan apa yang membuat wajahmu kusut seperti ini pada Eomma, bukankah kita sudah sepakat untuk jadi sahabat selamanya?” Ia bangkit, mendekati buah hatinya dan mengusap-usap pipinya.

Key tak berkutik, ini adalah perjanjian. Ibu dan anak ini memang sangat akrab, seperti sahabat yang tak terpisahkan. Layaknya sahabat, mereka berkomitmen untuk menceritakan semua hal kepada satu sama lain. Mau tak mau ia mencari cara untuk memuaskan hati eommanya.

“Eomma… Entahlah… Aku hanya sedang bermasalah dengan pelajaran kuliah. Rasanya kepalaku ingin pecah. Jadi aku mau tidur dulu, baru bangun lagi untuk belajar.  Ottae ?” Key berbohong. Pertahanan dirinya mengatakan bahwa hal yang sedang dirasakannya kini tidak layak diceritakan pada eommanya, ani, lebih tepatnya ia malu.

“Ya sudah…istirahatlah, tapi jangan lupa mandi dulu, aku tidak ingin punya anak jorok. Oh iya, kau ingin dibangunkan jam berapa?” wanita itu tersenyum. Ibu dengan sorot mata penuh kehangatan, sosok yang penuh dengan kasih sayang, membuat hati Key tentram saat memandangnya.

“Ne, aku mandi dulu kok. Mmmm….bangunkan dua jam dari sekarang, sekitar jam 9 malam.” Key tersenyum kembali, ia memeluk eommanya dengan riang. Pikirannya yang kusut mulai terasa ringan.

Sebuah pelukan ibu, sekalipun hanya pelukan kecil nan singkat, adalah sebuah kehangatan tiada tara. Di dalamnya, tersimpan tanda bahwa seorang ibu mencintai kita tanpa batas waktu dan tidak bisa ditukar dengan apapun, tanda bahwa ia ingin kita merasakan kedamaian, tanda bahwa ia ingin kita terlindungi, tanda darinya yang seolah meminta, ‘kemarilah Nak, tetaplah di sini bersamaku’.

 ***

Digebuknya drum itu dengan keras untuk melampiaskan segenap kemarahannya pada benda mati tak berdosa itu. Ia kesal. Kesal pada Key, juga kesal pada dirinya sendiri—mengapa ia tidak bisa mengendalikan sikapnya tadi siang.

“Ya! Jonghyun-ah, bermainlah dengan menggunakan hati, jangan pakai emosi. Lagu kita bukan lagu rock, tidak perlu menabuh drum sekeras itu.” Sang Gitaris, Minho, protes mengenai gaya permainan Jonghyun malam ini.

Latihan dihentikan. Jonghyun masih terdiam seribu bahasa karena mengenang kembali sifat kekanakannya yang membuatnya sukses dimusuhi In Young, juga menyakiti dua orang lainnya.

“Jonghyun-ah, apa yang terjadi padamu? Kau bermasalah lagi dengan saudaramu?” Kali ini Changmin sang pemegang bass yang bertanya.

Jonghyun menggeleng kuat. “Ani,” jawabnya singkat.

“Isss, sejak kapan kau menjadi manusia minim suara?” Kyuhyun menimpali, berusaha memancing mulut Jonghyun untuk berbicara lebih banyak.

“Hhhh, baiklah…ini bukan gayaku. Tapi aku baru saja menyadari sifat burukku. Aku ingin bertanya dan mengharapkan jawaban jujur dari kalian. Apakah aku memang sangat tampan? Lalu apa dengan ketampananku ini membuatku terlihat sombong?” Jonghyun mulai membuka diri, mungkin teman-temannya dapat memberikan pencerahan.

“Begini Jjong. Pada dasarnya kita memang kumpulan manusia tampan, Jjong. Tapi sayangnya kau tidak lebih tampan dariku. Dan menurutku, ketampanan adalah anugerah Tuhan yang tak hanya harus kita syukuri, melainkan harus kita banggakan agar kita merasa memiliki kelebihan—tidak mengutuki diri, sekaligus berterima kasih pada Tuhan. Tapi yang perlu dicatat adalah, menurutku, bangga dan sombong itu dua hal yang berbeda.” Namja itu senang berbicara panjang, bukan Shim Changmin namanya jika ia hanya mengutarakan kalimat singkat.

“Ya! Sama saja menurutku, bisakah kau menjelaskan lebih spesifik?” Yonghwa terlihat bingung, begitu juga dengan temannya yang lain.

“Ne, arraseo,” Jonghyun kembali bersuara setelah Changmin menatapnya lama dengan sorot mata merendahkan—mengejek otak Jonghyun yang lambat bereaksi kali ini.

“Bangga adalah besar hati, merasa gagah karena mempunyai keunggulan. Sedangkan sombong adalah menghargai diri secara berlebihan. Artinya, kita boleh berbangga diri tapi tidak boleh sombong, karena berhati besar adalah bentuk apresiasi diri. Begitu maksudmu, Mister Jenius?” Jonghyun tersenyum puas, yakin kalau jawabannya benar dan temannya yang sangat cerdas itu tidak akan menganggapnya bodoh lagi.

Ia benci dianggap bodoh, sekalipun nanti orang yang mengucapkannya adalah profesor yang sudah tidak diragukan lagi kejeniusannya.

“Ne, jawabanmu tepat. Tapi pertanyaanku, mengapa kau bertanya seperti tadi? Memangnya kesombongan apa yang telah kau lakukan?” Changmin masih belum mengerti sepenuhnya mengapa mood Jonghyun terlihat hancur.

“Karena In Young?” Si Vokalis Yonghwa bertanya polos lagi. Namja yang terlihat nyaris tak memiliki kelopak mata ini memang yang terpolos di antara semuanya.

“Ne, dia marah padaku karena aku menghina seorang namja gemulai secara berlebihan.” Jonghyun kembali terlihat kesal, sekali lagi ia memukulkan stick-nya secara bertubi-tubi tanpa beraturan.

“Salahmu sendiri menghina orang. Kalaupun orang itu memang hina, kau tidak perlu menghinanya. Sama saja kau merendahkan harga dirimu sendiri,” sindir Kyuhyun sinis. Dia memang sering mengeluarkan nada bicara yang tidak enak ditengkap telinga.

“Hhhh, entahlah…aku baru tahu kalau aku bisa serendah itu, entah apa yang membuat diriku tidak terkendali.” Jonghyun menarik nafas berat.

Ya, pada dasarnya ia memang tak menyukai Key. Tapi ia pun tidak pernah mengira kalau ia akan sanggup menghina orang sedemikian pedasnya. Namun, kodratnya sebagai manusia—yang tidak bisa menentukan secara pasti—muncul, menyeruak ke alam berpikir sadarnya. Ia ragu, semua itu terjadi karena ia memang membenci namja gemulai, atau karena tersulut oleh ucapan Hana? Yang ia tahu, ia memang benci harga dirinya direndahkan.

***

Merenung di bawah sorot lampu meja yang dibiarkannya menyala di tengah kegelapan kamarnya. Ia memerhatikan deretan foto yang tertempel pada dinding yang ada di hadapannya.

Sebuah foto yang paling dekat dari jangkauan matanya membuat ia merasakan rindu berat. Dari kiri ke kanan: dirinya, Ha In, Key, dan Heera. Foto paling kanan menggambarkan momen ketika ulang tahun Key tahun kemarin. Wajah yang dipenuhi cream hasil adegan colek-mencolek satu-sama lain, dan tawa bahagia setelah menikmati momen yang indah.

Tapi, setelah sekian lama matanya terpaku pada lembaran penuh kenangan itu, ia justru menangis dengan tangan yang mengusap lembut foto itu. Key, ya, namja itu sahabatnya. Sering dihina orang tapi tidak pernah marah, selalu menaburkan kebahagiaan untuk orang sekitarnya. Key bukanlah namja yang suka memakai pakaian yeoja, ia tak bisa disebut banci—begitulah pemikirannya selama ini. Key hanyalah namja yang memiliki sedikit sifat yeoja. Penyayang, penyuka warna pink khas yeoja, jago memasak, lembut, dan terkadang sisi anggunnya tampak. Namun, Hana tetap merasa, Key adalah namja.

Setidaknya ia pernah melihat Key marah dengan garang tatkala salah seorang mantan pacar Heera kembali datang untuk mengusik yeoja itu. Itulah pertama dan terakhir kalinya ia melihat Key menghajar orang dengan kasar, padahal Key sangat benci kekerasan. Key tidak suka dengan sikap namja itu karena tidak hentinya mengejar Heera, berharap hubungan mereka yang sudah kandas karena perselingkuhan sang namja—bisa terjalin kembali. Faktanya Key tahu betul kalau namja itu memang tidak mencintai Heera sejak awal, memacari Heera hanya untuk mencari gengsi. Ya, menjadi namjachingu dari seorang yeoja cantik seperti Heera merupakan kebanggaan tersendiri.

Kesedihannya kian menjadi ketika ia teringat Jonghyun, mendengar Jonghyun—namja yang selama ini sangat ia puja—menghina Key. Bersikap angkuh untuk menonjolkan sisi prianya. Hana tidak suka sikap Jonghyun yang seperti itu, baru kali ini ia melihatnya.

Hana hanya tahu bahwa Jonghyun murah senyum, pandai bergaul, bertalenta dalam seni musik dan seni lainnya. Tapi hari ini Tuhan memperlihatkan sisi buruk namja itu, membuat Hana ingin berpikir ulang untuk melanjutkan perasaannya. Hana tidak ingin mengagumi seorang namja sombong karena baginya kesombongan adalah hal yang paling mengerikan di muka bumi setelah fitnah dan adu domba. Sombong sebenarnya akan berujung pada petaka, berbagai sejarah telah membuktikannya.

Lihatlah kisah seorang Fir’aun yang sangat melegenda. Merasa dirinya sempurna hingga dengan penuh percaya diri ia meminta orang untuk tunduk padanya, menganggapnya sebagai Tuhan. Padahal Fir’aun hanya manusia biasa, yang tidak bisa menciptakan dan menjadi sutradara atas film yang tengah dimainkan dimuka bumi. Nasibnya berujung naas termakan oleh laut merah, yang tak lain tak bukan adalah ciptaan Tuhan.

Pikiran Hana kemudian beralih pada rasa ketidakmengertiannya. Ia tidak menyangka dan sampai sekarang tidak tahu, dari mana asalnya rasa berani untuk melabrak Jonghyun tadi siang. Biasanya mendekat saja membuatnya gelisah, sebuah reaksi yang wajar mengingat di dalam tubuh kita terdapat hormon Fenylethilamin yang membuat siapa pun yang tengah jatuh cinta, akan merasakan detak jantung tak berarturan dan seringkali gugup ketika bersama atau saat memikirkan orang yang dicintai.

Jangankan marah dan membentak namja itu, ia bahkan jarang bicara pada Jonghyun, kecuali untuk masalah tugas. Satu jurusan dengan Jonghyun memaksanya berada pada kondisi-kondisi seperti itu.

Merasa terjebak dalam kesedihan dan ia tidak menginginkan perasaan ini menderanya lagi, Hana pun meraih handphone-nya yang ia taruh di kasur. Mungkin bicara dengan Ha In dapat membuatnya lupa akan kesedihannya.

“Yeoboseo…Ha…na-ah…ada…apa?” suara Ha In terdengar, dari nada bicaranya Hana tahu kalau yeoja cuek itu sedang tidur. Ha In memang bukan tipe orang yang bisa bertahan hingga larut malam.

“Ah, tidak ada hal penting. Ya sudah, lanjutkan tidurmu. Mimpi indah ya….” Hana buru-buru memutuskan sambungannya, tidak ingin mengusik kegiatan tidur temannya lebih lama.

Masih ingin berbincang dengan seseorang membuatnya memutuskan untuk menelepon Heera. Walaupun ia tahu, jam segini biasanya Heera sedang facial untuk menjaga kehalusan kulit wajahnya.

“Heera-ya…aku tahu kau sedang pakai masker, jadi kau cukup dengarkan saja aku bicara,” Hana langsung berbicara cepat begitu sambungannya terjalin.

“Hmmm,” terdengar sahutan Heera, persis dengan dugaan Hana, Heera sedang melakukan perawatan wajah, terdengar dari sahutannya—seperti tidak bebas menggerakkan mulut.

“Aku sedang teringat kejadian tadi siang. Heera-ya, apa menurutmu Jonghyun berlebihan dalam menghina Key?”

“Hu’um,” Heera membalas singkat.

“Bagus, kita sependapat. Apa kau tahu, aku sedang merasa sebal setengah mati pada namja bernama Jonghyun itu, kecewa lebih tepatnya. Aku salah menyukai orang sepertinya. Heera-ya, aku sungguh sakit hati mendengar Key direndahkan. Mentang-mentang Jonghyun tampan, ah… ani, bicara tampan, Key sebenarnya juga sangat tampan. Yang membedakan keduanya adalah Jonghyun memang sangat maskulin dan Key lebih lembut. Tapi tetap saja, Jonghyun tak punya hak untuk…-”

“Issh, kau menganggu kegiatan maskeranku! Baiklah, karena ada hal penting yang ingin kusampaikan, lupakan maskerku. Hana-ah, kita tidak sepenuhnya sependapat dalam hal ini.” Heera memotong ocehan panjang Hana.

“Maksudmu?” Hana tidak mengerti.

“Mmmm, aku habis bicara dengan Jinki, dan aku jadi menyadari satu hal. Kurasa wajar jika Jonghyun melakukan itu, karena memang keberadaan orang seperti Key terkadang mengganggu pemandangan—setidaknya itu yang dirasakan beberapa namja yang memang namja….”

“Mwo? Jadi kau juga menganggap Key banci?” Hana menyergah kilat.

“Ani, inti yang ingin kubicarakan adalah bukan aku yang berpikir kalau Key itu banci. Hana-ya, mari kita berpikir jernih, harus kita akui memang Key memiliki sisi lemah. Dari ucapanmu di awal, kau sendiri mengatakan bahwa yang membedakan Jonghyun dengan Key adalah sisi lembut Key…secara tidak sadar kau mengakuinya, kan?”

“Isss, sama saja, kau tidak beda dengan kebanyakan orang.” Hana kesal, merasa Heera melakukan pengkhianatan kecil.

“Bukan, aku tekankan bukan. Dengarkan aku dan jangan memotong!” Heera mulai tegas.

“Kalau banyak orang yang merendahkan Key, aku yakin banyak—hanya saja, tidak semua orang menunjukkannya karena mereka memang masih melihat sisi baik Key. Kita harus membuka mata, memang Key seperti itu adanya. Tapi, tidakkah kita sebagai sahabatnya harus melakukan sesuatu untuk merubah Key?” lanjut Heera

“Ya!! Kim Heera, masih berani kau bilang sahabat Key? Bagiku, kau sudah merendahkan Key. Sebagai seorang sahabat, tidak peduli apapun kekurangan Key, kita sudah tahu siapa Key dan harus menerima apa adanya. Tidak ada yang harus diubah, karena mengubah sama saja memaksanya, karakter Key sudah bawaan alamiah. Mengubah berarti kita tidak menerima Key apa adanya. Selamat malam, aku ingin tidur saja!”

Tut…tut….tuttt

 

To Be Continued

Seperti biasa, jangan pernah ragu untuk mengkritik dan memberi masukan, aku jamin aku ga akan marah asal kalian ga kasar. Penilaian kalian adalah hal yang bakal aku pikirin lanjut untuk kemudian diambil sisi benarnya.

Thanks yah buat yang udah mau baca. Don’t be silent reader, OK?

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

50 thoughts on “Namja – Part 1”

  1. NAMJA DI POST DI SF3I !!!!
    Yeay Bibiiiiiiiiiibbbbbbbbb saeng !!!

    kata-katanya udah jauh lebih baik dari yang pertama kali eoni liat..
    lebih berkesan, eum bener-bener bagus pokoknya 😀

    jeongmal gomaweoyo buat Namja ini 😀

      1. iyya juga, bagus pokoknya 😀
        neomu joaaa 😀

        eh apa-apaan ini “Hobi : Menganiaya abang Key”
        KYAAA ~~!!
        sebanyak apapun saeng menganiaya Key sebanyak itu pula eoni makin mencintai Key (?)#Abaikan#ngelantur eoni 😀

  2. Woaaa.. Aku suka pemilihan kata2nya.. Dan aku suka tema persahabatannya..
    Aku setuju dgn kata2 jinki..
    Next ditunggu..

  3. KEREEEEEEEEEEENNNNNNNNNNNNNN………….!!!!!!!!!!!
    author bibib bawa ff baru lagi….suka sama pemilihan temanya,always suka sama penggunaan bahasanya…rapi,yg paling penting………aku suka sama main castnya,si kunci…..hehehehe
    yah…….walaupun seperti biasa,kau suka sekali “menganiaya” key…
    gedeg bgt lht jjong si dino…..omongannya itu lho….pedes nian,setuju bgt sama pendapat Hana…sahabat yang baik adalah yang bisa menerima g cuma kelebihan kita tp jg kekurangan kita…..
    cayyo author….pengen cepet baca next part………..

    1. Nick : Bibib Dubu
      Hobi : Menganiaya abang Key

      Haha, bener2, entah knp aku seneng bgd bikin key jd aneh. Bukan karena aku benci Key, justru di SHINee aku demen ama onyu n Key. Tp ga bosen2nya aku bilang, karakter Key itu unik, cocok bikin banyak kepribadian.

      Rapih dll, itu krn aku dibantu beta reader yg cukup jeli, hehe…pdhl aku suka banyak typo.

      semoga aku ga gagal dgn ff ini. Yaakk, semangat!!
      tungguin yah part berikutnya ^^
      gomawo udh mau maen2 dan ninggalin jejak 🙂

  4. persahabatannya kental sekali, tapi ad baiknya juga kalo key d ubah sdikit tapi tdk merubah yang dari sononya.
    d tunggu next partnya y…

    1. Hmm, dirimu pecinta Key kah? Aku ngerti kok klo dirimu agak miris liat karakter Key disini. Semoga ke depannya dirimu akan menemukan maksud positif kenapa aku bikin cerita ini dan karakter Key yg kayak gini yah ^^
      sejujurnya aku jg sedih waktu nulisnya. Aku pecinta Key tp dari dulu aku seneng bikin ff yg key-nya teraniaya. Mianhae oppa 😦

      iyap, kelar sesi curhatku. tungguin aja yah part 2-nya…

      gomawo udh baca n komen ^^

  5. KEREN !
    Suka temanya, dan tetep aku suka bhs yg digunakan.
    Narasinya berbobot.. aaa~ pokoknya suka bgt deh!

    Hampir ga ada typo sm sekali. Johaee~

    1. suka? hihi, aku lega deh…aku sebenernya ragu sama tema friensdhip gini.

      ga ada typo? hoho, iya kan udah dibantu ama beta-reader. utk ga ada typo, pujilah beta readernya ^^

      eh aya, gomawo yah udh baca n ngasih komennya ^^
      maen2 lagi ke part 2 yah ^^

  6. Omo,key jadi kalem deh,aq suka ama ini cerita,mudahan di part selanjutnya key bisa membuktikan kalau iya memang namja tulen,di depan orang yg mencemooh nya,FIGHTING..daebak author,,hehehe*geje*

  7. omo!! ini keren bgt!! INI ADALAH FF FRIENDSHIP YG PALING KEREN MENURUTKU!

    sumpah author baca ini aku manggut2 terus. Mulai dr fakta key yg lembut sampai pesan author yg KENA bgt! Aku ngerti bgt #apadah

    Tp walau gitu jgn lupa sikap asli jjong bkn ky gitu. Aku ngerasa aku sering berada di keadaan key. Terhina… hiks..

    Tp emang kl aq liat namja kemayu pasti pikiranku BANCI. tp aslinya mungkin gk.
    Author!! cepet lanjutin !!Aku penasaran!!

    1. Hah? friensdhip paling keren? engga ah, aku pernah baca ff friendship yg lebih keren soalnya aku ampe mewek2, cast dbsk tapi.

      hmm, jjong ga gitu2 amat sebenernya. tenang aja, aku ga suka bikin tokoh yg bener2 jahat kok.

      eits chingu, jgn pernah ngerasa terhina ah. setiap orang itu special ^^

      aku pny temen yg agak kemayu gtu. sering ngobrol ama dia tp ternyata dia masih cowo, gayanya aja yg sedkit aneh. ya intinya mah jgn liat dr cover.

      thx yah udh baca n komen ^^
      baca lagi part 2-nya ya ^^

  8. YAAAA BIBIB EOOONNN…..
    Oh tidak…ooh my key.Oh chagiya,,,*apasih eunri*
    kyaaa,apa yg kau brikan pada key sampe2 dia jadi nista*ga spenuhnya sih*kya bgitu bibib eooonn…*elap ingus*

    -…….terpejam di atas kasur dengan memeluk guling dengan pikiran klasik……-
    Coba deh eonn,rasanya aneh klo dlem satu klimat trdapat dua kata ‘dengan’.Tapi aku sendiri juga ga tau gimana perbaikannya hehe/plakplak…

    Ini cerita*tarik nafas*DAEBAK!bnyak pengetahuannya.Sekali lagi,aku saaalut pada unnieku yg satu ini…ck,ck,ck.Nara eonnie,gomawo ya..brkat dirimu ff ini bisa bersinar bgai boyband kita SHINee..*eunri ngaur,ngaco,lebay,atau apalah semacamnya*
    Ku tunggu part 2nya…
    Bibib eonn..nara eonn…ehm,,
    FIGHTING \(^.^\) (/^.^)/

    1. hyaaa, bener–janggal yah ada dua kata ‘dengan’, udah kuedit tuh. thx yah udh nyadarin ^^

      aku berikan sentuhan lembut makanya key jd gitu. hiekkk, gini amat yah aku bilangnya. engga ding, yg bener adalah aku mau mengeksplor sisi lain Key

      iyap, big thanks buar nara. lempar salam kecup dr jjong buat sang beta reader

      sipp, tungguin aja yah…sebenernya aku lg fokus k ff lain dulu, tp tetep kutulis kok lanjutan ini ^^
      ntar ditunggu lg di part 2 yah eunri. btw aku tau namamu loh, fita kan ya? aku liat di blog rahmi eon, hhe

  9. ff na bagus bgt.. pemilihan kata2 na jg bgus bgt, sangat bermakna.. tema na jg bgus.. pkokna dae to the bak deh hehehehehe…
    ditunggu next part na..
    keep writing n fighting 🙂

    1. semoga ke depannya tetep bagus yah ^^
      aku agak ragu sebenernya ama ni ff *emang kpn aku ga ragu ya?* #abaikan

      yoaa, next part baca lagi yah ^^

  10. wowowowow ,,,,, terhanyut dalam kisah ff ini …….
    bener2 ,, really2 ,, jinjja ,, jongmal ,, dae to the bak !!
    suka banget ama topic yg dibahas …
    entah mengapa aku malah suka sikap lembut key yg pada dibilang aneh ituw ..
    kyyyaaaa ,,,, don’t judge a book by its cover !!
    waiting for next part .. 😀

    1. ah aku lebih seneng Key yg macho sebenernya. tp apapun sih, aku tetep suka Key.

      iyap, tampilan orang ga menjamin

      thx yah udh mampir. maen lagi ya ke part 2 ^^

      1. hohohoho ,, yosh , aku juga suka ama key …… #my bias
        padahal niey temen2 aku juga berpendapat kalo si key ituw cewe banget ,, cantiklah ,, bancilah ,, de el el ,,,, tapi cintaku padanya tak pernah luntur .. entah mengapa dia terlihat unik , keren , exotic di mataku …. 😀 *curcol
        neee ,, next part dinanti .. !!

  11. Wah bibib udah bw Namja aja d sini…..
    Hehehe…

    “….merasa gerah dgn percakapan dua makhluk yg cukup dielu-elukan seantero fakultas karena keindahan rupanya yang tiada tara.”
    Entah knp bc kalimat itu bikin aku senyum2 gaje…smbil ngebayangin jjong ..hehehe

    Konsep persahabatan yg d bicarakan jinki n heera bikin aku jd mikir sm konsep persahabatan ku sendiri..ky nya slm ini jd org sjenis heera…gomawo jinki saranny,eh bibib mksdny »yg buat kan bibib..hehe…
    #ee..yaa mlh curcol
    Hwaiting…

    1. hihi, iya cepet ya niek? ada alesan kenapa aku mutusin bwt masukin cepet k sf3si pdhl ni ff blom tamat

      huum, kdg orang terlalu mendewakan sahabatnya dan seolah menutup mata klo ternyata bnyk hal yg harus diperbaiki pada diri sahabatnya #ceileh aku ngomong apa ini

      ntar maen lg yah ke lanjutannya niek ^^ gomawo 🙂

  12. Sprti biasa ff nya onnie slalu bagus. .
    Ingat aku gk?. Aku Chika prnah maen ke blognya onnie..

    Klo gitu, part slanjutnya ku tunggu yah..

  13. Hah?benarkah?
    Merhatiin aja unnieku yg cantik ini,,,
    ehm..jangan2 unnie secret admirrer-ku lagi*dilempar ke kali ciliwung*
    Nama asliku kan fyta nida finia*panjang bener tu nama,mangkanya di guessbook ku akal2lin,jadi fytani dafinia* tpi ortu udah biasa mnggil fita or tata or nida*tergantung suasana hatinya/plakplokplek,,hehe…temen2 manggilnya klo engga fita,tani.Gini nih”woy taan..!fitaa..!tanii.”..nyehehe.
    Ayo eonn..lagi diskon itu nama,pilih aja yg enak buat lidah eonnie.*eunri error bin kaco*

  14. Sukaaa banget, walaupun nasib Key rada nyesek disini u,u
    setuju banget sama pendapat Jinki, yah yg namanya sahabat memang harus menerima apa adanya tapi kalo ada hal yg buruk tak ada salahnya kan merubahnya menjadi lebih baik? Walaupun butuh proses yg lama mungkin, setidaknya kita mencoba ^^
    jarang2 nih Jongkey musuhan, Key dihina pula sama Jjong kasihan XD
    Lanjut~

  15. Mari bersama-sama sorakin Jonghyun!! Huuuuuuu~

    Hishhh,,, brasa paling ganteng ya Bang!! Bagiku Key lebih tampan dari siapapun!#mendadak esmoni….

    Kalau diperhatikan lagi, aq setuju deh sama salah satu koment diatas. Author bibib ini paling demen nyiksa Key deh,, perannnya tuh dibikin sengsara melulu, huwahhh punya dendam apa sih Bib?? XDD

    Tapi ide ceritanya mantep kok bib,, salut buat kamu!! Produktif banget!!!! Idenya selalu adaaaa ajjjjjjja #tebarbunga………..

    Maap saya telat dateng ya……hehehe

    1. Key itu tampan aslinya, tp belakangan jd kelewat imut, hehe…

      Aku kayaknya emg paling seneng pake cast Key. Berhubung aliran ceritaku bukan hepi2, jadi deh Key-nya sengsara mulu, ehehe…

      Gomawo yah eonni udh nyempetin mampir…
      Ditunggu di part 2 yah ^^

  16. bagus, rapih… tapi menurutku masih ada yg kurang sedikiiiiit banget…
    sblm kalimatnya inyoung yg ini “Jjong, dewasalah sedikit kalau kau ingin mendapatkan maafku!”, kurang dijelasin sedikit lagi kl inyoungnya marah krn sikapnya jjong.. sempet bingung, perasaan sebelumnya inyoung juga biasa aja, malah cenderung ikut membanggakan ketampanan dan kecantikan diri mereka, juga agak nyindir anehnya key gitu….

    1. maaf baru bls, aq baru kelar ujian. wah iyah bener2. sebenernya gini, in young itu marah ama jjong krn jjong ngejelekinnya di depan publik, berantem di depan publik. berarti aku yg kurang menekankan deskripsinya. Sip ntar aku edit tp paling naronya di blog-ku. gomawo eonni udh ngingetin ^^

  17. aku selalu suka sm ffnya bibib eon *sksd-_-* soalnya ini bhsanya rapi bnget eon! tapi aku jg stuju sm komen diatas yg bgiannya in young itu, gatau ya akunya yg lola atau gmana tp dsitu emng rada krng jelas eon kalo trnyata si in young udah marah atau gmana………….

    tp overall ffnya bibib eon emng ga mngecewakan deh! aku jg suka bnget sm tema yg diangkat disini. Hwaiting eon!! ^^/

    1. gpp sksd juga, aku malah seneng ^^
      bukan km yg lola kok, aku yg kurang nekenin deskripsinya. jawabannya sama kayak di jawabanku buat ahjeong eonni ^^

      thx yah mahdaa udh ngingetin juga ^^

  18. Telat banget bacanya
    (_ _”) Tapi tak apalah tetep harus leave comment meski agak basi komenku pastinya kkkk~~~

    Ide ceritanya menarik, berharap ada complicated konflik entar…. yaudah aku mau baca lanjutannya dulu…

  19. Meeeeeeeeeeeeen! Ini keren sekali!
    penulisanny rapi banget, kapan yah bisa juga nulis sebagus ini *sigh*
    full narasi, tipe fic kesukaanku banget ini.
    saking bagusny jadi speechless nih. ok, mau capcus ngomen ke part 2 dulu dah.

    1. Wew, jgn berlebihan ah. Aku aja masih suka frustasi klo nulis, rombak berulang kali. Pasti bisa kalo mau belajar 😀

      Makasih ya udah mampir ksini, salam kenal juga ya ^^

  20. Ya ampun Bib, speechless ini jadinya. Narasinya keren gila, dan bikin aku cemburu pengen punya stock kalimat sebanyak ini (?)
    Serius loh, pengen banget bisa nulis sebagus ini, tapi kapan yah 
    Eh, aku mau pindah k part 2 dulu deh.

    1. Oalah, stock kalimat, berasa aku punya banyak aja.
      Bisa kokk, aku pernah menclok kan ke ff km dan aku suka jg sama cara bercerita km ^^

      Makasih ya udah mampir 😀
      Jangan bosen2 lah ya

  21. Baru baca .. Hehe .. Bagus =D aku suka jalan ceritanya sampe sini =) tapi dari manapun aku liat, key yang asli nggak pernah kaya cewe =D dia pyur cowok ganteng =D hehe

  22. aku baru nemu ff ini dan dari aku lihat judul ff ini dan main castnya aku udah tertarik dan memutuskan untuk membacanya, dan dari part 1 aja aku udah suka, oke kalo gitu aku next ke part selanjutnya.hehe

Leave a reply to bibib dubu Cancel reply