A Ghost Inside Me – Part 11

 

Title :           A Ghost Inside Me  Part 11

Author :             Park Ara

Main Cast :       Choi Minho, Hwang Su Ji, Key, Jung Cheon Sa

Support Cast :  Kim Jonghyun,  Lee Taemin, Choi Siwon,   dan    masih terus bertambah…

Length :             Sequel

Genre :              Fantasy, Friendship, Romance

Rating :              PG 15

Su Ji menganggukan kepalanya mantap. “Bahkan mereka terlihat akrab. Memang kenapa?”

Minho tidak menjawabnya. Ia malah sibuk dengan pikirannya sendiri. Kenapa ia merasa ada yang janggal? Tanpa sepengetahuannya, ternyata Key adalah teman Jonghyun. Lalu apakah hal itu juga ada hubungannya dengan pembicaraan Siwon dan Jonghyun siang tadi? Sial, ternyata kenyataannya tidak sesimple yang ia pikirkan!

CHOI MINHO POV

Aku menunggu Su Ji merapikan rambut panjangnya itu dengan kesabaran tingkat tinggi. Bagaimana tidak, aku sudah menunggunya selama lima belas menit lebih dan ia belum juga berhenti. “Kau sudah sangat cantik, Hwang Su Ji…” ucapku berusaha meyakinkannya agar ia segera berhenti.

Su Ji membalikkan badannya dan menatapku kesal. “Aku tidak mau keluar dalam keadaan jelek, ara?” balasnya tak mau tahu. Aku pun mendengus sebal. “Lagipula, memang kau mau menyelidiki apa sih? Aku tidak mengerti?”

Aku mendesah pelan. “Sesuatu yang tidak ku ketahui juga…”

Su Ji tertawa kecil di depan cermin. “Kau seperti aktor-aktor di film barat yang sering ku tonton, Minho-ya,” ledeknya dan aku masih berusaha untuk bersabar. Sampai akhirnya yeoja itu membalikkan badannya. “Keurae, aku siap!”

“Nah, begitu dong!” kataku senang sambil berjalan mendekatinya dan mengecup bibirnya lembut.

Aku menyusuri lorong sekolah sambil memandang luas sekitarku. Aku mencari-cari sesosok Key yang belum juga ku temui hingga sekarang. Rasanya aneh, biasanya namja itu selalu menghampiri Su Ji kapanpun ada waktu. Namun kenapa sekarang tiba-tiba dia menghilang?

“Maaf, apa kau melihat Key?” tanyaku pada seorang yeoja yang aku yakin ia teman sekelas Key. Aku harap dia mengetahui kemana jejak anak itu.

“Key tidak masuk sekolah hari ini. Dia sakit,” jawab yeoja itu membuatku membelalakkan mata lebar-lebar. Key sakit? Sakit apa? Aku baru tahu kalau sahabatku yang satu itu bisa sakit juga.

“Benarkah? Keurae, gomawo…” ucapku dan yeoja itu pun pergi. Aku berdiri sambil memikirkan sesuatu. Lalu sekarang aku harus apa? Ke rumahnyakah?

“Apa kau mau ku antar ke kamar tuan muda?” tanya pelayan di rumah Key yang tadi membukakan pintunya untukku.

Aku mengangguk sekilas. “Ne..” jawabku dengan sopan. Aku pun dibawa menyusuri rumah Key yang besar dan mewah ini. Sebenarnya aku pernah kesini sekali. Key memang anak konglomerat, jadi tak heran kalau rumahnya bisa dikatakan seperti istana. Tapi sayangnya, ia termasuk dalam daftar anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya.

“Kita sudah sampai. Silahkan,” kata pelayan itu ketika kami berdiri di depan sebuah pintu berwarna putih.

“Khamsahamnida…” balasku sambil membungkuk. Setelah pelayan itu menjauh, aku langsung mengetuk pintunya.

“Masuk…” seru Key dari dalam. Aku mendengar suaranya serak dan tidak sehat. Aku mengerutkan kening sambil membuka pintunya.

“Oh, Hwang Su Ji?”

Aku merasa kasihan ketika Key melihatku dengan tatapan lelah seperti itu. Apa yang terjadi padanya? Kenapa wajahnya begitu pucat dan tubuhnya begitu lemah? Atau… jangan-jangan telah terjadi sesuatu antara Su Ji dan Key?

“Darimana kau tahu alamat rumahku?” tanya Key dengan suara serak.

Tentu saja aku tahu, bodoh. Apa kau lupa sudah berapa tahun kita berteman? “Hehe…. tadi aku menyanyakannya pada guru di sekolah. Kau sakit apa?” tanyaku balik mengalihkan topik pembicaraan.

“Hanya demam biasa… Aku baru tahu kalau kau bisa seperhatian ini padaku?”

Aku tak menjawabnya. Aku memilih untuk memperhatikan seisi kamar Key. Tidak banyak berubah, hanya ada beberapa perabot baru. Aku jadi teringat saat kami berdua mengerjakan tugas sekolah bersama di kamar ini. Aku merindukanmu Key, sebagai sahabatku yang paling dekat.

Tok, tok, tok… tiba-tiba pintu kamar Key diketuk oleh seseorang. “Masuk,” seru Key dan tak lama kemudian aku memperhatikan handle pintu yang bergerak. Siapa yang datang? Aku berusaha menebak-nebak sampai…

“Cheon Sa noona?” gumamku lirih. Mataku membulat seketika saat melihat sesosok gadis berambut panjang nan cantik yang begitu lekat dalam ingatanku selama ini. Aku selalu merindukannya setiap hari bahkan sampai aku mati. Tapi kenapa sekarang aku melihatnya dalam keadaan seperti ini?

“Noona?” ucap Key sambil setengah bangkit dari sandarannya.

Ketika Cheon Sa noona melihat ke arahku, ia sedikit terkejut. “Su Ji? Kenapa kau bisa ada disini?” tanyanya heran.

Sial, bisa-bisa dia membuatku pusing mencari alasan! “Haha… aku hanya main ke rumah temanku kok,” jawabku asal.

“Loh, kalian sudah saling kenal?” sekarang giliran Key mengajukan pertanyaannya seperti hakim yang mengadiliku.

“Sudahlah, tak usah di bahas. Unni, apa kau mau menjenguk Key?” aku berusaha keras membelokkan arah pembicaraan mereka. Untunglah, sepertinya mereka menurut saja.

“Ne…” jawab Cheon Sa noona sambil meletakkan keranjang apelnya ke meja kecil di sisi tempat tidur Key. Apel merah? Bukankah itu adalah buah kesukaan Key? Apa selama ini hubungan Cheon Sa noona dan Key sudah sedekat itu?

“Kau sudah baikan Key?” tanya Cheon Sa noona ramah lalu duduk di tepi ranjang Key, tepatnya membelakangiku. Aku langsung berdiri karena merasa tidak enak dengan posisi itu. Apa-apaan ini?

“Ah, ne…” jawab Key sambil tersenyum terpaksa. Ia melirik kepadaku sekilas.

“Keurae… bagus kalau begitu. Key-ya, apa aku boleh berbicara sesuatu padamu?” tanya Cheon Sa noona terdengar serius. Aku mengerutkan kening, apa yang akan dibicarakannya?

“Bicara apa?” tanya Key tak mengerti.

Cheon Sa noona tak langsung menjawab. Ia malah menolehkan kepalanya kepadaku. “Mian. Hwang Su Ji, bisakah kau meninggalkan kami berdua?”

“Ne?” aku terkejut bukan main. Meninggalkan mereka berdua? Sebenarnya apa yang akan mereka katakan? Kenapa aku harus pergi? “Ah…. n-ne,” jawabku pasrah. Lalu dengan berat hati aku meninggalkan dua manusia itu berbicara di dalam kamar. Hanya berdua, dan sialnya aku tak bisa mengetahui apapun. Ssshh, semua ini begitu membuatku kesal!

“Mian, apa kau adalah yeojachingu Key yang sekarang?” tanya seseorang ketika aku baru saja menutup pintu.

Aku membalikkan badanku dan melihat seorang yeoja bertubuh mungil sedang berdiri tepat di depanku. Aku mengerutkan kening samar. Kalau tidak salah, dia adalah noonanya Key. Aku memang jarang melihatnya karena selama ini ia ada di Austria. “Ne…” jawabku sekedarnya.

“Naneun, Kim Taeyeon imnida. Apa kita bisa bicara sebentar?”

“Apa kau tahu, kalau Key pernah mengalami kecelakaan belum lama ini?” tanya Taeyeon noona setelah menyesap kopi dalam cangkir hijau itu. Nada suaranya terdengar begitu hati-hati, seolah satu kata saja bisa merusak semuanya.

“Kecelakaan? Kecelakaan apa?” tanyaku balik. Aku tidak pernah tahu kalau Key mengalami kecelakaan. Kenapa ia tak pernah cerita?

“Kau tidak tahu? Jadi Key tidak pernah menceritakannya padamu?” ujar Taeyeon noona dan aku hanya mengangguk kecil. “Keurae… Key pernah mengalami kecelakaan saat ia baru saja kembali ke Korea.”

Kembali ke Korea? Kapan? Bahkan aku tidak tahu kapan tepatnya ia menginjakkan kaki di tanah kelahirannya ini.

“Kurang lebih satu bulan yang lalu… Ketika ia pergi untuk menginap ke rumah Kim Jonghyun, dan disanalah ia mengalami kecelakaan itu. Mobilnya berusaha menghindari sebuah bus, namun naas nasibnya malah tidak lebih baik. Walaupun lukanya tak begitu parah, namun mobilnya sukses menghancurkan pembatas jalan,” jelas Taeyeon panjang lebar.

Aku terdiam tanpa menjawab sepatah katapun. Entah kenapa, ingatanku melayang ke arah yang tidak jelas. Kenapa aku jadi teringat akan kecelakaanku sendiri? Bukankah tidak ada hubungannya sama sekali? Tidak mungkin hanya ada satu bus di Korea ini kan?

“Tapi Key sempat memberi tahuku apa tujuan utamanya pulang ke Korea…”

“Apa itu?”

“Ia mencari seorang yeoja, yang ia cintai entah karena apa. Yeoja yang sangat menarik perhatiannya sejak pertama kali ia melihatnya. Meskipun hanya melalui selembar foto. Aku ingat, aku menertawainya karena ia seperti anak kecil yang baru pertama kali jatuh cinta. Tapi ternyata, sekarang aku bisa mempercayainya…” tutur Taeyeon noona lalu menatapku sambil tersenyum. “Gomawo. Karena kau, aku melihat Key bisa mencintai seseorang dengan tulus.”

Aku tertegun. Selama ini aku pun tahu kalau Key hanyalah tipe-tipe namja yang suka mempermainkan para yeoja. Ia sering memperlakukan yeoja dengan seenaknya tanpa pernah memikirkan bagaimana perasaan yeoja itu. Tapi ketika ia bertemu Su Ji, aku sempat melihat sinar ketulusan lewat matanya.

“Su Ji-ya… apa kau juga mencintai dongsaengku itu dengan tulus?”

CHOI MINHO POV END

“Mworagu? Maksudmu aku harus melakukannya juga?”  seru Su Ji dengan mata terbelalak, menunjukkan kekesalannya yang teramat sangat pada Minho.

“Memangnya kenapa? Bukannya kau sudah mulai menyukai Key?” balas Minho berusaha membujuk.

Su Ji mendengus kesal. Ia menatap sebuah kaleng di depannya lalu menendangnya keras-keras sampai terdengar bunyi nyaring di seberang sana. Su Ji memandang luas ke depan. “Aku hanya berusaha, belum sepenuhnya bisa mencintai namja itu,” akunya tanpa menatap lawan bicaranya sedetikpun.

“Keurae, kalau begitu kau bisa bersikap seolah kau mencintainya. Anggap saja kau sedang berusaha mencintainya.”

“Tidak, kau tidak mengerti Minho…”

Minho mengerutkan keningnya. “Wae?”

“Key telah mencintai orang yang salah. Bukan aku, aku bukan yeoja yang pantas untuknya…”

Minho tak serta merta menjawabnya. Ia berusaha memahami apa yang dirasakan Su Ji. Yeoja itu benar, walau bukan berarti Minho menjelek-jelekkan Su Ji juga. Tapi kalau di banding dengan Cheon Sa noona… Su Ji memang jauh dari kata setara.

“Aku tak sebaik itu kan?” gumam Su Ji dengan suara bergetar.

Minho pun menoleh ke arah Su Ji. Ia melihat yeoja itu meneteskan air matanya. Minho tak sanggup menyembunyikan rasa kasihannya. Baru kali ini ia melihat air mata Su Ji keluar karena ketulusan. Ketulusan yang murni dan tidak dibuat-buat.

Sekarang Su Ji menatap Minho dengan kedua matanya yang sudah basah. “Mianhae…” tuturnya pelan.

“Wheyo?”

“Karena telah membuatmu seperti ini. Kau sudah sangat baik padaku. Tapi aku malah menyia-nyiakan semuanya. Aku memang bukan orang yang baik…”

Minho tersenyum. Tiba-tiba sayapnya keluar dari punggung bidangnya dengan cahaya putih yang terang. Su Ji membelalakkan matanya lebar-lebar, seperti seorang anak TK yang terkagum-kagum pada sebuah film kartun. “Gomawo, karena kau telah memperlihatkan padaku sesuatu yang tak pernah ku alami. Kau tidak perlu menjadi orang sebaik orang lain. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Percayalah,” ucap Minho dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Su Ji tak berkata apa-apa. Ia hanya melihat wajah Minho dengan kedua matanya yang sembap.

Su Ji melihat bayangan wajahnya sendiri di depan cermin yang ada di kamarnya. Tiba-tiba ia merasakan angin lembut berdesir melewati tengkuknya. Su Ji mendecak kecil sambil tersenyum mengejek. “Apa yang kau lakukan Minho-ya?” ucapnya santai.

Tak lama setelah kata-kata itu keluar, sesosok namja dengan pakaian serba putihpun akhirnya muncul di sisi Su Ji. Minho melipat tangannya di depan dada sambil tersenyum lebar. “Mau kemana kau hari ini?”

“Tentu saja sekolah. Wae? Kau mau meminjam tubuhku?”

Minho menggeleng pelan. “Ani, aku belum membutuhkannya,” jawabnya disertai anggukan Su Ji.

“Keurae, aku akan berangkat!” kata Su Ji lalu mengambil backpacknya dan pergi dari tempat itu.

Minho mendengus kesal. “Dasar dia masih saja menunjukkan keangkuhannya!”

Su Ji berjalan lurus di sepanjang lorong sekolahnya. Sebenarnya hari ini ia malas untuk berangkat ke sekolah. Ia ingin beristirahat dalam tidur dan membiarkan Minho yang memakai tubuhnya. Namun apa daya, ia tak mungkin memaksa namja itu.

“Pagi!” seru sebuah suara lucu yang tiba-tiba menghampiri Su Ji.

Su Ji mengedikkan bahunya pertanda ia terkejut. Lalu ia menoleh dan mendegus kesal ketika melihat sesosok Lee Taemin yang kini sedang tersenyum lebar padanya.

“Wae? Kenapa wajahmu begitu?” tanya Taemin masih mempertahankan wajahnya yang ceria.

“Bukan urusanmu,” tukas Su Ji acuh tak acuh.

“Tapi aku ingin tahu…”

“Tidak boleh.”

“Wae?”

“Jangan banyak bertanya!”

“Tapi aku tahu semua rahasiamu, noona..” cetus Taemin membuat Su Ji terpaksa membalikkan badannya. Taemin kembali memamerkan deretan giginya yang rapi melalui senyumnya.

Su Ji melengos. Ia menyerah. “Keurae, aku menyerah. Apa maumu?”

“Kenapa kau membawaku kemari?” tanya Su Ji heran saat ia harus mendudukkan dirinya di salah satu kursi perpustakaan. Ia juga melihat Taemin hanya tersenyum sambil menaruh posisi duduk di hadapannya.

“Kau boleh menebaknya,” balas Taemin sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.

Su Ji mendesah sebal. “Sudahlah, aku sedang tidak mood untuk bercanda, Taemin-ah…”

“Kau tidak mau?”

Su Ji memutar kedua bola matanya. Kalau saja anak itu tidak tahu tentang rahasia besarnya, ia tak akan meladeninya sejauh ini. “Apa kau mau membacakan sebuah dongeng untukku? Atau memprivatku matematika?”

“Bukan keduanya.”

“Lalu?”

“Bisakah noona mengundang Choi Minho kemari?” cetus Taemin akhirnya sukses membuat Su Ji membulatkan kedua matanya.

“Apa maksudmu?”

“Tempat ini sepi. Aku hanya ingin berkenalan dengannya,” jelas Taemin dengan santainya.

“Apa kau memiliki kemampuan semacam sixth sense?” tebak Su Ji.

“Mungkin. Bisakah noona melakukannya?”

“Aku tak bisa memanggilnya. Ia datang dan pergi sesuka hatinya,” aku Su Ji.

Taemin mengembangkan sebuah senyum manis di wajahnya. Senyum yang sangat menawan, seperti Pangeran yang sering muncul dalam dongeng. “Kurasa aku sudah merasakan kehadirannya. Auranya baik sekali…”

Su Ji mencari-cari sekelilingnya. Tepat, di ujung pintu perpustakaan ia melihat sesosok namja dengan pakaian serba putih sedang berjalan ke arahnya. Ia mendengus kesal. “Kenapa ia harus datang sih?”

“Ia juga mempunyai urusan denganku, Hwang Su Ji…”

“Mwo?”

“Kau, jadi kau yang bernama Lee Taemin?”

“Annyeong, Choi Minho-ssi…”

“Jelaskan padaku, bagaimana kau bisa menjadi anak angkat di keluargaku?” tanya Minho tanpa buang waktu. Ia menatap tajam kedua mata Taemin, seolah anak berwajah polos itu adalah makanannya.

“Mereka mengangkatku sebagai anak setelah aku menolong Appamu yang pingsan di stasiun,” jawab Taemin dengan tenang. Sama sekali tak menunjukkan kegelisahan.

“Pingsan?”

Taemin mengangguk, menjawab keraguan Minho. “Appamu begitu terpukul mendapati kenyataan bahwa kau, anak kesayangannya meninggal begitu saja. Ia sangat tidak terima. Ia menyesal, kenapa tidak mencegahmu pergi saat itu.”

“Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Minho hati-hati.

“Masih sama. Sakit, hingga harus duduk di kursi roda.”

Minho menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Perasannya begitu hancur saat mendengar semua itu. Bagaimana tidak, seseorang yang sangat ia sayangi dan menjadi panutannya selama ini, harus menderita karena kehilangannya. Dan sialnya, lagi-lagi penyesalan itu kembali menjalari otaknya.

“Kau menyesal?” tanya Su Ji dengan lirih. Yeoja itu menatap Minho dengan kedua matanya yang nanar. Karena secara tidak langsung, ia juga yang menyebabkan Minho dipaksa keluar dari dunia fana ini.

Minho mendongak lalu menatap Su Ji. “Jangan katakan hal itu, Su Ji-ya…”

“Tapi sikapmu telah memaksaku untuk menebak…” potong Su Ji dengan mata berkaca-kaca.

“Sudahlah, tidak usah mempermasalahkan hal itu. Percayalah, semua ini adalah keputusan terbaik yang kau ambil, Minho. Aku yakin, kau akan mensyukurinya suatu hari nanti,” timpal Taemin.

“Bagaimana bisa aku mensyukuri semua ini sementara Appaku terbaring sakit sekarang? Apa kau gila Lee Taemin?”

“Aku tidak menyangka ternyata kau selemah ini, Minho.”

“Kau mau mencari masalah denganku?” Minho mulai naik pitam. Kedua matanya memancarkan kemarahan yang berkilat-kilat.

“Minho-ya, hentikan. Aku pikir Taemin mengundangmu karena ingin membahas sesuatu yang lebih penting. Kendalikanlah dirimu,” lerai Su Ji sebelum semuanya bertambah rumit. “Taemin-ah, katakan apa yang ingin kau terangkan.”

Taemin tak begitu saja menyanggupi suruhan Su Ji. Kedua matanya yang cerah menatap bergantian seorang manusia dan sebuah roh di depannya itu. Lalu ia menghembuskan nafas pendek, seolah mengambil ancang-ancang. “Mungkin kalian tidak tahu dan tidak percaya. Tapi… melalui kemampuan sixth sense yang aku punya, aku melihat ada yang janggal dengan takdir kecelakaan yang pernah kalian alami.”

Minho dan Su Ji saling berpandangan sekilas, berusaha menyamakan pikiran satu sama lain. Namun hasilnya mereka sama sekali tidak tahu dengan apa yang Taemin bicarakan. “Apa maksudmu?” Su Ji mencoba bertanya.

“Ada seseorang yang membuat takdir kalian seperti ini. Ah, bukan, maksudku… ia hanyalah seseorang yang mengantar kalian ke dalam kecelakaan itu.”

“Aku tidak mengerti,” aku Minho.

“Kau sama sekali tidak pernah menyelidiki tentang kematianmu? Astaga, lalu apa yang kau kerjakan selama ini Choi Minho?” kata Taemin sambil menyunggingkan senyum meremehkan. “Lebih baik kalian mencari tahu, aku tidak mau bicara tentang siapa itu karena kalian pasti akan menganggapku sebagai pembual. Yang pasti, bus yang kalian tumpangi mengalami kecelakaan karena berusaha menghindari sebuah mobil…” ujar Taemin terakhir kali. Lalu ia mengangkat backpacknya dan segera pergi dari hadapan Su Ji dan Minho.

“Taemin-ah, kumohon beri tahu kami. Kami tidak punya banyak waktu,” bujuk Su Ji sambil menahan tangan Taemin.

Taemin menatap Su Ji sambil tersenyum samar. “Mian,” jawabnya singkat sambil melepaskan tangannya dari genggaman Su Ji.

Su Ji mendesah berat. Ia menatap tubuh Taemin yang semakin lama semakin menjauh dengan tatapan penuh harap. Tiba-tiba ia berbalik dan melihat Minho. “Apa yang harus kita lakukan?”

Minho terdiam. Pikirannya sudah dipenuhi benang-benang rumit yang mau tak mau harus ia selesaikan sebelum waktunya habis. “Jangan sia-siakan waktu. Kita harus menyelidikinya.”

“Mworagu? Key? Kenapa kau bisa mencurigainya? Tidak mungkin dia yang menyebabkan kecelakaan itu,” bela Su Ji setelah Minho mengutarakan pikirannya.

Minho mendesah kecil dan menatap Su Ji dengan lembut. “Kau tahu, kemarin noonanya Key menceritakan kalau Key pernah mengalami kecelakaan mobil kurang lebih satu bulan yang lalu.”

“Lalu apa hubungannya? Memang hanya ada satu atau dua kecelakaan lalu lintas di Korea ini? Kenapa pikiranmu begitu sempit Choi Minho?” balas Su Ji.

Minho mengigit bibir bawahnya sambil berkacak pinggang. Ia tahu sangat sulit kalau harus menjelaskan pada Su Ji mengenai dugaannya itu. Entahlah, mungkin semenjak ia tidak menjadi manusia lagi, pikirannya mulai berubah ke sesuatu yang berada jauh dari pikiran manusia normal. “Kenapa kita tidak menyelidikinya saja? Toh kita tidak langsung menghakimi Key kan? Siapa tahu dugaanku yang salah. Kita tidak punya banyak waktu, Su Ji.”

Su Ji terdiam. Ia merasa seliter air yang terasa hangat telah membanjiri pelupuk matanya. Entah kenapa ia merasa sakit ketika Minho menuduh Key seperti itu. Baiklah, ia memang tidak tahu kenyataan yang sebenarnya. Mungkin ini hanya kecurigaan Minho belaka. Tapi… “Apakah kau yakin dengan itu? Dia sahabat baikmu, Choi Minho.”

“Jangan khawatir, aku hanya memastikan saja. Aku juga tidak mau terus berburuk sangka padanya,” jawab Minho mantap dan Su Ji telah kehabisan kata-kata untuk membela Key. “Ottohke? Kau mau kan meminjamkan tubuhmu?”

Su Ji tak menjawab apapun. Ia menatap Minho dengan tatapan yang sulit dimengerti. Seperti memohon sesuatu yang nampak samar-samar. Ya, walaupun Su Ji tak sepenuhnya menyetujui semua ini, namun… wajahnya telah menjawab pertanyaan itu secara tak langsung.

CHOI MINHO POV

Aku menggerak-gerakkan tangan Su Ji dan merapikan sedikit tuxedo sekolahnya setelah aku berhasil masuk ke dalam tubuh kecil ini. Aku menghirup udara dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya, seperti mengambil ancang-ancang. Kemudian aku menatap ke cermin wastafel, dimana aku melihat bayangan wajah Su Ji disana. Baiklah, aku akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin!

Tak membuang waktu lagi, aku pun keluar dari toilet itu dan langsung melangkahkan kaki untuk mencari Key. Dimana anak itu? Kenapa aku tidak menemukannya juga?

“KEYYYY!!!!!”

Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan beberapa yeoja dari arah lapangan basket. Aku mengerutkan kening. Sebenarnya aku tidak yakin, tapi akhirnya kugerakkan juga kaki ini menuju tempat itu.

Teriakan-teriakan dan suara yang begitu riuh langsung terdengar saat aku sampai di lapangan basket. Aku menyipitkan mata, berusaha mencari-cari sosok itu. Dan ternyata benar, Key memang sedang bertanding basket. Aku menggelengkan kepala. Ternyata Key bisa terlihat tampan di bawah terik matahari dan guyuran keringat di tubuhnya.

PRIIIIIIIIIIIIITTT… Suara peluit yang begitu nyaring menandakan berakhirnya pertandingan ini. Aku tersenyum senang. Baguslah, itu berarti aku tidak perlu menunggu lebih lama. Aku pun langsung berlari ke arah Key, anak itu sedang duduk di pinggir lapangan sambil meminum air mineralnya.

“Oh, Su Ji-ya?” ucap Key saat melihatku. “Ada apa? sepertinya kau buru-buru?”

“Bisa bicara sebentar?” pintaku tanpa basa-basi.

“Bicara apa? Hal yang serius?”

Aku menggangguk. “Tapi tidak disini.”

“Wae?”

Langsung ku genggam tangan Key dan kugandeng ia untuk berlari keluar dari lapangan itu. ku dengar teriakan-teriakan kecewa para yeoja yang duduk di tribun. Ya, mungkin tubuh Su Ji bisa saja di lempari botol jika aku berada lebih lama disini.

“Su Ji-ya, sebenarnya ada apa?” tanya Key penasaran.

Aku tak menjawabnya. Biarlah dia bermain-main dengan pikirannya sendiri. Toh aku juga tidak peduli dengan apa yang ia pikirkan. Yang aku mau hanya pengakuannya tentang kecelakaan itu.

Aku menghentikan langkahku di lorong perpustakaan yang sepi. Aku berusaha mengatur nafasku yang terburu-buru sebelum menjelaskan apa maksudku pada Key. Sementara namja di depanku ini masih menatapku penuh tanda tanya. Aisshh… tatapannya itu membuatku merasa aneh! Tentu saja, karena sekarang ia sedang menatap seorang yeoja dengan jiwa seorang namja tanpa sepengetahuannya.

“Apa yang mau kau bicarakan Su Ji?” tanya Key pelan. Wajahnya tetap terlihat ramah seperti biasanya.

Aku berdiri tegak dan menatap Key dengan kedua mata Su Ji. Ya Tuhan… semoga aku tidak akan salah mengambil sikap. “Key-ya… apa kau mau menceritakan soal kecelakaanmu?”

To be continued…

J Apakah benar dugaan Minho terhadap Key? Maukah Key mengaku?

J Lalu bagaimana dengan Su Ji? Apakah ia akan menerima begitu saja ketika Minho terus memojokkan Key?

J Tunggu kelanjutannya di next chapter ya! Keep reading! =D

26 thoughts on “A Ghost Inside Me – Part 11”

  1. Oh I’m curious yeahhhh….
    Tapi perasaanku mengatakan itu Jonghyun loh. Kan dia suka sama Cheon Sa. Makanya bunuh Minho biar dia bisa dapetin Cheon Sa *gile, otak psikopat bget w* tapi ga tau juga yah.. Hehe. Hanya author lah yang tahu #bughhh
    Next jangan lama-lama thor!
    I loph yuuuuu…!!

  2. kyknya memang mobil key ya yg pngn dihindari bus yg ditumpangi suji n mino…
    trus apa hub. jjong n siwon?
    hmhmhm apa jjong yg bkin bus itu kclakaan?

    ayo lanjut…
    makin seru nih

  3. Hua, tumben author reply.a cpet, #plak
    Hm, kasi tau ga ya? Wkwk
    Mau cepet? Minta sama admin.a ya, hoho..
    Ne, loph u too =D

  4. Aku tadi baru bangun dan liat email ada ff ini rasanya “AAAA” hehe 😀
    Iya thooor aku juga nyangkanya key itu kaya kaki tangan jjong sama siwon, tapi key ga tau apa2.. Kecelakaan key yang buat minho sama suji juga celaka.. Aigoo ayo thooor lanjuuut! Kasian suji yang udah mulai sayang sama keey! 😀

  5. klau menurut aku dalang dari semua ini tetap jonghyun dan siwon, tapi mereka menggunakan key sebagai alatnya…
    ditunggu lanjutannya….

  6. Something happened. #eaaaa xD
    kalau versi otakku sih, ini ada permainan jjong sama siwon juga. Dan key bisa jd cuma seorang victim atau memang terlibat. Aku belum mau ngeraba dulu ini bakal ke mana arahnya, tp yg pasti aku udh curiga aja.

    Lanjut aja dong :*

  7. Yaaaah.
    Bersumbing yah??
    #pletaak.
    Ada hubungan ama jjong an’ siwon kan??
    Emang jjong mau bunuh key ato minho???
    Huah. Makin penasaran.
    Keep writing thor.
    Nice ff.
    Hwaiting!!!

  8. Yaahhh selalu begini, TBC selalu mengganggu..
    Ikutan penasaran nihhh ma kecelakaan key, apakah emang bner ada hubungan’x ma kcelakaan minho & su ji?? Trus tntang pmbicaraan jjong ma siwon?? Haduuhhh d otakku banyak tanda tanya niiihhh..
    Kereeen deh taemin punya sixth sense..

    Next part…
    Fighting!!!!

  9. Kyaaaaaaaa… ya ampuuunnn makin keren aje ni epep… author yang baik hati dan tidak sombong jangan lama2 ya… soalnya i’m so curious yeaaahh,, *nyanyi
    etdah cumpah, celius, enelan deh D A E B A K,, !!

  10. unni,aku baru baca cerita mu 😀
    hmmm,penasaran nih. msh banyak pertanyaan d otak ku
    jjong yg bikin kecelakaannya ya?
    biar dia bisa nikah sama itu unni
    tapi ko dia jahat gtu? motifnya apa?
    trus itu taemin gmana?
    ko minho curiga ke key?
    su ji suka ya ke key?
    aaaaa unni,update soon ><

Leave a reply to Prima.rani Cancel reply