Devil’s Game [2.3]

Title: Devil’s Game

Author: Bella Jo

Main Cast: Onew, Vera(OC)

Support Cast: Key as Keyx, Liana(OC), Henry SJ

Length : Trilogy

Genre : Romance, Fantasy, Advanture, Tragedy

Rating : PG 15

Summary : “Because…,” Keyx menekan kedua pedangku dengan pedangnya, membuatku menahannya sekuat tenaga. Posisi wajah kami sangat dekat dan dia mulai berbisik, “…he’s part of your soul….”

Disclaimer: The Story is mine with so many sources of inspiration. Special thanks for Seenakwon eonni. It feels like combinig all inspiration from you in a story. I’m sorry but I’m not copying anyone.

“Keyx….”

Oh, tidak. Onew, bisakah kau tidak menyebut namanya tepat di telingaku sekarang? Aku langsung menoleh ke arah lelaki yang tengah mendekap bahuku itu. Dia tampak tenang namun alisnya berkerut samar. Ya, ini memang bukan pertemuan yang tepat dan menyenangkan. Dan yang paling kusesali adalah kenyataan bahwa aku belum benar-benar menjadi ahli pedang saat ini. Jika saja… Ya, jika saja.

“Ah, kau juga mengenalku,” Key masih tersenyum tanpa cahaya senang di matanya, “Apa kau sudah menemukan pria yang cocok untukmu, baby? Kelihatannya aku terlambat…,” dan dia tertawa cekikikan. Aku menelan ludah. Aku tak berani menatap wajahnya lagi. Aku hanya berani menatap pakaiannya. Ia memakai setelan formal serba hitam yang berukuran pas di tubuhnya. Lagi-lagi ia tampil elegan. Genggaman Onew mengerat di bahuku, cukup memberiku kekuatan.

“Apa yang kau inginkan dariku, Keyx?” Tanyaku hampir dengan suara yang bergetar.

“Kau menginginkan nyawaku sebagai ganti nyawa orang tuamu. Tentu saja aku menginginkan nyawamu sebagai ganti nyawa Liana,” ucapnya dingin. Ia memandangku dengan tatapan benci dan merendahkan.

“Kenapa karena Liana? Aku bahkan tak ikut mengeksekusinya!!” Elakku. Benar, aku hanya memandang dari kejauhan saat tetua desa dan warga lain mengerubunginya saat itu. Aku hanya bisa melihat Liana diam tertunduk saat tetua desa menancapkan pancang kayu tajam ke dada kirinya. Setelah itu aku tak sanggup melihat lagi. Aku segera pergi dari tempat itu tanpa tahu apa lagi yang mereka lakukan pada Liana.

Keyx menatapku tajam. Tatapannya serasa membakarku karena ia tampak jauh lebih membenciku dengan tatapannya yang sekarang. Ia menggumam dari sela-sela giginya. Ia menunjukku dengan jari telunjuk kanannya tepat di depan hidungku. Kuku tajam keluar dari sana dan hampir menyentuh hidungku. “Kau yang membuatnya tertangkap! Kau tau?!!” Ia menekan semua perkataannya. Aku menahan nafas karenanya. “Kalau kau tidak membentaknya dengan suara kerasmu itu, takkan ada yang tahu rahasia itu selain kami dan dirimu! Tapi kau mengeluarkan suara kerasmu yang menyebalkan dan menyuruh Liana menjauhiku!! Apa kau tidak tau ada orang lain yang mendengarnya!!!”

Keyx mengatur nafasnya yang penuh emosi sementara aku semakin membeku. Selain karena racun yang membuat hampir sebagian tubuhku mati rasa, juga karena perkataan Keyx yang membuatku searasa disambar petir. Liana…mati karenaku? Karena kecemasan dan emosi sesaatku yang memintanya menjauhi iblis ini? …Karena…aku…??

“Tapi sekarang tidak apa,” ucap Keyx dengan lebih tenang, “Aku sudah lebih leluasa bersama baby boo-ku, walau aku kehilangan sebagian jiwanya…” Aku menelan ludah. Apa maksudnya? Bukankah Liana sudah mati?

Keyx tersenyum. Ia menjentikkan jari dan mengeluarkan suara yang teramat lembut di telingaku, suara yang penuh cinta. “Baby boo, kemarilah. Mungkin kau akan senang bereuni dengan teman lamamu…,” ucapnya seraya melihat ke belakang. Aku mengikuti arah pandangnya dan aku terkejut untuk ke sekian kalinya hari ini. Di sana, di belakang Keyx, berdiri seseorang yang kuyakini sudah mati dan baru sekarang aku sesali penyebabnya. Liana. Ia berjalan ke arah kami dengan ekspresi datar. Pakaiannya hampir sama dengan yang dipakai Keyx, hanya saja lebih feminin dengan rok panjang yang terbuka di bagian depan dan celana panjang yang tampak dari belahan rok hitamnya itu. Wajahnya putih pucat, jauh lebih putih dari kulitnya dulu dan matanya… Oh, tuhan… Matanya tak lagi cokelat seperti dulu, tapi merah seperti Keyx. Ia mendekati Keyx yang langsung memeluk pinggangnya mesra. Lelaki itu menghirup aroma Liana tepat di samping wajahnya dan kembali tersenyum dingin ke arahku. “Ada gunanya memiliki janji satu jiwa dengan soulmate sebelum ia meninggal, bukan?” Ucapnya. Tangannya memeluk pinggang Liana makin erat.

“Baby boo, say hi,” ujar Keyx lagi di depan telinga Liana, lagi-lagi dengan suara penuh cinta. Liana menatapku datar. Tak ada senyum dari sosok yang kurindukan itu. “Hi, Vera… How’s your life going?” Ujarnya datar. Aku menahan nafas. Bukan, dia bukan Liana yang kukenal. Sama sekali bukan. Aku harus mengatur detak jantungku dengan susah payah karena sekarang aku begitu takut hanya karena mendengar suaranya. “Oh, sepertinya kau mendapat pria yang cukup baik. Kelihatannya hidupmu tanpaku cukup menyenangkan di luar sana… Apa mungkin kau mensyukuri kematianku?”

Tiba-tiba saja Onew melepas pegangannya dan menyerang Liana. Aku sendiri berusaha mengendalikan tubuhku dan mulai menyerang Keyx. Yah, inilah hari yang kutunggu-tunggu, langkah pertamaku sebelum meenghabisi Lucifer dan mewujudkan cita-cita terbesarku. Vera, jangan pedulikan lagi tentang Liana karena dia bukan lagi Liana, manusia yang kau kenal. Sekarang dia bagian dari iblis terkutuk yang amat kau benci. Dan kau harus membunuh Keyx yang sudah membunuh orang tuamu, Vera!!

“Ah ha… Balas dendam, heh?” Keyx hanya menghindari serangan-seranganku dengan santai. Aku masih menyeranganya membabi buta, baik dengan pedang, tendangan, maupun pukulan. Aku tak tau bagaimana wajahku saat melawannya sekarang, tapi aku sadar air mataku sudah mengalir deras. Ya, makhluk inilah yang mengubah seisi hidupku! Dia harus mati!!!

“Baby, apa cuma itu kekuatanmu? Tidak seru!” Ujar Keyx masih dengan santai. Aku meraung keras. Emosi memenuhi benakku. Semua bayangan orang-orang yang kukenal, yang mati karenanya membayangi setiap sel otakku. Daddy, Mummy… Liana…

CTEKK

Tiba-tiba aku bisa menggerakkan tubuh sebelah kiriku lagi. Benar saja, warna kulitku kembali normal dan bekas goresan tadi menutup. Hanya dengan satu jentikan jari dan Keyx mampu melakukannya. Aku menoleh cepat ke arahnya. Ia masih santai.

“Aku takkan melibatkan anak buahku kali ini. Ini pertarungan kita, jadi lawan aku dengan sungguh-sungguh!” Ujarnya datar. Aku melirik Onew dan Liana dengan ekor mataku. Mereka berkelahi dengan hebat. Liana mampu menghindar dan balas menyerang Onew. Gerakan mereka terlalu hebat dan indah seperti tarian pedang. Hanya saja ekspresi keduanya sama datarnya.

“Jangan habiskan waktumu hanya untuk melihat itu,” suara Keyx mengembalikan kesadaranku dan meembuatku kembali menatapnya. Kugenggam Kenchz erat-erat. Sebelah tanganku lagi mengeluarkan Jinx dari sarungnya. Aku meencoba untuk membiasakan kedua tannganku dengan kedua pedang kesayanganku itu. Kuliukkan tanganku dan kakiku sibuk membentuk kuda-kuda. Ya, aku tetap hidup salah satunya untuk hari ini. Tak ada waktu untuk berpikir mungkin aku akan mati nantinya. Ini salah satu hari yang paling kutunggu seumur hidup. Inilah saatnya.

Aku mulai berlari ke arah Keyx dan dia menanggapinya dengan senyuman singkat. Kami terlibat pertempuran gerak cepat. Lagi-lagi aku mengakui kalau dia iblis yang hebat, sangat berbeda dengan iblis biasa yang pernah aku temui. Dia mampu menghindari seranganku sekaligus menyerang balik hanya dengan sekali gerak. Pedang hitam panjang dengan bentuk yang sama seperti tanda yang selalu ia tinggalkan di tempat korbannya tergenggam erat dan menari lincah seirama gerak lengannya. Aku menghunuskan Kenchz dan Jinx tepat ke depan wajahnya namun ia berhasil menangkis serangan tersebut dengan kuat dan menghempaskan tubuhku. Aku terjerembab ke tanah. Sakit sekali karena ada banyak bebatuan di sekitar kami.

“Ckckkck… Masih kurang latihan, ya?” Ucap Keyx dingin. Ia bersiap menancapkan pedangnya ke arahku dan aku menghindar dengan berguling ke kiri. Manis sekali, sekarang tanganku penuh luka gores bebatuan tajam. Aku bangkit berdiri dan kembali terlibat pertarungan gerak cepat dengannya.

“You know, baby, don’t you feel any jealousy by seeing them?” Tanya Keyx di tengah pertarungan kami. Sempat-sempatnya ia mengajakku berbicara. Aku melirik sekilas arah pandangnya, tentu saja Liana dan Onew,  lalu menggeram sinis, “Why must?”

“Because…,” Keyx menekan kedua pedangku dengan pedangnya, membuatku menahannya sekuat tenaga. Posisi wajah kami sangat dekat dan dia mulai berbisik, “…he’s part of your soul….”

“Whatever!!!” Bentakku dan menghentakkan pedangku sekuat tenaga. Ia mengangkat alis cuek, “You’ve just not realized it, baby…”

Aku menyerangnya dengan gerakan putar, berharap membuatnya kewalahan. Tanpa sadar ia ternyata sudah menghentikan serangannya dan mendekatkan bibirnya ke telingaku. “Like me and Liana, soulmate….”

“Jangan pernah berpikir begitu karena kami MANUSIA!!!” Bentakku sambil memutar tubuh ke belakang. Ia melompat jauh dengan gerakan ringan. Tiba-tiba ia sudah tampak berdiri di atas Kenchz yang masih dalam posisi terhunus. Tubuhnya yang ringan hanya membuat pedangku sedikit lenting ke bawah. Ia melipat tangan di depan dada sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “What a pity….,” desisnya. Tiba-tiba ia menghilang. Aku menoleh ke sana ke mari mencarinya sambil berkali-kali mengerjap mata, “Ke mana dia?”

GREP

Oh, tidak. Dia langsung berada di belakangku. Ia mengekang tubuhku dengan sebelah tangan dan satu tangannya lagi menggenggam pedang yang sudah siap untuk dihujamkan ke kulit leherku. Aku menggeram, berusaha lepas. Tapi ia semakin merapatkan pedangnya ke leherku. Aku melepas kedua pedangku dan menggenggam lengannya, berusaha keras melepas rangkulan paksanya itu.

“Kau tau, hidup sebagai iblis itu tidak menyebalkan. Apa lagi bagian mendapatkan soulmatenya, hmmm…nyummy…,” desisnya di depan telingaku. Aku menggenggam lengannya semakin erat dan berusaha lepas tapi pedang tajamnya serasa menggores kulit terluar leherku sehingga aku diam. “Mencintai soulmatemu sepenuh hati dengan seluruh jiwa raga juga tidak buruk… Tapi semua tak lagi menyengankan sejak ulahmu itu… Kau tau, baby…,” dia semakin mendekatkan bibirnya ke telingaku, “I REALLY HATE YOU!!”

“Say good bye, baby…,” Keyx menjauhkan pedangnya dari leherku. Sebelah tangannya semakin mengekangku erat. Ia mengangkat pedang hitam pekatnya tinggi-tinggi. Ia hendak menghujam jantungku. Aku menutup mata saat dia menggumam penuh amarah. Tamatlah aku… Daddy, Mummy… Sepertinya aku akan menyusul kalian… Maafkan aku, aku gagal… Dan Onew, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan… Terima kasih…

JLEBB

“Aaaakhh!!”

Kekangan Keyx mengendur. Pedangnya juga tak terasa di dadaku. Kubuka mataku dan mendapati dirinya sudah ambruk di atas tanah. Darah keluar merembes dari punggungnya yang dibalut kemeja dan jas hitamnya. Ia meenggelepar kesakitan sementara darah mengucur deras dari luka besar yang kuyakin tembus sampai permukaan dadanya itu. Aku menoleh ke belakang. Onew ada di sana, dengan pedang bersimbah darah di tangannya. Ia mengatur nafasnya yang terdengar satu-satu. Di belakangnya Liana terbaring sambil merintih pelan. Sepertinya tak ada luka menganga dari tubuh gadis yang semasa hidupnya adalah sahabatku itu. Mungkin saja Onew memukul keras salah satu bagian tubuhnya dengan pangkal pedang. Yah, itu salah satu keahlian utama Onew.

Onew menghambur ke arahku dan bertanya, “Kau tidak apa-apa?” Ia memeriksa sekujur tubuhku dan kemudian tersenyum lega. Aku pun lega melihat senyuman lebarnya itu. Ia memelukku erat, “Untung saja aku tepat waktu, kalau tidak mungkin aku sudah kehilanganmu…” Aku tersenyum dan membalas pelukannya. Lelaki ini memang berhati lembut. Rasa sayangku melimpah ruah untuknya dan tersampaikan lewat pelukan kami. Aku merasakan kehangatan melimpah ruah di hatiku hanya dengan pelukannya ini. Aku bersyukur aku belum mati. Kubuka mataku perlahan kembali dan sekejap aku terbelalak.

JLEBB

“Kkhhhh”

Tubuh yang baru kutusuk jantungnya itu langsung ambruk di samping kami. Darah mengucur deras saat aku menarik kembali pedangku. Onew melepas pelukannya spontan dan melihat apa yang terjadi. Tanganku bergetar. Itu Liana, yang kutusuk itu Liana. Aku bergerak spontan saat melihatnya berjalan dengan tatapan kosong ke arah kami dan langsung mengambil pedang tadi. Sekarang ia berusaha menahan aliran darah di dadanya dan merangkak perlahan dengan nafas yang terdengar satu-satu. Li..Liana…

“Liana!!” Keyx bergumam dengan suara parau. Ia menghampiri Liana dengan langkah terseret, memeluk tubuh pucat lemah itu dalam kedua tangannya. Lelaki itu tampak sedih dan cemas sambil memeluk erat tubuh itu. Tubuhnya bergetar pelan dan ia langsung menyusuri luka sampai ke wajah Liana. Ia menggeleng pelan seakan tak rela. “Tidak… Ini tidak boleh terjadi… Tidak dengan satu jiwa yang kita bagi bersama….” Namun tubuhnya sendiri limbung dan jatuh ke tanah.

Liana terbatuk-batuk dan dari mulutnya keluar bercak-bercak darah berbau anyir. Ia menatapku dengan kedua mata merahnya yang lebih berisi. Ia tersenyum dan aku membeku melihat senyumannya. “Ve..ra… Teri..ma kasih…,” bisiknya. Ia menatap Keyx yang balas menatapnya. Aku jadi sesak melihat adegan ini. Onew sendiri merangkul tubuhku karena aku sudah bergetar menahan tangis. Liana membelai wajah Keyx dengan sisa-sisa tenaganya. Senyumnya lebih lembut dari yang ia berikan padaku. “Keyx…sudah saatnya bagiku…bagi…kita berdua…,” ucapnya sambil terbatuk lagi. Ia menempelkan keningnya ke kening Keyx yang sudah tak lagi tertutup poni lurus panjang asimetrisnya. Gadis itu masih memegangi wajah Keyx, “…aku…masih soulmate….mu untuk selamanya….”

Nafas terakhir Liana berhembus tepat di depan hidung Keyx membuat lelaki itu semakin bergetar menerima kenyataan di hadapannya. Ia memegang wajah dingin Liana yang dibasahi setitik air mata namun bibirnya menyunggingkan senyum. Keyx tampak tertegun lalu menoleh ke arahku. Ia tersenyum lemah, “Mungkin…kau tidak bermaksud jahat waktu itu…,” desisnya pelan, “…terima kasih…karena telah membuatku dapat…UHUK.. melihat senyuman tulus…nya la…gi…” Dadaku sesak mendengar ucapannya. Apa maksudnya ia memaafkanku? Aku tidak tahu tapi air mata sudah mengalir di kedua sisi wajahku. Onew merangkulku dengan semakin erat. Ia melirik Onew dan menatapnya dengan tatapan aneh. “Sorry for disturbing her, Sir…”

Keyx kembali menempelkan keningnya ke kening Liana yang perlahan berubah menjadi debu. Ia tersenyum lembut, “You’re my soulmate forever, baby boo…,” bisiknya dan akhirnya mati. Posisi keduanya yang saling bergenggam tangan dan merapatkan dahi dengan senyum tulus di bibir itu tampak indah untukku. Warna merah darah yang tadinya mengalir deras dari tubuh mereka menambah kesan dramatis. Aku membenamkan wajahku di pelukan Onew saat keduanya berubah menjadi debu dan akhirnya disapukan angin. Anak buah Keyx yang tadinya berada di sekeliling kami dan menonton seisi pertarungan dalam diam juga hanya menyisakan tumpukan debu tak berbentuk. Onew mengelus kepalaku dengan lembut. Suara kebapakannya kembali muncul.

“It’s over for now, Ver… You gotta be strong…”

Daddy, Mummy…

Aku berhasil mengalahkan Keyx, tapi sebenarnya bukan aku yang membunuhnya. Onew-lah yang melakukan itu. Dia membantuku sampai sejauh ini. Tidakkah ia sangat baik?

Mummy, kalau benar ucapan Keyx tadi bahwa ia adalah bagian dari jiwaku, bolehkah aku senang? Bolehkah aku bahagia saat dipeluknya saat ini? Karena aku merasakan kelegaan sekaligus debaran ganjil di hatiku… Bolehkah?

 

“Yah, it’s over…,” gumamku, “…for now. Thank you for saving my life…”

“It’s my pleasure…”

Dan aku memeluknya dengan semakin erat.

****

Kami berada di dekat sungai kecil yang mengalir di sisi hutan. Onew memapah tubuhku dengan hati-hati. Aku terus meringis menahan perih yang mengalir dari bekas-bekas luka gores yang disebabkan pertarunganku dengan Keyx tadi. Saat bertarung aku masih tak merasakan apapun tapi sekarang aku merasakan rasa sakit di sekujur tubuhku. Ternyata pertarungan gerak cepat itu memberi banyak luka gores di sekujur tubuhku. Onew sampai memakaikan jasnya padaku karena bagian punggungku terbuka, tersayat pedang Keyx saat bertarung tadi.  Untungnya Keyx tidak membaluri pedangnya dengan racun. Kalau tidak, mungkin aku sudah terbujur kaku di samping tumpukan debu mereka tadi.

Onew mendudukkan tubuhku di akar pohon besar yang tak jauh dari aliran sungai. Aku meringis pelan. “Tunggulah di sini,” ujar Onew singkat lalu beranjak ke sungai. Aku mengelus pelan luka di lenganku. Cukup lebar dan menyakitkan.

“Tak ada gunanya melihat luka itu terus. Kau harus membersihkan dan mengobatinya.” Onew mendekatiku. Ia membawa botol minumannya lalu membasuh lukaku dengan air itu. Aku menggigit bibir menahan sakit. Ia membelai rambutku dan tersenyum, “Tahanlah. Ini memang sakit, tapi sebentar saja…” Ia membersihkan darah dan debu dari lukaku lalu membalurinya dengan obat yang biasa kami pakai. Gerakannya sangat lembut dan perlahan, seakan-akan takut semakin melukaiku dengan sentuhannya. Aku memandang matanya yang tertuju pada lukaku. Tatapannya tak kalah lembut dari gerakannya, namun wajahnya tampak serius. Aku tersenyum. Ternyata ia punya bulu mata panjang, walau tidak lentik. Alisnya tebal dan warnanya sesuai dengan warna cokelat rambutnya.

“Jangan terlalu dipandangi, nanti kau jatuh hati”

Aku langsung mengalihkan pandanganku dengan wajah bersemu malu. Ternyata ia tahu. Ia tersenyum sambil membalut luka-lukaku dan itu membuatku semakin malu. Ia beranjak menuju bagian belakang tubuhku. Ia melepas jasnya dari tubuhku, membuatnya dapat menatap langsung luka besar yang menganga lebar di sana. Bisa kurasakan ia menyentuh luka itu dengan hati-hati. Kemudian aku merasakan ada yang membasahi luka punggungku, tapi lebih hangat. Aku tak berani memandang. Aku takut ia jijik melihatku yang seperti ini. Tak lama kemudian ia membalut punggungku itu. Sepertinya sudah selesai.

“Kau…sama sekali tidak terluka?” Tanyaku padanya. Ia kembali beranjak ke depanku lalu menggeleng pasti. Memang tak ada satupun luka gores di wajah maupun tubuhnya. Warna kemejanya masih sama, tak bernoda darah sedikitpun. “Bukankah aku sudah menggenggam tanganmu tadi? Itu cukup untukku…,” bisiknya. Ia kembali beranjak ke sungai lalu kembali membawa air. Aku hanya mampu memandanginya.

“Minumlah,” ucapnya sambil menyodorkan tempat minum itu. Aku menerimanaya lalu mulai minum. Sepertinya ia terus memandangiku karena hanya ada bayangan diriku yang kutangkap dari sepasang matanya yang berbeda warna. Ia pun duduk di hadapanku lalu menghela nafas panjang.

“Aku masih bingung…,” gumamku, ia menoleh ke arahku dengan pandangan yang bertanya ‘apanya?’. “…kenapa kita bisa membunuh mereka semudah itu?” Lanjutku kemudian. Onew tampak memandangi wadah minum kami tadi lalu mulai memainkannya dengan gerakan ngawur. “Aku tau, seharusnya mereka jauh lebih sulit dibunuh…tidak hanya dengan satu tikaman tepat di jantung mereka… Bagaimana menurutmu?”

“Liana yang sebenarnya memang sudah mati,” ucap Onew. Aku menelan ludah. Ternyata memang sudah mati… “Tapi sebelum kematiannya, Liana dan Keyx sudah melakukan satu jiwa dengan Keyx. Sehingga, saat ia dieksekusi warga desa, ia kehilangan jiwanya yang sebenarnya. Namun separuh jiwa Keyx langsung mengisi kekosongan tersebut dan membuat gadis itu kembali hidup…,” Onew meneguk air dari tempat minum tersebut. Ia menyeka air di sisi bibirnya. “Apa kau benar-benar melihat Liana mati dan tubuhnya dihancurkan?”

Aku menggeleng. Seingatku aku tidak lagi tahu-menahu hal apa yang terjadi pada sosok sahabatku itu karena aku terlalu takut. Aku bahkan tak tahu bagaimana nasib tubuhnya setelah itu. Onew mulai mengangguk-anggukkan kepalanya. “Nah, mungkin sesaat setelah dieksekusi, tubuh Liana yang terisi separuh jiwa Keyx langsung kabur dari tempat itu menuju Keyx. Jadi hal itu tak mengherankan.”

“Jadi…apa Liana kehilangan hati nuraninya setelah itu?” Tanyaku ragu.

“Yap, jiwa yang mengisi tubuhnya adalah jiwa Keyx. Gadis itu masih memiliki rupa yang sama dengan rupa manusianya tapi dia berubah menjadi iblis. Tapi sepertinya kedua orang itu tetap tidak bahagia walau mereka sudah bersama karena Keyx tidak bersama dengan Liana yang sebenarnya. Keyx hanya bersama dengan raga soulmatenya, tapi sudah tidak memiliki jiwanya lagi. Aku mengerti bagaimana sulitnya itu…,” Onew berkata bijak. Aku tercenung. “Kenapa kadang kau berbicara seakan-akan kau salah satu dari mereka?” Tanyaku.

Ia tersenyum, “Itu hanya perasaanmu, Ver…” Onew beranjak dari tempatnya. Ia melihat keadaan sekitar sambil meregangkan tubuhnya. “Aku akan berburu sambil mencari kayu bakar untuk makan malam kita. Kau tunggulah di sini,” tukasnya cepat. Belum lagi aku menjawab, ia sudah beranjak pergi dengan cepat. Aku menghela nafas panjang. Selain konyol, kadang ia juga suka berbuat sesukanya.

Aku menyenderkan tubuhku ke batang pohon. Oh, aku ingin tidur sekarang. Perasaanku sudah sangat lega karena aku belum mati saat bertarung melawan Keyx tadi. Aku juga lega Onew juga masih hidup dan masih menemaniku. Tinggal selangkah lagi dan mimpiku melawan Lucifer akan segera terwujud. Untuk merayakan kelegaan ini, tak ada salahnya kalau aku sedikit bersantai,  bukan? Dalam hati aku berjanji akan semakin giat berlatih dan giat memburu iblis sebagai salah satu bentuk latihanku sampai aku dapat berhadapan langsung dengan Lucifer. Tapi, sebenarnya aku belum tahu bagaimana rupa Lucifer. Aku tak bisa membayangkannya. Apa mungkin Lucifer itu iblis berwujud laki-laki? Tapi bisa juga perempuan… Oh, ilmuku memang kurang! Harusnya aku mengikuti pelatihan hunters dengan sungguh-sungguh dulu…

Tiba-tiba telingaku meenangkap sebuah suara. Aku langsung mengambil posisi sigap,  siap dengan serangan apapun. Suara itu makin dekat. Tidak, ini bukan suara manusia ataupun iblis, karena bulu kudukku sama sekali tak merinding. Ini suara binatang! Apa mungkin beruang hutan di sekitar sini? Oh, melawan binatang buas jauh lebih merepotkan di saat seperti ini…

SRAAKK

Aku menoleh ke belakang dan mendapati seeekor beruang cokelat bertubuh besar hendak menyerangku sambil menggeram nyaring. Aku terperangah. Tubuhku masih sakit untuk dibawa berlari. Aku hanya menyiapkan Kenchz di genggamanku, bersiap menyerangnya.

WHoooossshhh…

“Kau tidak boleh menyerang hewan sembarangan, nona.  Apalagi jika tidak ingin mereka punah.”

Tubuhku sudah melayang dalam dekapan seorang laki-laki berkulit putih namun bermata merah menyala. Iblis. Saat aku tengah membelalak, iblis yang masih tampak muda dan tak mengeluarkan aura berbahayanya itu mendaratkan tubuh kami di atas sebatang pohon yang tinggi. Ia melempar pandangannya ke arah beruang tadi dengan tatapan kasihan. “Lihatlah, di balik penampilan garangnya, ia juga makhluk hidup yang rapuh,” ujarnya lirih. Aku ikut memandang beruang tadi dan hewan bertubuh besar itu ternyata ingin minum di sungai. Setelah beberapa lama, beruang itu pun pergi.

Aku menoleh ke arah iblis tadi. Ia masih mendekap pinggangku sementara sebelah tangannya lagi menggenggam sulur pohon yang membantu kami naik ke atas sini. Aku mendorong tubuhnya menjauh dan ia hanya tersenyum, menampakkan taringnya yang berkilauan. Ia memainkan sulur pohon tersebut dengan tenang sementara aku mengarahkan Kenchz dan Jinx ke depan tubuhku, berusaha melindungi diri jika ia tiba-tiba menyerang.

“Tenanglah, nona. Aku tidak bermaksud menyerangmu,” ucapnya dengan suara merdu. Aku menatapnya tajam saat ia duduk di batang pohon itu dan mulai mengeluarkan tas yang entah bagaimana dibawanya tadi. Ia mengeluarkan sebuah alat musik, berdasarkan buku yang pernah kubaca, itu biola. Apa yang ingin iblis ini lakukan?  Membunuhku dengan sihir musik?

“Kau Vera Zoldieck, kan? Hunter yang menjadi partner Onew…,” ujarnya tenang. Ia meletakkan biola itu di bahunya dan mulai memainkan benda tersebut. Aku menelan ludah, bagaimana dia bisa tahu?

“Kau tau, kau sudah terlibat terlalu dalam dengannya,” ujarnya lagi, “Apa kau tau berapa harga kepalamu bagi hunters lain, harga yang bisa membuat seseorang membeli separuh gunung.”

“Apa pedulimu? Bagaimana kau bisa tau tentang hal itu?” Ucapku dengan pedang yang masih siap menyerang. Ia mendelik ke arahku dan menghentikan permainan musiknya. “Semua hunters sudah tau. Tentu saja sebagai buruan mereka, aku juga tau. Tak ada gunanya status hunter-mu itu jika hunters lain malah berbalik memburumu. Yah, sudah terlambat jika kau mau menyesal sekarang….” Iblis itu kembali memainkan biolanya. Tubuhku menegang kaku mendengar ucapannya. Jadi…karena bersama Onew aku justru diburu hunters lain? Mereka menganggapku sebagai…pengkhianat?

“Oh, ngomong-ngomong namaku Henry, iblis penjaga hewan-hewan hutan ini,” tuturnya lagi. Aku mulai menurunkan pedangku. Tampaknya ia tidak berbahaya. Pakaiannya sama rapinya dengan iblis lain yang pernah kutemui. Rambutnya cokelat dan kulitnya putih pucat. Tubuhnya berukuran sedang dan gerak tangannya saat memainkan musik terlihat sangat lincah. Aku bahkan baru menyadari betapa indahnya musik yang sedang ia mainkan sekarang.

Ia melirikku dan tersenyum dingin, “Tak ada gunanya bagiku untuk menyerangmu sekarang, tidak seru. Kau juga harus menabung tenagamu karena lawanmu yang sebenarnya bukan lagi kaum iblis, tapi kaummu sendiri.” Ia menghentikan permainan biolanya dan mengemas benda itu lagi. Aku masih diam di tempatku. Ia mengedipkan sebelah matanya, “Sampaikan salamku pada Onew. Selamat tinggal!” Dan tiba-tiba saja sosoknya menghilang begitu saja. Apa-apaan dia itu tadi?

Secarik kertas kusam melayang di depan wajahku dan aku langsung meraihnya. Ada tulisan tangan yang amat rapi di sana. Dan jika kau menanyakan berapa harga Onew, uangnya bisa membuat orang membeli sebuah gunung yang besar. Tidakkah orang yang bisa menangkap kalian akan sangat kaya nantinya? Jaga dirimu. -Henry-

 

Aku melipat kertas itu lalu memasukkannya ke kantung bajuku. Ternyata iblis itu juga menjatuhkan sepotong pakaian ke arahku. Aku memungut benda yang tersangkut di batang tempatku bertengger itu. Ada secarik kertas di atasnya. Pakai baju ini untuk menutupi punggungmu. Kalau kau sampai sakit hanya karena luka itu ataupun flu, semuanya akan jadi tidak lucu. Heh, memangnya apa yang dipikirkan iblis itu? Dia malah terdengar seperti ibuku. Tapi ia baik juga… Baiklah, Henry, terima kasih.

******

“Dari mana baju itu?” Onew memandangi pakaian baru yang kupakai sambil melahap rakus ayam hutan hasil buruannya. Aku tersenyum kecut, “Pemberian orang aneh yang baik hati.”

“Benarkah?” Ia kembali sibuk melahap makan malamnya. Api unggun yang berada di antara kami membuat suasana terasa hangat. Harum ayam bakar yang kami makan sungguh menggugah selera dan membuatku –mau tak mau– jadi sama rakusnya dengan Onew. Malam ini sangat tenang dan aku masih kelelahan. Sehabis makan ini, aku ingin langsung tidur saja.

“Sepertinya keadaan semakin gawat,” Onew kembali membuka pembicaraan setelah mencampakkan tulang ayam yang bersih dari dagingnya ke arah api unggun. Aku menoleh ke arahnya dan ia menatapku serius. “Tampaknya kita harus jauh lebih berhati-hati sekarang. Hunters lain semakin gencar memburuku. Bukan hanya aku, tapi juga kau. Kita tak bisa lagi tidur sembarangan ataupun membuat api sembarangan. Jika tidak, mereka akan membunuh kita dan menghabisi kita. Manusia yang tamak akan harta bisa jadi jauh lebih mengerikan dari seekor iblis biasa,” tuturnya panjang lebar. Aku menganggukkan kepalaku dan mempercepat gerakan makanku. Ternyata ucapan Henry benar…

“Jadi?”

“Kita harus mulai tidur di atas pohon untuk menghindari serangan hunters. Dan untuk lebih amannya lagi, kita harus selalu bersama untuk bisa saling melindungi!” Ucapnya bersemangat. Ia tersenyum lebar dengan rentetan gigi kelincinya yang putih itu. Aku mengerti maksudnya. Itu berarti saat tidur pun kami harus bersama… Oh, god.

****

Daddy, Mummy…

Sekarang kami dikejar-kejar hunters, setiap hari begitu melelahkan dengan semua serangan yang bisa datang tiba-tiba. Aku tahu, itu karena aku bersama Onew. Namun aku sama sekali tak berkeinginan untuk meninggalkannya. Ia sudah seperti satu jiwa denganku, satu nafas. Dan aku takkan membiarkan nafasku hilang kutinggalkan begitu saja.

Daddy, Mummy…

Bisakah kalian memaafkanku? Aku tidak bisa memfokuskan diri pada Lucifer. Aku lebih fokus pada KAMI. Bantulah kami dari atas sana… Kumohon….

*****

 

Sudah berminggu-minggu kami hidup seperti pelarian. Sialnya orang-orang yang mengejar kami bukanlah orang biasa dengan kemampuan biasa. Mereka hunters handal yang siap membunuh dengan kemampuan hebat tak terbayangkan. Kalau saja aku dan Onew tidak kompak, kami pasti sudah tertangkap dan mati. Namun kenyataannya kami masih hidup dan masih berusaha melarikan diri. Setiap malam kami naik ke atas pohon dan tidur sambil berpelukan agar memperkecil kemungkinan terlihat dari bawah. Jika kami beruntung, kami menemukan pohon dengan cekungan di batangnya yang membuat kami lebih mudah bersembunyi.

Walau dalam keadaan segawat ini, Onew masih menyempatkan diri membuat lelucon konyol walau hampir selalu gagal membuatku tertawa. Namun aku sangat menghargai usahanya untuk menghiburku. Hal terkonyol yang kulihat adalah saat ia tengah memakan ayam. Saat makan, dia takkan mengeluarkan suara dan makan dengan rakus. Begitu selesai makan, ia akan berceloteh panjang lebar tentang betapa nikmatnya ayam yang baru ia makan dan betapa inginnya ia mencoba hidangan ayam lainnya. Saat itulah ia akan mengeluhkan betapa ia tidak menyukai keadaan pelarian kami sementara aku akan tertawa lepas menanggapinya. Hidup bersamanya sangat menyenangkan. Tentu aku tak pernah menyesal bertemu dengannya walau kami hidup dalam pelarian seperti ini.

“Apa kau membenci iblis?” Tanya Onew saat kami tengah beristirahat di sebatang pohon yang cukup tinggi. Aku menjawabnya dengan gumaman. “Kenapa?” Tanyanya lagi.

Aku menghela nafas. Apa alasannya masih perlu kujelaskan lagi? Harusnya ia sudah mengerti kan? Kenapa ia malah bertanya lagi?

“Karena mereka jahat,” jawabku singkat. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya seperti anak kecil. Aku jadi serasa ingin mencubit pipi putihnya yang berisi itu. Belum sempat aku melakukannya, ia sudah kembali bertanya, “Kalau kau adalah soulmate salah satu iblis, apa kau juga akan membencinya?”

Aku tercenung. Hal itu sama sekali tak terbayangkan di pikiranku. Selama ini aku hanya berpikir kalau iblis itu jahat, aku membenci mereka, dan mereka harus lenyap. Tak pernah aku membayangkan diriku bernasib seperti Liana, seorang soulmate iblis. “Bayangkan saja jika kau adalah soulmate Lucifer. Apa kau akan tetap ingin menghabisinya?” Ujarnya.

“Tentu saja. Jika ia memang soulmateku, aku tak merasakan apapun padanya. Tentu aku akan membunuhnya karena itulah tujuan terbesar hidupku!” Ujarku antusias. Itu jawaban paling masuk akal yang ada dalam otakku. Onew memandangku dengan kedua warna matanya yang berbeda, “Bahkan jika kau tiba-tiba merasakan sesuatu padanya saat kalian bertemu? Maksudku, saat soulmate dan iblis bertemu, mereka akan merasakan suatu ketertarikan yang besar, suatu keganjilan di mana mereka merasa seakan mereka sehati, sejiwa, dan seraga. Jika kau bertemu Lucifer dan merasakan hal itu, apa kau tetap akan membunuhnya?” Tanyanya dengan nada sungguh-sungguh. Matanya menatapku lekat dan membuatku agak risih.

Aku mulai membayangkan. Jika pun aku memang soulmate Lucifer dan merasakan suatu ketertarikan saat bertemu dengannya, hal itu pasti sangat sulit terjadi. Itu karena hatiku sudah terlanjur tertarik pada laki-laki lain. Aku sudah terlanjur merasa satu jiwa, satu hati, bahkan satu nafas dengan lelaki lain. Aku merasakannya pada lelaki di hadapanku ini, pada Onew. Maka karena itu, aku punya satu jawaban mantap untuk peertanyaannya tadi.

“Tentu saja aku akan tetap membunuhnya. Aku takkan mengorbankan kedamaian orang lain hanya demi hatiku sendiri,” jawabku pasti sambil menyunggingkan senyum cerahku. Onew sedikit mengerutkan alisnya namun ia tersenyum tipis, “Benarkah?” Aku mengangguk lagi. Ia mengalihkan pandangannya dariku.

“Kalau memang begitu, iblis yang menjadi soulmatemu adalah iblis paling malang di dunia karena ia akan mati di tanganmu dan menerima ajalnya sepenuh hati….”

“Eh?”

“Saat iblis bersama soulmatenya, ia bahkan bisa jadi lebih lembut dari seorang malaikat. Bukankah dia memang jadi iblis paling malang?” Ujarnya dengan suara murung. Hatiku agak terenyuh mendengar perkataannya. Jikapun hal itu benar, itu salahmu, Onew. Karena sebelum bertemu dengannya, aku sudah merasa kau bagian dari jiwaku. Seperti perkataan Keyx saat itu, ‘part of my soul’….

“Diam di sana!!”

TBC…

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

35 thoughts on “Devil’s Game [2.3]”

  1. yagh.. key mati T.T
    pi ngg ppa lh, matiny bhagia kok(?)
    #locketsmodeon
    kerennn thor..
    penggambaranny seru^^
    di tunggu part end ny….

  2. waawww…WAAAW
    hhahaa… mantap cara menggambarkan adegannya..hoho..
    dan gaya Key menyerang.. cocok, baguus…wkwk…

    dan itu, ttp aja sisi gubrak Onew yg muncul .___.”
    awalnya ngira klo anak pemain biola itu si taemin #gubrakk baru inget klo di cast gak ada taemin..trnyata henry..hahaha…
    oke, henry, dirimu baik juga 😀

    ayoloo.. itu siapa yg neriakin dari bawah pohon..?
    lanjuuut..lanjuuut!!!

    (nb : aku nya teh udah nyoba baca ff kak seena itu satu part..dan langsung puyeng bacanya.. @_@ salut buat dirimu yang kuat bacanya..wkwkwk…xD)

    1. Henry: baik juga???? lho maksudny?

      ff Seena eonni emang imajinasi tingkat tiggi dan satu2ny ff yg bisa bikin aq mumet membayangkan adeganny juga, sih. tapi ide dan penggambaran adeganny juga lumayan bagus n original…. *pokok’e Seena eonni T-O-P, dah*

      yang neriakin? hihihi… mari cari tahu di part terakhirnya….

  3. Akhirnya keluar juga ni ff… udah lumutan saya nunggu disini #jambak rambut Keyx (?)

    Heh, Onew rada-rada mencurigakan kata-katanya -_____-
    Jangan-jangan dia Lucifer? Nah loh, lucifer kok matanya campur aduk (?)?? Emang takdir kali yeee… terserah authornya-lah #apadehneorgsatu

    Scene bertarungnya keren XDD Teruskan ya thor… siksa terus si Vera #eh? #didamprat

    Saya suka banget sama penggambaran kisahnya. Bahasanya itu loh~ enak bin indah. Top jeerr(?) banget deehh… XD

    Saya tunggu lanjutannya yah. Hwaiting thor… hohohohohk…. #plakk

    1. lumutan? baru beberapa hari aja, kok….

      onew lucifer? hehe… liat aja iya atau nggakny nanti…. kl mau tahu, sih, silahkan baca ttg Lucifer itu sendiri, y…. *author sotoy*

      vera udh banyak tersiksa, bahkan dari awal cerita, tuh…. nah, kl kebanyakan disiksa sad ending dong??

      lanjutannya tinggal ditunggu aja…^^

  4. Ahhh telat komen dahh.. Kkk

    Part ini mangkin seru aja thor.. Hehe

    “Jangan terlalu dipandangi, nanti
    kau jatuh hati”

    pas baca ini langsung ketawa.. 😀
    pe.de banget Onew.. 😛 😀

    menurut prediksiku (?) Onew itu Lucifer nya.. -.-”
    Eummm.. Hehe ^^v
    ..
    Lanjut thor,, >>

    1. hehe… sekali2 buat Onew rada narsis kan ga papa… biar asik *?* gitu….

      Onew lucifer? iya gak, ya???? liat chap terakhir aja, d…. moga2 gak kecewa baca endingny….

  5. entah mengapa yang awalnya aku mikir kalau Onew setengah iblis, kini malah nyangka Onew iu Lucifer. soalnya dia bilang

    “Kalau memang begitu, iblis yang menjadi soulmatemu adalah iblis paling malang di dunia karena ia akan mati di tanganmu dan menerima ajalnya sepenuh hati…. Saat iblis bersama soulmatenya, ia bahkan bisa jadi lebih lembut dari seorang malaikat. Bukankah dia memang jadi iblis paling malang?” Ujarnya dengan suara murung

    aku yakin banget! end part aku tunggu!!

    1. onew-nya so sweet, kan??? hahaha…. tapi kalo beneran lucifer kasian banget, kan? diburu2 Vera pula, tuh. yah, kalo Onew emang Lucifer, sih… *evil laugh*

      btw, kalo ada yang bingung soal soulmatenya tanya aja, y! soalnya soulmate itu ide asli otakku…. hehehe

  6. Thor, lanjutannya ASAP yaa!!
    Makin seru, Thor. Aku jadi mikir onew itu Lucifer. Dan aku juga jadi tambah yakin kalo Vera soulmatenya Onew.
    Can’t wait for the next chap!! ^.^

  7. Mf emm..ak pggl eonni aj y..biar akrab(?) haha
    eonni mianhae…ak br komen skg..pdhl ak udh bc kmren..hbs ak pk HP c..jd agk ribet gt..
    mf jg br komen d part ni y..tp ak bkal comment d part slnjutny kok..yaksok,,hehehe^^

    ngmg2 ttg crtny..
    OMO..OMO..OMO..
    ak udh srg bc ttg lucifer..tp buatan eonni is JJANG!! NEOMU NEOMU DAEBAK!!
    ff ni d rekomandasikn olh tmnku ‘M4CIEL’ mlmny ak lsg cr n ak bnr2 g nyesel bcny..
    Eonni..ak tgguin part slnjutny n crt yg lainny..

    1. aku jadi ngerasa tua, nih… aku 95 liner, kok…. mana tau seumuran…

      gak papa bolos komen d sebelumnya, yang penting sempat tinggalin jejak d sini, i realy appreciate it….

      hehehe… makasih. aku seneng ff-ku direkomendasiin. semoga baca part terakhirnya pun gak nyesel, y…. hehehe

  8. Nah kan, sesuai dugaanku di part satu kalo Onew itu iblis dan Lucifer. dan Vera adalah soulamte-nya.
    “Sorry for disturbing her, Sir…” <– kalimat Keyx jadi clue kalo emg Onew pnya kedudukan tinggi di antara para iblis.
    Dan ah! ak ngebayangin Key di part ini pake kostum hitam di MV RDD bagian akhir yang lagi pada di atap itu. Keren banget! dan adegan Keyx-Liana sukses bkin berkaca2. Ternyata jadi soulmate iblis bkan cma mentransfer energi, tapi juga jadi kekasih hati. Aih! aku mau lah jdi soulmatenya Key.hha. *ngarang*

    Aku curiga nih, ini bakalan sad ending. Dan aku kepikiran kalo Vera justru bakalan kalah di tangan Onew.
    oKEY, segera cuss ke part akhir..yeahhh \(^o^)/
    Daebak!!! b^^d

  9. Yah, Key mati -_- Tapi ngga papa sih, matinya damai :D. Paling suka pas partnya Key ama Liana pas sekarat(?), romantisnya :3
    Itu Vera ngga peka apa gimana sih, kenapa ngga nyadar juga kalo Onew itu soulmatenya -_-
    Henry kece ah, jadi iblis tetep aja baik *pelukHenry* :D. Btw thor, Henry uda punya soulmate belom? Kalo belom aku mau jadi soulmatenya dong *gubrak* 😛

  10. huuuuaaaa terharu guling2 pas onew blng
    “Saat iblis bersama soulmatenya, ia bahkan bisa jadi lebih
    lembut dari seorang malaikat. Bukankah dia memang jadi iblis
    paling malang?”
    jngn onew tuh lucifer yg vera cari y ???

    suka sama ceritanya. ringan dan bnyk pesan pelajaran yg bisa d ambil d dlm nya ..
    keren …

  11. Uh key nya meninggal… Terharu dgn cra meninggalnya(?). Mengadukan kening dgn soulmate nya.
    Eh eh eh bntr”,sprtinya dugaan ku tentang onew si lucifer nya bener deh…
    Cpt” next chap..

  12. positif! aku kok yakin banget ya kalo onew ini lucifer! dia aneh bin ajaib emang, apalagi convo dia dan vera yg trakhir itu kyknya merujuk ksana deh 🙄

  13. Onew Lucifer…
    Cerita ini sweet banget…
    Walaupun tanpa adegan dan penggambaran scene2 romantis,
    tapi kebersamaan Onew dan Vera terasa sangat romantis
    dan manis… Mereka bener2 tulus satu sama lain…
    Tapi sayangnya, Onew Lucifer…
    trus, bagaimana bisa Onew bisa kekeuh dalam wujud manusianya,
    ketika berhadapan dengan Keyx, iana, dan iblis2 lainnya?
    Aku juga yakin Keyx tau bahwa Onew adalah Lucifer, kan?
    Masak dia gak tau tuannya sendiri…

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s