Devil’s Game [3.3]

Title: Devil’s Game

Author: Bella Jo

Main Cast: Onew, Vera(OC)

Support Cast: Key as Keyx, Liana(OC), Henry SJ

Length : Trilogy

Genre : Romance, Fantasy, Advanture, Tragedy

Rating : PG 15

Summary :

Onew menelan ludahnya dan memandangku ragu. “Kau masih percaya padaku? Apapun yang akan terjadi?” Tanyanya dengan suara rendah yang mampu menghipnotisku tapi tetap terdengar penuh kecemasan. Aku mengangguk pasti.

“Siapapun diriku…?” Tanyanya lagi dan aku kembali mengangguk. Kali ini aku berinisiatif menggenggam tangannya, “Aku selalu percaya padamu, selamanya akan terus percaya padamu.”

Disclaimer: The Story is mine with so many sources of inspiration. Special thanks for Seenakwon eonni. It feels like combinig all inspiration from you in a story. I’m sorry but I’m not copying anyone.

 

“Diam di sana!!”

Kami menoleh spontan dengan kaget. Sial, di pepohonan belakang kami sudah berkumpul hunters ganas yang memandang penuh nafsu ka arah kami. Aku berani bertaruh mereka sudah merencakan semua ini matang-matang dan mengikuti kami sampai di sini, di pinggir hutan dekat desa. Semakin kami berusaha bergerak mundur, semakin banyak hunters yang memunculkan batang hidungnya. Sepuluh, dua puluh, ah tidak! Lima puluh orang lebih! Sial, ini akan jauh lebih menyulitkan dari biasanya.

Aku menggigit bibir bawahku dengan khawatir. Kemungkinan kami untuk selamat sangat kecil kali ini. Kulirik Onew yang tampak sudah siaga. Ia mendekap bahuku dengan waspada. Matanya menyala-nyala menahan amarah. Aku tidak tahu ia hendak marah karena apa, tapi sepertinya ia punya cukup emosi untuk membantu kami kabur kali ini.

“Kalian tidak akan bisa kabur lagi!!” Ucap salah satu hunter berjas hijau dengan garang. Yang lain tertawa-tawa dengan seringaian menakutkan. Tanganku meraih Kenchz di pinggang kiriku sementara Onew meraih tangan kananku dan menggenggamnya erat-erat. Aku bisa mendengar ia menggertakkan gigi. “Dalam mimpi kalian!!” Serunya balik membuat hunters di hadapan kami terbahak makin keras. Mereka sibuk mengeluarkan senjata masing-masing.

“Ver, apa kau mempercayaiku?” Bisik Onew di telingaku. Sikap tubuhnya masih sigap. Aku agak membeku merasakan nafas panas memburunya di depan telingaku. Ia benar-benar menahan emosi. Hanya sedetik kemudian aku mengangguk pasti, “Tak ada alasan bagiku untuk tidak mempercayaimu,” ujarku sambil balas menggenggam tangannya erat-erat. Dari sudut mataku aku dapat melihat senyum senang tersungging di bibir tebal pucatnya. “Bagus. Teruslah percaya padaku. Kali ini aku benar-benar memohon padamu untuk mempercayaiku apapun yang terjadi. Mengerti?” Bisiknya lagi.

“Baiklah,” sahutku.

Hunters di hadapan kami siap melompat ke arah kami sementara kami merapatkan diri ke batang pohon tempat kami berada. Onew melempar pandangan ke kanan sementara aku bersiap dengan Kenchz di tangan kiriku. Aku siap tempur.

“Henry!!” Onew berseru nyaring. Belum sempat aku berpikir apa-apa, tubuhku sudah terangkat naik. Entah sejak kapan Onew sudah memeluk pinggangku erat sementara sebelah tangannya lagi memegang sulur tanaman. Perasaan ini…rasanya sama seperti saat Henry meyelamatkanku tempo hari. Bisa kudengar hunters tadi mengumpat dan berteriak kesal. Tubuh kami semakin naik ke arah puncak pohon dan akhirnya terhenti di salah satu ranting yang cukup kuat menopang tubuh kami.

Di batang pohon yang lain, aku bisa melihat satu sosok yang tak asing bagiku. Ia duduk santai dengan biola di bahunya. Matanya yang merah menyala-nyala menatapku dan bibirnya menyeringai. Itu Henry. Ia melambaikan tangannya ke arah kami berdua, “Hi, Ver. It has been a long time, right? Oh, that clothe suits you well,” gumamnya dengan gayanya yang bersemangat dan agak kekanakan. Aku hanya bisa terheran-heran melihat sikap santainya. Namun tak lama karena aku sadar hunters tadi sibuk berusaha memanjat naik dengan gerakan cepat.

“Henry, aku serahkan padamu!” Ujar Onew sambil memeluk pinggangku lagi. Henry memasang gaya prajurit yang mematuhi jendralnya dan berkata, “Okay, Sir!!”

Onew mencercah kuat ke batang pohon tempat kami berpijak lalu berayun ke pohon lain dengan aku dalam rengkuhan erat tangan kanannya. Aku hanya bisa balik memeluknya erat-erat karena posisi kami sangat jauh dari permukaan tanah sekarang. Hunters tadi kedengaran mengumpat nyaring dengan berbagai umpatan menjijikkan sementara kami semakin meninggalkan tempat itu.

“Ver, tutup telingamu rapat-rapat!” Perintah Onew saat kami tengah berayun. Aku ingin menanyakan sebabnya tapi akhirnya aku menurut saja. Dengan susah payah aku menutup telingaku. Begitu telingaku tertutup sempurna, samar-samar aku mendengarkan melodi biola yang indah. Tapi pemandangan yang ada jauh dari yang kudengarkan. Hunters yang mengejar kami sampai ke puncak pohon tadi tampak berteriak-teriak histeris sambil memegangi telinganya. Mereka pun jatuh bergelimpangan dari atas pohon tinggi tersebut. Kutatap Henry dari jauh dan ia sedang memainkan biolanya. Ia membalas tatapanku sambil mengedipkan sebelah matanya. Apa melodi biolanya itu yang membuat mereka jatuh?

Tapi pikiranku langsung teralihkan pada hunters lain yang masih sanggup mengejar kami. Jumlahnya masih sangat banyak untuk kami tangani seorang diri. Onew kelihatan berusaha keras berayun dari satu sulur pohon ke sulur lain. Sampai akhirnya kami memasuki areal desa.

“KEJAR MEREKA!!! JANGAN SAMPAI LOLOS!!” Teriakan-teriakan itulah yang terdengar di telingaku saat kami mendarat di tanah dan Onew mulai menarikku untuk berlari. Hunters yang mengejar kami sangat tangguh. Jumlah mereka yang banyak harus kami kurangi sebagian dulu.

“Onew, kita tidak mungkin lari terus! Kita perlu melawan,” ujarku di tengah usaha lari kami. Onew mengangguk setuju dan ia mengeluarkan pedang perak dari sarungnya, pedang yang ia beri nama Aquus. Aku pun mengeluarkan kedua pedangku, Kenchz dan Jinx. Kami siap dengan kuda-kuda kami sementara hunters sudah mengerubungi kami. Kami saling merapatkan punggung dengan sikap saling siaga.

“Ver…”

“Ng?”

“Biarkan aku menggenggam tanganmu!”

“Eh?”

“Lakukan saja!”

Ucapan Onew yang agak memaksa dan nada yang dingin membuatku menyarungkan Jinx sesaat dan membiarkan lelaki bermata merah-biru itu menggenggam tanganku. Hunters yang ada di sekeliling kami menyeringai beringas dan peluh mulai mengalir deras di wajahku. Apa lagi yang Onew tunggu?

“Thanks, Ver! Kau harus percaya padaku!” Hanya itu yang meluncur dari bibir Onew sebelum ia melepas tanganku dan mulai menyerang. Spontan aku langsung kembali menarik Jinx dan ikut memulai pertarungan.

Hunters ini sangat hebat, belum ada satupun yang rubuh sementara aku sudah menyerang bertubi-tubi. Namun bukan berarti mereka baik-baik saja, mereka juga tampak kelelahan. Aku melirik Onew dan mendapati beberapa hunters sudah rubuh bersimbah darah di sekitarnya. Aku pun mempercepat seranganku dan memperkuat pertahananku. Aku menyerang sambil berputar, berharap gerak cepatku mampu menembus pertahanan mereka dan bisa mengenai bagian vital. Benar saja, usahaku cukup berhasil. Namun sialnya jumlah hunters yang menyerang kami tak ada habisnya. Rubuh satu muncul sepuluh. Ini sangat menguras energiku.

TRANG

Aku menepis anak panah yang ditujukan ke arahku. Sialnya lengan kiri dan pinggangku berhasil mereka kenai anak panah. Itu membuat kekuatanku semakin terpukul mundur. Aku masih mengusahakan pertahanan diriku sebisa mungkin. Kulihat Onew berhasil menepis sekitar sepuluh anak panah hanya dengan sekali gerak. Hebat sekali.

“Ver, kita harus pergi. Ini tak ada habisnya!!” Seru Onew padaku. Aku balas berseru, “Aku tahu!”

Kami menahan semua serangan yang ditujukan pada kami lalu mengumpulkan tenaga kami dan melontarkan kembali serangan mereka, membuat mereka terdorong ke belakang. Onew langsung menghampiriku dan menarikku berlari menjauh. “Kita harus segera pergi dari sini! Kita pasti bisa selamat! Percaya padaku!!” Gumamnya kuat. Aku berlari terengah-engah sambil menngangguk. Ya, aku harus mempercayainya.

Suara air berkecipakan terdengar memenuhi seisi gorong-gorong yang kami masuki. Kami masih berusaha berlari cepat meenghindari para hunter yang masih mengejar kami tak jauh di belakang. Hanya ada dua jalan tersisa, buntu atau belok ke kiri. Sayangnya kami khawatir jika para hunter yang lain memblokade jalan tersebut sehingga kami memilih jalan yang buntu. Ya, buntu dan akhirnya menahan kami di akhir jalannya.

“Hahahaha…. Kalian tak punya jalan untuk kabur lagi!!” Geram salah seorang hunter dengan penuh kemenangan hunters yang lain terlihat menyeringai di bawah pencahayaan buruk gorong-gorong ini. Onew meenarikku ke belakangnya dan ia memasang sikap tubuh tegap di depanku. “Jangan salah! Kalau kami bisa menumbangkan kalian, tentu masih ada jalan untuk kabur!” Balasnya dengan geraman yang menakutkan.

“Nona, kalau kau mau membantu kami membunuh iblis itu, kau akan kami lepaskan dan tidak lagi kami anggap pengkhianat. Tentu saja kau juga akan mendapatkan hadiah uangnya, bagaimana?” Tawar hunters lainnya. Aku bisa merasakan tubuh Onew menegang kaku dan ia berbalik memandangku dengan raut takut. Aku yakin ia tidak takut pada hunters di hadapan kami. Matanya yang tampak bercahaya di tempat yang hampir bisa disebut gelap ini memandangku dengan ketakutan jelas terpampang di sana. Aku bisa mendengar tawa hunters menyebalkan itu karenanya.

“Kenapa kau memandangku seperti itu? Kita harus melawan!” Omelku.

Onew menelan ludahnya dan memandangku ragu. “Kau masih percaya padaku? Apapun yang akan terjadi?” Tanyanya dengan suara rendah yang mampu menghipnotisku tapi tetap terdengar penuh kecemasan. Aku mengangguk pasti.

“Siapapun diriku…?” Tanyanya lagi dan aku kembali mengangguk. Kali ini aku berinisiatif menggenggam tangannya, “Aku selalu percaya padamu, selamanya akan terus percaya padamu.”

Ia kembali menelan ludah. Sorot matanya tampak aneh. Ia berbalik menghadapi hunters yang tengah mengisi seisi gorong-gorong ini dengan suara gesekan senjata mereka. Onew menggenggam tanganku semakin erat. “Vera, terima kasih.”

“Kalian tidak bisa menyerang kami semudah itu, tuan-tuan! Kalian masih harus menghadapi pengikutku yang takkan membiarkan aku terluka di tangan kalian!” Tukas Onew nyaring, seperti anjing yang menyalak marah. Hunters itu tertawa, “Berarti kau mengakui semuanya, iblis?” Ejek mereka.

“Aku mengakui akhir hidup kalian,” gumam Onew dingin dan suaranya langsung memenuhi seisi gorong-gorong. Bisa kurasakan atmosfer dingin yang tercipta olehnya. Tatapan mata berbeda warna itu teramat tajam dan penuh kebencian, seakan dialah yang hendak memburu kumpulan hunters itu. Onew merapatkan dirinya padaku dan semakin erat menggenggam tanganku saat hunters sudah berlari kencang ke arah kami dengan penuh nafsu membunuh. Aku menyiapkan Kenchz di sebelah tanganku dan siap memasang kuda-kuda. Namun Onew langsung menarikku berlari sesaat setelah ia menjentikkan jarinya. Sedetik kemudian aku melihat bayangan-bayangan hitam yang mengisi ruang gorong-gorong. Penampakan bayang-bayang itu diiringi teriakan-teriakan histeris hunters tadi. Yang ada dalam pandanganku hanya tinggal cipratan-cipratan darah dan ruang belokan kiri gorong-gorong tersebut. Onew menarikku semakin erat dan berlari semakin kencang. Suara teriakan semakin keras menyanyat-nyayat. Apa yang terjadi di sana?

Ternyata tak ada hunter yang memblokade jalan keluar belokan tersebut. Desa yang cukup maju itu pun kembali terlihat jelas saat kami keluar sepenuhnya dari gorong-gorong lembab itu. Onew terus menarikku menuju hutan tanpa bicara sedikit pun. Ada apa dengannya? Keadaannya yang seperti ini justru membuatku jauh lebih takut dari pada saat melawan kawanan hunters tadi. Ada kenyataan yang hinggap di kepalaku tapi aku tidak mau mengakuinya. Tidak, pikiran itu pasti tidak benar!

Kami berhenti setelah kami sampai cukup jauh di hutan dan tak ada satupun orang yang mengikuti kami. Onew menarikku jatuh terduduk dan kami sama-sama terengah mengatur nafas. Ia menggenggam tanganku erat-erat seakan tak mau melepas tanganku selamanya sementara matanya menatapku dengan penuh kekhawatiran. Aku sendiri terbatuk-batuk karena terlalu lelah.

“Apa sekarang kau masih percaya padaku?” Tanya Onew kemudian.

“Eh?”

“Apa kau masih tidak mengerti? Setelah kejadian itu apa kau masih percaya bahwa aku bukan iblis?” Tanyanya lagi dengan nada yang ditekankan.

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti…,” tanyaku balik. Sebenarnya aku cukup mengerti tapi aku tidak mau menerimanya.

“Vera, dengarkan aku,” Onew melepas genggaman tangannya dan beralih menangkupkan wajahku dengan kedua lengannya. Matanya tampak berkaca-kaca. Jantungku berdetak amat cepat saat menanti kata-katanya. Tidak, dugaanku tidak boleh benar! Dugaanku tidak boleh nyata!

“Aku bukan keturunan iblis atau salah satu orang tuaku adalah iblis… Akulah iblis yang sebenarnya, tuan dari para iblis, LUCIFER,” ujarnya dengan kata-kata yang dibuat sejelas mungkin. Saat itu juga nafasku serasa terhenti dan mataku jauh lebih melebar. Detak jantungku pun tak normal lagi karena aku marasakan tubuhku bergetar sebagai reaksinya. Aku menggeleng pelan. Tidak, ini tidak benar… Ini hanya khayalan semata…

“Jangan berusaha menolaknya, Ver. Kumohon…,” lirih Onew. Ia menarikku semakin mendekatinya dan menempelkan keningnya ke keningku, “Maafkan kebohonganku, Ver… Aku hanya tidak ingin kau membenciku dengan mengetahui siapa aku sebenarnya…,” ucapnya dengan nada perih menyanyat hati.

“Tidak…, Onew… Kau bukan…,” elakku. Aku bisa merasakan air mata jatuh dari pelupuk mataku yang memandangnya kosong. “Kau Onew-ku… Bukan Lucifer atau siapun namanya! Kau manusia!!”

“Ver, akulah yang membunuh para hunter tadi!”

“Mereka dibunuh iblis-blis itu!!”

“Iblis-iblis itu takkan datang kalau tidak karena kupanggil!!!” Onew berujar keras setengah membentak. Tubuhku terguncang mendengar kata-katanya. Mataku perih dengan semua air mata yang keluar deras sementara lidahku kelu karena tak mampu mengucapkan apapun lagi. Ini sama sekali tidak mungkin… Onew, bagian dari jiwaku adalah Lucifer yang selama ini kutunggu-tunggu pertemuan dengannya agar aku bisa membunuhnya, Lucifer yang kuanggap tujuan akhir hidupku dan cita-cita tertinggiku adalah untuk menghabisinya, Lucifer yang ternyata mengisi separuh jiwaku dengan jiwanya..

“Vera…,” suara Onew terdengar lagi di telingaku dan saat itu aku baru sadar kalau aku sudah memeluknya erat-erat. Aku meraung keras, tidak terima dengan keenyataan yang ada, tidak terima dengan nasib dan takdirku…

“Vera…,” Onew membelai rambutku dengan teramat lembut dan menyebut namaku dengan penuh cinta. Tangisku semakin kuat dan tubuhku semakin bergetar dalam pelukannya. Ia melepas pelukan kami perlahan dan membimbing tanganku untuk kembali memegang Kenchz. Aku menghentikan tangisku dan bingung dengan apa yang dilakukannya. Matanya yang teduh tampak sayu sementara keduanya memegang erat tanganku yang sudah memegang Kenchz. Aku menatap matanya penuh tanya sementara ia mengangkat pedangku sampai di samping lehernya.

“Onew, apa yang kau lakukan…?” Tanyaku dengan suara bergetar. Ia tersenyum dengan suara hangatnya. “Kau sudah sering mengatakan keinginan terbesarmu adalah melenyapkan iblis dari muka bumi ini. Inilah saatnya, Vera. Kau bisa membunuh Lucifer dan mewujudkan keinginanmu dengan membunuhku…,” bisiknya dengan suara merdu penuh cinta yang masih mampu kudengar. Aku tertegun kaget. Ia ingin aku membunuhnya…?

“Kalau kau meembunuhku, semua iblis yang ada akan lenyap. Sekarang, wujudkalnlah cita-citamu itu…,” ujarnya lagi. Ia mulai membimbing pedangnya semakin ke bawah dan akhirnya sampai di depan dada kirinya. “Di sini. Tancapkan pedangmu tepat di sini…,” ucapnya dengan suara berbisik.

“Kau gila? Aku takkan pernah melakukannya! Takkan pernah, Onew!!! Aku percaya padamu!!!” Histerisku sambil berusaha menarik kembali pedangku. Aku tak mau ia mati, sama sekali tak mau. Tuhan boleh mengambil segalanya dariku, tapi jangan dia!

“Ver, bukankah aku pernah bercerita tentang soulmate padamu,” ujarnya dengan suara damai. Aku masih berusaha menarik pedangku darinya sambil menatap wajahnya. Air mata tak henti turun menggenangi pipiku. Ia tersenyum, senyum yang amat kusuka. “Let me tell you something, Ver…”

Ia membisikkan sesuatu dan membuatku tertegun kaget. Senyumnya semakin kembang saat ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik pedangku ke arahnya, menancapkan benda itu tepat di dada kirinya. Pikiranku yang kosong sesaat langsung kembali terisi saat sadar apa yang telah terjadi. Ia membelai wajahku dan akhirnya jatuh ke pelukanku. Aku memandang nanar tubuh yang ada dalam pelukanku itu. “Ver, It’s over now. You gotta be strong…” Dan itulah bisikan terakhirnya sebelum berubah menjadi debu yang dengan cepat dihembuskan angin.

Tidak, ini tidak nyata. Sama sekali tidak nyata. Tapi tumpukan debu di pelukanku langsung meneriakkan bahwa apa yang barusan terjadi memang suatu kenyataan. Aku masih memandang nanar tumpukan debu yang diteetesi air mataku yang mengalir deras. Ia sudah pergi. Onew-ku, bagian dari jiwaku sudah pergi… Dan bisikannya tadi langsung memenuhi otakku.

“I love you, soulmate… For now and forever…. I always be by your side”

 

Tangisku pecah semakin deras. Aku memeluk erat tumpukan debu di pangkuanku sampai akhirnya mereka terbawa habis dibawa angin. Aku ingin kembali menggapainya namun semua sia-sia. Tak ada yang bersisa padakku kecuali cuplikan-cuplikan kenangan saat kami bersama. Dadaku serasa remuk saat mengingat semuanya, baik itu pertemuan kami sampai pembicaraan kami sebelum dikejar kawanan hunters tadi.

 

“Kalau kau adalah soulmate salah satu iblis, apa kau juga akan membencinya?”

“Onew…,” isakku.

 

“Bayangkan saja jika kau adalah soulmate Lucifer. Apa kau akan tetap ingin menghabisinya?”

“Onew… Kenapa…?”

 

“Kalau memang begitu, iblis yang menjadi soulmatemu adalah iblis paling malang di dunia karena ia akan mati di tanganmu dan menerima ajalnya sepenuh hati….”

“Kenapa kau tak mengatakannya sejak awal…?”

 

“Saat iblis bersama soulmatenya, ia bahkan bisa jadi lebih lembut dari seorang malaikat. Bukankah dia memang jadi iblis paling malang?”

“Kenapa kau tak menagatakannya sejak dulu? Aku akan memilihmu tetap hidup bersamaku…. YOU’RE PART OF MY SOUL!!!!!”

****

Daddy, Mummy…

Bagaimana kabar kalian di atas sana? Apa kalian sudah beertemu dengan Onew? Dia sangat manis, bukan?

Aku baik-baik saja di sini. Tapi aku bukan lagi seorang hunter. Sejak kematian Onew, semua iblis menghilang dari muka bumi. Aku mendapatkan uang karena membunuh banyak iblis dan dianggap sudah membunuh Onew yang biasa disebut Lucifer. Setelah aku membaca buku, Lucifer adalah malaikat yang dijatuhkan Tuhan ke neraka. Bukankah itu selaras dengan warna matanya? Sayangnya, aku tidak menggunakan uang itu sama sekali. Aku memberikan semuanya pada yayasan pengasuh anak terlantar atas nama Onew, agar tak ada lagi anak yang merasakan kesulitan hidup sepertiku.

Daddy, Mummy…

Apa aku salah jika aku menginginkan Onew kembali? Aku begitu ingin dia kembali di sisiku dan menjalani hidup berdua dengannya lagi. Bukankah dia soulmateku? Tapi sepertinya Tuhan tak mau mengabulkan keinginanku yang satu ini walau sudah dua tahun aku memohonkan hal ini….

 

********

 

Aku mengarahkan anak panahku, berusaha mencari sasaran tepat untuk diburu. Aku bosan memakan hewan-hewan kecil akhir-akhir ini. Sesekali aku ingin makan daging rusa. Kalau aku beruntung mungkin aku akan menemukan seekor rusa sebagai sasaran panahku.

SREG

BRUUK

Aku jatuh terjerembab karena tersandung sesuatu. Aduh, benda besar apa yang menghalangi jalanku ini? Aku berusaha bangkit dan mendapati sebilah tangan memegang kakiku. Aku menjerit keras namun benda yang ternyata orang itu menolehkan wajahnya ke arahku. Spontan aku terpaku melihat wajahnya.

“Lapar….,” gumamnya lemah dengan suara berat yang amat kukenal. Aku jatuh terduduk melihat kenyataan yang ada di hadapanku. Semua hal tadi sudah berhasil membuatku serasa deja vu. Namun wajah itu… Wajah itu…

“Apa kau punya pisau?” Tanya orang itu lagi. Ia berusaha bangkit dan duduk di hadapanku dengan tangan yang masih menggenggam pergelangan kakiku. Tanpa banyak berkata-kata, aku menyerahkan pisau yang selalu tersedia di sakuku. Dia tersenyum lebar, senyum manis yang membuat matanya hampir tertutup pipi putihnya. Tanpa kusadari pisau yang tadi digenggamnya sudah melayang cepat ke kiri dan tertancap setelah mengenai sasarannya. Aku menoleh dan semakin teerbelalak saat melihat korban yang terkena pisau itu, seekor rusa. Aku kembali menoleh ke arahnya dengan mata membulat dan mulut menganga lebar.

“Sebenarnya aku sedang ingin makan roti. Tapi makan rusa bakar bersamamu tampaknya nikmat juga,” ujarnya dengan senyum ceria yang terpatri di bibir tebal dan mata cokelatnya. Ya, cokelat. Bukan marah-biru seperti sosok familiar yang pernah bersamaku dua tahun lalu.  Rupa mereka sangat mirip, dengan stelan pakaian yang sama dengan saat aku bertemu Onew untuk pertama kalinya dulu. Senyuman yang sama, suara yang sama…apa mungkin ada kebetulan sehebat ini.

“Hey, namaku Jinki. Siapa namamu?” Tanya lelaki yang ada di hadapanku itu. Aku mengerjap beberapa kali sebelum mengerti bahasa manusia yang ddigunakannya. Aku terlalu bersemangat dengan apa yang ada di depanku sampai aku kecewa senndiri karena mendapati satu lagi perbedaan di antara mereka. Aku memandang tangannya yang masih terulur padaku. Tangan yang sama juga…

“Aku…aku Vera Zoldieck…”

“Well, Vera, karena aku yang membidik rusa itu, bolehkah aku menikmatinya di tempatmu. Sebenarnya sudah beberapa hari aku tidak makan karena aku ingin sekali makan roti dan bosan makan daging,” celotehnya panjang lebar. Oh Tuhan, ini terlalu banyak untuk kuterima sendirian, terlalu tidak bisa dipercaya… Apa lagi yang kau rencanakan padaku?

“Tentu saja, One..-maksudku Jinki. Apa kau sendirian? Kau bisa tinggal bersamaku jika kau mau…,” tawarku sambil tersenyum lembut ke arahnya. Ia membulatkan mata sipitnya dengan tidak percaya, “Benarkah? Oh, tentu saja aku mau! Terima kasih. Tunggu, apa kau beenar-benar percaya padaku kalau aku bukan orang jahat?” Tanyanya masih tidak percaya. Pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu berhasil membuatku semakin merindukan Onew…

“Tentu. Kenapa aku harus tidak mempercayaimu? Tak ada alasan bagiku untuk tidak mempercayaimu…,” jawabku, untuk selamanya, Onew. Untuk selamanya.

“Baiklah, terima kasih, Vera.”

Tuhan masih menyayangiku. Ia mengirimkanku sosok Onew-ku kembali walau mungkin aku tak mendapatkan jiwanya lagi. Mungkin saat itu aku terjebak dalam permainan iblisnya yang tak ingin agar aku tahu siapa dia sebenarnya. Mungkin saja saat ini pun aku masih terperangkap permainan iblis yang lain, yang mempertemukan kembali aku dengan sosok sempurnanya. Tapi aku tidak peduli, tidak lagi peduli. Rasa senang dan bahagia meluap-luap dalam dadaku saat aku memandang sepasang mata cokelatnya yang entah sejak detik keberapa pertemuan kami mulai kusukai. Aku mendapatkan sosok Onew-ku lagi…

Bisikan Onew sebelum menancapkan pedangku di dadanya kembali terngiang di telingaku dan membuatku tersenyum lebar. Ya, Onew, aku percaya padamu. Dan aku juga…mencintaimu.

“I love you, soulmate… For now and forever…. I always be by your side”

 

—-FIN—-

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

52 thoughts on “Devil’s Game [3.3]”

  1. wow wow wow !!!
    ini ff hebat banget,sempet aku ngira ini nggak happy ending.,ternyata happy ending juga…
    neomu neomu joha.!!
    tapi udah selesee.. TT.TT

    1. yah, ini antara happy end ama sad end juga, sih…. apa gadak yang mempertanyakan kenapa bisa ada Jinki d akhir cerita?? *kan onew-ny dah mati, gt….*

  2. yahhh FIN
    #gak ikhlas
    .
    Thor gak tau kenapa air mataku ko jatuh ya #plakk
    .
    Sedih banget waktu Onew namcepin (?) pedangnya Vera ke dada kirinya.. TT___TT
    .
    Nice ff !
    Di tunggu karya lainnya Thor.

    1. air matanya jatuh? waduuuh, sini biar author tampung…

      yah, mending nangis aja, sih waktu selesai bacany…. tmen author sempet ada yang ngamuk gara2 baca endnya…*curcol*

      gomawo, nanti author kirim yg lain, d….^^

  3. HAAAAAA…
    eonni…ayo tnggung jwb..ak udh ngabisin 1 kontak tisu krn crt buatanmu ini..
    *author: knp jd ak yg hrs tggung jwb?*

    tp eonni..
    utk smua is DAEBAK bgt..

    Dea tggu crt yg lainnya y ,,eonni..
    hehehe^^

    1. waduh, gmn tanggung jawabny? beli tissue baru?
      hehehe…. berarti saia berhasil menciptakan efek sedihny, niiih? author seneng banget….

      gomawo dah baca n komen…. nnt saia kirim cerita yg lain, d…..

  4. udah 3x komen tapi ketelen smua .___.

    part ini beneran daebak!!!
    omo~~ aku nggak ngira endingnya sebegini… asyik!
    dan gak nyangka juga biola si henry punya kekuatan magis kyak gitu..
    dan..dan..aku kira si onew malah sejahat si key..trnyata..lembut bangeet…ya ampuun.. :”)

    ayo2 eonn! bikin ff lagi yaa!!!
    gaya ceritanya bagus loh! kudu bikin cerita lainnya, genre yg berbeda boleh juga.. dan castnya klo bisa ada taeminnya ya #gubrak

    1. komenny ketelen? kok bisa??

      si onew ga jahat, koook…. dia sayang banget ama Vera. liat aja pengorbanannya *mewek kalo jadi Vera*

      gomawo dah baca n setia komen…*author terharu banget*
      hehehe… Taemin agak susah buat dijadiin cast, soalny di otak author, image Taeminie oppa itu imut melulu…. tapi nnt author buat, d…

  5. setiap partnya aku ngomen tebakanku bener Onew adalah Lucifer tapi sayang dia mati. huaaa.. aku ngerasa seperti nonton film, kalau dibuatkan filmnya pasti keren deh..

    oh iya Vera nemuin Jinki dengan kejadian yang sama saat dia bertemu Onew. sweet neomu joha

    FFnya Daebak banget sayang udah end. ya udah deh di tunggu karya lainnya

  6. Authoooor T^T ga rela ff ini abis. keren banget thor. apalagi yang bagian endingnya. ternyata tebakanku di chapter sebelumnya bener 🙂 Onew itu lucifer dan Vera soulmatenya. tapi aku setuju, kok. mereka serasi kkk~ (?)

    Suka banget sama ff ini. Aku nunggu karya-karya author Bella Jo lainnya 😀 Keep writing, ya Thor ^^

    1. gak rela? kalo kepanjangan nanti ceritanya jadi gak asyik lagi….

      ending memang sengaja dibuat gitu biar mengharu biru… *halah, bahasanya*

      makasih banyak udah mau baca n komen terus…. keep comment juga, y! hehehehe

  7. udah end nih
    en hepi ending
    seneng nyaaaaaa bisa lihat senyuman Onew + Jinki
    aku jd pengen lihat senyuman Onew nih
    ngiri ma si Vera

    en ceritanya keren
    Gomawo author

  8. *Kasih kalung bunga buat Author* *tebar cipokan gratis*

    Selamat~! Anda adalah Author yang berhasil membuat pembaca yang unyoeh dan kece bernama Tazkia Astrina menangis! Anda berhak mendapatkan cek sebesar- #plak.

    Maap, OOC.__. . Oh iya, aku mau minta maaf nggak comment di part 2nya, karena udah ada part 3, aku langsung ke part 3nya aja-_-.

    *nyalaiin toa*

    AAH~ OCWEEET, DAEBAK, JJANG, NEOMU JOHAEYO!

    *matiin toa*

    Ok, keep writing thor xD

    1. Wah, author dapet reader narsis, niiih… *buka payung hindsari tebaran cipok*

      Syukur deh reader nangis *heh lho?* karena itu tujuan author… Hohoho… Syukur juga reader suka…

      *author nari2 tebar kembang tujuh rupa*

  9. ah ..ternyata tebakanku yg ke 2 benar,kalau onew itu lucifer.
    Thor knp onew harus mati seperti it??aq nangis nih jadinya,gak rela onew mati..hiks..hiks..T.T
    Tp untunglah ada jinki..hehehe*senyum2 gaje*
    Nice FF thor.Buat ff fantasy yg seru lg ya thor *kedip2 masang puppy eyes*

    1. Yah, emg mudah banget nebak kl Onew itu Lucifer, tapi ga ada yang nyangka dia mati kan? Kan? Kan? #plaaak

      Masa nangisnya cuma Onew mati? Key mati g nangis? #biasKeyModeOn

      Iya, author udah ngirim ff fantasy lain k SF3SI… Tunggu aja terbitnya. Hohohoho…

  10. Udah ketebak klo lucifernya onew
    Tapi gak nyangka part 3 bikin nyesek kayak gini 😦
    Sampe nangis bacanya.
    Keren..emosinya dpett

  11. Keren x thor.. 😀
    feel’a daleeem x..
    Pdahal udah jelas lucifer itu onew, tp tetep aja gk bsa d trima kyk gtu aja.. 😦

  12. wahhhh this is really realy wanjeonhan…
    bayangin klo nie FF d’jadii flm segini ja uda krasa bgt nyata’ea walau dgn imajinasi” cndrie pha agie d’jadiin flm lengkap sma efek’ea uda pazti bkln mndunia… daebak!!! d’tunggu karnya yg lain yach… fighting!!! 🙂

  13. keren bgt ni ff fantasinya
    jdi kebayang gmn visual ceritanya
    aku suka bgt karakter onew dsni, kerenn tp ttp lucu/sangtae
    seneng gw akhirnya happy end,
    pdhal q kira sad ending stlah onew tu meninggal
    nice ff, d tunggu karya slanjutnya

  14. Wah!!! sumpah ini KEREN banget!!!
    I lost my words buat mendeskripsikan seberapa kerennya ff in.
    Ah! baru inget tentang penjelasan di part awal, soal Liana yang bisa hidup lagi. Karena sebagian jiwanya ada di Keyx maka, raganya terisi lagi meskipun bukan jiwa Liana yg sebenarnya. Begitu juga Onew yang kembali hidup karena sebagian jiwanya masih hidup bersama Vera. Meskipun itu bkan jiwa Onew yang seorang Lucifer.
    Perkiraanku di part sebelumnya meleset! .hha.

    Jinjja! dari bagian Onew mati sampe part akhir bikin aku nangis bombay ga berhenti2. *lebaii*
    Suka banget sma karakter Lucifer yang bner2 ga berdaya di hadapan soulmate-nya.

    Oh ya, ada beberapa typo sepertinya. Tpi ak g terlalu terganggu sih soalnya udh terlanjur into the story.kekek.

    oKEY, I’ve to confess that from now on, FF ini jdi salah satu FF favoritku!!!
    Feel-nya dapet bgt dan ah! aku speechless. Daebak b^^d
    aku nunggu karya-mu yang lainnya ya, Salsa. Fighting ^^9

    Oh ya, ada satu pertanyaan nih. Penasaran sama gmna iblis memilih soulmate-nya.hha. Kepikiran ajh sih ini, bgus2 ada jawabannya. 😀

    1. hihihi… komen eonni panjang and daebak banget!!
      sebenernya Liana mm hidup lagi krn dia share jiwa ama Keyx, itupun karena mrk uda ngelakuin satu ritual yg mengikat jiwa mereka jadi satu. nah, untuk Onew n Vera ceritanya beda… Onew bner2 mati krn gak ngeshare jiwa sama Vera, alias blm ngelakuin ritual itu…. kl smpt ngelakuin ritual itu, pasti ketahuan dong kl Onew tuh Lucifer n iblis2 lain gak bakal mati walau Onew ttp hidup dgn separuh jiwa yg share bareng Vera.

      hihi…. pertanyaan eonni ini… aku juga bingung harus jawab gmn…. kalo menurut imajinasi author sih, semua berjalan sesuai takdir aja… tapi iblis2 itu bisa merasakan siapa soulmatenya saat berada di dekatnya atau saat bertemu dengannya gituuu…. pokok’e para iblis KO deh kl dket2 soulmateny… hehe…

      author tersanjung banget kl ini jadi FF kesukaan eonni…

      Dazzling autumn ama Archagel juga FF favoritku… ide ceritanya bagus banget, sihhh….

      keep writing juga, y, eonn!!

      *muach muach*

      1. abisan aku suka sih sma FFnya, jdi g kerasa komennya udh kya kereta api.hha.

        Ah! bgtu, tapi syang ga dijelasin yh diceritanya?
        kl gtu berarti Jinki yang ketemu Vera di akhir cerita itu bkan Onew dong? cma org yg mirip ajh. Yah, pdahal ak ngiranya itu Onew yang hdup lagi karna share jiwa sma Vera, tpi karna jiwa iblisnya udh mati jadinya Onew bkan Lucifer lgi.kekek.

        Jdi pokonya iblis bsa nerawang ajh yh siapa soulmate-nya? .kekek. Nah, ak jdi ada prtnyaan lgi nih Bela. klo gtu, past scene awal yg Vera ketemu Onew itu, si Onew emg akal2an alias pura2 terluka sbagai pembuka jlan ktmu & breng sma Vera. bner gtu g? .hhe.

        Wah, gomawo jg nih suka sma Dazzling Autumn sma Archangel.kekek. 😀
        Sama2, bela. Keep on writing jg yaa ^^9

        Duh, komenku kepanjangan lagi nih.kekek. -_-a

        1. Hihihi… Iya, itu cuma akal2an Onew aja supaya bisa ktemu sama Vera. Kl dilihat dr kondisinya, ancaman terbesar bagi One kan orang tua Vera yg hunter, dan pasti orang tua Vera tau kalau dia juga iblis. Nah, krn ayah Vera dah meninggal, tentu ada celah gt… Lagi pula lbh afdol kl ketemu soulmate d saat dewasa, kn? #Aseeek

  15. tuh kan tuh kan! aq bisa nebak dr awal.kl onew itu lucifer. tp sempet bingung waktu key gk tkut sama sekali ama onew. padahal onewkan bosnya. ya ampun bos para iblis ternyata namja seunyu dia jg bakal gk ada yg percaya kekeke

    aq suka ngebayangin mata onew yg biru ama merah. ohh pasti kece bgt! dan henry kau keren disini!! cuma dengan melodi bisa jd senjatanya. tpi ini endingnya happy atau sedih?
    kan yg ada bkn onew tp jinki. walau mukanya sama tp jiwanya kan beda. jinki bkn onew kan? huwaa sayang cuma sampai 3 chap, aq mau lebihhh 😦

  16. Yah abis yaampun, suka sama cahpter ini. Henry cool, kece, haha. Mendadak jadi pengen demngerin Hnery main biola :3
    Pas part Onew mati itu feelnya dapet, ngerasain banget gimana rasanya kehilangan, yaampun pasti sakit banget ya. *mendadakmelow*
    Btw, kalo semua iblis lenyap Henry ikutan lenyap juga dong? 😮

  17. Tuh kan bener, si lucifer nya Onew…
    Huwaaaa onew nya meninggal,tp ad reinkarnsi(?) nya.. Bsa d blang happy end jg..
    Author daebak,,
    feel ffny dpt…

  18. Sumpah…ini keren banget…
    DAEBAK *****
    N yang paling…paling keren itu bag onew mati….*plakkk

    Entah knp biar unyu gitu…klo ngebayangin onyu jd devil, lucifer , berasa cocok banget…

    Bella…terus bkarya yaaaa….
    Keep writing^^

    ~sorry, komen nya cm d part ini…mklum baca nya ngrapel..hehehe 🙂

  19. Huaaa 😥 abang onew kenapa mati ?? Aku rela kok kalo abang onew jadi soulmateku walau abang onew lucifer *mendadak digorok Mvp

    Aa!! Author daebaakk!! Aku sampai menitikkan air mata *nana lebe -_-, well FF terkeren yang kubaca !! Author !! Keep writing!!

  20. huweeeee TT,TT uda selesi ini crita nya?!?!? daebaak ff nyaa :””
    gak percaya dee onew bisa matii u,u
    tapi daebaaaaak mumumumuu :*

  21. nah! bener kan onew itu lucifer…. aduuuh apa yg terjadi kalo lucifer sang pemimpin para iblis itu seunyu bang onew? huaaaaaa tapi msh ga rela aja gitu dia mati 😥
    daebak~!! ffnya daebak lah, tapi msh rada bingung juga, kalo onew emang lucifer knp keyx kayaknya pede banget alias ga takut sama sekali waktu ketemu bosnya? 🙄
    but overall ffnya kereeeeen-!! ^^b

  22. Bener kn dugaan ku kalo onew lucifernya. Huwaaa nyesek pz awal pertemuan vera-jinki seolah flashback pertemuan vera-onew. Daebakkk pokoknya

  23. Daebak !!! kyaaa Mianhaeyo baru komen^^.
    Oh author.. kau membuatku terpana loll
    Onew ❤ Qku seneng bgt bacanya!
    Tetap semangat untuk membuat ff yg dpt membuat orang lain yg melihatnya senang ya thor ~~~

  24. akhirnya baca ni ff juga, XDDD setelah baca yang butterfly…

    sebenernya si vera itu dodol, udah dari awal dikasih tau sama Key, tapi masih aja ga mau denger… duhh berasa jadi liana deh, nih key aku kasih nyawaku yang satu lagi.. *kayak kucing

    lanjut lagi donk, skarang partnya jongi n minho.. nyahaahahah

  25. Keren… Jinki, si iblis berhati lembut…
    Akhirnya berkorban jg demi cinta…
    romantisnya…
    Akhir ceritanya dikemas secara apik…
    Eonni rada kurang puas bacanya, karena cuma nyampe par3

    Oya, bagian kisah Jinki, Key dan taemin udah dipublikasiin
    sekarang giliran Minho ama Jong kan?
    Tak tungguin ya, karya2mu yg laen…

  26. Ada senengnya, tapi agak kecewa sih, author, pas aku baca ff ini. Hmm.. gimana ya? I always love a science fantasy or an adventure kind of fanfic yang cenderung…STRONG. Jujur aku suka part pertamanya, tapi pas ending, i found it a little bit…cheesy, instead. Itu yang buat aku gak baca full di part ke-3 ini. Not that kind of sci-fic that i always imagine.

    Gitu aja sih sebenernya. Aku harap aku komen disini gak malah buat Author-nim jadi down, karena jujur, aku suka idenya. I was so intrigued at first, sumpah!

    Aku sebelumnya belum pernah baca Indonesian fanfic. Bukan malas, tapi kadang aku masih harus cari beberapa arti kata Bahasa Indonesia yang sulit karena kurang lancar juga. Oh, dan aku baru suka Shinee di tahun 2013 (dan yah, maaf. Memang sangat telat), dan baru baca Indonesian fanfic, terhitung, sejak 1 minggu yang lalu. *curhat*

    But i have adored your story(es) already, so it’s like a big deal to me.

  27. Gila!!
    Nyesek bngt pas si onew nya mati…
    Huuawaa… Dari 2012 ff ini ada, aku baru bacanya sekarang?
    *kemana aja lu?*
    ya sudahlah, keep writting for author!!

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s