Title : Nado Saranghaeyo
Author : Keyminki
Main Cast : Kim Kibum; Jung Sooyeon
Support Cast : Choi Minho; Krystal Jung; Lee Taemin
Genre : Sad Romance
Type/length : Oneshoot
Rating : PG
A.N : RCL ya jangan lupa. Aku harap gak mengecewakan. Happy Reading, Readers!
*****
Jum’at, 14 September 2012
Daegu Hospital, 10.00 KST
Lelaki itu membolak-balik beberapa lembar kertas di tangannya. Membaca dengan teliti tulisannya. Ia menghelai nafas berat. Satu nama yang kini sudah terbaca di otaknya sesaat setelah dia melihat lembaran-lembaran tersebut.
Dia mengabaikan sapaan dari beberapa orang yang berlalu lalang. Fikirannya terfokus pada satu orang saat ini. bahkan secara tak sengaja, kaki panjangnya tersengkat kakinya sendiri walau tak sampai terjatuh.
Pintu terbuka. Seorang lelaki terbaring di atas sana. Memandang sendu ke sebuah foto yang selalu digenggamnya. Lelaki dengan setelan kemeja biru muda berbalutkan jas putih dokter itu juga menatapnya sendu.
“Kibum..” panggilanya tapi terdengar sebagai lirihan. Kibum menoleh. Tatapan sendunya kini berubah dengan tatapan teduh miliknya. Perlahan sudut bibirnya pun terangkat dan dengan pelan tangannya memindahkan foto itu ke dalam laci meja.
“Minho, ada apa?” tanyanya kemudian.
Minho berjalan mendekat kearah Kibum. Tatapan matanya sulit diarikan bagi Kibum. Ia memberikan kertas yang sedari tadi dia genggam dengan erat pada Kibum. Tak disangka, bukannya menerima, Kibum justru kembali menatap jendela.
“Arraseo..” ujarnya tanpa melihat isi kertas tersebut.
“Kau harus melihatnya,” pinta Minho halus.
“Tak perlu lagi aku melihatnya. Aku percaya padamu Minho-ya,” jawabnya santai. Perlahan mata kucingnya mengeluarkan setetes air. Lambat laun, tetesan itu menjadi beberapa tetes lagi membentuk sebuah aliran.
“Maafkan aku Kibum-ah,” lirihnya sambil menengadahkan kepalanya. Menahan air matanya agar tak ikut turun dari matanya yang bulat.
“Kau tak salah. Ini permainan takdir Minho-ya,” jawabnya lagi. “Tuhan mempermainkan nyawaku”
“Kumohon jangan bicara begitu. Kau pasti akan sembuh,” yakin Minho.
“Ya, aku pasti sembuh…”
“Jika kertas tersebut tidak menyebutkan aku stadium akhir,” lanjutnya lagi dengan suara bergetar.
Minho menggenggam erat tangan sahabatnya itu. baginya, ingin sekali dia meminta rasa sakit yang Kibum rasakan setiap hari. Pada akhirnya, ia hanya bisa berdoa agar Kibum mampu betahan dari perkiraannya.
*****
“Apa-apaan mereka! Mengapa mereka mengirimku kesini! mereka kan tahu jika aku ini artis yang sedang naik daun?! Menyebalkan sekali,” runtuk Sooyeon saat sampai di sebuah rumah sakit yang menurutnya sangat tak layak karena berada di perdesaan.
“Sudahlah Eonni. Ini juga demi kebaikanmu. Kata mereka, jika kau dipindahkan kesini, tak akan ada orang yang tahu jika kau sakit. Ini hanya untuk sementara,” ujar adiknya, Jung Soojung sambil mendorong kursi roda kakaknya perlahan.
“Tapi, krys…”
“Sudahlah Eonni. Kau ini berisik sekali. Lihat! Mereka sama sekali tidak memperdulikan keberadaanmu ‘kan?” potong Krystal—nama panggilannya—sambil menunjuk beberapa orang yang berlalu lalang tanpa menghiraukan keberadaan seorang artis terkenal. “Kajja!”
Setelah Krystal mengurus beberapa kertas administrasi, Krystal segera membawa kakaknya ke tempat perawatan. Setelah sebelumnya, Sooyeon di periksa oleh seorang dokter.
Krystal membuka pintu yang bertuliskan angka 103. Terlihatlah sebuah ruangan sederhana berisikan satu tempat tidur pasien dan sebuah sofa yang berada di pojok ruangan. Tak lupa ada sebuah bupet kecil.
“Sederhana sekali,” komen Sooyeon begitu tiba di ruangan yang akan menjadi miliknya untuk sementara waktu.
Krystal membantu kakaknya untuk naik ke atas tempat tidur. Krystal dengan cekatan menata barang bawaannya dan kakaknya pada bupet kecil agar terlihat rapi. Sedangkan Sooyeon masih asik melihat isi ruangannya yang sangat sederhana.
“Kau tak salah pilih kamar kan, Krys?”
“Ani. Ini kamar 103 di lantai dua. Ruang VIP,” ujarnya sambil menepuk-nepukan tangannya setelah selesai berbebenah.
“Ruang VIP nya begini? Bagaimana ruang kelas 3 nya?” iba Sooyeon.
“Eonni berisik sekali!” komen Krystal atas kecerewetan kakaknya. “Eonni, aku kebawah dulu. Mau cari makanan. Eonni tunggu di sini. Jangan kemana-mana”
“Ehmm,” gumam Sooyeon. “Jangan lama-lama!”
Krystal mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan. Sooyeon membaringkan tubuhnya perlahan ka tempat tidurnya. Perut sebelah kanannya masih terasa perih karena mag yang dideritanya cukup parah. Sooyeon kembali melihat sekelilingnya. Walaupun terlihat sangat sederhana, tapi tempat itu rapi dan bersih. Mungkin aku akan betah, pikirnya.
*****
Jum’at, 21 September 2012
Daegu Hospital, 10.00 KST
Sambil berjalan, Krystal melihat camilan-camilan yang berada di kantong belanjaannya. Setidaknya camilan-camilan tersebut cukup untuk membuat dirinya tidak kelaparan nanti malam.
“Krystal-ssi.”
Krystal menoleh saat telinganya mendengar namanya sendiri. “Oh??”
“Aku Lee Taemin. Aku ingin menyerahkan hasil lab yang tadi dilakukan,” ujarnya sambil menyerahkan beberapa lembar kertas. Krystal melihat kertas tersebut dengan teliti.
“Ne Songsaenim. Gomawo. Eoh? Itu kertas apa Songsaenim?” tanya Krystal saat melihat ada kertas lain yang berada di genggaman Taemin.
“Ini kertas hasil lab pasien lain. Yasudah kalau begitu. Aku duluan Krystal-ssi.” Taemin meninggalkan Krystal dengan langkah tergesa-gesa. Krystal sedikit bingung dengan sikap dokter itu. Terlihat panik mungkin. Sampai pada akhirnya Taemin masuk ke ruangan sebelah kakakknya, 102.
“Aku pikir, ruang 102 tidak ada pasiennya,” gumam Krystal.
*****
“Minho Hyung!” panggil Taemin saat pintu baru saja terbuka.
“Ada apa, Taemin-ah? Tunggu! Apa kau melihat Kibum? Dia tidak ada di ruangan,” tanyannya.
“Oh tidak,” desah Taemin. Wajah Taemin kemudian terlihat pucat. Seperti punya firasat akan ada yang tidak beres.
“Waegurae, Taemin-ah?!” tanya Minho mulai panik.
“Kibum Hyung… keadaannya..” ujarnya terbata-bata. Minho menarik kertas yang berada di genggaman Taemin dengan kasar. Membacanya dengan cepat tapi mudah untuk dia pahami.
Minho memijit keningnya. Ini tak seperti yang dia harapkan. Keadaan Kibum benar-benar semakin memburuk. Di tambah lagi saat ini, Kibum tidak ada di ruangannya. “Taemin-ah, cari Kibum di lantai bawah, aku akan mencarinya di lantai atas. Kita harus menemukannya secepat mungkin!” Taemin mengangguk tanda mengerti dan bergegas mencari Kibum.
Sebelum mengikuti Taemin mencari Kibum, tak terasa setetes air keluar dari pelupuk matanya. Tak pernah terpikirkan olehnya Kibum yang selalu tertawa dan selalu membuat dirinya tidak merasa jenuh kini bagaikan mayat hidup yang terus dipaksa. Ia sangat tahu Kibum sangat tidak suka dipaksa. Tapi apa daya dirinya tak bisa melakukan apa-apa lagi.
Dengan cepat, Minho menghapus kenangannya bersama kibum beserta air matanya yang keluar tadi. Yang harus dia lakukan saat ini adalah mencari Kibum.
*****
Sooyeon mengangguk-anggukan kepalanya sambil jarinya tak berhenti mengetuk-ngetuk kursi panjang yang saat ini dia duduki. Matanya terpejam menikmati suara campuran alat musik dan seorang penyanyi yang saling beradu menghasilkan sebuah lagu yang baginya indah. Sooyeon menguap. Dia mulai mengantuk di tempat senyaman ini.
Tetapi, mata Sooyeon menangkap gesture tubuh seseorang yang sangat dia pahami. Matanya mengerjap-ngerjap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Walaupun dari belakang, Sooyeon sangat yakin dengan orang yang dia lihat saat ini. Sooyeon melepaskan headsetnya yang tadi terus bergantung di telingannya. Memperhatikan Namja putih yang kini terlihat kurus berdiri membelakanginya.
Merasa diperhatikan, Namja itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi tak dilihatnya seorang pun yang ada disana. Beruntug sekali Sooyeon, mendapat tempat untuk memperhatikan namjanya—yang sudah sangat dia yakini—dimana dia tidak harus repot-repot untuk bersembunyi.
“Kibum-ah..” lirih Sooyeon menatap Namjanya yang kini sedang tertunduk. Mata Sooyeon berkaca-kaca melihat Kibum yang kini juga ikut menurunkan air matanya. “Mengapa kau menangis?”
Sooyeon berdiri dengan kaki bergetar. Semua tubuhnya bergetar. Seperti tidak ada daya baginya untuk berkata-kata lagi. Tapi dia sangat merindukan namjanya. Ingin dia memeluk namjanya dari belakang dan mengatakan “uljimara..~” seperti yang selalu dilakukannya dulu.
Tanpa sadar, matanya mulai basah dengan air mata. Suara isakkan pun tak terelakkan. Kibum yang merasa mendengar isakkan tersebut menoleh kebelakang dan mendapati Sooyeon yang sedang menangis sambil terisak.
“Sooyeon?!” ucap Kibum kaget saat di dapatinya orang yang pernah dia sayang—sampai saat ini—berada dihadapannya dengan keadaan yang buruk. Matanya berkaca-kaca dan merah, hidungnya merah, wajahnya juga penuh dengan air mata.
Matanya terus mengerjap tanda tak percaya dengan apa yang dia lihat. Ditambah lagi, saat Sooyeon dengan tiba-tiba memeluk erat tubuh Kibum seolah tak ingin dilepaskan lagi.
“Ini aku. Jung Sooyeon… hiks hiks hiks..” kata Sooyeon masih menangis dalam pelukan Kibum.
Kibum kembali menitihkan air mata. Tak disangka-sangka dia bisa bertemu lagi dengan “mantan” kekasihnya yang masih dia cintai. Tak berapa lama kemudian, tangannya terangkat untuk membalas pelukan kerinduan dari Sooyeon. Sekarang Kibum sadar, jika tadi dia bermimpi melihat Sooyeon hingga membuatnya menangis. Tapi sekarang, Sooyeon ada di pelukannya. Sooyeon yang nyata.
Setelah beberapa menit kemudian, Sooyeon melepas pelukannya dari Kibum. Masih terdengar isakkan di telinga Kibum. Sooyeon menghapus air matanya dengan kasar menatap Kibum dengan padangang tak suka ala anak kecil.
Bukannya takut, Kibum justru tersenyum hangat melihat Sooyeon seperti itu. membuat debaran di jantung Sooyeon semakin keras saat mata Sooyeon melihat mata teduh milik Kibum.
“Kau kemana? Kenapa tak memberi kabar padaku? Apa yang kau lakukan hingga meninggalkanku selama itu? Dan… apa yang kau lakukan disini? Dengan pakaian rumah sakit pula? Ada apa denganmu?” tanya Sooyeon bertubi-tubi.
“Mianhae…”
“Setelah 1 tahun kau meninggalkanku, kau bilang ‘Mianhae’? Apa maksudmu, Kim Kibum?!” Sooyeon kembali menangis. Semua rasa bercampur aduk dalam hatinya. Rasa senang, marah, rindu, iba, dan lainnya bercampur jadi satu. Membuatnya bingung harus mengeluarkan ekspresi apa dulu.
Kibum memeluk Sooyeon lagi. Dia tahu dia salah. salah telah meninggalkan Sooyeon tanpa memberi tahu dia kemana. Dia tak pernah bisa berbohong pada Sooyeon. Itu sebabnya dia tidak ingin membicarakan apa yang dia hadapi satu tahun ini.
“Kau jahat, Kim Kibum,” rancau Sooyeon. Matanya kembali mengeluarkan bulir-bulir air mata. Kibum mengecup pucuk kepala Sooyeon. Mencoba untuk memberikan ketenangan pada Sooyeon sekaligus sebagai tanda jika kibum tidak hanya peduli pada Sooyeon, dia juga masih menyayangi Sooyeon.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata melihat mereka dari kejauhan sambil tersenyum hangat. Sama seperti Kibum, awalnya “dia” tidak percaya dengan apa yang dia lihat antara Kibum dengan Sooyeon. Tapi saat melihat semuanya, Minho—dia—yakin jika yang dilakukan Kibum sekarang karena Kibum rindu dengan mantan kekasih terindahnya, Jung Sooyeon.
*****
Daegu Hospital, 20.00 KST
“Buka mulutmu, Kim kibum.. aaa…~” ujar Sooyeon saat berada di bangsal milik Kibum yang tepat di sampingnya.
Kibum menghentikan gerakan tangan Sooyeon dengan merentangkan 5 jarinya ke depan sendok yang hendak ingin menyuapinya. “Sudahlah, Noona. Aku sudah kenyang”
Sooyeon memukul perut Kibum pelan. Wajahnya menjadi sangar saat mendengar Kibum memanggilnya dengan sebutan ‘Noona’. Kibum pun hanya terkekeh geli melihat tingkah Sooyeon.
Sooyeon menaruh semangkuk bubur yang kini tinggal setengahnya keatas nakas. Pandangannya kini beralih pada Kibum yang juga sedang menatapnya. “Jadi, bagaimana tinggal selama 1 tahun di bangsal yang mengerikan ini?”
“Ini tidak mengerikan, Sooyeon-ah. Hanya sedikit membosankan,” ralat Kibum.
“Tsk! Sama saja. Sebenarnya apa penyakitmu? Mengapa harus sampai dirawat selama 1 tahun? Apa sangat parah?” tanya Sooyeon bertubi-tubi.
“Ck! Apa kau tidak bisa bertanya satu per satu? Kau membuatku pusing mau jawab yang mana,” tutur kibum. “Penyakitku kanker otak stadium akhir, itulah sebabnya aku dirawat disini selama 1 tahun, parah? Tentu saja.”
Setelahnya hening. Kibum hampir saja tertawa melihat ekspresi datar bercampur tampang bodoh dari Sooyeon. Sedangkan Sooyeon masih berfikir bagaimana bisa lelaki dihadapannya ini berbicara seperti itu dengan tenangnya?
“Kau berbohongkan?” tanya SOoyeon tidak percaya.
“Untuk apa aku berbohong. Kau fikir jika aku dirawat disini selama satu tahun itu karena penyakit yang biasa saja. Jangan konyol, Noona!”
Sooyeon hanya diam tidak menjawab. Biasanya, jika Kibum memanggil Sooyeon dengan sebutan ‘Noona’ Sooyeon pasti akan marah. Tapi kali ini tidak. Sooyeon benar-benar diam dengan pandangan datar. Suasana akhirnya menjadi canggung satu sama lain. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
“Sooyeon-ah…”
“Nappeun…” potong Sooyeon. “Nappeun Namja-ya… huwaaaa!”
Kibum kaget saat Sooyeon menangis kencang. Dia tahu pasti akan begini reaksi Sooyeon saat dia memberi tahu bagaimana keadaannya sebenarnya. Kibum kira, selama satu tahun tidak bertemu, Sooyeon akan berubah lebih dewasa. Tapi nyatanya tidak.
“Sooyeon-ah. Uljimara, ne?” ujar Kibum sambil memeluk Sooyeon. Sooyeon justru semakin keras menangis. Kibum bingung harus melakukan apa lagi dengan teman Yeojanya yang manja ini.
Difikirannya terlintas ide gila yang sebelumnya sudah lama tidak kibum lakukan bersama Sooyeon. Kibum mengangkat kepala Sooyeon dan mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata. Menarik tengkuk Sooyeon dan menempelkan bibirnya pada bibir Sooyeon.
Sooyeon terbelalak dengan apa yang dilakukan Kibum. Bibir Kibum yang selama ini dia rindukan kini menempel di bibirnya sendiri. Bahkan sekarang, Sooyeon bisa merasakan bibir Kibum bergerak untuk melumat bibirnya.
Sooyeon menutup erat matanya. Dia percaya pada Kibum. Dia percaya jika Kibum baik-baik saja saat ini. Semua perasaannya tercurahkan pada lumatan bibirnya yang lembut dan hangat. Tak ada nafsu sedikitpun. Sampai Sooyeon sadar kalau bibir Kibum tak lagi bergerak, perlahan melepaskan tautannya, dan kemudian mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Sooyeon tersenyum. Walau dihatinya ada sedikit—atau banyak—kekhawatiran pada Kibum. Terutama pada penyakitnya. Sebelum hendak Kibum melihat wajah Sooyeon yang sudah dihiasi senyuman, matanya terpejam dan seketika tubuhnya ambruk ke dalam pelukan Sooyeon.
*****
Sabtu, 22 September 2012
Daegu Hospital 16.00 KST
Kibum duduk dibangku taman di loteng sambil menikmati udara segar disana. Senyumnya terus terukir di bibirnya. Sooyeon datang dengan langkah pelan agar tidak mudah diketahui Kibum.
“Kibummiee…~” sapa Sooyeon sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Kibum. Kibum tersenyum geli melihat kelakuan Yeojachingunya itu. Kibum melihat kearah telapak tangan Sooyeon yang menggenggam beberapa obat-obatan miliknya yang dibungkus plastic bening.
“Mengapa obat-obatku ada di kau?” tanya Kibum heran.
“Karena kau harus minum obat. Ingat! Ini waktumu untuk minum obat, Tuan Kim,” ingat Sooyeon. “Nanti, jika aku jadi istrimu, aku siap menjagamu dan merawatmu”
Kibum tersenyum pahit. Hubungannya dengan Sooyeon semakin lama semakin dekat. Kibum tak akan bisa menyangkal perasaannya pada Sooyeon, begitupun Sooyeon yang memang masih menyayangi Kibum. Tapi, firasatnya sedikit lain hari ini. Seolah dia tak ingin sedetikpun meninggalkan Sooyeon. Dia takut dia tidak akan melihat Sooyeon terakhir kalinya. Maka dari itu dia memanfaatkan seluruh waktunya hari ini bersama Sooyeon.
Sooyeon mulai memberikan beberapa tablet obat yang akan diminum Kibum. Dia meringis saat melihat ekspresi wajah Kibum saat meminum obat. Sepertinya sangat pahit obat itu, fikirnya.
“Sooyeon, bisakah kita bersama seperti ini selamanya?” tanya Kibum saat mereka sudah selesai dengan obat-obatan.
Kibum melihat matahari yang mulai tenggelam itu dengan penuh penghayatan. Lain halnya dengan Sooyeon. Dia menengadahkan kepalanya menahan sesuatu yang akan keluar dari matanya jika tidak di tahan. Apalagi saat Kibum bicara seperti itu.
“A…apa maksudm..mu?” tanya Sooyeon tergagap. “Kibummie, kau terlihat pucat. Kk—kajja! Kita kembali ke kamar.”
“Noona, kumohon, jawablah.” Pinta Kibum menarik tangannya kasar dari genggaman Sooyeon.
“Kita akan selalu bersama, Kibummie. Kau tak perlu takut akan hal itu. Kita akan menikah setelah penyakitmu sembuh. Setelah itu, kita akan membeli rumah di pedesaan seperti ini. kemudian, kita akan membuat keluarga bahagia dengan anak-anak yang lucu. Kau ingat kan dulu, kau sangat ingin kita memiliki 2 anak. Kau ingin anak pertama laki-laki, agar anak laki-laki itu bisa menjaga anak perempuan kita. Tapi sayangnya aku sangat ingin satu anak saja. Cukup anak perempuan.”
Sooyeon menyeka air matanya yang keluar dari sudut matanya dengan gusar. Sooyeon mengepalkan erat telapak tangannya yang kini di jari manisnya terlihat sebuah cincin yang baru saja diberikan Kibum. Bukan sebuah cincin berlian, tapi sebuah cincin yang terbuat dari ranting pohon lunak.
“Kau tahu cincin yang kau berikan tadi? Tak masalah jika aku harus menikah dengan cincin itu. Bahkan tak ada cincin pun aku akan tetap akan menikah denganmu. Kau pernah bilang kan jika cincin pernikahan hanyalah sebuah simbol. Pembuktiannya akan terjadi nanti setelah kita menikah”
“Gomawo, Sooyeon-ah. Jangan menangis lagi, ya?” kibum membelai wajah Sooyeon yang lagi-lagi berlinang air mata. Mata Sooyeon menangkap cairan merah yang keluar dari hidung kekasihnya.
“Kibum! Hidungmu berdarah!” ucap Sooyeon sontak kaget. Setelah mengatakan hal itu, Kibum memegang kepalanya yang terasa berputar cepat. Tubuhnya oleng untuk yang kesekian kalinya. Dan tanpa sadar, tubuhnya sudah ambruk lemas.
*****
Daegu Hospital, 23.50 KST
Sooyeon memandang sendu orang yang berada dihadapannya. Sooyeon tak menghiraukan kicauan Krystal yang menyuruhnya untuk istirahat karena kabar baiknya Sooyeon akan pulang besok. Tapi sayangnya, Sooyeon tidak bergeming. Dia tetap duduk di dekat sebuah tempat tidur di kamar nomor 102. Sampai akhirnya adiknya itu menyerah.
“Sooyeon-ah..” lirih Kibum. Akhirnya kau bangun juga!, pikir Sooyeon.
Kibum menggeser sedikit tubuhnya memberi sedikit ruang di ranjangnya yang sempit. Kibum menepuk-nepuk ranjangnya sendiri mengajak Sooyeon agar ikut naik ke ranjangnya. Sooyeon hanya bisa mengikuti permintaan kekasihnya karena tak ingin Kibum terlalu lelah hanya untuk berdebat dengannya. Dan kemudian, terlihatlah mereka berdua berbaring sambil berhadapan satu sama lain. Kibum memberikan lengannya pada Sooyeon agar menjadi bantal bagi Sooyeon.
“Malam ini, tidurlah disini. Hanya untuk hari ini. Aku tahu, kau besok akan pulang dan kembali dengan aktivitas-aktivitas yang tak terkendali itu,” ujarnya. Sooyeon mengangguk.
Mata mereka bertemu. Kibum membereskan rambut halus Yeojanya agar terselip di telinganya. “Sooyeon-ah, kau masih memakai cincin mainan itu kan?”
“Itu bukan cincin mainan, Kibummie. Kau yang memberikannya!”
“Arraseo. Tapi masih kau pakai kan?” Sooyeon mengangguk. “Kalau begitu, kau tidak punya alasan untuk menangisiku”
“Mwo? Waeyo?” Kibum kini beralih memeluk tubuh mungil Yeojanya. Jantungnya berdegup kencang. Tak pernah dia merasakan hal ini pada wanita lain sebelumnya.
“Karena dalam cincin ranting itu ada hatiku yang selalu menyertainya. Jika kau sedih kalau aku tidak ada, kau bisa pegang cincin itu seerat mungkin kemudian Wush! Kau akan merasakan jika aku akan selalu disampingmu. Makanya, jangan biarkan cincin itu rusak, arra?” sooyeon mengangguk lagi sambil menahan isakkannya.
“Pesanku padamu, Sooyeon. Buka hatimu pada orang lain. Tetapi, simpan hatiku ini di tempat paling kecil di hatimu. Setidaknya aku ingin bilang… jangan pernah untuk mencoba melupakanku.”
“Aku tak akan pernah melupakanmu..”
“Sooyeon……”
“Saengil Chukkae hamnida, Oppa”
“Gomawo. Saranghaeyo, Jung Sooyeon…”
*****
Minggu, 23 September 2012
Sooyeon menggengam erat cincin yang diberikan Kibum. Matanya juga memejam seiring dengan satu aliran air mata yang jatuh dari matanya. Tak berapa lama kemudian semilir angin hangat datang kearahnya. Ternyata kau datang, batinnya.
“Sayang ya kita tak bisa mewujudkan impian kita, Kibummie..” Sooyeon tertawa miris. “Aku benar-benar sangat menyesal. Di hari ulang tahunmu, aku tak bisa memberikan apa-apa. Padahal aku adalah Yeojachingumu. Tapi, aku hanya ingin menyatakan kata-kata yang belmu sempat ku ucapkan saat kau pergi, Kibummie…..”
“Nado saranghaeyo, Oppa…”
Kim Kibum
Born : 23.09.1991
Death : 23.09.2012
_The End_
©2011 SF3SI, Freelance Author.
Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.
This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction
Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!
huhu… T_T
sdih banget crita na.
daebak!!
huwaa..
Sedih dch..
Bagus.. Bagus..
Huuwaaa bagus banget 😥 beneran bagus bangqet 😥
sampek nangis beneran…
tokoh key nya juga gak terlalu lebay lebay romantis gitu (?) pas banget..
duuh, ini ff favorit ❤
Sedih, tapi romantis. Pertemuan di rumah sakit yang bikin nyesek.
Nice story.
Bagusss, jelas alur ceritanyaaa, huhuhuhuhuhuhu ^^b
seseek!!! ya ampuun…
gak nyangka, trnyata kibum sama sooyeon itu sepasang kekasih…hehe…
lbih sesek lagi itu pas mengenai cincin dan obrolan mereka untuk terakhir kalinya :”)
oiya, makasi ya udah ngasih peran dokter ke taemin..wkwk #abaikan
keep writing yaa!!! 😀
keren min sedih ffnya
Thor, nasib Key malang amat, penyakitan gitu 😦
thor, aku mau sdikit saran nih, jangan marah ya thor…
kan emang sering tuh ff yg ceritanya si cast utama sakit parah. Nah, ini bakal menarik kalo si penulis nyertain fakta cukup banyak tt penyakit itu, itung2 nambah pengetahuan yg baca kan, dan ff-nya kerasa lebih berbobot. Itu sih pandanganku ya… cuma masalah selera.
Trus, ada beberapa lagi:
kaki panjangnya tersengkat kakinya (tersangkut bukan maksudnya?)
Tatapan matanya sulit diarikan bagi Kibum.(mungkin maksudnya diartikan?)
“Ne Songsaenim…..” (hah, emang taemin guru ya? Dokter bukan sih?)
Udah ah thor, ga mau panjang2 lagi watir sepanjang kereta ^^
Aduuuuuhh TT_____________TT
Key matiiiii… Hari ini aku udah baca beberapa FF Key yang mati.
Tega amat kalian para author /kicked
Sabar ya Sooyeon, ditinggal Key (?)
Keke… Good luck, Keyminki ^^
Uww.. Merinding bacanya
Pas endingnya itu loh, 😦
Mungkin ada beberapa kata2 yang sulit buat dimengerti, ntah itu karna penulisannya, atau penempatan katanya 🙂
Tapi overall, it’s nice 😀 (y)
Terus berkarya ya thor, aku tunggu ff berikutnya
Critanya bgs, ttp knp harus mati? Bukannya kibummie ultah, hufff..