[FF PARTY 2012] Cor Tangite – Part 4 (END)

Cor Tangite

Author                  : dhila_kudou

Title                       : Cor Tangite (String of Heart)

Main Cast            : Lee Jinki

Support Cast      :

  • Lee Taemin as Choi Taemin
  • Kim Kibum
  • Choi Minho

Minor Cast          : Kim Jonghyun

Genre                   : Bromance, Family, Life, Sad, Angst/Hurt, Medical

Rating                   : G

Type                      : Alternative Universe (AU)

Length                  : Sequel

Summary             : “Ketika akhirnya hati kita terhubung oleh benang-benang takdir yang tak terlihat.”

Recommended Song : 1000-Years Always by Your Side – SHINee

Note                      : OP (Only Participating)

———————————————————————-

Cor Tangite

PART 4

Bond

 

Minho menggeser pintu ruangan Taemin, berjalan masuk, lalu menutupnya kembali. Taemin membalikkan badannya yang tengah berbaring untuk melihat siapa orang yang masuk ke ruangannya tersebut.

Hyung!” sapa Taemin.

“Hai Taemin, bagaimana kabarmu?” tanya Minho. Ia menarik salah satu kursi ke sisi kanan tempat tidur Taemin.

“Ah, lumayan. Eomma di mana?”

Eomma masih istirahat di rumah. Mungkin beliau kecapaian sehabis bergadang semalam,” jawab Minho sambil tersenyum ke arah Taemin. Ada arti tersirat di dalamnya. Taemin membalasnya dengan gerakan canggung. Semalam mereka bertiga menghabiskan waktu dengan bercengkrama saling kangen dan juga berbicara mengenai fakta penting yang belum mereka ketahui sebelumnya.

“Aku baru tahu kalau kakak kandung Kibum itu adalah Jinki hyung,” kata Taemin sambil memainkan botol minuman yang baru saja disodorkan Minho kepadanya. Sebotol susu pisang kesukaannya yang dibeli oleh sahabatnya beberapa menit yang lalu. Taemin tak berani membuka minuman tersebut.

Minho membuka baju hangat yang dipakainya, lalu menanggapi perkataan Taemin sambil tersenyum. “Aku juga baru tahu saat di IGD sewaktu kamu kecelakaan dulu, Taemin. Aku baru menyadarinya saat melihat tatapan Jinki kepada Kibum yang berbeda. Tatapan seorang kakak. Walau bukan kakak kandung.”

Taemin sontak terkejut, “Hah?”

“Iya. Kondisi kita dengan mereka hampir sama. Kamu bisa membayangkannya sekarang, kan?”

Taemin terdiam. Matanya tak terlepas dari botol minuman yang masih utuh di genggamannya.

“Saat Eomma memberitahukan masa lalu Eomma yang sebenarnya, aku benar-benar penasaran terhadap respon yang akan kamu keluarkan. Perihal statusku yang kini hanya sebagai pendatang dalam kehidupan kalian. Aku sering termenung memikirkan keadaan ini. Semenjak Appa meninggal, bisa dibilang hubungan di antara kita sudah terputus, bukan?”

Taemin hanya bergeming mendengar perkataan Minho. Ia berusaha mengingat jelas kilas balik hidupnya dulu.

“Aku benar-benar beruntung bisa diterima dengan hangat. Bisa mendapatkan kasih sayang seorang Ibu dan juga seorang adik. Walau kita hanya bertiga, kehidupan kita begitu bahagia, bukan?”

Taemin mengangguk kecil.

“Tadi Kibum mendengar pembicaraan kalian dari balik pintu. Awalnya dia panik dan kecewa. Setelah kuberi penjelasan, barulah ia mengerti. Aku juga memberi tahu tentang keberadaan Appa yang sebenarnya. Tak apa-apa kan?” tanya Minho.

“Kalau itu bisa membuatnya tenang dan tak salah paham, tak masalah, Hyung. Memang seharusnya aku tak boleh menutupi hal tersebut dengan teman-temanku,” balas Taemin tenang.

“Bagaimana rencanamu selanjutnya, Taemin?” tanya Minho.

Taemin bingung, “Rencana mengenai?”

“Mengenai Jinki dan keluarganya.”

Taemin menghembuskan napas berat. “Aku sekarang lebih mengkhawatirkanmu, Hyung.”

Minho menautkan kedua alisnya, “Kenapa?”

“Apa Hyung tak keberatan perhatianku selama ini kepada Hyung harus terbagi dengan Jinki Hyung?” tanya Taemin sambil memberanikan diri menatap wajah Minho.

“Tenang saja. Memang sewajarnya hubungan saudara seibu lebih dekat dengan saudara seayah, bukan?” balas Minho tenang, walau ada secercah rasa kehilangan di sana.

“Kita sudah bersama sejak 17 tahun yang lalu. Sudah banyak kebahagiaan di sana. Sudah banyak waktu yang kita habiskan bersama. Sudah banyak rahasia yang kita bagi bersama. Hyung benar-benar berterima kasih atas respon yang kamu berikan. Jadi aku tak keberatan berbagi peran dengan Jinki setelah ini. Aku akan beri ia kesempatan untuk merasakan betapa hangatnya dirimu yang sebenarnya,” ujar Minho.

“Aku tak tahu harus menjawab apa. Namun yang jelas, terima kasih, Hyung.”

Mereka berdua tersenyum. Minho mengacak rambut Taemin dengan penuh kasih sayang. Ia menikmati guratan senyum hangat Taemin yang diarahkan padanya.

Hyung senang dengan kelincimu itu. Hyung benar-benar tak menyangka kamu benar-benar serius dengan janjimu dulu.”

“Eh? Apa Hyung juga sudah membaca catatan kecil dalam boneka itu?” tanya Taemin.

“Sudah dong. Aih, kamu benar-benar tau gimana caranya buat Hyung menangis ya?”

Hyung menangis? Demi apa?” ledek Taemin bercanda.

“Gimana nggak nangis? Kamu hampir benar-benar pergi dari kehidupanku dan kamu sempat-sempatnya memberikan hadiah di saat-saat terakhirmu pada Hyung. Aku terharu…,” ujar Minho dengan ekspresi wajah berlebihan.

“Yaah, gagal sudah rencanaku.”

“Hah?”

“Boneka itu sebenarnya untuk kejutan sewaktu Hyung ulang tahun nanti. Biar efeknya lebih wah,” jawab Taemin sambil mengerucutkan bibirnya.

Minho menaikkan sebelah alisnya. “Ulang tahunku? Bentar dulu, kamu tahu sekarang tanggal berapa?” tanya Minho.

Taemin terlihat berpikir keras. Ia mencoba mencari petunjuk berupa kalender di dinding ruangan. Memang ada tertempel di sana, tapi matanya rabun untuk melihat jelas angka yang tercantum di sana.

Alhasil, Taemin hanya menggeleng polos.

“Sekarang tanggal 23 Desember, Adik manis. Sudah lewat 13 hari dari ultahku. Ah, bahkan aku baru sempat mendapatkannya dua hari yang lalu. Jadi, momennya sudah terlambat.”

Taemin mendengus kecewa. “Aku kira masih bulan November.”

“Makanya, jangan koma lama-lama,” balas Minho sambil terkekeh jahil. Taemin pun tak menerima. Ia meninju lengan Minho sekuat tenaga. Minho mengerang pelan, lalu kembali tertawa.

“Makasih ya atas hadiahnya. Bikin lagi yang banyak. Terus kamu jual. Lumayan kan?” ujar Minho.

“Dasar otak bisnis,” ujar Taemin. Sesaat kemudian, ia tersenyum lebar.

Ia senang mengetahui Minho tak keberatan dengan segalanya. Ia bersyukur Hyung-nya masih bisa diajak bercanda. Ditambah lagi kalau Minho senang dengan hadiah ulang tahun pemberiannya.

Sebuah kelinci dari tanah liat, yang kini tengah duduk manis di atas meja kamar Minho.

———————————————-

Jinki menutup pintu mobilnya. Ia berjalan pelan menuju pintu utama rumah. Tangannya merogoh saku celananya untuk mengambil duplikat kunci rumah miliknya. Ia memasukkan kunci tersebut ke lubang kunci. Di saat yang bersamaan, pintunya terbuka.

“Selamat datang, Hyung!” Sapaan lembut menyambutnya. Dan kini tas ransel yang selalu ia bawa kerja telah berpindah tangan dengan orang yang berada di balik pintu rumah.

“Kamu belum tidur, Kibum?” tanya Jinki sedikit terheran. Ia berusaha menutupi kecanggungannya sambil tersenyum, lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Kibum menutup pintu tersebut, kemudian menguncinya. “Aku menunggumu pulang seperti biasa. Yuk, kita duduk dulu. Hyung pasti kecapaian.”

Jinki tak henti mengarahkan tatapannya ke arah Kibum yang kini berjalan menuju ruang tengah. Jinki menyusulnya, berjalan sambil membuka syal rajut yang melilit lehernya semenjak pulang dari rumah sakit.

Kibum mengambil segelas mug dari atas meja, lalu menyodorkannya kepada Jinki. “Ini diminum dulu.”

Jinki menerimanya sambil tersenyum. “Terima kasih.” Ia pun duduk di atas sofa, lalu menyesap coklat hangat buatan Kibum perlahan.

Remang-remang lampu ruang tengah serta detik jam dinding menemani keheningan yang tercipta di antara mereka. Kibum memainkan jemarinya sambil menunggu Jinki menikmati coklat hangat buatannya.

Appa dan Eomma sudah tidur?” tanya Jinki. Tangannya meletakkan mug bewarna putih yang sedari tadi ia genggam di atas meja.

“Sudah,” jawab Kibum mengangguk.

“Aku benar-benar minta maaf atas kejadian tadi, Kibum.”

Kibum tersenyum, “Tak apa-apa, Hyung. Tenang saja. Aku sudah mengerti semuanya. Maaf juga atas keegoisan aku selama ini.”

“Itu bukan egois, Kibum. Perhatian penuh dari Hyung itu adalah hak kamu. Aku yang belum memenuhi kewajibanku tersebut padamu.”

“Dan sekarang, rencana Hyung apa?” tanya Kibum.

“Rencana mengenai?”

“Mengenai Taemin dan Eomma-mu Hyung. Apa Hyung akan pindah ke sana?” tanya Kibum sambil berusaha mengatur nada suaranya agar tak terlihat sedang bersedih.

Hyung sebenarnya belum memikirkan hal dengan serius. Tapi yang jelas, Hyung tetap tinggal di sini dan kamu tetap jadi adikku. Kamu jangan mencemaskan hal ini lagi ya? Hyung tak akan pergi meninggalkanmu,” ujar Jinki sambil merangkul bahu Kibum yang duduk di sebelah kanannya.

Kibum menganggukkan kepalanya sambil menghela napas berat. Jinki menatap wajah Kibum sambil tersenyum. Ia mengusap bahu Kibum dengan penuh kasih sayang.

“Aku bingung harus bagaimana. Aku bingung memilih Taemin menjadi sahabatku atau jadi saudaraku nanti ke depannya.”

“Kenapa harus bingung?”

“Kedekatan seorang sahabat dengan kedekatan seorang saudara kan berbeda jauh, Hyung. Apa sebaiknya aku hanya sekadar menganggapnya sahabat saja?”

“Kenapa kamu tak mengkombinasikannya saja?” ujar Jinki memancing Kibum untuk berpikir lagi.

“Seorang sahabat yang begitu dekat, secara otomatis dan secara tak sadar ia sudah menganggap sahabatnya sebagai saudaranya sendiri, kan? Apa yang harus kamu cemaskan lagi, Kibum-ah?”

“Begitukah?”

“Nah kan? Kamu sendiri tak menyadari kalau persahabatan kalian itu semakin erat. Apalagi setelah Taemin kecelakaan kemarin. Nah, kenapa kamu tak memanfaatkan kemudahan kalau kamu sudah mendapatkan status sebagai saudara sesungguhnya bagi Taemin? Apalagi kamu hampir setahun lebih tua darinya. Jadi, anggaplah kamu punya seorang adik laki-laki sekarang. Ya kan?”

Kibum mencoba merenungkan ucapan hyungnya tersebut. Benar, kemudahan telah terhampar luas di hadapannya sekarang. Apa yang harus ia cemaskan? Ia pun teringat kata-kata Minho sebelumnya,

“Kamu masih memiliki Ayah, Ibu, dan Jinki-Hyung. Ditambah lagi dengan Taemin dan Hyung sendiri kalau kamu menginginkannya…”

Kibum tersenyum. Ya, sedari dulu ia telah berharap memiliki seorang adik laki-laki. Dan kini, Tuhan telah menghadiahinya dengan seseorang yang tak ia duga. Seseorang yang telah dekat dengannya, yaitu Taemin. Ia tak perlu lagi sibuk-sibuk beradaptasi.

“Nah, gitu dong.”  Ia pun menghabiskan coklat panas yang kini mulai mendingin di dalam mug.

“Yuk, kita istirahat. Besok siang kita ke rumah sakit mengantarkan Taemin pulang. Terima kasih untuk coklat panasnya, Kibum.”

Mereka berdua berjalan beriringan menuju lantai dua di mana kamar mereka berada.

=====Cor Tangite=====

Seoul, 24 Desember 2012

Minho menutup resleting tas travel yang berisi pakaian Taemin. Taemin memasukkan beberapa perkakas kecil dan beberapa buku-buku ke dalam tas ranselnya. Tak lama kemudian, Nyonya Lee masuk ke dalam ruangan.

“Kenapa lama sekali, Eomma? Ada masalah?” tanya Taemin menghentikan kegiatannya.

“Enggak. Urusan administrasi lancar dan sudah beres. Tadi Eomma mencari Jinki dulu sekalian pamit. Tapi kata suster yang bertugas, Jinki ambil cuti dua hari. Ya sudah, Eomma balik lagi ke sini.”

Minho mengangguk paham. Taemin memasang raut wajah kecewa karena tak sempat berpamitan dengan Jinki.

“Ya sudah. Nanti Eomma coba hubungi ponsel Jinki kembali. Sekarang kita ke rumah dulu. Ada lagi barang-barang yang tertinggal?” tanya Nyonya Lee.

“Sudah dicek semua, Eomma. Semuanya sudah beres,” jawab Taemin.

Minho menjinjing tas travel, lalu berjalan ke arah pintu, “Oke. Kita ke bawah sekarang.”

Taemin mengikuti Minho dari belakang. Nyonya Lee mengiringi Taemin berjalan, menjaga agar Taemin tak hilang keseimbangan. Sebenarnya Taemin telah ditawarkan memakai kursi roda oleh perawat yang bertugas, namun Taemin bersikeras untuk menggunakan kedua kakinya untuk berjalan. Ia beralasan agar sekalian latihan berjalan dan tak ingin memanjakan badannya.

Minho yang berada paling depan tiba-tiba berhenti. Otomatis Taemin dan ibunya ikut menghentikan langkah mereka.

“Apakah kami terlambat?”

“Kibum-ah!” sapa Taemin saat melihat sosok yang muncul dari sisi luar pintu. Kibum mengangkat tangan kanannya, bermaksud memberi sapaan kepada Taemin. Kibum mengambil posisi di sebelah Taemin sambil membantu memapahnya berjalan.

“Jinki,” sapa Minho hampir datar karena masih terkejut dengan kedatangan Kibum dan Jinki secara tiba-tiba di hadapan mereka.

“Ah, biar kubantu membawa salah satu tas itu,” balas Jinki sambil mengambil beban yang berada di tangan kiri Minho.

Gomawo,” balas Minho singkat. Mereka pun mulai berjalan.

“Jinki! Eomma kira kamu sedang cuti. Padahal tadi kami ingin berpamitan denganmu,” ujar Nyonya Lee sambil berjalan keluar ruangan.

“Aku memang lagi cuti Eomma,” kata Jinki menanggapi sambil menoleh ke arah ibunya.

“Iya, Jinki Hyung meliburkan diri karena ingin mengantarmu pulang, Taeminnie,” goda Kibum ke arah Taemin. Taemin langsung salah tingkah.

“Terima kasih, Hyung.” Hanya sebaris kalimat ia ucapkan pada Jinki. Ia sendiri tak menyangka bahwa keluarga barunya ikut mengantarkannya pulang. Jinki hanya tersenyum.

=====Cor Tangite=====

EPILOG

Malam beranjak larut, namun jalanan kota Seoul masih saja ramai oleh pejalan kaki dan kendaraan dengan tujuan berbeda. Nyonya Lee termasuk ke dalam salah satu dari mereka, yang ingin segera sampai di rumah karena tak sabar ingin bertemu keluarga. Melihat jalanan Seoul yang padat dan taksi yang ditumpanginya tak kunjung sampai, ia menyesali keputusannya untuk menghadiri reuni alumni SMA tempatnya dulu bersekolah.

Kira-kira 30 menit kemudian, taksi berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua yang sederhana. Nyonya Lee keluar dari taksi dan menemukan rumahnya dalam keadaan gelap, bahkan lampu teras belum dinyalakan. Hatinya bertanya-tanya, apakah kedua anaknya sedang tidak berada di rumah? Mengapa mereka belum pulang? Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan Minho dan Taemin?

Dengan rasa was-was, Nyonya Lee membuka kunci pintu rumahnya. Perlahan, ia melangkahkan kaki, dan tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat karena ada sesuatu yang menghalangi pandangannya.

“Siapa itu?” tanyanya, berusaha tenang.

“Ini aku, Eomma, jangan takut. Berjalanlah seperti biasa, aku akan membimbing Eomma dari belakang.”

Tanpa bertanya lebih lanjut, Nyonya Lee terus berjalan. Ia tahu persis sang pemilik suara, meskipun ia tida bisa melihat apapun. Setelah berjalan kurang lebih sepuluh langkah, seseorang yang berada di belakangnya memberi isyarat untuk berhenti.

“Nah, kita sudah sampai. Dalam hitungan ketiga, Eomma buka mata, ya? Satu, dua, tiga….”

Perlahan, Nyonya Lee membuka matanya. Tak ada cahaya menyilaukan dari lampu neon, ruang makan tempatnya berada masih saja temaram bercahayakan lilin. Ia terpana begitu melihat kursi makan yang kini ditempati oleh tiga orang, Minho, Jinki, dan Kibum. Nyonya Lee menolehkan kepalanya ke kiri dan menemukan anak bungsunya, Choi Taemin berdiri di sampingnya.

“Benar perkiraan Eomma, bahkan sebelum kamu bersuara, Eomma tahu bahwa itu kamu, Taemin,” ucap Nyonya Lee lega sambil memegang pundak Taemin. “Sepanjang perjalanan pulang tadi Eomma takut kamu kesepian di rumah, syukurlah hal itu tidak terjadi.”

Eomma jangan terlalu cemas, aku baik-baik saja,” balas Taemin sembari menggenggam tangan kanan ibunya yang bebas. “Ini kejutan yang kami persiapkan khusus untuk memperingati Hari Ibu. Maaf, karena kejadian itu, perayaannya jadi terlambat.”

Nyonya Lee tak kuasa menahan air matanya. “Jangan berkata seperti itu, Taemin. Keberadaanmu di samping Eomma di rumah ini saja sudah membuat Eomma merasa sangat bersyukur.”

Taemin memeluk ibunya erat. “Selamat Hari Ibu, Eomma. Terima kasih untuk segala yang kuterima dari Eomma hingga detik ini.”

“Taemin-ah…,” gumam Nyonya Lee sambil tersedu.

“Ini hari spesial untuk Eomma. Jangan menangis,” bisik Taemin sambil melepaskan pelukannya.

Kemudian, Minho bangkit dari tempat duduknya, melakukan hal yang sama dengan adiknya.

“Mungkin aku tak terlahir dari rahim Eomma, tapi percayalah, aku menyayangi Eomma seperti ibu kandungku sendiri, dengan rasa sayang yang sama seperti yang Taemin miliki. Tetaplah jadi ibuku untuk selamanya, Eomma.”

Nyonya Lee mengangguk pelan, mengusap air matanya. “Terima kasih, Minho.”

Minho melepaskan pelukannya, memberi isyarat kepada Jinki yang kini berdiri dengan canggung. Jinki berjalan perlahan mendekati Nyonya Lee, terdiam sebentar, pikirannya begitu sibuk memilih kata yang tepat untuk diutarakan.

“Aku menyayangi Eomma,” ucap Jinki, akhirnya. “Maafkan aku, Eomma, aku baru menyatakan rasa sayangku pada Eomma sekarang. Mungkin dibandingkan dengan Minho dan Taemin, aku masih tertinggal jauh, tetapi aku akan berusaha untuk membahagiakan Eomma.”

“Tidak ada yang terlambat, Jinki. Kalian semua tetap berada di hati Eomma, tak ada yang kalah atau pun menang dari yang lain.”

Jinki tersenyum lega, ia memeluk ibunya. Air matanya yang sedari tadi ia tahan mati-matian, akhirnya jatuh, mengalir pelan, sebelum kemudian menjadi semakin deras dan tak mampu ia kendalikan.

“Jinki? Kamu baik-baik saja? Kenapa menangis?”

Jinki melepaskan pelukannya perlahan. “Aku takut kehilangan Eomma lagi. “

“Tidak, tidak akan,” ujar Nyonya Lee sambil tersenyum. Tangannya menepuk pundak Jinki perlahan. Jinki mengusap air matanya, ia merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang begitu menenangkan dari sentuhan ibu kandungnya. Hal yang telah lama tidak dirasakannya selama ini.

“Ah, aku jadi iri dengan Minho Hyung, Jinki Hyung, dan Taemin. Memiliki ibu seperti Ahjumma, mereka pastilah sangat beruntung.”

Nyonya Lee menoleh, mendapati Kibum yang berdiri di sebelah kirinya. Melihat wajah cemberut Kibum, Nyonya Lee tak tahan untuk tertawa.

“Siapa bilang kamu tidak beruntung, Kibum? Kamu boleh memanggilku Eomma jika mau. Kamu dan Taemin kan sama-sama adik Jinki.”

Kibum tersenyum lebar. “Selamat Hari Ibu … Eomma.”

“Terima kasih, Kibum. Tolong jaga Taemin baik-baik, ya. Jangan sampai kejadian itu terulang lagi.”

“Siap, Eomma!” seru Kibum sembari melakukan gerakan hormat ala tentara. Ia menatap Taemin dengan tatapan jahil. Yang ditatap hanya memanyunkan bibir, tak senang dianggap seperti anak kecil.

“Jangan cemberut begitu, dong, Taemin. Harusnya kamu senang punya saudara sebanyak ini,” bujuk Kibum.

“Ya tetap saja, aku tidak suka diperlakukan seperti anak-anak.”

Melihat pertengkaran kecil itu, Minho berinisiatif menengahi. “Sudah-sudah. Sampai kapan kalian akan bertengkar terus seperti ini?”

“Ingat, kalian itu saudara, bukan sekadar sahabat lagi. Harus bisa saling memahami,” timpal Jinki.

Kibum mendelik malas. “Huh, ternyata kali ini Hyung kita sependapat, Taem.”

“Memangnya kenapa kalau sependapat? Masalah?” tantang Taemin.

“Ah, kalian ini benar-benar tidak bisa dilerai, ya. Lihat, lilinnya sudah semakin pendek,” ujar Minho sembari menunjuk ke arah lilin  yang hampir tak berbentuk karena lelehannya yang meluber seenaknya. “Sebaiknya kita segera mulai acara makan-makan, sebelum semuanya menjadi dingin.”

“Kau benar. Sup buatanku sepertinya sudah tidak hangat lagi,” balas Jinki, menyetujui pendapat Minho. “Ah, ya, Eomma silakan duduk,” ajaknya sambil membimbing Nyonya Lee untuk duduk di satu-satunya kursi yang kosong.

“Hore, aku duduk di sebelah kanan Eomma!” seru Taemin riang.

“Hei, itu tempat dudukku!” protes Jinki. “Aish…,” gerutunya kesal.

Minho yang sudah bersiap duduk di sebelah kiri Nyonya Lee memilih untuk mengalah. “Ya sudah, Jinki, kau duduk di sini saja.”

“Benarkah? Gomawo, Minho,” ucap Jinki.

Minho mengambil posisi di sebelah Kibum, berpura-pura menggerutu. “Ah, ternyata benar apa yang dikatakan Kibum. Kamu masih seperti anak kecil, Taemin-ah.”

“Ah, Hyung, jangan ikut-ikutan Kibum…,” keluh Taemin pada Minho. Nyonya Lee terkekeh mendengarnya.

 “Selamat makan!” koor Taemin dan Kibum serempak.

Mereka berlima menyantap makanan yang tersedia dengan tenang dan penuh kebahagiaan. Tentulah hal ini tak pernah terbayangkan oleh mereka sebelumnya. Kembali dipersatukan oleh sebuah kejadian yang tak sepercik pun terlintas di benak mereka.

Jinki menemukan Ibu kandungnya tanpa proses yang panjang dan rumit. Mereka telah melakukan kontak mata sebelumnya. Hanya saja, butuh beberapa hari untuk menyadari hubungan di antara mereka. Dan saat satu untaian benang telah bersatu, untaian lain pun ikut bertemu. Terhubung, terjalin, terangkai indah membentuk keluarga.

Ya, mulai detik ini dan seterusnya, hati mereka saling terkait oleh benang yang bernama cinta.

—————————————–

Kibum membereskan peralatan makan dan membawanya ke dapur untuk dibersihkan. Taemin turut membantunya dengan membereskan peralatan masak yang masih tergeletak di meja dapur. Minho menemani Nyonya Lee berbincang-bincang dengan Jinki di ruang tengah.

Ting tong…

“Siapa itu?” tanya Jinki saat mendengar bel rumah berbunyi. Ia melempar pandangannya ke arah pintu utama.

“Tumben ada tamu malam-malam seperti ini?” komentar Minho. Ia pun berinisiatif untuk berdiri membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung. Ia memutar kunci dan kenop pintu, lalu membukanya.

“Selamat malam!”

Seorang pemuda berdiri tegap memakai jaket biru gelap menyambut pandangan Minho. Sosok yang ia kenal sebelumnya.

“Jonghyun, ada apa bertamu malam-malam seperti ini?” tanya Minho. “Ayo, masuk dulu!”

Jonghyun melangkah masuk ke dalam rumah. Ia memberi salam hormat saat pandangannya bertemu dengan Nyonya Lee yang melihatnya dari arah ruang keluarga. Minho mempersilakannya untuk duduk.

“Begini, aku mau mengantarkan berkas-berkas presentasi untuk lusa. Aku baru saja pulang dari kantor, jadi maaf kalau terlalu malam berkunjung ke rumahmu.”

“Oh, tak masalah. Maaf juga kalau merepotkanmu seperti ini. Kenapa tidak besok saja?” tanya Minho basa-basi.

“Aku tak mau mengganggu liburmu dan liburku besok. Haha…,” jawab Jonghyun asal sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Minho mengamati berkas-berkas yang di hadapannya. Ia mengangguk sekilas. Jonghyun menunggu reaksi Minho selanjutnya sambil mengedarkan pandangan ke seisi rumah. Saat itulah matanya bertemu oleh sosok lain yang perlahan berjalan ke arahnya.

“Jinki? Kok bisa di sini?” tanya Jonghyun terheran. Yang ditanya hanya memutar bola mata sambil memikirkan jawaban yang tepat. Jinki tak mungkin menjelaskan secara panjang lebar kisahnya malam ini.

“Dia ingin mengunjungi adikku,” jawab Minho menggantikan Jinki.

“Ah, apa jangan-jangan siswa SMA yang kamu maksud itu Taemin?” tanya Jonghyun. Jinki mengangguk canggung. Jonghyun hanya bisa membulatkan mulutnya heran. Dunia begitu sempit, pikirnya.

“Ada yang kurang, Minho?” tanya Jonghyun untuk mencairkan keheningan.

“Pas. Ini sudah sangat lengkap. Gomawo,” balas Minho sambil tersenyum kecil.

“Jonghyun, aku boleh minta tolong?” tanya Jinki sambil berjalan menuju sofa ruang tengah dan mengambil sebuah benda dari dalam tas miliknya.

Jonghyun penasaran, “Minta tolong apa?”

Jinki kembali berjalan menghampiri Jonghyun dan menyerahkan kamera DSLR kepunyaannya. “Bisa fotoin kita nggak?” bujuk Jinki sambil mengarahkan wajahnya kepada Minho, lalu Taemin dan Kibum yang baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah mereka.

Jonghyun menghela napas berat, “Baiklah. Untukmu, apalah yang tak akan kukerjakan?” godanya pada sahabatnya, Jinki.

“Kita mau difoto?” tanya Kibum bersemangat. Ia berteriak girang sambil melayangkan senyuman lebar kepada Taemin di sebelahnya.

“Ayo, ayo, merapat semua!” panggil Minho memberi aba-aba. Mereka berjalan mendekat ke sofa yang tengah diduduki Nyonya Lee sedari tadi. Nyonya Lee melambaikan tangannya ke arah anak-anaknya untuk duduk di sampingnya.

Jonghyun mengambil posisi yang pas. Sesekali ia mengarahkan objek bidikannya agar dapat berpose dengan baik.

Setelah dirasa pas, tangannya mulai menyentuh tombol shutter sambil berseru, “Ya! Senyum semua! Satu…dua…ti….”

END

Author note:

Huwaaaah~~~ Akhirnya selesai sudah cerita ini.

Buat teman-teman yang setia membaca cerita ini hingga akhir, terima kasih banyak. Terutama untuk teman-teman yang menyempatkan diri memberikan komentar, terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga dapat memperbaiki kualitas tulisanku berikutnya, aamiin 😀

Tak lupa dan tak boleh tertinggal, terima kasih yang tak terkira pada ­beta-reader untuk cerita ini, kak Aminocte. Tak hanya itu, beliau juga yang punya ide cerita mayor untuk bagian epilog (plus ngasih masukan ide untuk keseluruhan cerita) sekaligus ikut merancang desain poster untuk FF ini. Terima kasih banyak, kak! #peluk

Selamat hari Ibu dan selamat ultah buat Jinki dan Minho, ya! ^o^/

//

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

41 thoughts on “[FF PARTY 2012] Cor Tangite – Part 4 (END)”

  1. aaahh… udah habis, seluruh isi part ini mengharukan… Alhamdulillah ya mereka kumpul bersama.. Happy ending.. 🙂
    eeh, si Jonghyun nongol lagi, lengkap deh Shinee-nya.. 😀 Dhila-ssi, saya suka ff kamu.. semoga menang ya…
    Ditunggu karya lainnya, keep writing…! 🙂

    1. aaaah..iyaa… :”)
      hehe..la ikut terharu baca komen kakak..wkwk…

      hehe…itu juga ide dadakan untuk munculin si Jjong lagi di akhir cerita..xD

      huwaa, makasi banyak kaak…hehe, la cuma partisipasi sih, tpi aamiin deeh…wkwk *?*

      smoga ada waktu buat nulis ff yang niat lagi ya kaak..hehe..
      Makasi banyak ya kak Lydia udah ngikutin ff ini dari awal sama ngasih komen tiap partnya.. makasi banyaak :”D #salamin

    1. iyaa..sweet bangeet..wkwk..mga di keluarga Hyora lebih sweet dari ini yaa 😀
      Wkwkwk..iyaa, cuma numpang jadi sahabat si Jinki aja.. #plakk
      sipsipsipp.. kalo ada waktu luang aku sempatin bikin ff lagi..hehe

      makasi ya Hyora udah nyempatin diri baca n kasih komen tiap part ff ini. Makasi banyaak.. ^o^/ #salamin

  2. huwaaaa….happy ending…. 😀
    br aja q blg “jonghyun mana??” eh udh dteng…eh dy dteng jd tukang foto…#eehehee…
    daebak eon cerita’a…buat q trharu n cengengesan jg…
    bner bnget tuh kt jinki kl sahabat akan menjadi sodara….
    pokok’a q suka sm crita ini…
    Daebak!! 🙂
    karya2 lain’a q tunggu yaaa….eon…
    fighting!!! 😉

    1. yuupp, happy ending..haha..soalnya udah cukup 2 part awal bermewek mewek ria.. xD

      haha, iyaa..aku jadi merasa bersalah ama blingers di sini..haha..xD

      aah, aku juga terharu baca komenmu, Jenny. Iyaa, stuju banget! tapi sayang, aku belum nemu sahabat yg bgituan ._.”

      okedokee..klo ada waktu luang aku sempatin bikin lagi ya 😀
      makasi banyak ya Jenny udah ngikutin cerita ini dari awal plus nyempatin ngasih komen tiap part nya..hehe..makasi banyak ^o^/
      #salamin

  3. ninggalin jejak dulu. belum baca sampe abis. lagi cukup sibuk pagi-pagi, tapi sempet aja baca sampe dua part lebih sedikit, saking pengennya baca. dilanjutin besok deh. tetap semangat eonnie! nggak papa ya panggil begitu? pengen panggil nama kayaknya nggak sopan.

    1. haha..gak papa kok Hana..aku tetep setia nunggu kedatangan pembaca..hahaha…
      oke oke..semangat juga buatmu, Hana! 😀

      ah? panggil Dhila aja gapapa kok..aku 96line. klo manggil eonnie aku jadi canggung sendiri .____.”
      gimana nyamannya Hana aja..hehehee…

      oke, silakan datang lagi, Hana ^o^/

  4. akhirnya ending juga. .
    dan happy ending. .

    ternyata di akhir part jjongnya muncul, ku kira cuma berempat aja yg ngeksis di ff ini. .

    nice story. .
    dan dtunggu karya-karya selanjutnya. .
    FIGHTING. .

    1. haha…iyaa..akhirnya yaa 😀
      wkwkk..iya, aku ngerasa nggak enak sama Jjong, makanya dimunculin lagi di epilog..xD

      aah, syukurlaah. makasi yaa..sipsip, ntar klo ada waktu dan ide aku sempatin nulis lagi..hehe
      makasi banyak ya Santy udah ngikutin cerita ini hingga akhir plus nyempetin diri buat komen. makasi banyaak ^o^/
      #salamin

  5. Kyaaaa… Terharuuuu dan puas banget sama endingnya.. J

    Dunia itu kadang sempit, bener bgt.

    Saking puasnya, sampe gag tau mau komen apa lg. *L
    kkk

    keep writing, Dhila!
    ^^9

    1. huwaa, syukurlah klo kakak puas..la terharu bacanya :”D
      haha, la juga bingung mo bales apa lagi *?*.
      sip2 kaak, ditunggu aja yaa 😀
      makasi banyak ya kak DK udah ngeluangin waktu buat baca n komenin tiap part ff ini. aah, la terharu lah pokoknya… :”)
      #salamin

  6. Happy ending…
    Hehh saya suka 😀

    bulu kuduk merinding terharu pas part makan2 mereka.
    Ahk… Gag bisa berkata-kata. Jjang!!!

    Eh, kasian banget jonghyung. Baru kedapatan dialog di bagian terakhir, malah harus jadi tukang foto. Aigo… Jjong, malang nian. Hehe 😀 terus berkarya. Aku menunggu karya2 selanjtnya

    1. aah, syukurlah kalo Chanyeon suka ama ending ceritanya… 😀
      benarkah? aah, aku juga terharu dengernya.. :”D

      hahahaa…iyaa, bener banget!! wkwk.. #siap2dihajarblingers. Lagian aku juga bingung ngasi scene apa ke si Jjong..yodah, jadi bgini deh hasilnya .____.”

      okee, smoga ada ide n waktu lagi ya buat nulis lagi..hehe..
      makasi banyak loh Chanyeon udah nyempatin diri baca n komenin tiap part cerita ini..aah, aku terharu… :”D
      #salamin

    1. yuhuu!!! hahahaha..xD
      aah, syukurlah klo Yongie suka..hohoho..
      moga ada kesempatan buat nulis cerita lagi yaa…hehe.. 😀

      makasi banyak ya Yongie udah ngikutin ff ini dari awal ampe akhir. Plus komennya juga gak pernah absen..hehe… ^o^/
      #salamin

  7. kya…..,
    happy ending:), dari sekian lika liku kehidupan, taemin makin nambah aja hyungnya:D, chingu buat lagi ya ff taem sama onew, rame banget deh ceritanya^^

    1. yattaa…haha..iyaa, aku lebih suka ngehepiendingin cerita soalnya *?*
      haha, iyaa..Taemin beruntung banget nambah sodara..xD

      hehe, mga2 ada ide ya Swanty.. aah, syukurlah klo dirimu suka 😀
      makasi banyak ya Swanty udah ngikutin ff ini dari awal hingga akhir, komen2nya juga..aah, pokoknya terima kasiih.. ^o^/
      #salamin

  8. beruntung bgt itu yg jadi nyokapnya onew, taeminho, sm key. anaknya ganteng2 semuaaa~~ waa. keren. aku suka sm ceritanya. berbeda tapi berkesan. cuma ada sedikit usul dari aku. dalam pemakaian kata kecapaian itu bisa diganti dengan kata kelelahan aja biar gak terlalu kaku, terus sm pemakaian kata kecapaian yg kedua kali(yg pas bagian jinki baru pulang terus langsung disambut sm suamiku key *eh:p) itu bisa diganti sm kata lelah aja. oke, segitu aja kok usul aku. semoga bisa diterima. ff nya bagus. i like it!

    1. haha..bener bangeet..anaknya anggota shinee semua #eh
      aah, syukurlah klo Anggie suka ma ceritanya ^o^

      okee..makasi ya buat sarannya Anggie..haha..jujur aku nggak kepikir kata ‘kelelahan’ pas bikin cerita. aah, aku emang payah ngekombinasiin kata2..ntar aku praktekin ya sarannya 😀

      Makasi juga ya Anggie udah baca n nyempatin diri ngasih komen di tiap part ff ini..makasi banyaak.. ^o^/
      #salamin

  9. Super-duper happy end xD haha, udah sempet ngira part terakhir ini bakal ada tragedi apaa gitu, ternyata enggak.

    Dan kenapa tiba-tiba Jjong muncul, cuma buat ngefoto mereka, haha. Anyway, cerita ini sweet banget :3

    1. yippieee…hahaha.. bener banget!
      pengen sih sbernarnya nambah apaa gitu, tapi ntar ceritanya makin panjang dan gak kelar..xD yodah, beginilah hasil akhirnya 😀

      haha, soalnya cuma itu ide yg muncul di benakku, Zaky..xD lumayanlah yaah…hahahaa..syukurlah klo Zaky suka 😀

      aww, makasi banyak ya Zaky udah ngikutin ff ini terus. plus komen2nya juga. makasi banyaak :”D
      #salamin

  10. tanggung jawab!!! hana jadi pengen nangis! pengen nangis!
    mengharukan banget sih…. hiks! hiks!
    ya udah lah… daebak buat dhila. tapi btw di gambar jonghyun kok ikutan juga? kan dia bukan termasuk saudara.

    1. cupcupcuupp..aah, jangan nangis yaa…hehe
      aah, aku jadi terharu dengernya..bner2 gak nyangka responnya seperti ini :”)

      haha, itu biar adil aja sh Hana, kasian aja si Jjong gak ikutan nongol di poster..xD tapi itu aku letakin paling akhir dan paling ujung kan? hehehee #nyengir

      btw, makasi banyak ya Hana udah baca n komenin tiap part ff ini…aah, terima kasih banyaak.. ^o^/
      #salamin

  11. Fiuh, ngebut baca dari part 3 sampai 4. Komennya langsung di sini sekalian, ya? Ah, ini akhir yang bahagia. Bukan saja karena mereka dipertemukan sebagai teman, tapi mereka udah jadi saudara sekarang. Nyonya Lee beruntung kini punya empat putra yang sayang banget padanya.

    Ini part yang banyak cerita manisnya. Meski Kibum sempet sedih dan ngerasa akan kehilangan Jinki, tapi akhirnya semua dapat diterima dengan baik. Oops, Jonghyun jadi kebagian tukang foto. Mau lihat dong foto bidikan Jonghyun ^o^

    So sweet story.

    1. haha..iya gapapa kok kaak.. xD

      bener bangeet… la setuju sama komennya.. hehe.. syukurlah klo jalan ceritanya bisa dimengerti :”) La suka sama kesimpulan yg kak Starlit sampaikan :D, pas banget…hehehee

      haha, belum dicetak kak fotonya, ntar la tanya ke Jinki langsung deh. #eh

      makasi banyak ya kak Starlit udah ngeluangin waktu baca n komenin ff ini, plus saran2nya juga..hehe.. makasi banyaak… ^o^/
      #salamin

  12. aahh udh end.. hwaa mengharukan :’)
    senangnya semuanya akhirnya berkumpul..
    aah aku hmpir lupa dg Jonghyun hhehe..
    daebak dhila-ssi ^^)b keep writing ne! Fighting p(^o^)q

    1. akhirnya yaaa…#elapkeringat
      ya ampuun..haha..xD kasian si Jjong cuma dapet minor cast di sini, jadi trlupakan sejenak deh..xD

      aah, syukurlah klo Mrs. Lee suka… sip2, aku usahain yaa ^o^/
      makasi banyak loh Mrs. Lee *?* udah ngomenin semua part ini, plus ngebut dalam sehari. aah, aku seneng jadinya 😀
      #salamin

  13. Akhirnya penghujung cerita, berakhir dengan bahagia º°˚˘ˆ▽ˆ
    TaeMin sembuh dan JinKi menemukan mamanya
    Nyonya Lee memiliki 4 orang anak yang tampan
    Akhir bahagia

  14. Aloha Dhilaaaa… maaf ya kalo komenku kurang mendetil, soalnya aku baca ini dr hape dari kemaren tp baru bs ol PC skarang.

    Pertama, aku seneng deh baca karyamu yang ini. Tau kenapa? Yang utama krn km udah berkembang bgd dibandingkan ff party-mu yh Key’s Bday itu. Yang ini jauh lebih rapi, lebih berbobot, lebih bermakna dan lebih menyentuh.
    Kedua, yaaaa… aku suka ff yang bnyk pengetahuannya. Km menggambarkan adegan2nya juga oke, kebayang. Kebetulan blm lama ini aku jg habis nonton drama kedokteran, jd pas baca ini lebih enjoy lagi.
    Pertanyaanku soal marga udah kjawab, hihi, semuanya saling bersaudara.
    Buat sarannya, beberapa istilah kedokteran ada yg lupa km jelasin, mungkin bisa ditaruh di catatan kaki kalo dirasa mengganggu utk dimasukkan ke badan cerita.
    Oya, ada typo di dua part, km nulis sebahagian, harusnya sebagian? Da penulisan kata depan masih ada yang salah disatuin, blm dipisah.
    Sampai jumpa di karyamu berikutnya ya, tetep nulis ya ^^b

    1. Aloha juga kak Bibib! 😀
      ooh, gapapa kok kaak…la maklum kok..kakak mampir ke sini aja la dah seneng banget… 😀

      hahaa… yg last wish itu ya? alamakjaang, la juga malu ngebaca ulang ff itu lagi .___. la emang susah bikin thriller bgituan =_=”
      klo yang ini mgkn krna la ngerti gmna dan ada bayangan, jdi lebih leluasa nulisnya. plus persiapannya juga jauh lbih matang dari ff yang itu..hahaha..xD
      makasi ya kak buat apresiasinya #bowingdalem2

      hehe, makasi ya kaak…itu juga sbnrnya adegan yg la bikin belum tentu juga bener sepenuhnya. cuma pemanis cerita aja..
      hehe, iyaa. beruntung kakak udah prnah nonton drama brgenre medical juga. Emang sebaiknya yang mau baca ini udah prnah nonton / tau ttg dunia rumah sakit dulu biar bacanya lebih enjoy..hehee.. 😀

      aah, iya kaak..itu la bner2 lupa nyantumin footnote-nya. untuk part pertama ada sih la bikin di kolom komentar, tpi kyknya keabaikan .__. maaf ya kaak..
      Siip! oke deh kak..nanti untuk tulisan berikutnya la perhatiin lagi deh..hehehe 😀

      Semoga la ada waktu lagi ya kak bikin ff yang niat kayak gini lagi..haha…
      Makasi ya kak udah nyempatin diri baca ff ini, la bner2 terharu :”D
      Sampai jumpa juga kaak! ^o^/ #waving

  15. Habis ngebut baca dr part 3. Habisny gak sbaran sm endingny, dan ah, such a happy ending, JOA JOA!
    Sweet family indeed, ah, familyny kentel euy!

    Ngakak aja baca notemu, menyebut Ami dgn ‘beliau’ seperti dy udah tua aja hahaha #ditaplok

    Hm, trus jgn berenti nulis yah, nah belajar ngembangin narasi jg yaaa~
    #kecupsayang

    1. howaah…benarkah? xD
      aah, syukurlah klo kakak suka sama ceritanya…la seneng plus terharu baca komennya 😀 Iya, mga2 keluarga2 yang lain di muka bumi ini punya cerita sendiri yang lebih happy ending ya 😀

      waah, kakak ngeh sama author notenya trnyata..xDDD
      itu note formal yang gagal sepertinya..haha…tapi emang dia lebih tua dari dila sih…xD #digileskakami

      oke kaak! La emang lagi berlatih keras bikin narasi yang lebih baik. Smoga la punya kesempatan lagi ya kak.. #kecupbalik

      Makasi ya kak Boram udah mampir di ff la ini. makasi banyaaak :”D
      #salamin

  16. Hai^^
    Akhirnya kelar juga baca ff ini, hehe
    Yah, seperti yang balasan kamu di komen aku part 1 kemarin ttg musim, jadi rasanya gak perlu aku komentarin lagi deh yah ttg part 2 ato 3 yang setting musimnya sedikit bentrok
    Cerita keluarga yang menyentuh, dan tentunya berakhir dengan bahagia
    Semangat terus untuk karya-karya selanjutnya^^

    1. hai juga kak! 😀
      aah, akhirnya yaa..hehe..
      iya kak, maaf ya kak jadi bikin gak nyaman pas baca cerita ini. Ntar untuk tulisan berikutnya la harus lebih hati2 lagi bikin deskripsi latar ceritanya.. #bowing

      syukurlah kalau kakak dapet feel cerita ini..la senang dengernya 😀
      sipsip kaak..fighting! ^o^9

      makasi ya kak Yuyu udah ngasih masukan buat cerita ini. makasi banyak! ^o^/
      #salamin

    1. Halo Chii!!! Ya ampuun.. #sambartisu
      Maafin aku yaaa… Tapi, aku ikut seneng kalau emang yang baca bisa dapat feel ceritanya :’)
      Alhamdulillah, tapi aku masih jauh dari yang namanya genius kok. Jauuh bangeet. Ini juga kalau hasil mentahnya ancur banget sebelum di-beta =_=”

      Makasi banyak yaa udah ikutan gabung komen di sini ya Chi yaa 😀

Leave a reply to dhila_アダチ Cancel reply