[FF PARTY 2012] Kutukan Natal – Part 1

Kutukan Natal [1.3]

 rumah horror

Tittle                      : Kutukan Natal

Author                  : Lee Hana

Main cast             : Lee Jinki and Kim Kibum.

Support Cast      : Pak Tua Cheon, Leeteuk, Nyonya Lee ( Jinki Eomma )

Genre                   : Gore and Supernatural

Length                  : Trilogy

Rating                   : PG

Summary             : Jeritan memekakan telinga menggema di seluruh rumah besar itu. Eomma dan Leeteuk yang tengah tertidur lelap sontak terbangun dan berlari menuju kamar Jinki dengan panik. Di tempat itu, dilihatnya Jinki telah terkapar tak sadarkan diri di dekat pintu. Mata mereka membulat lebar.

Ket                         : OP

Note                      : Nama marga yang tak jelas dan beberapa tokoh yang tak diketahui dengan jelas namanya jangan dipikirkan. Silakan fokus pada ceritanya saja, Ok?

Berasa udah pernah baca? Atau tahu ceritanya? Mirip-mirip sama sesuatu? #mianhaeyo. Ini soalnya ff gado-gado, dari imaginasi, komik plus film. Jadi kalau ada kesamaan mohon dimaklumi. Ok? Ini juga ff genre horror pertamaku yang publish, jadi diharapkan kekurangannya bisa di maklumi.

***

Jinki menyipitkan matanya ke arah bangunan tua di hadapannya.

“Apa Eomma yakin ini rumahnya?” tanya Jinki ragu.

“Tentu saja.”

“Kau tak usah protes Jinki. Rumah bergaya klasik ini benar-benar keren, mungkin hanya perlu sedikit perbaikan saja,” timpal Leeteuk dengan pandangan kagum.

Rumah yang benar-benar mewah sekaligus menyeramkan. Terlihat begitu gelap dan sunyi, seolah tak ada kehidupan di sana. Bahkan cahaya matahari pun serasa enggan menyinarinya. Sedangkan pekarangannya, sangat gersang. Hanya ada tumbuhan yang kering tanpa daun dan rumput liar yang telah menguning. Tumbuhan yang telah lama mati, entah sejak kapan. Dengan awan hitam tepat mengambang di atasnya dengan setia. Membuatnya heran kenapa Eomma-nya membeli rumah yang mengerikan seperti ini.

Tapi Jinki bukanlah orang yang mempercayai hal-hal seperti hantu. Ia selalu berpikir logis karena iq-nya yang tinggi, atau terlalu bodoh tanpa bisa menyadari semua tanda-tanda yang diberikan alam padanya. Tetapi tak bisa disangkal, rumah ini memang benar-benar megah, meskipun sama sekali tak terlihat indah.

Jinki menyeringai kesal atas jawaban yang diberikan hyung-nya tadi. Sedangkan laki-laki tua yang telah begitu renta itu membuka pintu gerbang besar dari besi setelah berusaha membuka gemboknya beberapa saat. Mungkin, usianya hampir menginjak kepala tujuh. Kau bisa melihat dari kaki rapuhnya serta keriput yang memenuhi tubuh kurusnya.

Mereka memasuki pekarangan rumah itu seraya memandang sekitar. Sungguh pemandangan yang tak indah, membuat seorang namja dan seorang wanita paruh baya memandang ngeri, yang tidak lain adalah eomma dan hyung-nya. Sedangkan Jinki sendiri, cuek. Sibuk menatap lurus sambil menarik koper hitam miliknya yang besar.

Berjalan beberapa meter dan memasuki bangunan besar itu. Mereka terperangah, tentu kecuali Pak tua dan Eomma yang telah melihat sebelumnya. Takjub dan tak bisa berkata-kata, itulah ekspresi yang terbaca jelas di wajah kedua namja itu.

Rumah yang megah dan mewah, semua itu membuat mereka tak menyadari hal yang tak kalah penting dari semua itu. Hawa pengap dan hawa lain yang sulit dijabarkan dengan kata-kata.

“Rumah ini benar-benar hebat,” decak Leeteuk dengan mata berbinar-binar.

“Ini kuncinya, Nyonya,” ujar Pak tua  Cheon seraya memberikan sebuah benda kecil pipih kepada Ibu Jinki.

“Tapi di rumah ini ada sebuah peraturan, Nyonya. Kalian tak boleh merayakan natal di rumah ini. Apapun yang berhubungan dengan natal. Pohon natal, pesta, kado dan yang lainnya,” sambung Pak tua Cheon memperingatkan dengan wajah serius.

“Kenapa?” tanya Jinki penasaran.

“Karena kutukan,” jawabnya bersamaan dengan kilat dan di selingi dengan guntur yang memekakan telinga, membuat semua orang tersentak serentak. Sedetik kemudian ribuan tetes air yang sejak beberapa waktu lalu tertahan secara serentak jatuh ke bumi, bersamaan dengan udara dingin yang menyeruak masuk melalui pintu rumah mewah itu, yang masih terbuka lebar.

Orang-orang itu memandang takut ke arah Pak tua Cheon yang masih beraut serius, bersamaan dengan debaran keras yang mereka rasakan, tentu kecuali Jinki. Yah, kau tahu, yang tak percaya dengan hal-hal mistis, meski cukup terkejut dengan suara petir besar itu.

Jinki menyunggingkan senyum remeh. “Kutukan?”

“Kutukan itu sudah lama terjadi, bertahun-tahun yang lalu. Setiap orang yang melanggarnya akan mendapat kemalangan dan akan berujung kepada kematian.”

Jinki terkekeh geli, sedangkan yang lain semakin ketakutan. “Maaf ya, Kakek. Apa tidak salah? Ini tahun 2012. Mana ada yang seperti itu,” bantah Jinki dengan nada mengejek.

“Kau boleh tidak percaya, tapi sudah ada yang mengalaminya, Nak. Kau sebaiknya jangan coba-coba. Sekarang tugas saya sudah selesai. Saya harus pergi sekarang.”

Laki-laki renta itu pergi meninggalkan mereka bertiga di dalam rumah besar itu. Kilat kembali datang menyabang panjang dan diselingi dengan gemuruhnya. Datang secara bertahap.  Dengan setia mengiringi hujan lebat pada malam ini.

Jinki memutar matanya ke atas kemudian memandang ke arah eomma dan hyung-nya. “Dimana kamarku?”

“Di atas ada dua kamar. Kalian pilih saja mana kamar yang ingin kalian tempati,” jawab Nyonya Lee.

Jinki segera melangkahkan kaki menaiki anak tangga dengan karpet merah di atasnya. Ia menarik kopernya. Di sana ia memilih sebuah kamar yang sangat besar, lebih besar dari kamar yang lainnya.

Kamar dengan ranjang super besar, di depannya ada sebuah lemari besar empat pintu. Di kanan ranjang ada sebuah jendela kaca yang tepat di sampingnya ada sebuah meja belajar, tentu beserta kursinya juga. Ruangan yang terlihat sangat luas, dan juga kosong.

“Ini empat kali lebih luas dari kamarku sebelumnya,” ujar Jinki puas kemudian segera melempar tubuhnya ke atas ranjang besar miliknya.

Seseorang membuka pintu dengan tiba-tiba. Sebuah kepala muncul dari pintu yang tak terbuka sepenuhnya dan memperhatikan seluruh sudut kamar itu. Terlihat kekecewaan dari wajah itu begitu jelas. Ia pun membuka pintu itu dan memasukinya. Melipat tangannya dengan kesal.

“Kamarmu lebih luas dan lebih bagus dari kamarku,” protes Leeteuk.

“Aku yang mendapatkannya duluan.”

Arraseo.

______

Jinki membuka matanya yang terasa berat. Memandang kosong ke atas beberapa saat kemudian terduduk. Mengedarkan pandangan dengan keadaan mengantuk. Dengan keadaan mata yang tak jelas terbuka atau terpejam. Tak ada siapapun.

Sejenak raut wajahnya berubah bingung, dan sesekali ia menguap. Rasanya tadi ia mendengar sesuatu. Mendengar seseorang memanggilnya. Terdengar lirih dan menyedihkan. Apa telinganya bermasalah? Seperti biasanya, ia tak begitu peduli. Dari pada memikirkanya, ia lebih memilih menyumpalkan headset di telingannya. Tertidur lelap kembali ketika kepalanya telah berada pada posisi semula. Di atas bantalnya.

______

Jinki memandang ke arah seseorang yang tengah duduk memandang keluar dari jendela kelas. Entah apa yang ia lihat tetapi orang itu selalu begitu. Ia hampir tak pernah berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Lebih banyak diam dari pada berbicara, bahkan wajahnya hampir tak pernah menunjukkan ekspresi.

“Anak aneh,” gumam Jinki, namun seketika anak yang sejak tadi Jinki perhatikan menatap Jinki dengan matanya yang tajam. Menatap seakan tahu apa yang baru saja ia katakan. Tentu saja itu membuat Jinki terkejut dan segera memalingkan wajahnya takut. Entah kenapa tatapan itu sangat berbeda. Sesuatu yang membius hingga orang merinding melihatnya.

______

Jinki memasuki rumahnya. Memandang setiap sudut dengan pandangan heran. “Kemana semua orang?”

Sebuah pesan masuk di ponselnya.

Leeteuk Hyung: Aku pulang sedikit terlambat, dan Eomma pulang sore nanti. Sebaiknya kau jaga rumah dan jangan berbuat macam-macam!

“Macam-macam?” gumam Jinki kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam sakunya dan pergi ke kamarnya.

______

Leeteuk memasuki pekarangan rumahnya. Hari hampir menjelang malam dan keadaan sudah mulai gelap. Dari tempatnya melangkah ia dapat melihat cahaya lampu telah menerangi rumahnya.

Leeteuk membuka pintu rumah itu dan sontak matanya membulat lebar. Raut ketakutan terukir sangat jelas di wajahnya, bahkan hingga tubuhnya serasa merinding.

“JINKIIIIII!” teriak Leeteuk seraya berlari menghampiri adiknya yang tengah sibuk menyiapkan makanan.

“Apa yang kau lakukan, Bodoh?!” teriak Leeteuk setelah melihat keadaan rumah mereka. “Apa kau sudah gila?!” sambungnya lagi seraya mengguncang-guncang tubuh Jinki dengan paniknya.

“Kau apa-apaan, Hyung?!” Jinki menjauhkan kedua tangan Leteuk dari bahunya dengan kasar. Jangan bilang kau percaya pada kutukan itu. Kau percaya pada pak tua itu?!”

Leeteuk terlihat sangat geram pada adiknya itu. Tanpa banyak bicara lagi ia segera mematikan lilin-lilin itu, serta lampu-lampu hias yang telah susah payah Jinki pajang. Leeteuk turunkan semua hiasan natal tanpa sedikitpun keraguan, dan hampir saja ia ingin membuang semua makanan yang Jinki masak untuk mereka.

Jinki berusaha menghentikan hyung-nya tapi itu tidak berguna, karena semua jerih payahnya kini sudah tak tersisa lagi. Yang tertinggal hanya makanan-makanan itu.

Hyung, apa yang kau lakukan?!” teriak Jinki marah. Menatap Leeteuk tajam.

“Menyelamatkanmu dari kutukan, Bodoh!”

“Kau tahu, aku mempersiapkan semua ini dari pulang sekolah?!”

Leeteuk memegangi kepalanya yang sakit karena darahnya telah naik memenuhi kepalanya. “Aku tahu kau ingin merayakan natal, Jinki. Tapi bukan di sini! Eomma akan mengajak kita makan malam di luar. Kenapa kau tak mau bersabar?”

“Kau tak memberitahuku. Jadi mana kutahu. Aku hanya ingin memberi kejutan pada kalian,” bantahnya kesal dan kecewa seraya melipat tangannya dengan wajah kecut. Berbalik memunggungi Leeteuk.

______

Mereka telah keluar dari rumah itu. Semua hiasan yang Jinki buat telah benar-benar disingkirkan. Sedangkan makanan-makanan itu disimpan ibunya di kulkas. Itu sungguh membuat Jinki kecewa dan sedih. Tapi itu tak berlangsung lama ketika mobil mereka berhenti pada sebuah halaman depan restoran yang bisa dikatakan cukup mewah.

“Wah! Aku tidak ingat terakhir kita makan di restoran mewah seperti ini,” ujar Jinki senang.

Mereka meninggalkan mobil mereka yang sudah terparkir dan memasuki tempat itu. Tapi bahkan belum sempat Jinki merasakan nyamannya kursi di sana, seorang pelayan menabraknya dan menumpahkan minuman ke bajunya.

Jinki menatap marah ke arah pelayan itu. “Apa yang kau lakukan?!” bentaknya.

“Aku minta maaf, Tuan!” ujar pelayan itu seraya membungkuk dalam. Merasa takut dan sangat bersalah.

“Arrgggh!” geram Jinki.

Jinki segera meninggalkan keluarganya dan pergi menuju kamar mandi dalam keadaan kesal. Tanpa sadar kutukan telah dimulai. Kutukan yang seketika bisa merubah hidupnya penuh dengan ketakutan dan sewaktu-waktu bisa membuatnya kehilangan nyawa.

Jinki memasuki kamar mandi. Ada beberapa orang di sana dan mereka memperhatikan kemeja Jinki yang kotor, sedangkan ia sendiri tidak terlalu memperdulikannya dan sibuk membersihkan pakaiannya sambil bergerutu di depan cermin besar di hadapannya.

Hingga beberapa saat berlalu, dan orang-orang itu telah pergi meninggalkan Jinki sendirian. Membuat keadaan menjadi sangat sepi dan sunyi. Begitu sunyinya bahkan membuat tetesan air dapat terdengar jelas di telinganya setelah ia menutup keran. Ia mengambil tissue dan mengeringkan tangannya yang basah.

Lampu tiba-tiba berubah redup dan terang untuk beberapa saar. Sesaat Jinki memperhatikan benda yang kira ia rusak yang menempel di atas atap kamar mandi. Ia jadi teringat cerita horor yang pernah ia tonton bersama teman-temannya. Entah mengapa ia menjadi tegang dan adrenalinnya naik. Ia memegangi tengkuknya takut, tapi ia tak mau berpikir macam-macam.Sekali lagi. Namja itu sekali lagi menepis ketakutannya dengan pemikiran dangkal anak zaman modern.

Lampu kembali terang dan kali ini tak meredup lagi, membaut Jinki berhenti melihat ke atas dan mengembalikan perhatiannya pada sang cermin.

Deg’

Sebuah sosok mata merah menatapnya tajam dari balik cermin. Terpantul bersama bayangannya, di belakangnya. Begitu menyeramkan.

Jinki berbalik. Kosong….

 Kali ini bagaimana bisa ia menepisnya? Wajahnya seketika pucat. Tanpa banyak berpikir ia berlari keluar. Berlari secepat yang ia bisa bahkan hampir terpeleset. Ia benar-benar ketakutan.

 Di sana, di luar kamar mandi suasana begitu berbeda. Terdengar bising dan begitu ramai. Beberapa orang sibuk mondar-mandir dan yang lainnya duduk dengan tenang di kursinya.

Jinki segera menghampiri keluarganya dengan wajah panik.

“Kau mau pesan apa, Jinki?” tanya Eomma, ketika seorang pelayan tengah bersiap mencatat pesanan.

“Tidak. Ayo kita pulang! Disini angker,” ujar Jinki panik dan wajahnya pucat. Ia menarik-narik lengan ibunya.

“Kau bicara apa?” tanya Leeteuk bingung.

“Aku lihat hantu, Hyung. Matanya merah. Dia di kamar mandi,” ungkap Jinki masih dengan kepanikkannya seraya menunjuk ke arah kamar mandi yang baru saja ia masuki.

“Duduklah dulu! Tenangkan dirimu, Jinki!” pinta Eomma halus.

“AKU BILANG AKU MAU PULANG! AKU TAKUUUUT!!!” teriak Jinki hilang kendali, membuat seluruh isi restoran menatap mereka.

______

Jarum jam terus berputar. Mengeluarkan suara tik… tok… tik… tok… dengan hentakan yang selalu sama. Satu-satunya suara yang menemaninya dalam sunyinya malam. Semua tampak begitu suram. Rembulan dengan para teman kecilnya pun tak ada yang mau menemaninya. Hanya awan hitamlah yang terus setia di atas sana.

Jinki memeluk lutut dan menenggelamkan kepalanya dalam. Ia bahkan tak bisa tidur hingga selarut ini. Kepalanya dipenuhi dengan bayangan mata merah itu. Mata penuh kebencian. Ini pertama kalinya ia melihat sosok seperti itu. Ia kira itu hanya ada di film-film. Menepis keyakinannya dalam tempo beberapa detik.

Entah mengapa udara menjadi semakin dingin. Tetapi ini bukanlah dingin yang berasal dari udara musim dingin atau pun tumpukan salju yang turun beberapa waktu lalu. Hawa dingin yang membuatnya merinding.

“Tolong aku… keluarkan… sempit…”

Deg’

Jinki tersentak. Napasnya tertahan. Seketika ia mengangkat kepalanya dan mengedarkan pandangan dengan cepat. Masih kosong. Tak ada siapapun. Sunyi….

Tik… tok… tik… tok…

Jarum jam kembali terdengar setelah tadi hilang beberapa saat, terganti dengan lirihan yang membuat bulu kuduk berdiri. Sunyi telah kembali, dan Jinki dapat membuang napas lega. Ia pikir ia harus pergi ke dokter THT besok.

“Tolong aku… keluarkan… sempit…”

Deg’

Suara itu terdengar kembali. Tubuh Jinki seketika menegang. Kaku. Ia kini yakin telinganya tak bermasalah, tapi suara itu dari mana asalnya? Ia yakin itu bukan suara Leeteuk, sedangkan laki-laki di rumah ini hanya mereka berdua.

Jinki memutar kepalanya ke kanan dengan kaku, mengikuti arah bola matanya yang lebih dahulu bergerak. Terlihat sebuah sosok keluar dari dalam tembok. Sosok menyeramkan dengan tubuh trasparan. Meski begitu dengan jelas ia bisa melihatnya. Wajah pucat. Darah yang mengering memenuhi pakaiannya. Mata sendu dengan raut dingin.

Jinki membatu, tetapi sosok itu semakin mendekat.

“AAARGH!” teriaknya ketika telah memasuki alam sadarnya. Berlari ketakutan menuju pintu.

“Kenapa ini?!” gumam Jinki panik ketika pintu itu tak kunjung terbuka meski ia telah berusaha mendorongnya sekuat tenaga. Sedangkan sosok menyeramkan itu semakin mendekatinya, dengan tangan terangkat dan ingin meraihnya.

Berkali-kali Jinki bergantian melempar pandangan kepada hantu namja yang seumuran dengannya dan kenop pintu yang terus ia guncang-guncang dengan panik dan ketakutannya. “Jangan! Jangan dekati aku! Ja… AAAAARGH!”

Jeritan memekakan telinga menggema di selutuh penjuru rumah besar itu. Nyonya Lee dan Leeteuk yang tengah tertidur lelap pun sontak terbangun dan berlari menuju kamar Jinki dengan paniknya. Di tempat itu, dilihatnya Jinki telah terkapar tak sadarkan diri di dekat pintu. Mata mereka membulat lebar.

______

“AWAAAAAS!” teriak seseorang seraya mendorong Jinki dari tempatnya berdiri. Mereka terjatuh. Di saat yang bersamaan terjatuh sebuah pot yang siap membuat kepala Jinki hancur lebur.

Jinki menatap takut kepingan-kepingan pot yang bisa dikatakan cukup besar itu. Cukup besar untuk membuatnya mati seketika. Tubuh Jinki bergetar hebat dan ia terpaku.

Yaah! Sadarlah!” teriak orang yang kini berada di sampingnya. Mengguncang-guncang tubuh Jinki dengan kuat.

Jinki tersadar dan menatap kaku wajah di hadapannya. Ketakutan masih begitu lekat di wajahnya. Ia begitu pucat. Sedangkan jantungnya masih berpacu dengan begitu cepat.

“Kau tak apa-apa?”

Jinki menelan ludahnya keras kemudian mengangguk, masih dengan pandangan tak percaya. “Te… terima kasih!” ujarnya terbata.

Dibawa Jinki ke sebuah tempat sepi dan diberikannya Jinki minuman hangat.

“Minumlah!”

Jinki meneguknya pelan. “Terima kasih, Kim Kibum! Aku ucapkan terima kasih sekali lagi. Aku kira kau orang yang aneh, ternyata kau orang yang baik.”

“Tidak apa-apa. Aku memang aneh,” ujar Kibum kemudian terlihat berpikir. “Kau… apa kau melakukan sesuatu?” tanyanya hati-hati.

“Melakukan sesuatu?”

“Kau diikuti makhluk halus, Jinki,” ungkap Kibum sontak membuat Jinki tersedak dan terbatuk-batuk.

Jinki melihat ke arah Kibum tidak percaya, sedangkan Kibum membalas tatapannya dengan wajah serius. “Ka… kau bisa lihat hantu?” tanya Jinki takut.

Kibum mengangguk.

Itu membuat Jinki terdiam dan berpikir. Mengingat apa yang ia lakukan beberapa hari yang lalu. “Kutukan itu!” pekik Jinki dengan raut pucat.

 “Kutukan?”

“Kutukan yang terjadi jika kau merayakan natal di rumah itu. Dan aku melakukannya beberapa hari yang lalu,” ujar Jinki semakin ketakutan.

“Kau telah membuatnya marah, Jinki. Harusnya kau tak melakukannya,” ujar Kibum dengan raut datar, sontak membuat Jinki bergidik.

“Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa dia ada di sini?” tanya Jinki takut seraya mengedarkan pandangan.

“Tenanglah! Dia tak ada di sini.”

“Kau kan bisa melihatnya, Kibum. Bagaimana jika kau jadi bodyguard-ku? Jadi kau pasti bisa melindungiku. Aku akan memberikan semua tabunganku dan uang jajanku untukmu,” pinta Jinki penuh harap seraya menggengam tangan Kibum erat.

Kibum menarik tangannya kasar. “Aku tidak mau,” tolak Kibum terang-terangan.

“Kenapa?” tanya Jinki kecewa.

“Karena….”

Mata Jinki terbelalak ketika melihat sosok itu muncul kembali. Sosok yang masih menatapinya dengan mata merah menyalanya.

“Arrrgh! Kibum! Kibum, di sana! Dia di sana!” teriak Jinki ketakutan seraya menunjuk sebuah sosok yang tengah berdiri menatapnya, kemudian berlari menjauh.

Kibum menghela napas kemudian mengejar Jinki setelah ia melihat hantu itu menghilang dari hadapannya. “Sial! Ternyata dia bisa lihat. Ini pasti jadi sangat sulit,” ujar Kibum dalam hati.

Dalam langkahnya Kibum mencoba berteriak, “Jinki, jangan! Jangan berlari! Cepat berhenti!” ujarnya berkali-kali.

Kibum semakin mempercepat lajunya dan dapat mengejar Jinki dengan susah payah. Ia menarik kerah Jinki dengan sangat kuat hingga namja itu terjatuh di lantai.

“Dia mengikutiku, Kibum,” ujar Jinki gemetaran.

Kibum memegangi kuat bahu Jinki dan menatapnya tajam. “Diamlah!” teriak Kibum.

Jinki tersentak hingga rasa gemetarannya hilang seketika.

“Kau akan mati jika kau panik, mengerti?” ujar Kibum dengan wajah serius.

Jinki menangis diam dan ia mengangguk pelan.

“Ayo kita ke kelas!”

To be continued….

Gimana? Kurang tegang, ya? Kurang serem, ya? Kurang menarik, ya? #mianhaeyo!

Author bukan orang yang suka nonton film horror, takut nggak bisa tidur dan nggak berani ke kamar mandi. Jadi nggak terlalu berpengalaman dengan cerita kayak beginian. Btw, saya emang suka maksain diri. Pasti banyak kurangnya dan feel horrornya nggak dapet banget. Tetapi author harap kalian mau memberi kritik dan saran buat author yang masih pemula ini. Siapa tahu bisa buat yang lebih baik lagi. Semoga para readers nggak kapok baca ff aku. #gomaweo!!!

 

Admin’s Note:

Hai Hana… maaf ya karena email kita ganti jadi ff kamu ini belum masuk ke email baru. Maaf karena baru dipublish sekarang karena 2 admin yang berwenang pegang email dan scheduler baru bisa pegang kompi sekarang *bow*

Sekali lagi maaf untuk ketidaknyamanan ini ya

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

27 thoughts on “[FF PARTY 2012] Kutukan Natal – Part 1”

      1. oke, akhirnya siap baca juga part yg satu ini….

        hana-ssi, aq penasaran, kenapa milih nama Leeteuk untuk jadi kk Jinki? apa ada alasan khusus milih dia?

        terus, mungkin karena aq bacanya ngebut sebelum masuk jam kuliah selanjutnya, aq ngerasa adrenalinny agak kurang. banyak lompatan-lompatan adegan yg membuyarkan suasana. kalau aja narasiny ditambah, pasti ceritanya oke punya!

        tapi aq penasaran sama history rumah itu… lanjut dulu, aaaah~~~

        1. aku juga mikir pengen ganti cast yang lain. tau sih nama marga leeteuk itu bukan lee. tapi ngerasanya mereka couple gtu nggak tahu kenapa. yah~ begitulah…

          emang kekurangan ff aku tuh emang narasi yang kurang, yang bikin berasa kecepetan. mkanya lagi belajar untuk belajar membuat alur yang nggak terlalu cepet. kurang lebih begitulah~

  1. eeehh, kiraain hari ini gak ada yang baru, iseng-iseng buka tetnyata masih ada ff party, keroyokan lagi..hahaha…
    Baca malem2, temanya horror pula… ckckck…
    Hana-ssi, awal baca saya bisa ngebayangin rumah barunya Jinki dan gambaran keseramannya, tapi Alhamdulillah ya saya bisa baca tanpa rasa2 merinding.. 😉
    Artinya saya bisa lanjut baca part duanya malem ini juga 😀

  2. siapa yg bilang ngga dpt?
    ini tuh feel’a dpt bangeeeeet thooooor
    bikin orang tegaaaang bgt

    ahhh kereeeeen’aaaa 😀
    aku mau lanjut baca part brikut’a yaaa
    bye :* 😀

    1. kalau tegang sih lumayan, dari pada lumanyun # eh becanda. maksudnya feel ketakutannya itu. tapi nggak papalah gomaweo. yang penting suka

  3. Bacanya hampir menuju tengah malam nih…
    Pas baca, sekali2 nengok ke belakang aku. Takut2 ada yg liaatin di belakang. Hiiiy…
    Feelnya dpt, walopun gag terlalu bkin merinding krena aku doyan bgt nnton film horron dan thirler. But tetep keren kok.

    Hana-ssi, a terbang ke part selanjutnya dulu, eoh?

      1. gore bukannya termasuk horror juga, ya? cuma karena ada thiller and misterinya makanya namanya horror. misterinya sih belum nongol ada di part duanya. thx dah komen ya!

    1. silakan bertegang-teganglah kalau baca malem-malem. saya mah pikir seribu kali kalo mau baca horror malem2. authornya sebenarnya penakut. thx dah koment!

  4. Kyaaaa! Hana… Ini dipublish jam brp sih?? Smlm jam 9an kyknya blm ada?kog tau2 pagi ini udh lgsg 3 part?

    Harusnya dibaca malem2 nih biar dapet feelnya.

    Tp siang2 juga dapet sih, walo mgkin kurg sedahsyat kalo malem.

    Good Job Hana-ssi.
    Lanjut ke part 2 ya..

    1. lumayan? bolehlah dari pada lumanyun # eh?
      postnya dari tanggal 12 deh. tepatnya jam berapa sih nggak tahu.
      wah thx komennya~

  5. aah, akhirnya dipublish jugaa…
    cukup tegang pas di rumah dan kamar mandi itu. dan aku suka dialog2nya..hohoho…
    bikin horror emang gak gampang, tapi buat part ini oke lah ^o^b. tanda bacanya juga udah rapi menurutku 😀
    penasaran alasan si Kibum nolak jadi bodyguardnya si Jinki.
    lanjut baca aaah…

    1. rapi? klo kurang rapi saya setrika dulu deh. #baju kali, ya? hehehe

      emang ni orang satu lagi belajar eyd. wah hana mah sadar banget hal yang begituan nggak bisa disepelekan. bahkan hana juga yakin masih banyak tuh kesalahan penulisan yang nggak hana sadari.
      thx ya, dhila!

  6. Kutukan benar-benar ada. Siapa hantu itu sebenarnya? Dari kata-katanya, keluarkan… sempit… sepertinya tuh hantu dikurung dan datengin Jinki setelah Jinki berencana bikin perayaan Natal. Apa itu hantu kutukan Natal? Nice story.

    1. emm… kayaknya kamu kurang paham ya? hantu ada dua. hantu yang terkurung itu beda sama yang punya mata merah. nanti pas baca part dua kamu juga ngerti deh. thx dah komen ya!

  7. annyeong, aku reader baru,*g ada yg nanya*
    bangaptta, hana-ssi
    waahhh ini pas bgt aq baca y mlem2 gini,, agak gimana gitu,,eeerrrgghhh ,
    itu koq c jinki karakter y nyebelin gitu y, hahhaha
    aku agak g suka ama karakter jinki,, terkesan sok,,tp aq suka ceritanya,,
    nice story, lanjuut dulu ah,,
    cuuuussss

    1. kan biar seru gitu, yukiee-ya! #smile
      oppaku itu terlalu sering dapet peran jadi laki-laki baik-baik. jadinya begini deh. klo dia nggak batu ya nggak bakal seseru ini, kan? #author kelewat pede.

Leave a reply to Starlit Cancel reply