The Silence of Saviors

The Silence of Savior

 

Author                        : Chanchan a.k.a Chandra Shinoda (@chandrashinoda)

Main Cast                  :

  • Lee Soonhee
  • Kim Kibum
  • Choi Minho

Support Cast             : 

  • Kim Jonghyun
  • Lee Taemin
  • Lee Jinki

Genre                          : Life, Crime, Horror

Length                        : Oneshot

Rating                         : PG-16

Disclaimer                  : I don’t own all SHINee members. They’re God’s. They belong to themselves and SMent. I’m just the owner of the story.

***

Annyeong!! FF ini aku persembahkan khusus untuk 3rd Anniversary-nya SF3SI. Semoga tetap jaya dan menghasilkan FF yang berkualitas. 😀

Warning: FF ini saya buat dalam tenggang waktu 2 Hari, jadi maklum ya sama typo atau adegan yang kurang ngenes #apadeh

oke, enjoy!

Suara mesin menggema di sepanjang jalan. Kilatan-kilatan lampu yang menembus kaca mobil terpantul bak bola-bola putih. Dua makhluk yang duduk di dalam kendaraan beroda empat itu masih belum saling bicara. Di tempat stir, duduk seorang laki-laki berkemeja hitam yang sibuk dengan rokoknya sementara di sampingnya ada seorang gadis manis. Gadis itu memegangi perutnya sejak tadi. Semua berlalu begitu cepat baginya. Kejadian yang begitu singkat hingga terbentuk nyawa baru di dalam rahimnya.

“Ada apa, Soonhee-ya? Kenapa sejak tadi kau tak bicara?” Laki-laki yang menyetir tadi –kekasihnya- melirik dengan wajah bingung.

Aniyo, Kibum-Oppa. Aku hanya lelah saja.” jawabnya setengah berbohong. Jujur, ia belum siap mengatakan apa yang telah terjadi pada Kibum. Hubungan yang mereka lakukan tiga minggu lalu ternyata membuahkan hasil. Sayangnya hasil ini menuntut keberanian yang tinggi dan menentukan masa depan, sebab itu Soonhee perlu nyali yang besar untuk berani mengatakannya pada Kibum.

Chagi, kita sudah sampai,” Kibum menghentikan mobilnya di depan pagar apartement Soonhee.

“Terima kasih sudah mengantarku, Oppa,” ucap Soonhee lembut sembari turun dari mobil.

Kibum memandangi Soonhee yang mulai berjalan menjauh. Gadis ini begitu cantik dan mempesona di matanya. Hampir setiap ia tersenyum selalu memancing hasrat laki-lakinya. Bisa bercinta dengan gadis itu merupakan kesempatan emas. Di ronde berikutnya mereka harus melakukannya dengan lebih menantang lagi.

“Selamat malam, boneka favoritku.”

***

Di meja makan tampak seorang namja yang tengah menunggu Soonhee sambil melahap semangkuk Kimchi. Namja itu, Kim Jonghyun, saudara tirinya. Lima tahun yang lalu, tak lama setelah ayahnya meninggal ibunya menikah dengan ayah Jonghyun. Meski kini hidup di tengah keluarga yang lengkap, namun Soonhee sama sekali tak berniat melupakan ayah kandungnya. Sampai saat ini nama yang ia pakai tetap Lee Soonhee, bukan Kim Soonhee.

Bicara tentang masalah Jonghyun dan Soonhee, hubungan mereka selama ini cukup baik. Jonghyun adalah seorang kakak yang periang dan tegas baginya. Ia bekerja di rumah sakit Seoul sebagai seorang dokter umum. Banyak hal yang dikagumi Soonhee pada diri Jonghyun mulai dari kepintaran sampai kemampuannya menaklukan hati gadis-gadis. Hanya satu hal yang ia benci dari Jonghyun, namja itu tak pernah menyetujui hubungannya dengan Kibum.

“Mengapa baru pulang?” tanya Jonghyun serawutan dengan mulut penuh kimchi.

“Tadi aku mengerjakan laporan fibrosarkoma sampai pukul 8 malam bersama kelompokku. Besok harus dikumpul, jadi tidak bisa ditunda lagi.” jawab Soonhee seadanya lalu duduk di samping Jonghyun. “Tenang saja, Kibum Oppa yang mengantarku pulang.”

Kelopak mata Jonghyun menyipit. Bukan karena Soonhee menyebut nama Kibum, namun karena aroma tubuh gadis itu. “Kibum merokok di dekatmu lagi?”

Ne, waeyo?”

Yaa, jangan memandangku seperti orang bodoh. Kau mahasiswa kedokteran semester 4, kau tahu bahaya menjadi perokok pasif dan aktif, dia juga orang yang suka mabuk-mabukkan, mengapa masih dekat-dekat laki-laki itu?” Jonghyun mendecakkan lidah. Ia mulai bosan memperingatkan Soonhee tentang namja chingu-nya –yang ia yakin bukan laki-laki baik-baik.

“Hentikan, Oppa. Dia tidak seperti yang kau pikirkan. Meskipun tampak seperti berandalan, namun ia tak pernah kasar padaku. Dia pemuda yang baik.” ujar Soonhee sambil mendesah panjang. Sama halnya dengan Jonghyun ia juga mulai bosan dengan perdebatan ini.

“Baiklah jika begitu keyakinanmu. Aku berani bertaruh jika dia sampai menghamilimu, aku yakin dia tak akan mau bertanggungjawab.” tegas Jonghyun sambil melanjutkan makan malamnya.

Ucapan Jonghyun terdengar seperti samabaran petir di telinnga Soonhee. Hamil, oh tidak, dirinya memang sedang berada dalam kondisi itu sekarang, lalu soal bertanggung jawab ia yakin. Kibum bukan seperti orang yang Jonghyun tuduhkan. Ia percaya, Kibum pasti akan bertanggungjawab.

***

Kata-kata Jonghyun tentang Kibum yang tak mau bertanggungjawab masih terngiang-ngiang di telinga Soonhee. Sejak pagi tadi ia tak bisa berkonsentrasi pada materi kuliah. Hampir semua penjelasan dosen tak ada yang masuk ke telinganya. Untuk membayar hutang belajarnya siang ini ia menghabiskan waktunya di perpustakaan bersama sahabatnya, Minho.

“Jadi, apa yang ingin kau ceritakan padaku, Soonhee-ya?”

Soonhee menghela nafas sejenak. Pandangannya tertuju pada rumput hijau di luar jendela perpustakaan. Satu jam berkutat dengan buku ajar ilmu bedah membuatnya cukup penat.

“Ini masalah serius, Minho-ya. Tolong jangan katakan pada siapa pun termasuk Jonghyun-Oppa.” Soonhee berpaling dan memandang Minho tegas, nada suaranya terdengar mengancam.

Kedua alis Minho mengernyit. Entah mengapa laki-laki jangkung itu menangkap signal yang buruk tentang apa yang akan dikatakan Soonhee.

Soonhee telah berpikir ratusan kali tentang masalah kehamilannya. Awalnya ia ingin menyimpan masalah ini hingga ia siap mengatakannya pada Kibum, namun ucapan Jonghyun tentang ‘Kibum tak akan bertanggungjawab’ membuat  adrenalinnya terpancing. Ia harus segera membuktikan bahwa Kibum laki-laki yang bertanggungjawab, tapi sebelum itu ia harus menceritakan masalah ini pada seseorang dan meminta pendapatnya, dan satu-satunya orang yang akan mendengarkan ceritanya dengan baik adalah Minho. Ia bersahbat dengan laki-laki itu sejak SD.

“Aku hamil,”

“Mwo?!” Minho terperanjat.

Soonhee tertunduk. Ia mengusap perutnya, ingin berbicara pada makhluk yang sedang tumbuh di dalamnya tanpa tahu harus memberikan ekspresi wajah seperti apa.

“Aku serius,” Soonhee menatap Minho datar. Laki-laki itu bergeming. Ia menelan ludah beberapa kali dengan dada kembang-kempis yang mulai tak beraturan.

Aish, kenapa mengatakan hal seserius ini dengan wajah tenang begitu?” Minho mengusap pelipisnya, frustasi. “Kibum yang melakukannya padamu?”

Yaa, mengapa bertanya begitu? Aku bukan gadis murahan, tak mungkin aku mau melakukannya dengan sembarang orang,” bantah Soonhee, sedikit tersinggung dengan ucapan Minho.

Habis sudah sekarang. Minho tak punya kata-kata lagi yang  bisa ia ucapkan. Jika boleh jujur, ia sebenarnya menyimpan perasaan lebih pada Soonhee. Kerap kali perasaan itu membuatnya berpikir seandainya Soonhee putus dengan Kibum maka ia siap menjadi penggantinya, namun sekarang, semua itu seolah lenyap, sama sekali tak menunjukkan celah untuk menembusnya.

“Maaf, err, apa kau sudah mengatakannya pada Jonghyun Hyung?”

“Jangankan mengatakan hal ini, mendengar nama Kibum saja telinganya langsung memanas,” Soonhee mendecak. Ia kembali fokus pada buku dengan kedua alis bertaut.

“Kalau begitu kau harus minta pertanggungjawaban Kibum. Jika kalian berdua menghadap Jonghyun dan mengatakan hal yang sebenarnya, mungkin perasaannya akan sedikit berubah,” ujar Minho, bijak.

“Malam nanti rencananya aku akan menemui Kibum Oppa dan menjelaskan semuanya.” Soonhee sedikit ragu dengan perkataannya. Ia takut membayangkan bagaimana reaksi yang ditunjukkan Kibum nanti.

Minho tak menanggapi ucapan Soonhee. Ia membaca ada kegelisahan di mata gadis itu. Ia juga tak yakin apakah masalah ini akan selesai semudah itu nantinya. Minho tahu Kibum bukan namja polos yang gampang ditebak. Laki-laki itu memiliki kehidupan yang buruk baik dalam memilih pasangan atau pun pergaulan. Ia paham mengapa Jonghyun tak pernah menyetujui hubungan Soonhee dengan Kibum. Sejujurnya dirinya sendiri juga kurang suka dengan hubungan mereka jika melihat kepribadian kibum, bukan karena perasaan sepihaknya.

“Kenapa diam?”

“Err, tidak. Sebaiknya cepat kau beritahukan pada Kibum.” tanggap Minho sedikit gagap. Ia menggaruk-garuk kepalanya salah tingkah. Di balik alibinya ia menyimpan sebuah rencana. Ia masih belum yakin dengan reaksi Kibum saat mendengar pengakuan Soonhee, jadi ia memutuskan untuk mengupung pembicaraan kedua orang itu nanti.

***

Udara dingin menggerogoti tubuh Soonhee. Hampir lima belas menit ia menunggu setelah memencet bel apartement Kibum. Tak ada jawaban. Bahkan sms atau telepon pun sama sekali tak mendapatkan respon.

Soonhee hampir putus asa hingga telinganya menangkap suara langkah kaki mendekat ke pintu. Benda berbahan dasar kayu itu terbuka perlahan. Penghuninya muncul dalam keadaan rambut basah dan telanjang dada.

“Maaf, Chagi, barusan aku mandi, ayo masuk,”

“Ne, Kibum Oppa,” Soonhee bergegas masuk. Ia meletakkan tas tangannya di meja kemudian duduk santai di sofa panjang yang terletak dibagian tengah ruang tamu.

Kibum duduk di samping Soonhee. Ia duduk sambil menyilangkan kakinya dengan kedua tangan terlentang bebas di puncak sofa.

“Tumben datang malam-malam begini,” ujar Kibum dengan mata terpejam, fokus untut merilekskan pikirannya,

“Iya, aku ingin megatakan sesuatu, Oppa,” bisik Soonhee dengan suara sedikit bergetar.

“Kau kedinginan?” Dahi Kibum mengerut. Ia memandangi tubuh Soonhee. Yeoja itu gemetaran.

“Sedikit,” jawab Soonhee sembari tersenyum tipis. Bersamaan dengan itu Kibum menyentuh puncak kepalanya, mengusapnya lembut.

Kibum menatap Soonhee dalam. Tangannya beralih turun, memegangi kedua pipi Yeoja itu. Perlahan Sali mendekat hingga bibir keduanya saling beradu.

Soonhee refleks melingkarkan lengannya di leher Kibum. Ciuman lembut yang didaratkan namja itu membuat darahnya berdesir hebat. Ia bisa merasakan ketika lidah Kibum menjelajahi rongga mulutnya, membelit lidahnya, membuat darah keduanya memanas.

Tangan Kibum beralih turun. Meraba kedua gundukan Soonhee yang masih terbungkus bra dan kemeja tipisnya. Bibirnya tetap membekap bibir Soonhee, membiarkan erangan yeoja itu berpalu dengan bibirnya ketika ia meremas dadanya.

“Bagaimana, Chagi sudah merasa lebih hangat?”

“N.. Ne,” ucap Soonhee, terbata. Suaranya sulit keluar karena Kibum masih menggerayangi leher dan dadanya. “Oppa, hentikan dulu, aku mau mengatakan sesuatu,”

“Katakan saja,” Kibum belum mau berhenti. Tangannya mulai merayap di balik kemeja Soonhee, mengusap kulit mulus yeoja itu –yang semakin memancing nalurinya.

“Oppa, hhh… a..aku hamil,”

“Ne? Kau bilang apa?” Kibum mendadak berhenti. Ia melepaskan tangan dan bibirnya dari tubuh Soonhee, beralih menatap Soonhee bingung. Nalurinya seketika lenyap.

“Aku hamil.” Soonhee mengulangi perkataannya.

“Mwo? Kau?! Aish!” Kibum mendengus. Ia mengusap wajahnya kasar. garak tubuhnya yang semula santai seketika berubah tegang .

“Kenapa, Oppa? Ini anakmu,” Kedua alis Soonhee mengerut, tak mengerti mengapa sikap Kibum menunjukkan kegelisahan.

“Tidak, tidak. Gugurkan anak itu!” Kibum menatap Soonhee nanar. Ia tak siap menerima kenyataan yang akan menuntut tanggung jawab besar itu.

“Mwo?!” Soonhee balas menatap Kibum sengit. “Apa maksudmu? Bukankah kau yang telah meniduriku berulang kali? Kau selalu berjanji akan bertanggung jawab. Mana bukti ucapanmu?!”

“Huh, seharusnya kau yang pintar menjaga diri. Kenapa mau saja meladeni permintaanku? Murahan!” sungut Kibum sedikit berteriak. Dadanya kembang kempis tak beraturan diiringi raut wajah yang kemerahan menahan emosi.

Plaakk! Soonhee refleks menampar pipi Kibum. Ia tak tahan dengan kata murahan yang barusan disebutkannya. “Murahan katamu? Lalu kau apa? Peminum, perokok tukang mabuk?! Jika kau tak mau bertanggung jawab akan kulaporkan kau ke polisi!”

Plakk! Kibum balas menampar Soonhee. “Kenapa harus ke poilisi. Bagaimana kalau kita akhiri saja sekarang?”

Bukk! Kibum memukul perut Soonhee.

“Arrghh, apa yang kau lakukan, Kim Kibum?!”

“Kau tidak dengar? Akan kuakhiri sekarang!” Kibum menjambak rambut Soonhee. Gaidis itu berusaha melawan namun tenaganya kalah jauh dibanding Kibum yang seorang namja hingga akhirnya ia terjatuh ke lantai.

Buukk! Kibum menendang perut Soonhee. Yeoja itu semakin kesakitan. Perutnya terasa ngilu, hingga tak ada kata apapun yang bisa diucapkannya untuk membalas perlakuan Kibum.

Buukk! Sekali lagi Kibum menendang menendang perutnya, membuat Soonhee semakin menggeliat kesakitan.

“Bagaimana rasanya, hah? Mau kutambah lagi?” tanya Kibum sambil berjongkok, menatap Soonhee jijik.

Belum sempat Soonhee membalas terdengar suara gebrakan dari pitu depan. Seseorang sepertinya mendobrak pintu itu. Kibum refleks menoleh sekaligus khawathir jika ada orang lain yang menyaksikan tindak kekerasannya.

“Hentikan, Kim Kibum!” Rupanya yang menerobos masuk barusan adalah seorang namja beperawakan tinggi –sahabat Soonhee-Minho.

“Kau!” Kibum mendesis, tangannya terkepal.

Minho berjalan mendekat. Dengan kasar ia menarik Kibum, membuatnya berdiri dengan paksa.

Buaakkk! Minho melanjarkan pukulannya. “Kau apakan Soonhee?”

“Kenapa tak tanya padanya?” Bukk! Kibum membalas pukulan Minho.

Minho semakin geram. Aksi kekerasan keduanya terus berlanjut hingga salah satu diantara mereka terdesak. Soonhee menyaksikan perterngkaran keduanya tanpa mampu berbicara apa-apa. Ia masih memegangi perutnya., berusaha melawan rasa nyeri yang begitu hebat diiringa rembesan cairan kental yang ia rasa mulai mengalir keluar di daerah kewanitaannya.

“Pergi, kau! Jika tidak, aku benar-benar akan menghabisimu!” tukas Minho. Ia menatap nanar pada Kibum yang terpojok di sudut ruangan sambil menggeliat menahan beberapa memar yang menimbulkan rasa ngilu di tubuhnya.

Sontak Kibum berdiri. Ia kontan berlari keluar, tak menatap Minho lagi, lebih tepatnya menyelamatkan nyawanya yang sudah di ujung tanduk.

Minho segera menghampiri Soonhee. Ia sempat panik saat tubuh yeoja itu sudah tak bergerak ditambah dengan cairan merah yang merembes semakin banyak ke kakinya. Dengan sigap memegangi leher Soonhee, mencari-cari denyut nadinya.

“Masih ada,” Minho bernapas lega. Ia segera mengangkat tubuh Soonhee. Gadid itu harus segera mendapat pertolongan. “Bertahanlah, Soonhee-ya.”

***

Hamparan Hijau terbentang ketika Soonhee membuka matanya. Ia duduk perlahan sambil menghirup udara segar yang merilekskan paru-parunya. Sebelah alisnya terangkat. Hei? Dimanakah dirinya sekarang? Ia sama sekali tak mengenal tempat ini.

“Sudah bangun rupanya?” tendengar suara seseorang tak jauh dari dekatnya.

Soonhee menoleh ke sumber suara asing barusan. Ia mendapati seorang bocah laki-laki berdiri di sebelah kanannya selang beberapa meter.

“Tolong berikan aku nama,” ucap anak itu lagi. Ia mengenakan kemeja putih dan celana pendek selutut berwarna hitam. Wajahnya putih pucat dengan rambut yang tersisir rapi.

“Kamu siapa? Mengapa ada di sini sendirian?” Soonhee belum mengerti dengan maksud anak itu meminta nama.

“Ayahku yang membawaku kemari,” jawab anak itu singkat lalu mendekat perlahan.

Deg, Soonhee terdiam. Semua berputar kembali di kepalanya. Ia teringat apa yang dilakukan Kibum padanya, tapi, mengapa perutnya sudah tak terasa nyeri lagi?

“Aku kecewa padanya. Harusnya aku bisa tumbuh besar dan menjadi kebanggaannya, tapi sayang dia malah membuangku sebelum aku sempat lahir,” lanjut anak itu parau. Ia berdiri dengan tenang tepat di sebelah Soonhee.

Tanpa sadar Soonhee mulai menitikkan airmata. Ia tak tau apakah yang dirasakannya kali ini nuata atau tiak. Namun anak yang ada di sampingnya terlihat begitu jelas dan ia bisa merasakan ikatan yang begitu dekat dengan anak itu.

“Kenapa kau sendirian? Tak bermain dengan teman-temanmu?” Soonhee mengalihkan pembicaraan sekedar memperpanjang waktu diantara mereka.

“Ada, mereka tak jauh dari sini. Ayolah berikan aku nama agar mereka bisa memanggilku dengan mudah,” pinta anak itu lagi. Bukannya menjawab Soonhee malah memeluk anak itu erat. Ia benar-benar berharap bisa memeluk anak itu secara nyata, namun semuanya sepertinya telah terlamabat, meski begitu setidaknya ia bisa melihat anak itu meski dunia mereka berbeda.

“Lee Taemin, itu namamu,” ucap Soonhee begitu melepaskan pelukannya. Ia tersenyum pahit menatap anak itu.

“Jangan menangis. Aku tak akan kesepian. Sebentar lagi aku akan mengajak appa ke sini,” jelas anak itu sambil berjalan menjauh. “Nah, sampai di sini dulu ya,” Terlihat cahaya putih terpancar di belakang punggung anak itu. Satu-persatu anak-anak lain berlarian keluar menyambut kedatangannya dengan gembira.

“Tenanglah, aku akan selalu ada di sampingmu. suatu saat nanti jika malaikat mengizinkan kelak aku akan kembali padamu. Saranghamnida, Umma.” Satu-persatu anak-anak tadi masuk kembali ke dalam cahaya putih, perlahan menghilang hingga tak tampak apa-apa lagi.

***

Pendaran cahaya mentari menembus jendela besar di sudut ruangan.  Sepoi angin mengibaskan gorden putih yang melapisinya. Di sudut kamar yang bersebelahan Soonhee terbaring di tempat tidurnya. Baru beberapa menit ia membuka mata perutnya terasa perih lagi. Rasa nyeri itu menjalar hingga ke tulang belakangnya.

“Sudah bangun, Soonhee-ya?” Suara familiar menyambutnya ramah. Di sampingnya duduk seorang namja berkemeja rapi memakai jas putih.

“Kenapa aku ada di sini, Oppa?” tanya Soonhee lemah. Ia menatap selang infuse yang tertancap di pergelangan tangan kanananya.

“Biar temanku yang menjelaskan. Aku harus menjenguk pasienku sekarang.” jelas Jonghyun lalu meninggalkan ruangan. Bersamaan dengan itu seorang dokter senior masuk ke dalam berperawakan tinggi dengan senyum ramah.

“Bagaimana keadaanmu, Soonhee-ssi?” Kedatangan dokter itu memberi kejutan tersendiri bagi Soonhe, alasannya sederhana, ia adalah seorang obgyn, dosennya di universitas, dr. Lee Jinki.

“Entahlah, dok. Rasa nyeri di perutku jauh lebih buruh daripada dysmenorrhea saat haid.” Soonhee tersenyum tipis.

“Aku harus menyampaikan sesuatu padamu. Munkin berita yang kurang mengenakkan. Siapkah kau mendengarnya?” tanya Jinki penuh empati. Ia duduk tenang di samping Soonhee.

“Labih dari siap, dok.” jawab Soonhee yakin. Ia tahu benar apa yang akan Jinki katakan padanya.

“Dua hari yang lalu kau keguguran. Temanmu yang membawamu kemari. Janinmu tak bisa kami selamatkan akibat trauma berkali-kali yang ia terima. Syukurlah kau cepat mendapagt penanganan sehingga perdarahan yang kau alami tidak fatal.

Soonhee terdiam. Banyak peristiwa yang berputar di kepalanya. Mulai dari kehamilanya, tindak kekerasan Kibum, tak mau mendengarkan penjelasan Jonghyun tentang pribadi Kibum, hingga Minho yang entah darimana bisa datang dan menyelamatkannya.

“Soonhee-ssi, kau mendengarku?”

“Ne? ah.. iya, dok.” Soonhee refleks ketika Jinki menyadarkannya.

“Aku turut bersedih atas kejadian yang menimpamu. Kurasa kau perlu waktu untuk puluh kembali. Untuk sementara urusan kampus lupakan saja dulu. Aku telah membuatkan surat keterangan sakit untukmu, dan tentang masalah ini ak berjanji akan merahasaikannya agar tak sampai tersebar di pihak kampu.” papar Jinki pelan.

“Ne, gomapta,”

“Istirahatlah, sebentar lagi Jonghyun akan kembali menemanimu.”

“Baiklah, Dok.”

Soonhee menatap punggung Jinki ketika ia berjalan keluar ruangan. Rasanya sungguh malu berhadapan dengan dosen senior dalam keadaan seperti ini. Selain itu ia telah membuat aib untuk dirinya, juga untuk keluarganya.

Cairan bening mengalir di sudut mata Soonhee. Sebuah airmata penyesalan. Penyesalan atas tindakannya, serta penyesalan setelah kehilangan segalanya. Luka ini terasa begitu dalam baginya, rasanya tak mungkin untuk disembuhkan.

“Jangan menangis, Soonhee-ya.” Seseorang kembali datang ke ruangannya tanpa ia sadari.

“Minho? Kau tidak kuliah?” Soonhee buru-buru menghapus airmatanya. Jonghyun ternyata ikut masuk ke dalam kamarnya.

“Hari ini tidak ada jadwal kuliah, hanya diskusi yang dimulai pukul 10 nanti,” jelas Minho kemudian duduk di samping Soonhee.

Soonhee hanya tersenyum menanggapi Minho. Ia beralih menatap Jonghyun. Segan rasanya menatap laki-laki itu. “Oppa, jika sekarang aku minta maaf padamu apakah sudah terlambat?”

“Setiap orang itu pernah melakukan kesalahan, sampai yang fatal sekalipun. Tapi dibalik itu mereka selalu punya kesempatan kedua, kesempatan yang kita gunakan untuk merubah diri ke arah yang lebih baik.” jelas Jonghyun bijak. Ia mengusap puncak kepala Soonhee lembut.

Soonhee kembali menangis. Ia bingung bagaimana menanggapi tutur kata Jonghyun. Ia ingin menyampaikan terima kasih, namun kerongkongannya tercekat oleh air ludahnya yang mengental akibat menangis.

“Biarkan sajalah, semua ini sudah terjadi. Yang harus kita pikirkan, bagaimana cara menangkap Kibum sekarang? Oh ya, kau sudah mengejar Kibum ke apartementnya, Minho-ya?” Jonghyun melirik Minho.

“Sudah, Hyung. Sialnya bajingan itu sudah kabur. Aku sudah lapor polisi, tapi belum ada kabar.” umpat Minho kesal.

“Biarkan saja, karena sebentar lagi riwayatnya akan tamat.” tegas Soonhee berapi-api, namun ucapannya sama sekali tak dimengerti oleh Jonghyun dan Minho. “Semalam aku bermimpi bertemu anakku. Dia seorang laki-laki. Di mimpiku dia berkata akan menjemput ayahnya. Biarkan saja polisi yang mengejar, urusan kita dengannya hanya sampai di sini.”

***

Kibum berdiri sambil berkacak pinggang di tepi jalan. Usahanya kabur sampai sejauh ini membuatnya cukup kerepotan. Sekarang ia harus memulai hidup baru di kota yang baru. Jalananterlihat ramai, cukup menyulitkan untuk menyebrang, namun untuk terhindar dari kejaran polisi ia harus melewati rintangan apapun.

“Hyung, bisa tolong bantu aku menyebrang?” seorang bocah menghampirinya. Bocah itu memakai kemeja putih dan celana hitam selutut. Wajahnya pucat sementara tatapan matanya dingin dan tak memiliki arah.

“Boleh saja.” jawab kibum cepat. Tak ada salahnya membantu, toh ia juga mau menyebrang.

“Aku pegang tanganmu ya, Hyung. Aku takut, mobilnya banyak sekali.” ujar bocah itu lagi. Ia meraih tangan Kibum dan mencengkramnya erat.

Dingin, sepadan dengan wajahnya yang pucat. Mungkin dia sedang sakit, pikir Kibum dalam hati.

“Ya sudah, ayo menyebrang.”

Kibum melangkahkan kakinya hati-hati. Begitu di sisi kanan dan kiri tak tampak adanya mobil ia segera mempercepat langkahnya. Anak laki-laki yang menggandeng tangannya pun mengikuti aba-abanya daan berjalan dengan tenang.

“Appa, berhenti di sini saja,” Suara anak tadi refleks menghentikan langkah Kibum.

“Yaa, ini masih di tengah jalan, kau mau mati? Lalu, barusan kau panggil aku siapa? Appa?!”

Anak itu mendongak. Kelopak matanya melengkung menyerupai bulan sabit sementara bibirnya menyunggingkan senyum yang sama sekali tak bisa diartikan oleh Kibum.

“Kenapa? Aku memang sudah mati. Bukankah Appa yang membunuhku?” Sekali lagi suara anak itu menggema, menyampaikan seluruh emosi atas apa yang didapatkannya sebelum ia dilahirkan.

“Ka.. Kau, tidak mungkin,” Kibum mendesis pelan. Ia tak mampu berpikir jernih. Sesaat ia merasa bahwa ini hanyalah mimpi, namun semua terasa begitu solid, dan ia bisa merasakan bahwa dirinya memiliki suatu ikatan dengan anak itu.

“Temani aku, Appa, aku kesepian..,”

“Andwae!” bantah Kibum setengah berteriak. Ia berniat lari, namun tubuh bagian bawahnya sama sekali tak dapat digerakkan. Bola matanya yang dipenuhi senyum anak itu mulai memantulkan cahaya lain. Cahaya kuning yang perlahan semakin terang dan semakin mendekat, diiringi suara sirine yang bergema, terpantul oleh gedung-gedung tinggi di tepi jalan.

Brraakkkk!!!

***

Epilog

Pagi ini sebuah surat kabar di halaman 15 memuat berita duka. Seorang pejalan kaki dengan identitas Kim Kibum 20 tahun, tewas tertabrak truk yang melaju dengan kecepatan 60 km/jam. Sebelum tertabrak korban berdiri di tengah jalan dan sama sekali tak mempedulikan bunyi sirine dari supir truk. Pada pemeriksaan supir truk dalam keadaan sadar dan tak ada tanda-tanda di bawah pengaruh minuman keras. jadi peristiwa ini murni dinyatakan sebagai tindakan bunur diri.

Soonhee menutup koran pagi itu, meninggalkannya tergeletak begitu saja di lantai. Dilain tempat mungkin Jonghyundan Minho juga telah membaca berita yang sama dengannya. Kini korang itu tinggal sebatang kara di ruang tamu, hanya ditemani seorang roh anak kecil dan pemuda berlumuran darah yang membeku di sampingnya.

FIN

©2011 SF3SI, Chandra.

Officially written by Chandra, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

31 thoughts on “The Silence of Saviors”

  1. Uwaaa! Jinjja Kibum kejam sekali,
    tapi miris sama epilognya, hhhh..ending nya ok! ^^

    Authornya jurusan kedokteran ya? daebak! ceritanya! nice FF..
    udah lama, baru ada nih~
    pernah baca2 juga karya author yg lainnya, yg indigo itu~ saya lupa judulnya..he,

    Nah nah pokokonya saya suka, ceritanya mengandung pesan tersendiri… :p

  2. huwaah…merinding disko bacanya…
    ceritanya simpel, menungkap beberapa fenomena remaja kini..dan ada pesan tersirat di dalamnya..sukaa!
    dan, huwaa, kaget pas baca scene Key-Soonhee, pengen buru2 skip, eeh, trnyata cuma pendek..xD #abaikan

    dan yaah, aku suka endingnya..trus suka juga unsur supernaturalnya..haha, kak Chandra banget niih…wkwk.
    dan, intermezzo dikit. itu fibrosarkoma udah belajar ya di smster 4? aku baru mndalaminya di smster 6, huwaa, akunya telat berarti .___.
    trus Jinki jadi obgyn ya..ciyee..aku emang dah punya feeling dokter yg nanganin pasti si Jinki..haha.. :))

    suka dan sukaa sama genre ini. ditunggu lagi y kak karya2nyaa..semangat buat kuliahnya! 😀

  3. jinja! Key kejem amat disini..

    Love story nya kedikitan thor, harusnya si soonhee ma minong aza.. Kekekekkk

  4. Daebak !!!

    NGERI BANGET !!!!

    Aduh 2 hari aja jadi nya kayak gini apalagi kalo lebih ya. Bagus banget min tapi ngeri banget apalagi pas epilog. Ih ngeri

    Emang karya author ini bagus bagus loh aku udah sering baca. Author pasti punya bakat

    Cita cita author apa? Jadi penulis aja thor ^^ *)nah jadi ngelantur hehe

    Next post ya min tapi kalo ada key jangan antagonis lagi ya min
    please ~ㅠㅇㅠ~

    Good FF thor ^^

  5. kibum merokok? waaw…
    si Tae jadi hantu, hantu imut.. 😉

    Perasaanku aja atau bukan ya, sepertinya ff-nya Chandra kebanyakan horror..
    Kalau Kibum jadi cast-nya jadi cowok gk baik.. Mian klo salah..

    Ok Chandra, ditunggu karya lainnya.. 🙂

  6. Waduh, Key-nya brengsek banget di sini…ckckck, sampai mukulin Soonhee coba
    Minhom ah, sayang, cinta bertepuk sebelah tangan *tapi mungkin bisa berlanjut karena Kibum udah nggak ada* *eh*
    Horror di bagian akhir kerasa banget, untung bukan film, nggak kebayang aja ada penampakan pemuda berlumuran darah yang udah membeku
    Ceritanya singkat, tapi padat dan bermakna, banyak pesan moralnya pula
    semangat buat authornya ya 🙂

  7. Daebak!!! merinding bgt bacax,tp juga sempat menitikan air mata waktu sonhee ktemu anakx.. pas diakhir cerita horrorx kerasa bgt.. AUTHOR JJANG!!!!!!! ditunggu FF selanjutx….

  8. kok tumben si key dpt peran jahat? haha aneh rasanya.
    aigoo oppa kau jahat bgt sih!! tp menurutku ini gk serem/sadis bgt sih. kekerasannya jg gk terlalu kejem. trus typo bertebaran author-sshi. but over all ini keren.

    paling suka waktu endingnya. ngebayanginnya udh gk enak. kyknya seru tuh kl ada sequel 🙂

  9. CHANDRAAAAAAAA
    Salah banget aku baca ini malem-malem
    Ampun, aku geregetan. Semuanya! Aku geregetan sama semuanya
    Seandainya dibenahin lagi sedikit aja, ini oke banget feelnya
    Key nya, okelah dapet si manusia yang satu ini bajingan banget. Kurang dapet feel Minho sama Jonghyun, ya karena singkat dan kamu nulisnya buru-buru kali yaa..
    tapi kalau lebih dibenahin lagi pasti horornya bakal kelewat horor terus aku jadi gak bisa tidur 😦
    Jinki jadi OBGYN? kebayang Joong Ki xD

    btw, baru ini aja nih aku baca Key nya beneran bejaaaaattt banget
    sebejat bejatnya bejat chand, baru ini. Aku baca sampe sakit hati hahahaha
    Tugas kuliah numpuk ya? Semangat yaaa ^O^
    semoga punya jeda waktu buat nulis lagi *lirik ff sendiri ._.*

  10. andai di dunia semua laki-laki bejat kayak gtu dibunuh sama anak mereka yang mereka bunuh pasti saya merasa puas. huh, bagian terakhir pas epilog bikin saya rada ngeri. hidup dibayangi orang mati.
    keep writing ya thor. semoga selanjutnya jauh dan jauh lebih serem dari ini…

  11. Ngetiknya beneran express kali ya, typonya lumayan banyak ‘-‘. Tapi nggak apa, aku masih dapet feelnya kok~

    Asli yang terakhir horor-_- jadi ngeri sendiri. Fighting Chandra Eonnie!

  12. hampir lupa ini ff horror.. wkwkwk soalnya horornya baru muncul pas di tengah ya.

    apa cuma aku ya yg ngerasa ini alurnya agak cepet? but overall, feelnya dapet. bikin nangis pagi2. huhuhu

    bikin ff ini buru2 ya. 2 hari. tp biarpun begitu, tetep harus perhatiin penulisannya ya 🙂 supaya yg baca gak slh tangkep mksd ceritanya. 🙂
    typonya lumayan banyak 🙂
    keep writing

  13. Chandra-ssi!!! keren bgt critanya! #histeris
    *angkat semua jempol* #eh

    Imageku ttg Kibum slama ini sweet tp jd kejam gini, aaaakkkk *mian
    tapitapiiii aku ga ngerti silence of saviors di drama ini mksdnya siapa? maaf oon bgt. kkkkkk

  14. buahahahaaaa… aku ketawa loh beneran pas mulai baca cerita ini.. inget ff aku sendiri yang mirip2 tp castnya ketuker gtu.. d sana malah minho yg ngehamilin pacarnya dan key yg jadi tokoh baiknya.. untung minho gak sejahat key…
    terlepas dr kesamaan yg gak disengaja, ini ceritanya bagussss… emang sih keliatan buru2nya.. tp tetep aja aku merinding di bagian endingnya.. 😉 ya ampun.. emang topik remaja hamil d luar nikah itu always be HOT topic.. aku sendiri ngeliat langsung satu keluarga yang 3 anak ceweknya MBA di usia sekolah.. 🙄
    nice FF! like it 😉

  15. NYESEK BANGET NYESEK. Kibum jahat banget biarin Soonhee keguguran! *walau sebenarnya sedikit aneh bayangin key jadi jahat dan ganas disini wkwkwk*
    Anyway, semoga lebih teliti lagi ya thor saat menulis and keep writing 😀

  16. Kejam sekali KiBum
    SoonHee sejak awal harusnnya mendengarkan oppanya dengan baik, sehingga tidak perlu ada hubungan dengan KiBum
    Kasihan TaeMin, hanya muncul dengan kesedihan dan kemarahan. Muncul setengah-setengah.
    Apalagi JinKi yang muncul sangat minim

    Wah author mahasiswa kedokteran, hebat
    Unsur horonya dapat banget dibagian akhir.
    Jadi ngeri gimana gitu. Bayangin wajahnya Key yang tak bisa dideskripsikan dan TaeMin yang tersenyum miris.Ngeri

  17. Thor, tanggung jawab! Ane takut ke wc sendirian -______-

    Nice FF thor, serem juga pas baca Kibum nendang perutnya Soonhee, merinding sendiri.

    Endingnya keren, ga berbelit2.

    Keep writing thor!

  18. Anyeong ^^
    Whoaaa ini keren thor,,,
    Klo mnrtku cerita ny bs dijadiin~hmm~semacem pelajaran gt ttg free s*x yg ujung2ny aborsi,,
    😀

    Keep writing and fighting ÿ̲̣̣̣̥ɑ̤̥̈̊α̇̇̇̊ (ง’̀⌣’́)ง

  19. Huwaaaaaaa,,,,,,, Kibum q yg manis, baik, cute, cantik, tampan, polos *ups,,,,,, kenapa d sini jahat ??? Huhuhu *nangisCeritanya
    Kibum oppa,,,, cerita.a kreeeennnnn,,,,,,,, tpi knpa Kibum oppa hrus brlmuran darah ??? Knpa g ttp cakep badai membahana #lebay wlpun udah meninggal ketabrak truk ??? Gpp yg pnting asli.a masih cakep hehe

    maaf ea thor q banyak cincong

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s