Bukan Pecundang

Bukan Pecundang

Just Confension III : Bukan Pecundang

Author : Megian

Main Cast : Park Cheonsa, Choi Minho

Other Cast : Lee Taemin

Rating : PG- 17

Genre : Romance

Summary :  Aku tidak mau itu terjadi, lebih baik kau tahu dariku langsung, bukan dari dia. Aku tidak mau dianggap pengecut hanya soal perasaan suka begini,”

Selamat Membaca^^

Sekarang jika seandainya aku ingin menyerah, ingin berhenti untuk memiliki perasaan ini apakah aku akan disebut sebagai pengecut? Penakut? Kenapa harus begitu, bukankah ini perasaanku? Kenapa jika aku tidak berani lagi untuk mempertahankannya kenapa aku yang di sebut pengecut? Itu bukan kesalahankan? Dan itu bukan hal yang patut diolok.

Tapi jika aku ingin berhenti bagaimana caranya? Aku benar – benar terlihat sebagai pencundang bodoh.

“Cheonsa noona!” aku berbalik mendengar namaku dipanggil.

“Ya?” tatapku bertanya, dia berusaha tenang meski kelihatan terengah.

“Aku akan mengadakan acara makan – makan di rumah kami yang baru, kau sudah tahu beritanya kan? Jangan bilang kau baru mendengarnya sekarang,” cowok tampan berperawakan lucu ini menatapku sambil menggeleng tidak menyangka.

Aku tertawa pelan,”Tentu aku tahu, kita ini seorganisasi, kau juga anggota para anak keren popular yang labil itu kan?” dahinya berlipat mendengar panggilanku untuk nama teman sekelompoknya itu.

“Anak keren yang labil?” Aku mengedikkan bahu.

“Aku akui kalian memang keren, tapi jika semua orang tahu sifat kekanakan kalian, kurasa nama itu pantas untuk kalian,”

“Thank’s sudah memberi nama baru untuk kami,” ucapnya dengan tendensi menyindir.

“Jangan sungkan,” aku menjawab tidak tersindir.

“Ngomong – ngomong noona tidak berniat melakukan sebuah pengakuan?”

“Pengakuan? Pengakuan apa?” dahiku berlipat tidak mengerti diikuti alis kanannya yang menggantung.

“Dasar penakut!”

“Apa? Bicaralah yang jelas!” bentakku tertahan mendengarnya yang menghujat tidak jelas.

“Kau suka pada Minho hyung-kan Noona?” aku terdiam beberapa saat, apa begitu jelas di matanya ekspresiku saat melihat Minho? Tapi semua orang tahu, aku adalah orang yang paling ahli mengendalikan ekspresi wajahku. Lagipula tidak ada satupun orang yang aku beritahu hal suka menyukai ini. Nah kalau begitu, dari mana dia tahu?

“Siapa yang bilang aku suka dia?” tanyaku memasang ekspresi penasaran. Dan beberapa detik kemudian dia menyeringai licik.

“Kau ternyata orang yang ceroboh, noona,” lalu dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah notes, eh sepertinya itu diary, tunggu! Warnanya hijau, ada gambar clovernya. Hei itu milikku!!

“Dari mana kau dapatkan ini?” tanyaku setelah menyambar diary itu dari tangannya.

“Sewaktu kita rapat dengan anggota lain di taman, noona kan yang membereskan berkas – berkas milikku? dan diary itu ada di antara berkasku. Ini bukan kukarang, diary itu terjatuh dan terbuka. Aku membacanya, dan ternyata itu milikmu. Milik Park Cheonsa yang menyukai Choi Minho,” akhirnya dengan seringai licik yang membuatku menyesal mempercayakan dia menggantikanku sebagai ketua dewan siswa.

“Halaman berapa saja yang kau baca?” tanyaku membalik – balik diary itu.

“Hanya halaman terakhir yang masih ada penanya, jadi waktu jatuh halaman itu yang langsung terbuka. Tenang saja, aku juga mengerti privasi, jadi aku hanya baca yang kalimatnya begini, Aku Park Cheonsa…,”

“Argh, Stop!!!” dia tertawa, entah apa yang dia tertawakan. Betapa mengesalkannya rahasiamu diketahui oleh bocah seperti ini.

“Makanya kalau suka itu bilang. Bukannya di tulis, dasar noona payah!”

“Jangan menasehatiku bocah!”

“Aku hanya belajar dari seseorang, perasaan itu diungkapkan bukan dituliskan, atau kau berniat menjadi penulis? Lalu menjadikan perasaanmu sebagai media latihan?” tanyanya memiringkan kepalanya, bossy sekali lipatan tangannya. Belum pernah dihajar dia rupanya.

“Sudah pergi sana, dari tadi kerjamu menginterogasiku saja,”

“Ok, baiklah, aku hanya menunggu berita baik darimu ya noona, kalau tidak jangan berani datang ke ruang dewan,”

“Memangnya siapa kau berani – berani mengancam?”

“Aku ketua dewan siswa, Park Cheonsa!” teriaknya yang sudah berlari menghindari amukkanku. Beraninya dia menggunakan statusnya itu.

Sial!!! Aku benar – benar sial! Cepat atau lambat Minho pasti akan tahu ini, karena Taemin itu juga teman – temannya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bukankah kemarin aku ingin berhenti menyukainya? Lalu sekarang kenapa malah pilihan yang tersisa dan yang mesti aku lakukan adalah mengakuinya, dan langsung padanya?

Tuhan dosa apa yang sudah kubuat di masa lalu sampai harus sesial ini? Tapi jika aku pikir – pikir ini lebih baik daripada menyerah sebelum berusaha, kurasa.

Ok, baiklah, aku akan melakukannya.

Ini benar – benar di luar dugaan dan Taemin akan membayar mahal jika hal ini malah menjadi ketakutan baru bagiku -walaupun aku tahu ini karena kecerobohanku.

***

Tidak ada yang pernah bisa menyalahkan keberadaan rasa suka di dalam hati. Sekalipun keberadaannya di waktu yang tidak tepat. Rasa suka adalah anugerah yang tidak pernah salah. Jika saja semua orang bisa membawanya dalam arti yang sederhana. Rasa suka bukan pacaran, rasa suka bukan fanatisme, rasa suka bukan anerkisme, rasa suka bukan fisik. Rasa suka itu adalah media hati untuk menghargai suatu hal lebih banyak. Itu menurutku, tapi jika itu berkembang menjadi cinta, aku tidak tahu harus memberikan pengertian sederhana seperti apa lagi.

Aku memperhatikan satu persatu pemain bola di lapangan rumput hijau di belakang sekolahku. Ada hal – hal yang membuatku selalu tersenyum setiap aku kesini dan semuanya selalu berhubungan dengan dia. Sungguh, dia itu sudah seperti perangko dan amplop kalau sudah di lapangan. Terkadang aku berpikir, mana yang menjadi prioritasnya nanti jika dia sudah punya pasangan, wanitanya atau bolanya?

Hap

Aku reflex menangkap botol minum yang dilempar padaku, melindungi diri. Dan ternyata saraf motorikku bekerja dengan baik.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya. Dia dan aku tinggal di jarak 5 rumah. Aku sering ke rumahnya, hobi ibuku dan ibunya sama, berkebun. Sehingga aku sering ikut ibuku jika berkunjung ke rumah ibunya untuk bertukar jenis tanaman baru yang berhasil mereka kembangkan.

Dan kalimat itu hampir setiap bertemu di rumahnya selalu dia ucapkan, entah itu hanya basa – basi payah yang dia milikki atau dia memang tidak suka aku ada di rumahnya.

“Sebenarnya kau hanya berbasa- basi, atau kau tidak suka aku di sini?”

“Itu adalah basa basi – basi untuk mengusirmu dari hadapanku,” jawabnya tidak peduli.

“It’s okay Captain, aku ke sini hanya ingin memintamu membaca ini,” dia mengambil diary yang sudah kubuka di halaman yang sempat di baca Taemin –yang membuat pertemuan bego ini terjadi.

2 Januari 2010

Aku tidak tahu lagi harus bersikap biasa seperti apa di hadapannya. Setiap dia bicara denganku aku selalu terpancing untuk marah, mendumal, menghardik, meringgis kesal, menatap benci, mendebat terhadap apa yang ia bicarakan dan sampaikan padaku. Aku tidak pernah mengeluarkan ekpresi – ekspresi yang dapat menjatuhkan aku sebagai perempuan berkharisma tinggi saat aku berada di depan orang banyak. Tapi saat bersamanya, ekspresi itu keluar seakan aku sudah terbiasa bersikap seperti itu sebelumnya.

15 Februari 2010

Dan betapa bodohnya aku, ketika aku malah menyukainya. Saat kita bisa melepaskan rasa marah dengan mudah tanpa berefek apapun pada objek tersebut, itu perasaan yang menyenangkan. Dan begitulah dia, dia sama sekali tidak menanggapi ekspresi kesal, marah, benciku padanya, dia hanya melambaikan tangannya, lalu menyodorkan segelas minuman padaku. Saat pertama kali itu terjadi, aku hanya menatap bingung namun tetap meminumnya.

11 Maret 2010

Untuk hari – hari berikutnya dia tetap melakukannya, kami berdebat, emosiku keluar, dan dia memberiku minum. Kau tahu? lama kelamaan aku merasa terbiasa dengan sikap itu, tindakannya itu menimbulkan presepsi berbeda, dia cowok baik yang apa adanya. Selama ini orang mengenalnya sebagai kapten galak yang sadis, mengeksekusi pemain lawan seperti membantai perampok. Tapi, perbuatan baik kecil yang dia lakukan berhasil membuat aku menyukainya.

19 Mei 2010

Tapi sekarang aku mulai lelah memendam rasa suka, yang timbul terhadap perbuatan kecilnya yang kudapatkan rutin setiap aku ke rumahnya. Degup aneh itu sering membuatku menumpahkan air yang dia berikan, aku sering tersedak –itu sungguh tidak lucu dan memalukan, atau membuat lidahku mati rasa karena tidak sadar bahwa minuman yang dia berikan itu masih panas. Aku menjadi aneh dan aku kehilangan charismaku. Aku sungguh tidak suka dengan kenyataan ini. Dan aku mulai berpikir untuk berhenti menerima ajakan ibuku untuk bertandang ke rumahnya.

29 Juli

Aku merasa seperti pecundang bodoh. Setiap aku lewat rumahnya, ibunya pasti mengajakku untuk sekedar menikmati teh sore di rumah mereka. Dan aku berulang kali menolak ajakan, yang sebelumnya tidak pernah ku tolak, teh buatan ibu Minho diracik sendiri oleh beliau dan itu enak sekali. Tapi apapun yang terjadi aku akan tetap mencoba berhenti menyukai si mata belo itu. Aku harus bisa.

Dia meneggakkan kepalanya. Setelah membalik halaman diary itu yang memang khusus diisi mengenai perasaanku padanya.

“Jadi kalau kau mau berhenti menyukaiku kenapa kau malah memberikan ini padaku? Apa maksudmu sebenarnya?” tanyanya dengan irama galak.

“Taemin bocah tengik, teman baikmu itu, tidak sengaja membaca itu. Cepat atau lambat dia pasti akan memberitahukanmu bahwa aku menyukaimu, lebih tepatnya pernah menyukaimu. Aku tidak mau itu terjadi, lebih baik kau tahu dariku langsung, bukan dari dia. Aku tidak mau dianggap pengecut hanya soal perasaan suka begini,” jelasku lelah. Dia menatapku, lama. Aku tidak tahu apa maksud sikapnya yang begitu. Dia mengambil pena dari dalam tasnya, lalu menuliskan sesuatu.

“Ini, aku pulang dulu,” dia membereskan perangkat olahraganya dan kemudia pergi meninggalkanku yang duduk di bangku penonton.

Maaf karena sering membuatmu kesal atau marah padaku, aku tidak tahu apa yang aku ucapkan bisa membuatmu kesal.

Dan bagiku cara terbaik meredakan rasa marah dan kesal itu adalah duduk dan minum. Lagipula aku senang melihatmu marah, kau terlihat lebih manusiawi jika begitu. Park Cheonsa yang ternyata juga galak.

Nona Park, jika kau menyukaiku itu sah – sah saja. Kau manusia dan manusia punya hati. Biarkan saja perasaan suka itu ada. Jika degup itu mengganggumu dan membuatmu malu, kau hanya perlu menarik nafasmu dalam – dalam dan jangan teruskan minummu.

Jika seandainya nanti kau mengizinkan, biarkan aku juga menyukaimu. Aku minta maaf sudah membuatmu lelah dan malu.

Choi Minho

Aku hanya bisa tersenyum membaca tulisan  itu. Solusi sederhana yang tidak mengada – ada. Sekarang aku mengerti kenapa aku bisa menyukainya, dia melihatku sebagai manusia, bukan Cheonsa yang tanpa ekspresi, atau Cheonsa yang berusaha bijaksana.

Dan ternyata dia cowok yang sederhana, mudah sekali hidup di matanya. Dan aku mesti banyak belajar darinya. Jika kau salah kau minta maaf. Jika kau gugup (dalam kasusku, deg-degan) tenangkan dirimu. Jika kau menyukai seseorang, ya suka saja, tidak ada larangan. Dan jika kau berharap dia juga menyukaimu, ya tunggu saja.

Hidup itu sulit, itu kenyataan. Hidup itu mudah, itu pilihan. Dan menjadi pengecut karena perasaanmu sendiri itu adalah pilihan yang nyata – nyata tidak asik.

5 – 19 September 2012

Ibuuu, ya ampuuun. Maafkan saya, atas cerita yang sangat kacau ini. Saya sudah mengedit di sana – sini. Tapi tetap saja masih typo baik penulisan kata, pemilihan kata, dan penjelasan ceritanya.

Terimakasih sudah membaca. Kritik dan saran akan sangat membantu.

..:megiannisa:..

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

51 thoughts on “Bukan Pecundang”

  1. annyong….hehehe
    ceritanya simpel tp kueereeen…aq pengen bc lagi…huhuhu
    eonni…jjang!!!hihihi

    salam kenal…uchi imnida…hehehe

      1. udah qu temukan beberapa ffnya…
        semuanya jjaaaang!!! hehehe

        aq iri ma keahlian mu eonni…huhu
        #peluk minho…

  2. Wkwkwkw

    “Taemin bocah tengik… ”
    aku hampir keselek baca dialog itu.

    Mengenai typo, aku gak ngerti. Mian ya Megi..
    Wkwkwk
    yg jelas aku suka sm semua confession series-mu!

    1. Nggak mereka nggak jadian. Ceritanya Cheonsa cuma ngaku suka aja.Lagipula si Mino orangnya sibuk. Makasih ya.

  3. Semuanya bagus dan keren, apalagi cara penyelesaian ceritanya, tidak berbelit dan membuar reader mengerti.

  4. eung.. ada satu kata yang agak mengganjal diakunya. Yang bener itu meringis atau meringgis ya? Duh, aku binguung… (?) #lupakan
    Adeu~ itu Minho juga sok sip bener. Taemin emang tengik. Deuuuu malu tuu maluuu~~ (??)
    Taemin tuh lama-lama kayak Key yah? Ember bocoor!! #plakplok
    Ihhh lutju deh. Cewenya rada dudul, Minhonya juga agak dudul (maksudlooo) duh ga tau deh dudul gimana yang pasti kok aku nganggep mereka agak dudul gitu (??) #lupakan lagi.
    LIKE IT!!! Ditunggu yaa karya lainnya ^o^

    1. meringgis deh kayaknya, tau deh reene, biar guru bahasa Indo sama Tuhan aja yang diskusi, hehe.
      Dudul, maksud? Iya ya, dari kemaren tokohnya dudul semua, atau authornya yng ddul, #puranggak tahu.
      Tnguin ya~

  5. Suami saya dikatain sama Cheonsa bocah tengik XD
    Lol sama aja kayak saya yang suka ngatain bocah ingusan*lari marathon*
    Ceritanya singkat, padat dan jelas banget. Tapi aku suka, kayaknya mudah di mengerti aja, tapi ceritanya gak cetek-cetek gitu sih.
    Pokoknya kereen!

  6. Wkwkwk, ngakak sendiri pas si Tetem dikatain bocah tengik wkwk. Taemin mulutnya bochor-bochor ya? *cat-in mulutnya Taemin pake No Drop* #krik

    Saya suka FFnya Author-ssi, daebak. Nggak tahu mau kasih comment apa lagi, keep writing!

  7. Wuaaa! suka banget dengan karakter Minho disini. dewasa.. ._.
    gak nyangka Taem jd bocah tengik yg bocor -_-.. aduh anak itu harus di lem mulutnya -_-

    eon! Aku suka! Amanat dan manfaatnya juga ada ^^
    good! ^O^

  8. 😳 joaaa~~ aku suka ffnya author-nim! ceritanya manis dan sederhana menurutku… bang mino cool banget disini! kesannya dewasa gitu, si tetem juga imyuuuttt cekaleh kkk~ ^^;;
    keep writing yaaa ^^b

  9. Hnggg, salah kayaknya baca ff ini… jadinya galau deh hahaha XD
    Ciye di sini Taemin jadi kayak malaikat penolong gitu ye. Coba gak ketemu itu diary, gagal deh menyatakan sukanya XD Minho juga tenang yah nanggepin gitu ada cewek yang nyatain perasaan.__. Mana nulisnya cepet pula(?)
    Eh, btw ini semacam series gitu yah? Ah, merapat ke library dulu abis ini biar bisa membuka mata tentang menyatakan perasaan(?)

    Btw, nanggepin kalimat ini, “Dan jika kau berharap dia juga menyukaimu, ya tunggu saja.” Nunggunya sampe kapaaannnn T~~~T #curcol #kabur

  10. udah qu temukan beberapa ffnya…
    semuanya jjaaaang!!! hehehe

    aq iri ma keahlian mu eonni…huhu
    #peluk minho…

  11. Cerita nya bagus thor
    Pendek tapi berarti dan memberi sebuah pelajaran
    Good ff thor
    Ada ff lain gak thor yang keren juga kayak ini?
    Wah apakah author pernah mengalami hal serupa? ㅋㅋㅋㅋㅋ

    Bikin lagi yang lain ya thor ^^

    Terima Kasih atas ff nya °•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

  12. Keren :))
    Semuaaa karna taemin, cm kalau taemin gak baca diary.a cheonsa~
    Paati dia gk bkal jujur sm 민호
    ㅋㅋㅋㅋㅋ

  13. Baca ff ini sukses bikin aku mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju atas semua kalimat yang ada disana. Kisah choensa sama dengan kisahku ;;)
    Aku suka part yang ‘jika kau menyukai seseorang, ya suka saja, tidak ada larangan. Dan jika kau berharap dia juga menyukaimu , ya tunggu saja’ terkesan cuek dan cool tapi pasti gitu 😀
    Pokoknya daebak ceritanya thor !!

  14. Suka banget sama definisi “suka” nya cheonsa..dan suka banget sama memanusiakan mereka berdua XD
    Eh Taemin di sini ga ada pasangan? sama aku aja yukk XD *PLAAKKK
    hahaha
    keren deh thor! keep writing yaaa

Leave a reply to Megian Cancel reply