My Earphone

my-earphone9

My Earphone

Title                : My Earphone

Author          : Han Aikyung (@ankkyung)

Main Cast      : Lee Jinki, Choi Jinhya

Length           : Oneshot

Genre              : fluff

Rating             : PG15

Disclaimer   : I do not own Lee Jinki, he’s belong to himself and God. I do not own Choi Jinhya, she’s belong to my friend, Thya (@LIDERONYU). This is for you girl ^^

My Earphone © 2012 Han Aikyung

Happy RCL ~^o^~

-o0o-

Mereka duduk dibawah pepohonan maple milik kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan fakultas masing-masing. Jinhya tengah berbaring telungkup di atas rerumputan di bawah pohon tempat mereka berlindung dari sinar matahari sambil menulis-nulis sesuatu di buku catatannya. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang. Satu-satunya objek yang ingin diajaknya bicara saat ini adalah manusia tampan yang tengah membaca buku di belakangnya. Manusia itu adalah pacarnya. Pemuda berambut cokelat kemerahan yang sedang menyandarkan punggungnya di pohon maple dengan kedua kaki menyilang dan kacamata bertengger di hidungnya.

Dari jarak ini, Jinhya dapat melihat keseriusan Jinki membaca setiap huruf yang terdapat di bukunya. Meskipun dia serius, tapi raut wajahnya tetap tenang, setenang hembusan angin yang menerpa mereka saat ini. Sisi samping Jinki sangat menawan. Dengan alis mata tegas yang sedikit tertutupi oleh framekacamatanya, dan mata sipit yang terlihat fokus. Hidung tempat kacamata itu bertengger terlihat sedikit berminyak, dan bibirnya terkatup rapat—seperti memberikan tanda bahwa dia tidak ingin diajak bicara saat ini. Jinhya menghela napas.

Gadis itu bangkit dari tidurnya dan terduduk dengan kaki melipat ke belakang. Tangannya yang tadi memegang pensil di taruhnya pinggang, seakan dengan pose seperti itu bisa membuat Jinki takut dan mengikuti kemauannya.

“Jinki,” panggilnya ketus. Jinki tidak bergeming dan tetap fokus kepada bacaannya.

“Lee Jinki-ssi,” ucap Jinhya lagi, kali ini menepukkan kedua tangannya untuk menarik perhatian. Tetap tidak ada respon dari pacarnya itu. Jinki bahkan terlihat membuka halaman selanjutnya.

Oppa,” Jinhya mengingat panggilan yang paling tidak disukainya. Dia berhasil.

Jinki mendongakkan kepalanya dari bukunya dan menatap Jinhya dengan aneh. “Kita sudah makan es krim tadi, Jinhya-ah. Tidak lagi,” Jinki kembali menatap bukunya.

“Huh? Maksudmu?” Tanya Jinhya heran. Seingatnya dia hanya meminta perhatian Jinki, bukan meminta dibelikan es krim.

“Jika kau sudah memanggilku dengan sebutan itu, pasti kau sedang merajuk dibelikan es krim,” Jinki menyampaikan kesimpulannya sendiri dengan wajah tetap pada buku itu.

Jinhya mendecak. Apakah biasanya dia merajuk seperti itu? Gadis itu menggeleng kencang. Sebenarnya pertanyaanya sejak tadi adalah: Apakah buku itu jauh lebih menarik daripada dirinya? Rasanya harga dirinya sebagai wanita terinjak-injak oleh sebuah buku Geologi tua.

Jinhya hanya ingin Jinki menghabiskan waktu istirahatnya bersama dirinya. Mengapa pemuda itu justru membaca buku bahkan sejak awal pertemuan mereka hari ini? Lalu, apakah Jinhya hanya dianggap seperti pohon-pohon maple yang menemaninya membaca buku? Cih.

Dengan mulut mengerucut menahan teriakan amarah, Jinhya menarik tas Jinki dan mengambil sesuatu dari dalamnya. Earphone miliknya dititipkan di tas Jinki karena tasnya sendiri masih ada di dalam kelas. Matanya mencari sesuatu berwarna merah di dalam ransel Jinki dan menemukan benda panjang merah itu terliliti dengan benda yang sama berwarna putih.

“Ck, kenapa bisa terlilit seperti ini?” Jinhya menggumam pada dirinya sendiri seraya berusaha melepaskan lilitan earphone milik Jinki dari miliknya. Jinhya melirik Jinki yang masih tenang membaca satu meter dari tempatnya. Hidungnya mengeluarkan dengusan kesal dan kembali memperhatikan tangannya yang berusaha melepaskan benda merah dan putih itu. Tetapi pikirannya tidak fokus pada kedua earphone itu, kekesalannya pada Jinki lebih mendominasi. Akhirnya karena tidak sabar, dia langsung memasangkan earphone itu pada plug-inponselnya. Dimasukkannya kepala earphone ke telinganya, setidaknya dengan mendengarkan lagu bisa membantunya melupakan rasa kesalnya pada Jinki.

Jinhya memasang volume yang cukup kencang untuk lagunya, kemudian melanjutkan kegiatannya memisahkan kedua earphone berbeda warna tersebut. Kepalanya bergoyang ke kanan dan ke kiri, mengikuti irama lagu milik The Script yang didengarkannya. Gadis itu tidak menyadari bahwa sepasang mata dibalikframe cokelat sedang memerhatikannya sambil menyunggingkan smirk.

Jinhya hampir saja berseru kesal karena kabel earphone yang tidak mau terurai, ketika lagu pada telinga kirinya tidak lagi terdengar. Dia menoleh berusaha menyadari situasi saat sesuatu menghalangi pandangannya. Sesuatu itu mencium bibirnya lembut selama beberapa detik. Beberapa detik yang sanggup membuat jantungnya menggelinding lepas menjauhi rongganya.

Jinki tersenyum dan duduk menempel pada Jinhya.  Di telinga kirinya terpasangearphone merah yang sebelumnya menempel di telinga kiri Jinhya. Earphoneyang menghubungkan mereka menjadi lebih pendek karena saling berbelit, menyebabkan Jinki menempelkan kepalanya pada Jinhya. Gadis itu belum bisa menetralkan detak jantungnya. Tangannya yang memegang kabel kusutearphone menggantung di udara. Jinki menggenggam tangan itu dan menurunkannya.

“Rasa cokelat, not too bad,” kata Jinki santai. Dia menghirup wangi rambut Jinhya dan melingkarkan tangan kanannya di punggung gadis itu.

“Eh?” Jinhya memaksakan sebuah kalimat pendek meski tenggorokannya terasa sangat kering.

“Bibirmu,” Jinki tersenyum dengam mata terpejam. “Aku harap lain kali rasa jeruk,” Jinki sedikit terkekeh. “Kau tahu aku suka rasa jerukmu.”

Debaran jantung Jinhya seperti sedang berlari sprint. Pipinya terasa panas, namun dia tidak sanggup menyentuhnya karena tangannya masih digenggam oleh Jinki.

Jinhya mencuri pandang dari ujung matanya. Jinki terlihat terpejam dan menikmati entah-apa. Tangan Jinki mengelus rambut pacarnya di bagian pundak hingga ke bawah. Kata-kata Jinki barusan membuat Jinhya berpikir yang tidak-tidak ketika melihat bibir Jinki yang tersenyum. Ah, tidak. Dia tidak semesum itu. Sepertinya dia akan semakin menikmati beribu kupu-kupu yang terbang hilir mudik di perutnya.

Jinki kembali menggerakkan kepalanya untuk mencium kepala Jinhya.

Rasanya tidak ada kebahagiaan yang bisa menggantikan perasaan Jinhya pada Jinki saat ini. Sedikit terima kasih kepada earphone merahnya untuk hari ini.

END

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

45 thoughts on “My Earphone”

  1. wah bila sering2 baca ff ginian aku bisa di anggap gila krn senyum2 terus…
    ROMANTISSSSSSS~ ABIS…….
    😉
    😉
    😉

  2. Kyaa~
    malem-malem senyum-senyum kayak orang gila gara-gara ff ini
    Daebaaak! Kata-katanya aku suka, ceritanya juga romantis bangeeet
    Kapan ya saya sama Taemin gitu*dilempar gas elpiji*

    Fighting Author~ Aku tunggu ff berikutnyaa ^^

  3. Gag bisa berkata2… Aku hanya bisa senyam-senyum kyk org gila mikir mesum #plakkk…
    Joha… Satu kalimat utk jinki oppa. “rasa coklat itu lebih baik enak dibandingkan rasa apapun”

  4. “Bibirmu,” Jinki tersenyum dengam mata terpejam. “Aku harap lain kali rasa jeruk,” <– .hha. ngakak guling2. bisa ajh nih bang ayam.ekekek.
    nice ff 😉

  5. Sweeet bangett,ide ceritanya sederhana
    Tapi ceritanya bener2 sukses senyum2 sndri wktu bacanyaa :3

  6. pendek tapi berisi. aduh, bisa pingsan tiap hari kalo punya pacr kyak onew. meskpun kyaknya gak peduli tapi sayang bnget ma kita. pengen ah punya pacr kayak onew kekekeke

Leave a reply to Minholand Cancel reply