The Misconceptions of You [1.2]

Title : The Misconceptions of You (1.2)

Author : yongie_jjong

Main Cast : Lee Jinki (Onew), Kim Jonghyun

Support Cast : Jang seonsaengnim (‘killer math teacher’), Lee seonsaengnim (Guru BK), Jung Yonghwa (CNBLUE), Choi Sooyoung (SNSD)

Length : Twoshot

Genre : Friendship, Angst, a little comedy, School-life

Rating : Teen

Summary : Jinki dan Jonghyun adalah sahabat. Tetapi suatu hari mereka harus berselisih hanya karena kesalahpahaman.

 

Hai semua~~ Aku bawa OnJong!!!! Couple yang langka ini #eh *dilempar batu bata*
Kali ini aku buat judulnya terinspirasi ama album baru mereka :Dream Girl – The Misconceptions of You. Jadilah ff ga jelas ini -_____-

Ceritanya terinspirasi dari kehidupan nyata author sendiri, tapi udah diubah-ubah ya! juga waktu ultahnya OnHo di SWC 2 Singapura, hehe. Enjoy!

Disclaimer : All the storyline made by yongie_jjong!

Tidak ada seseorang yang sempurna di dunia ini.Tidak ada manusia yang langsung bisa menebak dengan benar. Pasti semua orang pernah salah.

Banyak hal di dunia ini yang tersembunyi, yang pastinya belum kau ketahui. Seperti… apa yang dilakukan seorang sahabat untuk mengkhianatimu, mungkin?Atau ia tidak sengaja membuatmu marah karena kebodohannya sendiri?Dari sini, kesalahpahaman antara kalian berdua dimulai…

The Misconceptions of You (1.2)

Kelas 3-2 terlihat sunyi, tak ada seorangpun yang terlihat. Jendela dan pintu kelas terbuka lebar, sedikit hembusan angin dan cahaya matahari masuk dari sela-sela jendela.Jinki mengambil langkah pertama memasuki kelas, sambil memegang sebuah piala besar di tangannya. Ia memandangi kelasnya sejenak, lalu menutup pintu kelas dan masuk.

“Ck, kemana semua orang?” ujarnya kesal sambil menaruh piala dan tasnya ke atas bangkunya. Ia duduk, lalu mengambil sebuah komik dari tasnya, kemudian membuka lembaran demi lembaran komik tersebut. Tak lupa ia mengambil mp3 playernya dan memutar lagu dengan keras.

Di saat yang sama, pintu kelas terbuka. Jinki membulatkan matanya yang sipit itu, melonjak kaget. Kemudian ia menoleh ke arah pintu kelas.

But nobody’s there. Mungkin hanya beberapa haksaeng yang iseng memainkan pintu kelas ini. Jinki hanya menaikkan bahunya, kembali fokus pada komiknya juga lagu-lagu yang dimainkan mp3 player tersebut. Sambil sedikit berdendang mengikuti irama lagu dari mp3 playernya, ia mencoba mencocokkan dialog-dialog pada komik tersebut dengan gambar yang ada.

Tiba-tiba…

KREEETTT…

TAP… TAP…

Jinki kembali melonjak dan menoleh ke arah pintu kelas. Lagi-lagi tidak ada siapapun. Jinki hanya menggeleng dan mendecak kesal. ‘Uh, dasar haksaengjahil,’ gumamnya. Ia hanya mencibir dengan cuek, lalu kembali fokus pada komiknya.

Tapi… Beberapa saat kemudian, mp3playernya hilang. Lagu yang dimainkan juga berhenti. Mendadak Jinki berdiri dari bangkuya, mencari mp3playernya. Ck, itu mp3 player yang dibelikan oleh appanya beberapa waktu lalu. Kalau hilang, appanya pasti marah besar.Ia menaruh komiknya di atas meja, berkeliling kelas mencari mp3 playernya.

Tidak ada.

Ia mendesah kecewa, lalu kembali duduk di bangkunya. Ck, sekarang komiknya yang hilang, padahal ia baru beberapa hari membelinya dan belum habis membacanya. Lalu siapa yang tega berbuat seperti ini?

Sudahlah, gumamnya. Lebih baik kedua barang itu yang hilang daripada piala yang harus ia serahkan ke pihak sekolah itu hilang.Ia duduk tenang sambil menunggu teman-temannya yang lain datang. Masa sih, belum ada yang datang? Padahal, lima belas menit lagi bel masuk berbunyi.

Krusuk… krusuk…

Tiba-tiba, suara gemerusuk terdengar dari belakang kelas. Jinki kembali mendecak, pasti ada yang iseng dengan hal ini. Jangan bilang ada yang mau menakutinya dengan lelucon hantu atau semacamnya. Anak kelas 3-2 memang terkadang sangat jahil, sampai membuat lelucon menyebalkan seperti ini. Jinki berusaha cuek dengan hal itu, ia mengalihkan perhatiannya dengan mengambil buku matematika dari dalam tasnya.

Tapi, suara gemerusuk itu berlanjut, mengganggu konsentrasi Jinki. Jinki mendesah, lalu kembali fokus pada bukunya. Karena suara itu terus berlanjut, akhirnya Jinki menyerah dan menoleh ke belakang.

Dan sebuah kejutan membuatnya kaget.

CHUKAHAMNIDA!!!!!”

Jinki melonjak kaget. Apa yang terjadi? Perayaan spesial hanya untuknya? Hanya karena ia membawa piala ini? Kue tart dan kado? Dan sebuah banner besar bertuliskan ‘chukahamnida’ ditujukan padanya? Apa maksud semua ini?

“Jinki-ya, chukahamnida~~”

Ya ampun. Jinki mengerti sekarang. Pastilah sahabatnya itu yang membuat ulah kali ini. Kalau bukan dia, siapa lagi?

Kim Jonghyun. Namja yang sejak lama menjadi sahabat juga teman sekelasnya.

Ia sangat mengerti pastilah Jonghyun yang meminta seisi kelas untuk merayakan kemenangan Jinki saat olimpiade matematika nasional kemarin. Anak itu memang heboh, dasar pembawa suasana kelas.

“Wah, pialamu itu besar sekali,” celetuk Jonghyun dengan wajah tanpa dosa, sambil membawa kue tart ke depan Jinki. “Oh, iya. Aku menemukan kedua benda ini,” Jonghyun memberikan sebuah mp3 player juga komik kepunyaan Jinki sambil menunjukkan sederet giginya. Jinki mendesah, lalu bangkit dari bangkunya.

“Oh, jadi kau?” Jinki merebut kue tart dari tangan Jonghyun, mengambil kremnya dan menaruh krem tersebut di pipi Jonghyun. Jonghyun hanya terkekeh kecil, kemudian tertawa keras.

“Baiklah, jika itu maumu!”Jonghyun mengejar Jinki, menangkapnya dan berusaha mengambil kue tart tersebut dari tangan Jinki. Tapi bukan Jonghyun yang mendapatkan kue tart itu, malah Jinki yang melemparkan kue tersebut ke wajah Jonghyun. Alhasil, wajah Jonghyun penuh dengan krem, diikuti tawa seisi kelas.

“J-jinki-yaa!! Harusnya aku yang melakukan itu padamu! Kau yang menang di olimpiade itu!!!”Jonghyun membersihkan wajahnya, merebut sisa kue tart itu dan mengejar Jinki yangberlari. Tak lama ia berhasil menangkap Jinki dan melemparkan sisa kue tersebut ke wajahnya. Sekarang, wajah Jinki juga penuh dengan krem.

“Hei, kuenya masuk ke hidungku!” teriak Jinki sambil membersihkan wajahnya. “Sayang sekali kue tartnya sudah habis! Kalau tidak akan kulempar lagi kau! Hahaha…” teror Jinki. Jonghyun hanya memeletkan lidahnya, kembali berlari. Jinki kembali mengejar namja itu sambil tertawa keras, kemudian ia menangkap Jonghyun dan mencengkram perutnya.

“Dasar! Kau mau mencari gara-gara di sekolah ini?” tanya Jinki dengan tingkah sangtaenya yang telah dikenal oleh seisi kelas itu. “Belnya berbunyi sebentar lagi! Kau lupa, pagi ini pelajaran siapa?” lanjutnya.

“Tidak,” jawab Jonghyun iseng. “Aku tidak tahu jam pelajaran siapa pagi ini,” lanjutnya santai dengan mimik wajah nakalnya, kemudian ia tertawa usil sambil menatap Jinki. Jinki hanya tersenyum kecil, melepaskan cengkeramannya dari perut Jonghyun dan kembali ke bangkunya. Ia mengeluarkan sebuah buku tebal.

“Baiklah, ini hukumanmu Kim Jonghyun!” Jinki membanting buku itu di depan Jonghyun sambil menunjukkan senyum evilnya. “Kerjakan halaman 23 atau kau tidak akan pernah kubantu lagi kalau pelajaran matematika!” lanjutnya tegas.

M-mwoya?” Jonghyun terbelalak kaget. “Hei, Jinki-ya… K-kau baru saja bilang… Matematika?” tanya Jonghyun ketakutan.

Jinki tersenyum jahil. Ia sangat mengerti apa kelemahan Jonghyun. Jonghyun sangat membenci matematika, bahkan ia selalu menyalin PR yang dikerjakan oleh Jinki. Atau selalu menanyakan caranya pada Jinki setiap kali ada soal. Otak mereka berdua memang bertolak belakang, Jinki sangat pintar, tetapi Jonghyun dikenal bodoh di kelas. Nilai tertinggi Jonghyun hanya 40 dalam bidang akademis, tidak lebih. Selebih-lebihnya 45, mungkin kebetulan. Bukan seperti Jinki yang selalu mendapat nilai di atas 80, tidak kurang. Sekurang-kurangnya 75 dan itu mungkin hanya karena sangtaenya yang kambuh saat mengerjakan soal. Kalau sangtaenya kambuh, satu ditambah satu bisa sama dengan sepotong ayam goreng.

“T-tapi… Aku tidak bisa…” jawab Jonghyun gugup. Keringat dinginnya mulai keluar, tangannya mulai berkeringat.

“Ayolah, itu soal paling mudah,” ujar Jinki enteng.

“Ck, arachi!” sahut Jonghyun kesal. “Kau memang pintar, tidak usah diragukan. Soal sulit selalu dibilang mudah. Itulah Lee Jinki,” lanjutnya sambil menggerutu. Ia mengambil buku itu dan membuka halaman 23 –yang diminta Jinki-. “Aku tidak mau mengerjakan ini!” serunya keras hingga seisi kelas dapat mendengarnya.

“Ya sudah,” jawab Jinki dengan ekspresi kesalnya yang tidak dapat ditebak itu. “Kalau ada PR tidak akan aku ajarkan lagi.” Ia berbalik, kemudian tertawa tertahan setelah melihat ekspresi chingunya itu.

Mendengar itu Jonghyun mendesah, lalu ia mengambil secarik kertas dan mulai menuliskan soalnya.

“Baiklah, aku akan…”

Terdengar bel masuk berbunyi. Juga Jang seonsaengnim yang terlihat berjalan santai menuju kelas 3-2.

-The Misconceptions Of You- yongie_jjong –

“Baiklah, kita lanjutkan yang kemarin!”

Jangseonsaengnim sedang asyik menjelaskan rumus-rumus matematika di depan kelas. Kali ini ia menjelaskan tentang integral sambil menggambar beberapa grafik dan menyelesaikan beberapa rumus-rumusnya.

Sementara Jinki asyik mencatat, Jonghyun mengacak kepalanya kemudian ia berbaring di bangkunya. Jinki hanya menoleh ke arah anak itu, terlihat ia hanya memutar-mutar penanya kemudian menggambar sesuatu di buku catatannya. Lalu ia membuka bagian belakang buku matematikanya dan menulis sesuatu.

Beginilah Jonghyun selama pelajaran matematika. Ia hanya memperhatikan guru sebentar, kemudian jika sudah terlanjur pusing ia akan berbuat sesukanya. Belum lagi Jang seonsaengnim terkenal sebagai killer di sekolah. Jika ia sudah tertekan, Jinki akan melihatnya menangis di bangkunya secara diam-diam. Anak itu tidak hanya bodoh, usil dan heboh, tapi juga cengeng.

“Jjong-ah, gwaenchana?” bisik Jinki pada Jonghyun. Jonghyun terlihat acak-acakan, mungkin ia sudah tidak tahan lagi. Matanya mulai basah-ia mulai menangis-. Sedangkan bagian belakang buku matematikanya sudah penuh dengan coretan-coretan tidak jelas.

“Sudahlah. Kau catat saja dulu. Kalau tidak mengerti, aku yang akan menjelaskannya padamu nanti,” kata Jinki sambil tersenyum. “Fighting!” lanjutnya, menyemangati Jonghyun.

Jonghyun bangun dan membetulkan posisi duduknya. Ia menatap Jinki, kemudian ia tersenyum dan mengepalkan tangannya.

Gomawoyo, Jinki-ya. Fighting!”

Sepertinya Jonghyun kembali bersemangat, ia mencatat semua yang dijelaskan Jang seonsaengnim meskipun ia tidak mengerti apapun. Hanya satu hal yang akan dilakukannya istirahat nanti- menanyakan itu semua pada Jinki.

-The Misconceptions Of You- yongie_jjong –

“Baiklah, minggu depan kita ada ujian untuk integral! Kalau ada di antara kalian yang nilainya berada di bawah 65 akan saya hukum dengan seratus soal integral tanpa bantuan siapapun. Kalau tidak bisa lagi, mungkin ada hukuman lainnya.Arasseo?Ne,annyeonghasimnikka,” kata Jang seonsaengnim serius sambil berjalan santai meninggalkan kelas.

Glek! Jonghyun mematung. Seratus soal integral tanpa bantuan siapapun? Ck, Jang seonsaengnim memang sadis. Jika ia mendapat nilai rendah seperti biasanya, pasti ia akan pusing tujuh keliling karena harus menghadapi semua soal integral menyebalkan itu tanpa bantuan siapapun, termasuk Jinki. Kalau itu hanya PR, ia masih bisa menanyakan caranya. Tapi… apa ini? ‘Dasar guru diktator’, gumamnya.

Ia sudah berfirasat pasti ia tidak akan mendapat nilai di atas 65! Pasti 30 ke bawah, untuk pelajaran matematika. Kalau tidak, pasti ia sedang bermimpi! Mendapat nilai 50 saja sudah seperti sebuah mukjizat, apalagi di atas 65.

Apa ia harus belajar pada Jinki lagi? Ah, tidak, ia tidak ingin merepotkan chingunya itu. Sudah berapa kali ia membuat Jinki kerepotan mengajarinya? Sekarang lagi? Uh, Jinki orang yang sibuk. Ia harus mengikuti berbagai macam perlombaan dalam bidang akademis. Belum lagi, ia belajar untuk dirinya sendiri. Kalau ia mengambil waktu Jinki untuk mengajarinya, kasihan Jinki. Ia tidak mau melihat nilai sahabatnya itu menurun hanya karena dia sendiri.

Pikirannya buyar setelah Jinki menepuk bahunya.

“Hei, Jjong-ah, apa yang kau pikirkan?” tanyanya. “Kau memikirkan Jang seonsaengnim? Hah, sudahlah, biar aku yang mengajarimu. Oke?”

“Ck, Jinki-ya,” Jonghyun mendesah. “Aku tidak mau merepotkanmu lagi. Nanti waktumu habis karena aku,” jawabnya.

Jinki hanya memasang wajah kesalnya. Anak ini??

“Aku juga tidak enak melihat sahabatku sendiri terus-terusan dihukum Jang seonsaengnim! Kau pikir aku tidak tahu kalau kau sering menangis di tengah pelajaran matematika?” kata Jinki sedikit keras. “Aku tidak bisa melihat sahabatku seperti itu terus-terusan! Kalau ada apa-apa, katakan padaku ya!”

Jonghyun berbaring di bangkunya. Ia melipat tangannya, menyembunyikan wajahnya.

“Sudahlah Jinki-ya… Aku tidak akan bisa… Aku pasti akan mendapatkan 100 soal itu,” ucapnya lirih.

Jinki terdiam. Tidak seperti biasanya anak ini tertekan. Biasanya ia hanya menikmatinya, di saat ujian ia hanya menghitung asal, yang penting ia tidak menyontek. Bukankah begitu lebih baik?Tidak. Ia harus menanganinya.

“Kau ini, jangan seperti itu,” tukas Jinki pendek. “Sekarang aku ada waktu luang. Kita belajar sekarang saja, oke?”

Jonghyun pun berdiri, kemudian ia menarik Jinki ke pelukannya. “Kau adalah chingu paling baik sedunia!!” ujarnya heboh hingga seisi kelas menatap mereka berdua.

Jinki terbelalak kaget. Tapi tak lama ia tersenyum sambil menatap Jonghyun.

“Baiklah, kita mulai. Siap?”

“Siap!!”

Ne! Fighting Jonghyun-ah! Kita mulai dengan rumus dasarnya, ya!”

-The Misconceptions of You- yongie_jjong –

“Kerjakan mulai dari… sekarang!”

Ulangan integral dimulai. Semua terlihat serius mengerjakan ujiannya. Jinki berusaha memahami sekumpulan grafik-grafik yang ada di lembar soal yang ada di hadapannya sekarang. Terkadang, ia sedikit terganggu dengan teman-temannya yang meminta jawaban darinya.

Sejenak ia menatap Jonghyun yang duduk di belakang kirinya. Sahabatnya itu terlihat sangat serius, tapi pasti. Meskipun sesekali ia menghela nafasnya dan mengerjakan soal-soal itu sambil tidur-tiduran di atas meja.Anak itu terlihat stress seperti biasanya. Sejenak Jinki berpikir, apa anak ini menangkap semua penjelasanku kemarin? Tapi yang membuat Jinki salut adalah ia tidak pernah memutuskan untuk menyontek. Jinki tersenyum sekilas, kemudian kembali mengerjakan soalnya.

-The Misconceptions Of You- yongie_jjong –

“Hei, Jinki-ya. Kau sudah melihat nilai ulangan matematika kemarin belum?”

“Eh?” Jinki yang sedang asyik dengan pisangnya itu langsung menengadahkan kepalanya. “Geurae, Yonghwa-ya?”

“Nilai matematika yang integral kemarin,” lanjut Yonghwa, teman sekelasnya. “Kau tahu? Hasilnya benar-benar mengejutkan. Eh, chukahae! Nilaimu tertinggi kedua!” kata Yonghwa bersemangat sambil menepuk pundak Jinki. Jinki hanya heran, biasanya ia yang selalu mendapatkan nilai tertinggi, lalu siapa yang tertinggi sekarang kalau ia yang kedua?

Gomawoyo, Yonghwa-ya,” sahut Jinki pelan sambil tersenyum. “Lalu, siapa yang tertinggi pertama? Apakah Sooyoung? Biasanya selain aku pasti dia, kan?” tanyanya.

Anio,” sahut Yonghwa sambil menghela nafasnya. “Kau pasti kecewa sekaligus terkejut melihatnya. Ini benar-benar di luar dugaan, Jinki-ya…”

“Di luar dugaan?” Jinki tidak habis pikir. Ia tidak dapat membayangkan siapa yang mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Bukannya ia serakah, ia bisa menerimanya. Ia hanya ingin tahu- itu saja. Apakah prestasinya akan menurun nanti? Bukankah ia selalu belajar keras? Bahkan di saat ulangan kemarin ia tidak merasa sangtaenya kumat, Jonghyun pun bilang seperti itu.

Jonghyun… Hei, tunggu! Di luar dugaan? Jangan-jangan…

“Yonghwa-ya! Bisa aku lihat daftar nilainya?” Mendadak Jinki bangkit dari bangkunya dan menatap Yonghwa dengan gegabah. Yonghwa hanya mengangkat bahu dan menjawab seperlunya.

“Ada di ruang guru, di mejanya Jang seonsaengnim.”

-The Misconceptions Of You- yongie_jjong –

Jinki tercengang. Sudah ia duga. Inilah maksud Yonghwa, ‘di luar dugaan.’

Ia tercengang ketika mengetahui nilainya jauh di bawah Jonghyun! Nilainya hanya 85, tapi… anak itu mendapat nilai 95. Ini benar-benar di luar dugaan. Tidak biasanya ia mendapatkan nilai tinggi! Bahkan saat ia menjelaskan kemarin, Jonghyun tidak juga mengerti hingga akhir seperti biasanya. Di saat mengerjakan soal, ia juga terlihat tidak bisa mengerjakannya.

Jinki berpikir sejenak, sebuah dugaan buruk melintas di kepalanya. Jika ia duduk di dekat Jinki selama ulangan…

…Jonghyun menyontek pekerjaannya?Ck, jangan berfirasat buruk dulu. Ia yakin anak itu tidak akan menyontek. Jinki hanya mengangkat bahunya, lalu berjalan santai menuju kelasnya.

Tetapi… Sesampainya di kelas ia mendengar sebuah keributan.

 

-The Misconceptions of You- yongie_jjong –

Annyeong!!!” Jonghyun membuka pintu kelas, menyapa teman-temannya dengan heboh seperti biasanya. Hari ini ia tampak sangat bahagia.

Yeoreobun, bagaimana hasil ulangan kemarin?” tanyanya antusias. “Boleh aku melihat nilaiku?”

Tidak ada jawaban. Yang dilihat Jonghyun sekarang hanya tatapan sinis dari teman-teman sekelasnya. Ia hanya mematung, bertanya-tanya apa kesalahannya. Ia tidak menyinggung mereka, kan? Akhirnya ia hanya kembali ke bangkunya tanpa melakukan apapun.

Tak lama kemudian, Yonghwa yang baru saja melangkah memasuki kelas 3-2 menghampiri Jonghyun sambil membawa kertas kopian dari daftar nilai ulangan kemarin, kemudian ia membanting kertas itu di hadapan Jonghyun dengan emosi.

“Ya. Puas, kan?”

Jonghyun tercengang ketika ia mengamati daftar nilai itu. Nilai Jinki, sahabatnya itu, jauh di bawahnya.

“Hei… Ini tidak salah periksa, kan? Tidak mungkin aku dapat nilai setinggi ini,” tanyanya pada Yonghwa. Tapi bukannya dijawab, Yonghwa malah menarik kerah baju Jonghyun dan menatap tajam ke arahnya.

“Keotjimalda!” kata Yonghwa emosi.“Kau menyontek Jinki, kan? Dari tempatmu itu, pekerjaan Jinki terlihat sangat jelas, kau tahu?”

Jonghyun tercengang. Ia melihat seisi kelas yang sudah menatapnya penuh kebencian. Terlihat Yonghwa yang sudah bersiap-siap mengepalkan tangannya, siap menghantam Jonghyun.

“Ayo cepat mengaku!”

Jonghyun menunduk ketakutan. Keringat dinginnya mulai keluar. Tangannya mulai bergetar, ditambah dengan tatapan tajam Yonghwa yang tepat sasaran ke arah kedua matanya membuatnya ketakutan. Di sisi lain, ia tidak ingin dinilai pembohong oleh teman-temannya, termasuk Jinki. Tapi melihat keadaan yang benar-benar mendesak, ia hanya mendesah dan pasrah. Sebuah keputusan yang tidak masuk akal terlintas di kepalanya…

“Iya, benar! Aku menyontek Jinki!” seru Jonghyun sambil menghempas mejanya. Ia tersenyum licik untuk meyakinkan teman-temannya, bahwa ia memang menyontek.

“MWOO???” Seisi kelas terkejut melihat reaksi Jonghyun. Ini benar-benar di luar dugaan mereka. Dengan kata lain, mereka benar-benar tidak menduga Jonghyun akan menyontek Jinki selama ulangan.

Ne, aku sudah jujur. Puas, kan? Aku menyontek Jinki. Lagipula itu bukanlah kesempatan yang harus disia-siakan, meskipun Jinki sahabatku sendiri. Aku tidak mencari seorang sahabat… Kau mengerti? Aku hanya ingin otaknya. Huh,” Jonghyun tertawa asal sambil menatap tajam teman-temannya.

-The Misconceptions Of You- yongie_jjong –

Jinki terkejut. Ia tidak dapat mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Pengakuan Jonghyun itu benar-benar membuatnya kecewa dan marah besar. Ia tidak menyangka bahwa anak itu hanya memanfaatkannya selama ini!

‘Ck, anak itu!’ gumam Jinki marah. Ia segera melangkah memasuki kelas 3-2. Emosinya tidak tertahankan lagi, ia ingin segera menemukan Jonghyun dan menghabisinya. Ia tidak pernah menyangka bahwa sahabatnya itu akan berbuat seperti itu padanya. Kalau memang seperti itu, untuk apa ia mengajari Jonghyun mati-matian? Untuk apa ia bersahabat dengan anak itu? Untuk apa ia memperhatikannya selama ini?

Semuanya sia-sia. Habis manis, sepah dibuang.

-The Misconceptions Of You- yongie_jjong –

“Aku-hanya-ingin-otaknya. Kata-kata yang bagus, dan sudah kuduga. Huh…” ujar Yonghwa sambil menurunkan tangannya, matanya masih menatap Jonghyun penuh kebencian. “Baiklah, karena kau sudah mengaku, sekarang aku panggil Jin-“

Tap… tap… tap…

Seseorang melangkah menuju kerumunan anak kelas 3-2, memotong ucapan Yonghwa. Wajahnya terlihat marah, menatap Jonghyun penuh kekecewaan.

“Ji… Jinki-ya? Kau kemana saja?” tanya Yonghwa. “Aku baru saja akan memanggilmu.”

“Diam kau,” sahut Jinki ketus sambil mendorong Yonghwa ke samping. Jinki melangkah mendekati Jonghyun sambil menatap matanya dengan tajam. Ia berhenti tepat di depan Jonghyun dan berusaha menahan emosinya. Jonghyun hanya tersenyum licik sambil menatap tajam ke arah Jinki.

“Kau melihat pekerjaanku selama ulangan?” tanya Jinki lirih. “Aku dengar semuanya!”Perlahan, nada bicara Jinki yang tadinya menunjukkan kekecewaan, sekarang berubah menjadi luapan emosi. Jonghyun hanya tertawa sambil menatap Jinki dengan gaya ‘meremehkan’.

“Kau bisa dengar sendiri, Lee Jinki!” sahut Jonghyun sambil tertawa licik.“Itu semua benar. Bahkan aku juga menyontek catatan yang kau berikan kemarin…” kata Jonghyun sambil mengeluarkan catatan matematikanya, lalu membantingnya di hadapan Jinki dan kembali tersenyum licik.

“Kau mengerti, kan? Aku-hanya-ingin-ota—“

BUK!

Sebuah kepalan tangan melayang dari Jinki ke wajah Jonghyun.

“Jinki-ya! Apa yang kau lakukan?”

Tindakan Jinki membuat seisi kelas terkejut. Belum ada ceritanya seorang juara olimpiade yang terkenal anak baik ini memukul seseorang di sekolah, apalagi sahabatnya sendiri. Yonghwa berusaha menahan Jinki, agar sesuatu yang lebih buruk tidak terjadi. Jinki masih terlihat marah- ia menatap Jonghyun sinis, wajahnya merah padam karena terlalu emosi.

“Neo…” Jonghyun menatap Jinki tajam sambil memegangi pipinya yang memar –bahkan sudut bibirnya berdarah- karena Jinki. ”Apa yang kau lakukan padaku, babo?”

“Geurae?” hardik Jinki emosi. “Apa kau puas membuatku marah seperti ini, Kim Jonghyun?” Jinki melepaskan tangannya yang ditahan oleh Yonghwa, berbalik dan mengambil langkah pertama menjauhi Jonghyun. Jonghyun terdiam sejenak, menatap punggung Jinki dengan tatapan tajamnya. Lalu Jinki berhenti, kembali berbalik dan membentak Jonghyun.

“Kalau sudah tahu ingin membuatku kecewa seperti ini… Jangan pernah dekati aku dan jadi sahabatku lagi!”

Ya, Jinki berhasil membuat wajah ‘sahabat’nya sendiri babak belur, hanya karena nilai ulangan harian. Kemudian ia mengambil tasnya dari bangku di sebelah Jonghyun, berjalan cepat sambil melempar tasnya ke bangku depan yang kosong. Diiringi tatapan takut seisi kelas 3-2 –kecuali Jonghyun tentunya- mengikuti Jinki yang keluar sebelum ia membanting pintu kelas. Kemudian seisi kelas menatap Jonghyun sinis, lalu menjauhinya.

TBC

 

Apa yang terjadi dengan persahabatan Jonghyun dan Jinki selanjutnya?

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

33 thoughts on “The Misconceptions of You [1.2]”

  1. ahh..
    Ada sesuatu yg disembunyikan Jjong di sini..
    Aish.. Nyesek bgt sih liat mereka bertengkar..
    Next..

  2. Waaa, apa yang Jonghyun perbuat?! Gimana bisa nilai Jjong bisa mencuat sampai segitu tingginya. Sekalipun dia nyontek Jinki, nilai ulangan Jonghyun mestinya sama atau mendekati nilai ulangan Jinki, 85. Ya, ini pasti sandiwara Jonghyun. Tapi jadinya malah nyakitin Jinki. Gimana jadinya Jonghyun sama Jinki harus musuhan dalam satu kelas?

    Nice story.

  3. Penasaran thor.
    Jjong~~ >.< aku masih susah nebak jalan pikirannya ._.
    tapi ni ff… DAEBAK
    (/^O^)/

  4. Aigoo !! Jjong jahat sekali 😦
    Tapi tetep aja jinki kok tegaa banget nonjok ‘sahabat’nya sendiri *emangmasibisadibilangsahabat?* 😀

    ceritanya bagus kok 🙂

  5. Aduh jadi pengen meluk jonghyun kan jadinya. Jonghyuuun, kamu gak mungkin bohong kaaan? T___T
    semoga itu cuman bohong belaka. ga mau persahabatan mereka berakhir hanya karena masalah sepele TT

Leave a reply to yongie_jjong Cancel reply