[WFT B] Butterfly – Part 2

Title                 : Butterfly (2 of 5)

Author             : Bella Jo

Main Cast        : Lee Taemin (SHINee) | Kuroi Ageha (OC)

Support Cast   : Other SHINee members

Length             : Sequel

Genre              : Romance, Fantasy, Tragedy, Action, Supernatural

Rating                         : PG 15

Summary         :

“Kenapa orang terus mempermasalahkan umur dan penampilanku? Lagipula, aku memiliki segala hal yang dibutuhkan untuk membuat seorang wanita sepertimu merasa layaknya seorang wanita. Bukankah begitu, Kuroi Ageha-san?”

A.N                 :  the second part is out! Need your comment, please~

BUTTERFLY

BY BELLA JO

Waktu berlalu dengan cepat, meninggalkan rasa lelah sisa aktifitas padat seharian. Taemin memasuki gedung SM Entertainment dengan langkah berat. Wajahnya kusut, bahkan salam dari staf pun hampir tak sanggup ia sahuti. Anggotanya yang lain juga tak kalah penat. Beratnya hari terlukis di wajah kelimanya. Taemin menghempaskan tas punggung yang sejak tadi ia sandang ke atas lantai ruang latihan. Ia ingin sekali juga menghempaskan tubuh, sayang hasrat ke kamar kecil lebih menguasai dirinya.

“Kita mulai latihannya setengah jam lagi,” ujar Onew –sang leader dengan wibawa terselip dalam penatnya. Taemin menyahut pelan dan berlalu dari ruangan itu, hendak menyelesaikan urusan pribadinya di bilik mungil bernama toilet.

Setelah beberapa menit, ia keluar dari toilet pria. Nafasnya terhembus berat. Kira-kira berapa lama lagi waktu yang harus ia lalui agar bisa merasakan empuknya kasur?

TING

Taemin langsung menoleh saat mendengar suara lonceng yang tak asing itu. Tak jauh dari posisinya berdiri ternyata Kuroi Ageha tengah melangkah ke arahnya. Keduanya membungkuk sopan dan bertegur sapa saat saling berhadapan. Malam sudah benar-benar larut dan gadis itu baru pulang? Aneh.

“Latihan?” tanya Kuroi Ageha ringan. Senyumnya terkembang lembut seperti biasa, memancing senyum ikut muncul di bibir Taemin. Laki-laki itu menjawab, “Ne, Kuroi-san. Sepertinya anda sudah akan pulang…”

Tawa ringan Ageha terdengar lembut. Di sakhir tawanya ia berkata, “Tidak perlu formal begitu. Panggil saja aku Ageha.”

“Oh, bukankah kau seorang ‘noona’?”

“Lebih nyaman jika kau memanggilku tanpa embel-embel formal seperti itu. Beda dua tahun bukan masalah besar bagiku.”

Taemin tersenyum hambar, ternyata gadis itu memang lebih tua darinya. Entah kenapa ia merasakan perasaan yang tak asing. Namun ia mengalihkan  isi pikirannya sendiri dan balas berkata, “Kalau begitu panggil saja aku Taemin.”

Lewat percakapan ringan mereka Taemin tau bahwa gadis itu baru pulang setelah mengantarkan laporan pekerjaannya. Semakin mereka larut dalam pembicaraan, semakin tampak bahwa Ageha adalah gadis yang sangat ceria. Keceriannya menghangatkan musim panas Taemin. Taemin sempat melirik jam, memastikan percakapan mereka takkan mengganggu jam latihannya.

TING

Sejak tadi suara lonceng itu terdengar beberapa kali, memancing rasa ingin tahu Taemin. Ia berusaha menemukan sendiri di mana lonceng itu, namun tak juga dapat ia temukan. Akhirnya ia memberanikan diri untuk berkata, “Mmm…Sepertinya aku selalu mendengar suara lonceng saat kita bertemu…”

“Oh, ne! Itu suara lonceng yang kupakai di tali pinggangku,” jawab ageha antusias. Dia agak menaikkan ujung bajunya, memperlihatkan sepasang lonceng kecil yang bersimpulkan pita merah terkait pada ikat pinggangnya. Taemin mengangguk pelan, paham akan suara lonceng yang terus ia dengar tiap keduanya bertemu. “Ini pemberian nenekku. Dulu nenek seorang miko di salah satu kuil kecil, kuil yang berada di kampungku. Menurutnya lonceng ini bagus untuk menangkal roh jahat, makanya aku selalu mengenakannya. Bagaimana menurutmu?” jelasnya bersemangat.

“Mereka…sangat cantik…,” jawab Taemin. Kedua matanya masih terpaku pada benda mungil itu. Ageha tersenyum bangga, “Tentu saja. Kata nenek ini adalah lonceng yang amat berharga, lonceng peninggalan seorang pria yang mengorbankan diri demi melindunginya!” Ageha semakin mirip pecinta dongeng, pikirannya membayangkan betapa indahnya kisah yang dilalui tetua keluarganya.

“Maksudmu…kakekmu?” tanya Taemin kurang paham. Ageha menggeleng pelan, “Bukan! Tapi laki-laki yang menjadi cinta pertama nenek. Mereka terjebak dalam suatu kondisi di mana salah satu dari keduanya harus berkorban diri. Dan pria itu mengorbankan dirinya. Romantis sekali, bukan?”

Sebenenarnya Taemin rasa hal itu biasa saja. Bukankah wajar jika seorang lelaki berkorban diri demi seorang perempuan? Lagi pula masih belum tahu apa alasan laki-laki itu mengorbankan dirinya. Bisa saja bukan karena alasan yang berkaitan dengan romansa. Bisa saja berbentuk tanggung jawab atau kewajiban. Namun Taemin memilih diam tanpa berkomentar. Ia hanya menanggapi dengan senyum kaku yang agak dibuat-buat.

“Pria itu pernah berkata ia amat menyukai nama nenek, begitu polos dan indah. Membuatnya merasa ingin melindunginya. Nama dari hewan bertubuh rapuh namun memberikan keceriaan di setiap musim semi dan panas, seakan mereka memiliki insting tersendiri untuk membuat kehidupan orang lain lebih indah. Ah, aku ingin sekali mendapatkan pria yang seperti itu…,” desah Ageha pelan, suaranya sarat akan harapan. Pembicaraannya memang mulai melantur entah ke mana, namun justru memancing rasa penasaran di benak Taemin.

“Memangnya siapa nama nenekmu?”

Gadis itu tersenyum ceria, seakan hendak mengatakan hal paling membanggakan di dunia. Dengan nada yang menyiratkan rasa sayang ia menjawab, “ ‘Ageha’, nama nenekku adalah Ageha. Indah, bukan?”

Kupu-kupu? pikir Taemin.

“Aku adalah cucu pertama nenek, makanya nenek ingin aku seperti yang diinginkan pria itu, ceria dan menyenangkan semua orang…”

Bukankah hewan itu begitu rapuh?

“Dan akan sangat menyenangkan saat tahu ada orang yang dapat kubuat bahagia hanya dengan kehadiranku di dekatnya. Tidakkah kau juga berpikir begitu?”

Maksudnya, sesuai dengan ‘insting’ yang ia sebut tadi?

“Namun daripada membiarkan orang yang kucintai berkorban demi diriku, aku akan rela membiarkan kematian menjemputku demi kebahagiaannya. Sama seperti pengorbanan kupu-kupu tiap selesai menelurkan keturunannya…”

Pengorbanan lagi…

“Lee Taemin, apa kau percaya pada kekuatan cinta?”

Kali ini Taemin benar-benar tertegun diam tanpa sanggup menjawab. Pertanyaan ini sudah berkali-kali ia dapat dari Keyx, namun saat ini ia tak mampu menjawab dengan kalimat yang sama. Ia mulai mempertanyakan dirinya sendiri, apa aku percaya pada kekuatan cinta? Sayangnya bayang-bayang kejadian menyedihkan itu kembali merasuk pikirannya, membuatnya mual hanya dengan membayangkan kata cinta.

“Aku…sering mendengar cerita tentang kekuatan cinta…,” gumam Taemin pelan. Matanya yang menatap lantai keramik putih tempatnya berpijak perlahan beralih pada gadis yang menjadi lawan bicaranya. Ia tersenyum, sedikit merasa bersalah, “Maaf, tapi aku tidak percaya.”

“Kenapa?” tanya Ageha tanpa banyak pikir, justru memancing Taemin untuk berpikir panjang. Kembali lelaki itu pertanyakan, kenapa?

“Aku…tidak punya kenangan yang indah tentang cinta…,” jawab Taemin sekenanya, di dalam hati ia meragukan perkataannya sendiri. Ageha tampak semakin penasaran. Gadis yang dibesarkan dengan prinsip cinta adalah segalanya itu tidak bisa terima begitu saja. Ia merasa harus memancing perasaan sakral tersebut dari diri Lee Taemin dan membuat lelaki itu berpikir keras seperti sekarang cukup membuatnya puas. Ia kembali melontarkan pertanyaan, “Jadi kau tidak pernah melakukan sesuatu atas nama cinta?”

Taemin mendongak, kembali menatap lurus gadis itu. Sinar matanya seakan heran dan bertanya ‘maksudmu?’. Ageha merespon dengan senyum cerianya, “Seperti pekerjaan ini, bukankah kau melakukannya karena kau mencintai pekerjaanmu? Mencintai fansmu? Dan kau melakukan ini juga demi orang tuamu, bukan? Tidakkah artinya kau mencintai orang tuamu? Aku yakin kau pasti memiliki kebahagiaan menjalani pekerjaan ini. Kau pasti memiliki kepuasan tersendiri saat melakukannya, bukan? Itulah kekuatan cinta, cintamu pada pekerjaan!” terangnya dengan menyisipkan berbagai pertanyaan.

Taemin masih tampak tak paham, seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali belajar apa itu cinta.

“Melindungi orang yang kau anggap berharga adalah bentuk dari rasa cinta. Aku yakin selama ini kau pasti pernah berusaha untuk melindungi seseorang yang kau anggap berharga bagimu. Nah, berarti kau memiliki rasa cinta dan menjadikan kekuatannya untuk tetap bertahan sampai sekarang!” terang Ageha lagi. Semakin lama semakin antusias, sama sekali tidak setenang maupun selembut kesan yang biasa diberikannya. Taemin mulai menyadari memang ada hal yang amat familiar dalam diri Ageha. Ya, kefamiliaran yang amat Taemin rindukan. Gadis Jepang ini persis seperti…

“Nah, sekarang kau percaya?” tanya Ageha lagi setelah merasa ucapan-ucapan sebelumnya cukup meyakinkan. Sayang Taemin hanya menatap kosong dirinya, pikiran laki-laki bertubuh ramping itu melayang entah ke mana. Gadis itu mengangkat alis heran, tangannya ia lambaikan di depan wajah laki-laki itu.

Taemin tersentak, mimik wajahnya semakin rumit. Baru kali ini Ageha merasa ia berbicara dengan seorang pria saat bersama Taemin. Selama ini ia hanya menganggap Taemin seperti adik. Namun sepertinya pembicaraan mereka memancing sisi lain dari diri Lee Taemin.

“Kau tidak akan berkata seperti itu jika kau pernah merasakan sisi buruk dari cinta. Cinta tidak seindah yang kau bayangkan, Ageha…”

Ageha tertegun. Nada bicara Taemin datar namun menyiratkan kesedihan yang dalam. Lelaki itu hanya tersenyum miris, dahinya berkerut samar. Ekspresinya mewakilkan berbagai hal yang ingin ia sampaikan.

“Tapi, Taemin-…”

“Apa kau akan tetap mengatakan hal yang sama jika laki-laki yang kau cintai juga tidak mempercayai kekuatan cinta sepertiku? Aku rasa tidak.”

“Aku akan tetap mengatakannya! Aku akan mengajarkannya semua hal tentang cinta agar dia berbalik mencintaiku!” ucap Ageha, semangatnya terbakar seakan ucapan Taemin adalah tantangan baginya. Taemin tersenyum kecut menanggapi, menatap gadis itu seakan berkata ‘kau masih belum tahu apa-apa’. Ageha melanjutkan, “Aku akan menunjukkan tidak ada buruk tentang cinta, bahkan jika ia mengalami trauma cinta sekalipun.”

“Mengobati trauma tidak semudah yang kau bayangkan,” potong Taemin, “trauma itu mengakar di hati, menggali bekas luka yang dalam.”

“Kalau begitu, apa yang akan kau lakukan jika kau ada di posisiku?” tanya Ageha balik, berusaha menjebak Taemin melalui pertanyaannya. Laki-laki itu mengernyit, merasakan keganjilan dari pertanyaan itu. Namun Tamin hanya mengeluarkan senyum khasnya, senyum malaikat Lee Taemin.

“Aku akan mencintainya sampai dia sadar betapa ia sangat memerlukanku, akulah yang membuatnya utuh.”

DEG

Wajah Ageha merona mendengar kesungguhan dalam nada bicara Taemin. Sepasang mata coklat itu menunjukkan keseriusan.

“Akulah yang akan melindunginya tanpa perlu diberitahu, menjamin rasa amannya bersama kehadiranku di sisinya.”

DEG

“Tidak perlu sering mengatakan kata cinta, hanya memberikan perhatian dan ada untuknya saat dia membutuhkanku, baik saat suka maupun duka.”

Lagi-lagi debar jantung Ageha terasa semakin keras. Matanya masih terkunci pada sosok Lee Taemin. Penjelasan Taemin membuat Ageha tertegun. Wanita yang bisa dicintai Taemin sungguh beruntung, pikirnya. Ia saja yang mendengarnnya sampai berdebar. Namun kemudian laki-laki itu menunjukkan ekspresi sedih yang dibalut senyum kecutnya, “Tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku sendiri tidak bisa jatuh cinta…”

Ageha beringsut kecewa mendengar ahir kalimat Taemin.Semua ucapan laki-laki itu sarat akan makna, tidak seperti kata-kata orang yang tidak ingin jatuh cinta. Buktinya ia tau apa yang bisa dilakukan untuk mendapatkan cinta orang lain. Keningnya semakin berkerut saat Taemin berkata pelan, “…Gaehwa noona tidak akan membiarkanku merasakan cinta ataupun bahagia karenanya…”

Huh? Gaehwa?

“Lee Tae-…”

“Teminie, sudah saatnya latihan!” Minho berseru dari kejauhan. Kedua orang yang tadinya bercakap-cakap itu menoleh bersamaan, menatap sekilas Choi Minho yang melambaikan tangan dari kejauhan. Taemin hanya menyuarakan sahutan pelan sambil menghela nafas panjang. Ageha mengerutkan alis, seakan masih belum mau melepas Taemin begitu saja. Ia masih ingin melanjutkan pembicaraannya.

“Maaf, aku harus pergi…,” gumam Taemin kemudian, lagi-lagi tersenyum bersalah. Ageha hanya menatapnya tak rela, walau kepalanya mengangguk pelan. Laki-laki itu melambai ringan pada Ageha dan melangkah pergi. Gadis itu merasa kecewa. Masih banyak yang ingin ia katakan, namun kesempatannya hari ini sudah habis. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Nama yang sempat disebut Taemin itu rasanya pernah ia dengar, tapi di mana? Lelah berpikir, Ageha menghalau pikirannya dari nama yang tidak ia ketahui siapa pemiliknya itu. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.

“Ageha!”

Gadis itu kembali menoleh. Taemin menatapnya dari kejauhan dengan senyum lebar terulas di bibirnya, senyum yang mampu membuat jutaan fansnya tersepona.

“Terima kasih,” ujar Taemin riang, “untuk penjelasannya tentang cinta.”

Ageha balas tersenyum, ada satu sisi dari dirinya yang merasa tertantang. Ia berkata, “Ini masih belum akhir, Lee Taemin. Masih banyak yang perlu kau ketahui!” Gadis itu tersenyum penuh percaya diri sambil menunjuk ke arah Taemin, “Kau! Kau akan kuajari berbagai hal tentang cinta! Bersiap-siaplah!!” tantangnya. Kemudian ia berlari girang menyusuri jalan pulang.

Taemin terpelongo kaget melihat tingkahnya tadi. Sungguh, Kuroi Ageha adalah gadis yang penuh kejutan. Dan kini Taemin sadar betapa ia amat menyukai senyum cerah gadis itu. Taemin tertawa kecil, geli saat kembali membayangkan tingkah kekanakan Ageha. Di akhir tawanya ia menggumam, “Sungguh, gadis yang sangat menarik…”

Keduanya tak sadar, kuntum-kuntum bunga mulai bermekaran di hati mereka….

***

Taemin membiarkan alam mimpi kembali menguasainya. Tubuhnya benar-benar penat setelah latihan tadi. Anggota lain yang menghuni van putih itu juga memposisikan tubuh senyaman mungkin, melepas rasa lelah yang membebani. Van putih itu melaju kencang menjelajah jalanan malam kota Seoul. Jalan-jalan lebar di sana masih belum kunjung sepi. Bahkan malah diisi para penghuni jalan yang hanya beraktivitas saat malam merayap. Suasana di dalam van yang biasanya ramai diisi berbagai perbincangan para penumpangnya kini senyap, hanya bertemankan iringan musik piano yang melantun indah memenuhi mobil tersebut.

“Besok ada pertemuan dengan pihak Emi Music, untuk mempersiapkan album Jepang kalian. Aku akan menjemput kalian pukul sepuluh, setelah menyelesaikan pekerjaanku di kantor,” jelas sang manajer yang mengemudi mobil dengan sabar. Ucapannya membangunkan Taemin dari tidurnya, dan kelima anggota SHINee itu hanya menyahut, “Nee...”

Jepang.

Pikiran Taemin kembali pada Kuroi Ageha. Gadis ceria itu berkata akan mengajarkannya berbagai hal tentang cinta. Astaga, Ageha memang sangat menyenangi kata sakral itu. Taemin tersenyum tanpa sadar, mengulang kembali memori percakapan keduanya saat masih digedung SM tadi. Senyumnya yang ceria, kata-katanya yang penuh semangat, gerak tubuhnya yang kekenakan… Ah, Taemin sampai perlu mempertanyakan kembali berapa umur gadis itu dalam pikirannya. Tapi ada rasa nyaman tersendiri yang ia rasakan saat bersama gadis itu, bahkan suara lonceng kecil itu mampu membuatnya tenang.

“Aku bahkan sempat lupa ingin bermain-main dengan Kuroi Ageha. Kira-kira apa yang bagusnya aku lakukan pada gadis itu?” tanya sebuah suara di telinga Taemin, ucapannya disela kikikan kecil yang mengejek. Taemin mendecak pelan, mengenali empunya suara rendah itu.

“Kenapa hyung mempertanyakannya? Tidak seperti dirimu yang biasa,” gaung Taemin dalam pikirnya. Ia tahu, Keyx pasti bisa membaca pikirannya tanpa ia perlu bersuara.

“Oh, karena aku melihat bunga di antara kalian. Masih kuncup, tapi tidak masalah. Aku akan membuatnya mekar tepat waktu,” jawab Keyx santai, lagi-lagi hanya terdengar oleh telinga Taemin.

“Bunga?”

“Tidak apa-apa jika kau masih belum bisa melihatnya. Oh, apa sebaiknya aku mulai mencelakainya saja? Mengerjainya? Menciptakan energi negatif yang lezat dari manusia yang dikelilingi energi positif seperti gadis itu merupakan sebuah tantangan yang menarik untukku…,” lagi, Keyx tertawa puas, seakan menemukan kesengan yang dapat memanjakannya. Taemin berdecak berkali-kali. Ia merasa tidak senang sekaligus marah.

“Hentikan! Untuk apa hyung menyakitinya? Tidak ada gunanya!”

“Tentu ada. Sudah kukatakan padamu bahwa ia akan jadi santapan yang lezat untukku.”

“Kenapa harus dia?” tantang Taemin lagi. Keyx terkikik geli dan balas bertanya, “Kenapa kau begitu peduli?”

Taemin terdiam, mempertanyakan isi pertanyaan Keyx itu lebih jauh pada dirinya sendiri. Ya, ia sendiri jadi begitu penasaran, kenapa ia begitu peduli? Baru kali ini Tamin menentang habis-habisan Keyx saat memilih mangsa. Biasanya ia hanya menanggapi datar tanpa terlalu banyak ikut campur, apalagi membantah. Apa karena gadis itu terlalu ramah? Apa karena gadis itu sempat membuat Taemin penasaran?

“Kepalamu terlalu banyak diisi pertanyaan, membuatku sulit membaca isi pikiranmu,” suara Keyx kembali terdengar, membuyarkan pikiran Taemin. “Kalau kau sebegitu keberatannya, kenapa tidak kau lindungi saja dia?”

“Aku yakin hyung sendiri yang akan menentangku jika aku melindunginya,” jawab Taemin dalam pikirannya.

“Tidak, tidak… Aku akan senang jika kau menambah tantangan bagiku untuk meenggodanya. Semakin sulit mangsa itu didapat, semakin nikmat saat aku menyantapnya nanti. Kau tau, bagai bumbu tersendiri….,”Keyx menyambung kata-katanya dengan kikikan kecil lagi. Taemin mendengus kesal, “Dasar iblis!”

“Hanya saja, dongsaengie, kau perlu memikirkan satu hal…”

Taemin tidak ingin pikirannya diusik lagi oleh iblis itu. Ia bersiap membaca mantra pelindung pikiran, di dalam hati sendiri ia berpikir untuk mulai meracik ramuan penguat ilmu sihirnya. Semakin lama Keyx menyuarakan bisikannya di pikiran Taemin, semakin sulit pula Taemin berpikiran jernih.

“…kau harus mempertanyakan alasan keinginan melindunginya dengan kata ‘mengapa’… hihihihi…..”

Dan hening kembali terasa dalam pikiran Taemin, tak ada lagi suara Keyx yang mengusiknya. Ia berusaha untuk tidur, namun ia malah teringat kata-kata Keyx barusan. Kenapa Taemin sebegitu ingin melindungi Kuroi Ageha? Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menangkap pemandangan taman berhiaskan bunga warna-warni yang tampak indah diternagi cahaya lampu taman. Taemin memandang bunga yang hanya terlihat sekilas itu dengan seksama. Ia menghela nafas saat menyadari jawaban pertanyaannya tadi. Kuroi Ageha sangat mirip dengan Lee Gaehwa.

Saat Taemin menutup mata, ia berdecak dan kembali membuka matanya. Senyum Ageha terus membayanginya.

***

Hari demi hari berlalu, setiap orang masih berkutat pada aktivitas harian mereka masing-masing. Musim panas yang tengah mencapai puncaknya memaksa orang bersabar menghadapi panasnya udara walau harus berkegiatan di luar ruangan. Sebagai penangkal rasa panas yang membakar, banyak memakai busana minim, meminum eskrim sambil terus berkegiatan, ataupun memasuki cafe-cafe berpendingin udara jika sudah terlalu dehidrasi.

Seorang gadis berambut hitam panjang duduk di dalam salah satu cafe yang agak sepi pelanggan walau sudah memiliki pendingin udara. Tangannya menari-nari di atas keyboard laptopnya, mencari tau tentang seseorang lewat jaringan informasi dunia maya. Matanya sibuk menjelajah isi laman yang ia buka, membaca berbagai artikel tentang seorang lelaki yang membuatnya penasaran akhir-akhir ini.

Setelah puas membaca dan menarik kesimpulan yang ia perlukan, ia menjauhkan diri dari benda elektronik berdaya radiasi itu. Ia memijat pangkal hidungnya sesaat lalu membuang pandangan keluar jendela. Cuaca sedang sangat panas namun di saat bersamaan juga sangat indah. Bunga-bunga berbagai warna menghiasi taman-taman kecil pinggir jalan, hijau rimbun daun pepohonan, langit biru yang terkesan ceria, serta angin yang bertiup hangat di luar sana. Ingin sekali gadis itu dapat terbang ke manapun yang ia inginkan di cuaca seindah itu, seperti kupu-kupu yang dapat bergerak bebas ke manapun.

Tangannya meraih sepasang lonceng kecil yang kali ini menyimpul pergelangan tangan kanannya. Ia tersenyum penuh arti sambil terus menatap benda kecil itu. Dalam pikirannya berputar berbagai klise masa lalu.

“Hei! Melamun?”

Khayalan Ageha buyar begitu saja. Di sampingnya sudah berdiri seorang lelaki yang ia kenal, memancing senyum ramah di bibir gadis itu. “Apa yang kau lakukan di sini?” itulah hal pertama yang muncul di kepala Ageha. Lelaki itu terkikik kecil mendengar pertanyaan polos itu kemudian menarik kursi di seberang gadis itu untuk duduk, “Ada sedikit waktu kosong. Jadi aku ke mari untuk sekedar mengurangi rasa panas. Kau lihat, kulitku sudah semerah kepiting rebus….” Lelaki itu melepas topi yang melindungi rambut coklatnya dan melambaikan tangan untuk memanggil pelayan. Begitu selesai menyebutkan pesanan, ia melanjutkan, “Tapi sepertinya aku mengganggu kesenanganmu,” godanya lagi.

Semburat merah muda muncul di pipi gadis itu, manis sekali. Si lelaki semakin menahan senyum karenanya. “Melamun bukan dosa,” ucap gadis itu beralasan.

“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya lelaki itu. Menyeruput isi minum si gadis tanpa izin. Hey, keduanya sudah lebih akrab sekarang. Apalagi sejak pekerjaan di Jepang. Gadis itu menunjukkan layar laptopnya, “Mencari tahu tentang Taemin SHINee.”

“Aku?” heran Taemin yang disambung tawa geli.

“Yup! Kalau aku mau mengajarimu sesuatu, aku harus tau dulu tentang dirimu, bukan? Nah, aku mencari tau tentang dirimu,” jelas gadis itu bersemangat. Ia melanjutkan, “Ternyata kau benar-benar terkenal. Banyak sekali anggota fandom Taemints. Hey, apa kau memakai mantra penakluk pada fans-fansmu itu?” tanyanya asal.

Taemin tersenyum kecil, “Ya, tidak salah lagi,” jawabnya dalam hati.

“Sungguh, gadis-gadis itu tergila-gila padamu. Memangnya apa yang kau lakukan?”

“Menari dan menyanyi,” ujar Taemin sekenanya, seakan itu hal paling normal di dunia. Ia kembali menyeruput isi gelas Ageha, membuatnya hampir tandas, “Hey, aku ini seorang idol!”

“Hah!” dengus Ageha, “Tidak dapat dipercaya!”

“Lalu apa yang kau temukan tentang aku?” Taemin menerima antaran pesanannya dan melempar senyum penuh pesona pada gadis pelayan. Pelayan muda itu tertunduk senang dengan semburat merah muda menghiasi pipi. Senyum bisnis. Ageha berjengit melihat pemandangan itu.

“Baiklah, aku sedikit paham sekarang…,” ucap Ageha sambil menaikkan sebelah alis, “Kau mengerikan, Lee Taemin…”

“Aaah~~ Noona~~ jangan mengatakan hal sekejam itu~~,” kali ini Taemin mengeluarkan aegyo andalannya. Usahanya berhasil, Ageha terdiam melihatnya. Perlahan wajah gadis itu tampak memerah. Tawa Taemin langsung pecah dan Ageha berusaha mengalihkan pandangan secepatnya. Saking gelinya Taemin sampai sakit perut.

“Hahaha…. Wajahmu memerah, agassi!” tawanya bersambung, sulit berhenti.

“I…ini bukan memerah karenamu! Ma..matahari! wajahku memerah karena matahari…,” gagap Ageha beralasan. Sayangnya Taemin masih sulit mengendalikan tawanya, bahkan malah semakin geli. Ageha hanya mampu melipat tangan sambil memanukan bibir. Kali ini wajahnya benar-benar memerah karena malu.

“Kau sangat menikmati tawamu, dongsaengie…,” ucap Ageha sinis, berusaha mengentaskan rasa malunya yang masih belum luntur mewarnai kulit putihnya. Akhirnya Taemin berhenti tertawa, ia menyeruput minumannya dengan tergesa, terbatuk pelan karena kikikan kecilnya. “Lihatlah, kau menyakiti dirimu sendiri,” omel Ageha, ia menyodorkan beberapa lembar tissue pada idola kaula remaja itu. “Apa kau sebegitu senang mempermainkan perasaan wanita yang lebih tua sepertiku? Kau ingin terus dibilang ‘Ah, gwiyeowo~~~” begitu?”

“UHUK… ah… appo…,” Taemin masih kesulitan menjawab. Ageha mau tak mau menepuk-nepuk pelan punggungnya dan mengelusnya pelan, sekedar meredakan batuk ataupun rasa sakit lelaki itu. Di dalam pikirannya ia terus berkata Makanya jangan iseng padaku.

“Kau benar-benar adik nasional, pantas saja semua noona menggilaimu…”

“Tapi sebenarnya aku tidak mau dianggap seperti itu…”

“Eh?”

“Aku tidak mau hanya dianggap sebagai adik…”

Taemin meraih tangan Ageha yang masih mengelus punggungnya. Ageha seakan kaku dalam genggaman lelaki muda itu. Pandangan keduanya terkunci, mempertemukan dua pasang mata coklat yang menyiratkan sinar mata yang berbeda. Jarak wajah keduanya yang begitu dekat membuat Ageha menahan nafas tanpa sadar. Ekspresi Taemin terlalu serius, sangat berbeda dengan pandangan Taemin saat menggodanya tadi. Ageha ingin sekali menelusuri lbih jelas wajah oval di hadapannya, ingin menatap alisnya, hidung mancungnya, bibir tebalnya yang agak pucat, pipinya yang berisi, atau apapun yang mengisi wajah rupawan itu. Namun ia tak bisa. Sinar mata Taemin mengunci tatapannya. Ia tak mampu berpaling.

“…Aku… ingin dianggap sebagai pria,” ucap Taemin setengah berbisik. Nafasnya menyapu lembut wajah tirus gadis itu. Dan debaran jantung yang tadinya masih dapat terkendali kini mulai berpacu kencang.

“Kenapa orang terus mempermasalahkan umur dan penampilanku?” sambung Taemin, matanya menunjukkan kilatan penuh percaya diri dan bibirnya tersenyum menggoda. Ia mendekatkan bibir tebalnya ke arah telinga kanan Ageha, memaksa gadis itu tertarik lebih jauh ke arahnya. Aroma tubuh Taemin langsung memenuhi rongga hidung gadis itu, membuatnya semakin sulit berpikir.

“Lagipula, aku memiliki segala hal yang dibutuhkan untuk membuat seorang wanita sepertimu merasa layaknya seorang wanita. Bukankah begitu, Kuroi Ageha-san?”

BLUSH

Wajah Ageha memerah padam sementara degup jantungnya yang menggila membuat dahi dan telapak tangannya yang digenggam Taemin mengeluarkan keringat dingin. Gadis itu mengalihkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan posisi wajah Taemin, membuang nafas yang sudah tidak mampu lagi ia tahan. Taemin menjauhkan diri darinya dengan senyum tenang terpasang di bibir. Ageha sibuk mengutuk lelaki itu, bagaimana mungkin ia bersikap biasa saja setelah mengeluarkan kata-kata itu di hadapan seorang wanita?

“Kenapa kau tidak tersenyum? Aku sangat menyukai senyummu…”

Lagi-lagi kata-kata yang membuat jantung Ageha berdebar keras.

“Apa kau sedang sakit? Wajahmu memerah…,” tanya Taemin lagi, kali ini ia merapatkan keningnya pada kening Ageha, poni keduanya ia sapukan agar dapat merasakan suhu tubuh yang disalurkan kening gadis itu. Ageha semakin membeku di depannya sementara suhu tubuhnya panas membakar. Jantungnya seakan mau meledak. Mata keduanya saling menatap dengan jarak yang sangat lekat dan saat Taemin menampilkan senyum lembutnya, saat itulah Ageha tersentak sadar.

“A…aku tidak apa-apa… Matahari, ini karena Matahari…,” lagi-lagi hanya alasan ganjil itu yang dapat terpikir oleh Ageha, suaranya hampir tak terdengar. Ia melepaskan diri dari Taemin dengan paksa. Taemin menatapnya dengan tatap yang seakan berkata ‘benarkah?

“Tidakkah seharusnya kau bekerja sekarang?” ucap Ageha lagi, membuat Taemin sadar dan segera melirik arlojinya. Lelaki itu langsung bangkit dengan tergesa dan menyesap habis isi cangkir kopinya. “Oh, sial! Waktu istrahatku cuma tinggal lima menit lagi!” Ia meraih topinya dan segera melangkah cepat ke arah pintu setelah meninggalkan beberapa lembar won di atas meja. Ageha menghembuskan nafas lega saat lelaki itu sudah meninggalkan cafe tersebut.

Klining klining

Lagi-lagi lonceng pintu masuk cafe berdenting dan Ageha kembali menoleh ke arah pintu masuk. Lee Taemin kembali berdiri di sana.

“Sampai jumpa lagi, Ageha~~,” ujarnya girang, tangannya melambai riang. Hanya dalam hitungan detik lelaki itu kembali melangkah pergi. Ageha masih mematung di tempatnya, butuh beberapa menit agar gadis itu kembali normal. Ia mengalihkan pandangan ke luar jendela dengan bertopang dagu. Wajahnya masih memerah panas.

“Laki-laki aneh…”

Gadis itu terus menatap keluar cafe dengan tatap kosong. Ia masih tak bisa mengenyahkan bayangan Taemin yang terus menari-nari dalam pikirannya. Ia berusaha memejamkan mata, menghapus bayangan itu dan menguburnya dalam memori terdalam. Namun itu sulit, sangat sulit. Kalaupun bayangan itu hilang, Ageha justru bisa merasakan dentuman jantungnya yang tak beraturan. Gadis itu menghela nafas panjang.

“Sepertinya kau sedang kesulitan, Ageha-chan…”

Ageha mendongakkan kepala, menatap kaget si empunya suara. Ia kembali membatu saat si pemilik suara itu menampakkan seringaian padanya dan menerjang bibir merah muda gadis itu dengan jarinya. Ia menatap bingung ke arah laki-laki itu, suaranya membisik, “K…Key?”

“Ssst… Baby, I need you to just look at me now…”

Sepasang mata beriris merah mengunci sinar mata Kuroi Ageha. Dalam hitungan detik gadis itu tak lagi dapat merasakan tenaganya dan terkulai lemas tak sadarkan diri. Hal terakhir yang terpikir olehnya hanya satu nama, Taemin.

***

_TBC_

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

17 thoughts on “[WFT B] Butterfly – Part 2”

  1. Karena penggambaran keadaan dan kondisi yang terlalu panjang, rasanya akan sangat membosankan. Bukan berarti penggambaran situasi tidak diperlukan, hanya saja terlalu detail dan kepanjangan.
    Ditunggu yang berikutnya (งˆ▽ˆ)ง
    Semangat (งˆ▽ˆ)ง

    1. terima kasih saranny…
      jujur aja bikin ini susah banget, mungkin karena tokoh utamanya bukan Key atau Onew… -__-;

      gomawo komenny~~

  2. kenapa lebih suka partnya taemin vs key nya yahh dibanding taemin ketemu sama si ageha??? hahahahaah… ditunggu peperangannyaa… klo bisa love story nya di kecilin dikit *sotoy XDDD

    1. author pribadi juga lbh suka itu. hehehehe… *lockets mode on*
      oke, oke. di part2 selanjutnya bakal banyak actionny, ini cuma bumbu sekedar saja… hahahaha

      gomawo komenny, eonni~~

  3. Setuju ama semua comment di atas. Aku lebih suka ama keyx vs taemnya, jujur aja keke 😛

    cieee… Taem udh mulai suka ama Ageha 😛
    Ck, Keyx udh menjalankan aksinya tuh .-.

    Oh… Jadi Gaehwa itu mirip ama Ageha… Terus? #plak

    ditunggu next partnya… 😉

    1. d part selanjutnya bakal terungkap masa lalu tetem. hahahaha….
      mungkin karena author terlalu melibatkan jiwa locketsny jadi ceritanya bgt. hahaha..

      gomawo, Yongie~~

  4. fiuuhhhh….
    part ini lumayan panjang ya Bella..

    Kata2 taemin ke ageha buat aku ngerasa dia udah dewasa dan laki banget alias manly.. 😛

    suka semua sama dialog Taemin-Ageha. ikutan deg2an sama kata2 Taemin, bener2 bikin hati setiap nuna berdebar, termasuk saya.. 😀

    Penasaran sama bagian akhir, kira2 apa yang akan dilakukan Key pada Ageha..

    Ok Bella, ditunggu lanjutannya ya.. 🙂

    1. panjang? hehe… semua part dipukul rata kurang lebih lima belas halaman kok, eon. mungkin karena terlalu byk narasi jadiny panjang… -__-

      hihi… Taemin udh g bocah lagi. tapi jujur aja, susah banget bikin adegan Taemin yg manly, blm dapet feel keseluruhanny. gimanapun masih berasa Tetem oppa adik semua orang. wkwkwk…

      oke, eonn. lanjuut~
      gomawo, eonni~~

  5. omo!omo!omo! Taemin oppa so sweet banget sama Agehanya….
    WWAAHHH!! ngapain,tuh Keyx sama Agehanya… Penasaran,nih eonni -_-
    Lanjutkan,ya eonni! Lain kali jangan kebanyakan chapternya….
    Semangat!!

    1. Jiseonnie, mulai deh lebayny. hahaha… *peace*
      key n ageha? ada deh~~

      oke, oke… tapi mungkin rada susah untuk membatasi diri supaya g kebanyakan part.

      gomawo, dongsaengie~~

  6. Eciyeehhh… taemin sma ageha mulai berdebar2 nih.hhe.
    itu bisikan Taemin yang di cafe bikin merinding sih. Tapi kalo aku jadi ageha, tinggal komentar aja “Heol!” .hahah.

    Nah kan, aku pas awal2 udah ngira pas Taemin kaya familiar sama Ageha itu pasti Taemin ngerasa Ageha mirip sama Gaehwa. Eh, jadi Gaehwa itu noona-nya Taemin ato cewe lebih tua yang ditaksir Taemin?

    Oh! Noo! Keyx, kamu mau ngapain Ageha? tau2 main dipingsanin aja.hha. Oia, Bella, untuk kalimat “..Baby, I need you to just look at me now…” <– ini agak sedikit ga enak, tapi ak blm nemu bagusnya diganti apa.hhe. ^^v
    oh, jgn2 Ageha mau dipelet gitu ya? jadi biar suka sama Keyx?

    terus, miko itu apa ya, Bella? penjaga kuil kah? aku pas baca kepikirannya kucing *Neko yaa itu? .hha.* ^^v
    sama, pasti ada hubungannya nih antara kisahnya nenek Ageha sama Taemin *sotoy*

    oKEY deh, komenku udah panjang banget. Mau lanjut ke part berikutnya ^^ Penasaran.

  7. Nah, aku merasa part ini rapi
    Gk bingung lagi aku bacanya kayak di part 1
    *dasar gue aja yang lemot kali ya…

    kalo di part 1 aku suka banget sama perdebatan Key Taemin
    disini aku suka banget perbincangan Taemin dan Ageha…
    Taemin udah gede, euy….
    deasa banget pemikirannya…
    walaupun ada sedikit ekstrimnya
    tapi pembicaraan kedua yang mereka lakukan itu
    yang jederrr banget…
    aku bisa tergoda kalo kayak begini, saeng…
    *peyuk Jinki… inget ma suami…

    nah tuh ending bikin penasaran…
    *aiiissshhhh

  8. Gaehwa siapa sihh? kbpntaemin blg klo gaehwa tdk akan membiarkannya jatuh cinta atau bahagia?
    key jg..rencananya apa sihh? mkin mngerikn aj nihh org…

Leave a reply to leehyoseok Cancel reply