[WFT B] What I Found in My Locker

Title                 : What I Found in My Locker

Author             : Chrysalis

Main Casts      : SHINee Taemin & Choi Hyewook(OC)

Support Casts  : The rest of SHINee

Length             : Vignette (2.602)

Genre              : Hurt/Comfort, Life

Rating              : PG

Beta-reader    : Azura

Disclaimer       : I own nothing but the plot and Choi Hyewook. Non-profit works but don’t try to plagiarize nor steal it.

 WIFIML poster

Duk, duk, dukk!!

Taemin menatap lokernya sambil tertawa sarkastis. Seseorang pasti memasukkan musang atau kucing untuk mengacak-acak lokernya lagi. Dasar bocah-bocah kurang ajar, batinnya. Ia tahu bahwa teman-temannya pasti mengerjainya untuk kesekian kali. Ah, salah, bukan teman. Hanya orang-orang yang satu sekolah dengannya.

Ia terkejut setengah mati saat mendapati seorang gadis berada dalam lokernya. Gadis itu terlihat berantakan dan kesulitan bernapas. Taemin cepat-cepat membantu gadis itu keluar. Bajingan mana yang tega memasukkan orang ke dalam loker untuk mengerjai orang lain. Ia tidak habis pikir saat melihat gadis di hadapannya berusaha memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke paru-parunya sambil mengusap leleran air mata.

“Terima kasih.”

Taemin mengangguk bingung, tangannya masih belum lepas dari lengan sang gadis. Takut jika gadis itu mendadak limbung atau pingsan karena kekurangan oksigen. Ia tidak bisa menyalahkan loker atau tubuh gadis itu yang membuatnya bisa dimasukkan ke dalam loker dengan mudah. Baju olahraganya hilang, ia mendengus. Another detention will come.

“Baju olahragamu ada di tumpukan plastik di sebelah tempat sampah.”

“Ah, um, terima kasih.”

Taemin segera menuju tempat yang ditunjukkan gadis tadi. Ia berbalik, akan mengucapkan terima kasih ketika ia mendapati gadis itu sudah tidak ada di tempatnya. Taemin hanya mengangkat bahu, tidak peduli apakah gadis itu hantu atau benar manusia, namun ia cukup berterima kasih atas petunjuknya. Ia menarik napas panjang kemudian mengganti seragamnya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

-.-.-.-

“Kenapa?”

“Apa?”

“Menolongku.”

“Karena kau se-”

“Kita tidak saling kenal.”

“Apa memerlukan alasan untuk menolong seseorang?”

“Ya. Bisa saja aku yang salah, atau kau malah mati karena dihajar mereka.”

Lee Taemin menarik ujung bibirnya yang robek. Ia memperhatikan gadis yang sedang mengobati luka sayat di lengannya. Gadis itu tidak cukup pintar untuk bisa menutupi kekhawatiran di wajah pucatnya. Taemin sedikit lega karena berandalan yang ia hajar sepuluh menit lalu tidak sekuat yang ia bayangkan, bahkan terlalu pengecut karena mereka tidak menggunakan tangan kosong untuk melawannya.

“Obati dulu lukamu.”

“Aku tidak terluka.”

Gadis itu tersentak, merintih pelan ketika Taemin mengangkat dagunya. Laki-laki itu menyentuh darah kering di rahang si gadis. Benar kan, berdarah, bukan terciprat. Taemin mengambil cotton ball bersih berlumur alkohol dari tangan gadis di hadapannya kemudian mengusapkannya perlahan ke luka sang gadis.

“Mungkin kita tidak saling kenal,” Taemin mengoleskan obat luka sebelum menutupnya dengan plester. “Tapi aku mengingatmu. Kau gadis yang dimasukkan ke dalam lokerku beberapa hari lalu, kan?”

Gadis itu mengangguk, ia melanjutkan kembali kesibukannya membersihkan luka-luka Taemin. “Terima kasih sudah menyelamatkanku, kupikir aku akan mati.”

“Teman-temanmu cukup kurang ajar ya saat mengerjai teman yang sedang berulang tahun.”

“Aku tidak berulang tahun saat itu.” Sang gadis menghela napas, menunjukkan gestur ‘akhirnya selesai juga’ sebelum membereskan kotak First Aid miliknya. “Dan mereka bukan teman-temanku. Aku tidak punya teman di sekolah.”

“Kalau begitu, bagaimana jika kita berteman?” Taemin mengulurkan tangannya. “Lee Taemin, kelas 1-4.”

“Choi Hyewook, kelas 1-3. Senang berkenalan denganmu.

-.-.-.-

 “Hei, kau terlihat lebih segar.”

Tidak, Taemin. Gadis di hadapanmu ini bahkan terlihat lebih pucat dari seminggu yang lalu, apa yang ingin kau katakan, hah?

“Terima kasih, kupikir aku terlihat buruk dengan potongan rambutku yang baru.”

Well, terlalu pendek sebenarnya.” Taemin mencoba merapikan rambut gadis di hadapannya; yang bahkan jauh lebih pendek dari potongan rambutnya sendiri. “Kau bosan ya dengan rambut panjangmu?”

“Tidak,” ia menyingkirkan tangan Taemin dari kepalanya. “Seseorang tidak suka dengan rambutku dan memaksaku memotongnya.”

“Siapa?”

“Kau tidak akan menghajar seorang gadis.”

“Aku hanya ingin tahu.”

Gadis itu menggeleng.

“Aku berani bertaruh bahwa rambutnya tidak sebagus milikmu.” Taemin menangkup pipi Hyewook dan membuatnya bersemu. “Kau agak pucat, temui aku di atap saat istirahat nanti, ya.”

-.-.-.-

Mungkin karena menanggung beban yang sama, atau mungkin Taemin yang terlalu lemah. Ia melarikan tangannya perlahan ke rambut Hyewook yang bersandar di bahunya. Ia tidak peduli adegan apa yang ada di depan matanya karena mereka memang tidak benar-benar berniat untuk menonton film. They just need a place to run, not the studio or the apartment.

Taemin menarik jaketnya yang digunakan Hyewook sebagai selimut sebelum menyandarkan kepalanya ke kepala gadis itu. Masih satu jam, mungkin ia bisa ikut tidur atau menonton film-entah-apa yang tiketnya mereka beli tiga puluh menit lalu. Taemin memejamkan matanya sambil menggosok punggung tangan Hyewook perlahan. We can make it. Ia mencoba menyelaraskan apa yang ia gumamkan dengan tarikan napas Hyewook.

“Bisa,” Taemin tersentak. “Kita bisa melaluinya, Taem.”

-.-.-.-

“Jangan didengar.” Hyewook mendongak, ia tersenyum tipis sambil melanjutkan jahitannya di kemeja Taemin yang sobek. “Masih belum selesai.”

“Jangan dibaca.” Taemin menurunkan agenda yang dipegangnya. “Itu juga belum selesai.”

“Kau curang.”

“Kau lebih curang.”

“Apa?”

“Auch!”

Taemin menyambar telunjuk Hyewook yang berdarah kemudian mengulumnya. Gadis itu terkekeh sambil menjitak kepala Taemin pelan, menyuruhnya berhenti. Laki-laki itu berhenti. Ia menatap tangannya yang masih menggenggam milik Hyewook.

“Lepas, aku tidak bisa melanjutkan jahitanku jika kau terus memegang tanganku.”

“Tidak usah dilanjutkan.”

“Eh?”

“Kubilang tidak usah didengarkan.” Ia mencabut earphone putih dari telinga Hyewook. “Nanti jika sudah selesai.”

-.-.-.-

Taemin memijat pelipisnya pelan. Ia merasa pusing; bukan pusing yang benar-benar menyakitkan. Something had made him dizzy. Taemin tidak lelah, mungkin ia memang kurang tidur, tapi tidak cukup parah untuk membuatnya pusing.

“Aspirin?”

Taemin menggeleng. Ia tidak perlu obat, mungkin ia hanya perlu secangkir cokelat panas atau apapun yang terasa manis. Apapun yang manis. Ia meraih permen di saku jaketnya dan mengulumnya. Bukan, tidak cukup manis.

Hot choco.

“Boleh.”

Onew menyodorkan cokelat panas yang baru saja ia pesan untuk Taemin. Laki-laki itu menatap Onew yang dibalas anggukan. Taemin tersenyum kemudian segera berlari kecil keluar café. Ia merapatkan jaketnya sambil berjalan lambat-lambat menyusuri jalanan yang mulai sepi. Kakinya berhenti di depan sebuah bangunan yang dikenalnya. Taemin menatap gelas kertas di genggamannya dan lampu yang menyala dari salah satu bagian bangunan itu.

Yeoboseyo.

“Turun sebentar, aku bawakan cokelat hangat untukmu.”

Taemin mengangsurkan gelas kertas itu pada gadis berjaket abu-abu di hadapannya. Hyewook menggumamkan terima kasih, mungkin menyuruh laki-laki di hadapannya untuk pulang jika tidak ada tumbukan lembut di bibirnya. Taemin merasa pusingnya sudah sembuh, ia mengacak rambut Hyewook lembut.

“Semoga mimpi indah.”

-.-.-.-

Hyewook meremas roknya sambil menatap langit yang mulai tidak bersahabat. Sebentar lagi hujan dan payungnya raib entah kemana. Ia teledor. Turun. Deras. Lebih deras lagi.

Ia hanya bisa tersenyum masam sambil menatap tetesan air yang berlomba-lomba untuk mencapai tanah.

Gadis itu melangkah lambat-lambat, membiarkan air membanjur tubuhnya tanpa ampun. Tas parasut pemberian Taemin sudah cukup membuat buku pelajarannya aman dari hujan. Ia juga tidak perlu menunggu Taemin pulang karena laki-laki itu sudah tidak masuk selama tiga hari. Bukan sakit, tapi izin karena kegiatannya yang bertumbukan dengan jadwal sekolah. Laki-laki itu cukup beruntung karena tidak perlu susah-susah menembus hujan untuk pulang.

Ada rasa takut ketika ia tidak bersama Taemin, rasa yang tidak ada ketika ia masih berjuang sebagai single fighter. Hyewook kadang benci dengan perasaannya, tapi bertemu dengan Taemin adalah sebuah keberuntungan. Setidaknya ia memiliki seseorang yang ada di sampingnya dan menjaga mentalnya agar tetap stabil.

“Bodoh.”

Hyewook menoleh dan menemukan payung besar melindungi tubuhnya. Ia bisa membaca raut khawatir Taemin ketika melihatnya basah kuyup. Laki-laki itu mengerudungkan jaketnya ke tubuh Hyewook kemudian menggandengnya pulang.

“Aku bisa menjemputmu. Jangan pernah pulang sendiri lagi.”

-.-.-.-

“Mimpi indah.

Hyewook menatap gelas kertasnya yang sudah setengah kosong. Hal tadi bukan tidak sengaja. He intended to do that. Gadis itu menyentuh bibirnya yang masih berasa jeruk; permen yang dikulum Taemin. Meskipun ia sudah meminum cokelatnya banyak-banyak, ia tetap bisa merasakan rasa jeruk Taemin di bibirnya.

Sesaat Hyewook merasa linglung ketika bibir mereka bertumbuk. Ia hanya ingat remasan pelan di tangannya dan bisikan terima kasih setelah bibir mereka bertumbuk.

Hyewook tersentak ketika ponselnya bergetar, sebuah pesan singkat dari Taemin. Laki-laki itu tidak bisa tidur, Hyewook juga. Mungkin tentang ciuman tadi.

“Aku tidak ada acara besok. Kau mau mengajakku pergi kemana?”

“Perpustakaan, ada banyak tugas yang harus kukerjakan.”

“Baiklah, cepat tidur.”

“Kau juga.”

“Iya.”

“Iya apa?”

“Tidur. Kau harus tetap sehat untuk menjadi mentorku.”

-.-.-.-

Ini mungkin bukan hal yang diharapkan Hyewook atau Taemin dalam pertemanan mereka. Atau mungkin ini bagian dari jalan Tuhan? Bisa jadi.

Mereka bersandar di batang pohon ara dengan jemari bertaut satu sama lain, saling bersandar dengan sebuah earphone di telinga masing-masing dan hidung yang sama-sama memerah. Flu.

Hyewook menyukai hujan, tapi ia tidak pernah bisa bertahan dari flu. Sedangkan Taemin yang kelelahan malah mengambil penyakit tersebut dari gadis itu. Mereka sama-sama setengah teler karena obat yang barusan mereka minum.

“Pulang, tidur di rumah saja.”

“Rumahku di Incheon. Mau mengantarkanku pulang?”

Taemin hanya tersenyum menanggapinya. Alunan lagu Home milik Michael Bublé membuat laki-laki itu meremas tangan Hyewook perlahan. Hyewook tersenyum, berharap laki-laki itu memiliki pemikiran yang sama dengannya.

“Aku sudah di rumah.”

Mereka bertatapan sejenak. Hyewook meringis sebelum membenamkan wajahnya ke jaket laki-laki itu. Ia merasakan sentuhan lembut di puncak kepalanya.

“Tidurlah, nanti kubangunkan.”

-.-.-.-

It’s official. Hyewook sudah tidak takut lagi dengan tautan jemarinya dan Taemin ketika mereka berjalan di koridor atau ketika laki-laki itu merengkuh bahunya untuk mengajaknya pulang. Ia tahu jika seluruh sekolah menggunjingkan hubungan mereka. Si Bisu dan sang Artis. Si Bisu hanya dimanfaatkan sang Artis untuk mendongkrak nilai dengan cara memacarinya dan membuat gadis itu mengerjakan semua tugas-tugasnya.

“Taem, sajangnim memintaku untuk bicara denganmu.”

“Masalah desas-desus di sekolahku kan, Hyung?”

Onew mengangguk, sedikit lega karena Taemin tahu arah pembicaraan mereka sehingga ia tidak perlu berbasa-basi untuk menjelaskan semuanya. Taemin tersenyum tipis sambil memeluk lututnya, tidak menyangka bahwa apa yang ia sembunyikan selama ini tercium juga oleh perusahaan. Mungkin karena Sulli yang mengatakan, atau ada pihak lain?

“Bantu aku, Hyung,” bisiknya lirih. “Aku tahu jika hal ini bisa membahayakan reputasi kita sebagai artis yang baru saja naik daun. Setidaknya, dengarkan alasanku dulu.”

“Baiklah, Taem.”

Hyung pernah putus asa karena Hyung merasa bahwa skill Hyung tidak juga meningkat seperti yang lain, kan?” Onew mengangguk. “Hyung merasa sendiri dan tidak punya teman yang berjalan bersama Hyung, kan?”

“Aku ingin menolongnya, Hyung. Kami memang sama-sama di-bully, tapi aku punya Hyungdeul dan Shawol yang selalu mendukungku. Sedangkan Hyewook tidak memiliki siapapun kecuali aku. Jadi, aku ingin Hyung membantuku untuk menjaganya dengan membiarkanku tetap bersama Hyewook, ya?” Taemin meremas ujung kaosnya. “Hyung bisa tebak bagaimana aku mengenalnya?”

“Hmm, kau menolongnya dari gerombolan orang yang sedang mem-bully-nya? Seperti yang di film-film.”

Taemin menggeleng sambil tertawa kecil. “Aku memang berharap bisa jadi pahlawan seperti itu, Hyung. Kenyataannya aku menemukannya di dalam lokerku. Hyung bisa bayangkan bagaimana ajaibnya cara Tuhan untuk mempertemukan kami, kan?”

Onew tertawa canggung bersama Taemin. Ia tidak menyangka bahwa hubungan Taemin dan gadis itu cukup ‘menegangkan’ bagi remaja seusia mereka. Onew meraih tangan kanan Taemin, menatap cincin yang melingkar di jari manisnya yang sepertinya tidak ia sadari belakangan ini.

“Ini couple ring?”

“Bukan, ini cincin pemberian Hyewook untuk menjagaku. Lucu ya, Hyung.

-.-.-.-

Taemin tersenyum lebar sambil membuka kotak bekal yang diberikan Hyewook; bento yang dihias menyerupai wajah Taemin, di sampingnya terdapat telur dadar dan umeboshi1 sehingga mirip dengan bunga matahari. Laki-laki itu tahu bahwa Hyewook membuat bento bunga matahari itu setelah mendengar ungkapannya di sebuah radio bahwa ia menyukai gadis yang bisa menjadi bunga mataharinya.

“Makanlah yang banyak. Kau harus berlatih keras untuk persiapan comeback, kan?” Gadis itu mencubit pipi Taemin pelan. “Jangan lupa belajar dari rangkuman yang sudah kubuatkan. Meskipun sibuk, kau tidak boleh dapat nilai jelek saat ujian kenaikan kelas.”

“Mmm. Terima kasih.” Taemin  menghentikan suapannya kemudian menatap Hyewook lekat-lekat. “Kau kelihatan pucat. Sakit?”

Gadis itu menggeleng, ia mengusap pipi Taemin lembut. “Kau malah yang terlihat kelelahan, Taem.”

Taemin hanya tersenyum tipis kemudian memakan bekalnya lagi. Ia masih tidak berani mengatakan bahwa agensinya akan mentransfernya ke sekolah seni untuk mengasah bakatnya lebih jauh, atau sengaja memisahkannya dengan Hyewook. Gadis itu mendekat, mengecup dahi Taemin lembut sebelum menatapnya lekat-lekat.

“Kau harus berlatih keras di sekolah barumu nanti. Jangan lupa makan siang karena nanti tidak ada yang membawakan bento untukmu lagi.”

“Hye- Hyewook-a,

“Tidak apa-apa, aku menguping pembicaraanmu dengan sonsaengnim kemarin.” Hyewook tersenyum lebar. “Mulai sekarang, kita akan berjuang sebagai single fighter lagi. Kuharap kau tidak diperlakukan seperti ini lagi di sekolah barumu.”

Taemin meraih tangan gadisnya, meremasnya pelan, merasa bersalah karena meninggalkannya. Ini bukan bagian dari janjinya untuk menjaga Hyewook. Ia tidak boleh kehilangan gadisnya bagaimanapun caranya. Ia bertekad akan memanfaatkan waktu yang tersisa di sekolah ini untuk bersamanya karena untuk saat ini mereka hanya bisa bersama di sekolah. Kesibukan dan ketenaran SHINee sudah membuatnya tidak bisa berkutik lagi. Paparazzi dan ssasaeng ada dimana-mana. Ia tidak mau mempertaruhkan keselamatan Hyewook dengan para ssasaeng atau reputasi SHINee dengan paparazzi.

 “Hei, belnya sudah berbunyi.” Hyewook menepuk lengan Taemin. “Cepat habiskan bentonya. Aku akan menunggumu.”

Taemin mengangguk, cepat-cepat menunduk dan memasukkan makanan yang bahkan sangat sulit ia telan karena ukurannya yang terlalu besar. Hyewook tertawa melihat ulah konyol Taemin. Siapa yang tahu bahwa tawa itu adalah tawa terakhir Hyewook yang didengar oleh Taemin.

-.-.-.-

SM entertainment mengatakan :
“Taemin didiagnosa terkena swine flu, kami akan membatalkan semua schedulenya dan dia akan beristirahat
.2

Taemin menggulung tubuhnya dalam selimut, ia tahu bahwa ia tidak profesional untuk menangani semuanya. Ia membiarkan Hyungdeul berlatih keras untuk serangkaian promosi Ring Ding Dong, sementara ia hanya berbaring di ranjang dan berbohong pada publik dengan pernyataan palsu dari agensi bahwa ia terkena swine flu seperti Jonghyun dan Onew. Penyakit swine flu jauh lebih ringan daripada mental breakdown yang dideritanya sekarang.

“Taem.” Key mengelus lengan Taemin perlahan. “Aku sudah menyiapkan bubur dan obatmu di dapur. Kami berangkat sekarang, ya.”

Hyung,” suara Taemin bergetar. “Bisa tolong panggilkan Onew Hyung sebentar?”

Key mengangguk, ia segera menghilang ke balik pintu kamar. Tidak lama, Onew muncul dengan atribut latihannya sambil tersenyum lebar. Ia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan kanan Taemin.

“Terima kasih, Hyung. Terima kasih sudah membantuku sampai sejauh ini.”

Onew mengelus kepala Taemin perlahan. Terkadang, ia ingin Taemin menangis saja untuk melepaskan semua emosinya, tapi laki-laki ini terlalu keras kepala dan tidak ingin dianggap lemah. Onew kasihan melihat Taemin yang semakin hari semakin kurus dan tatapan matanya semakin redup.

Taemin benci dengan keadaannya saat ini. Kenapa ia harus menemukan Hyewook di saat yang tidak tepat? Kenapa tidak dari dulu saja? Kenapa baru sekarang? Kenapa harus sesingkat ini? Kerongkongannya seperti tersumbat sesuatu, dadanya sakit, tapi ia tidak bisa menangis. Lee Taemin tidak boleh menangis, tidak boleh.

Pertahanan Taemin runtuh, ia terisak. Onew menggenggam tangannya semakin erat sambil mengisyaratkan pada Minho, yang berniat mengajaknya latihan untuk segera berangkat, untuk pergi duluan. Isakan Taemin semakin keras dan genggaman tangannya semakin erat. Onew berusaha untuk tidak ikut menangis karena suara Taemin yang terdengar semakin memilukan.

Onew mengelus kepala Taemin lembut dan berusaha bicara meskipun dengan suara tercekat. “Hyewook . . sudah bahagia di sana, Taem.”

-.-.-.-

Kabarnya Taemin-goon pernah menjadi korban tindakan bullying selama di sekolah?

“Ya, aku dan seorang temanku pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan tersebut dan kami membantu satu sama lain agar kami bisa bertahan dari hal yang tidak menyenangkan itu selama satu setengah tahun.”

Lalu apakah sekarang kalian masih mengalami tindakan tidak menyenangkan tersebut?

“Aku sudah terhindar dari tindakan tidak menyenangkan itu setelah aku transfer ke sekolah seni untuk menunjang karirku bersama SHINee. Sayangnya temanku . . .” Taemin menarik napas panjang. “Sayangnya ia masih mengalaminya hingga akhirnya bunuh diri karena tertekan. Aku merasa sangat bersalah karena meninggalkannya di sekolah tersebut, tetapi ia menuliskan sebuah surat untukku sebelum bunuh diri dan berterima kasih padaku karena kami sudah sempat berteman sebelum ia mengakhiri hidupnya.”

Bagaimana tanggapan Taemin-goon ketika SHINee ditunjuk oleh Pemerintah Korea untuk menjadi Duta Anti Bullying?

“Tentu saja aku sangat senang. Kami di sini sebagai Duta Anti Bullying akan berusaha bekerja dengan baik untuk menekan prosentase tindakan bullying yang bisa berakibat fatal bagi korban dan pelaku itu sendiri. Terima kasih.”

Taemin merasakan remasan pelan di bahunya setelah kamera dipadamkan. Minho menepuk pelan kepala Taemin seperti yang dilakukan Jonghyun dan Key sebelumnya. Taemin bangkit dari kursinya sambil bertukar senyum dengan Onew.

“Kerja bagus, Taem. Kita harus bekerja keras untuk menolong Hyewook-Hyewook lainnya mulai sekarang.”

01.48

09/07/2013

Glossaries :

1Umeboshi are pickled ume fruits common in Japan. The word “umeboshi” is often

translated into English as “Japanese salt plums,” “salt plums” or “pickled plums.”

2source from allkpop November 26th , 2009.

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

62 thoughts on “[WFT B] What I Found in My Locker”

  1. Your story is good but I think it would be better if you made the plot longer! Because you really have potential ideas to improve. For example you can explore more on how exactly hyewook feels, how they both can get closer and the content of the letter that taemin found. But it’s still good! Good luck -.~v

    1. I don’t think that the fic will goes well if I did it as 2shot. There will be too much explanation to complete the structure of the fic. The point is mixing up all the elements that actually happened in Taem’s life then added a little magic muhahaha/lame/.
      Thank for the support, but what do you mean by letter?
      Taem actually found the girl in his locker btw =___=”

      1. I don’t mean that you have to make it as 2shot but maybe you can add more explanation? But it’s okay if you want it that way :p
        No .. I mean when taemin said “Aku merasa sangat bersalah karena meninggalkannya di sekolah tersebut, tetapi ia menuliskan sebuah surat untukku sebelum bunuh diri dan berterima kasih padaku karena kami sudah sempat berteman sebelum ia mengakhiri hidupnya.” It would be more ‘touchy’ if you showed us the content of the letter *angst addict mode on* 😀
        But it just my opinion 😀

  2. Ini bagus banget, demi apa ceritanya baguus banget.. Rapih, feelnyapun bener-bener dapet

    Saya ampe merinding kemudian meneteskan air mata. Haha.

  3. terima kasih sudah ditag 🙂
    ceritanya bagus, saia setuju sekali lho dengan komen di atas, mungkin ada yang beranggapan kalau ceritanya mengandung plot yang cepat, tapi cepatnya menurut saia konstan. rapi. dan juga mempunyai pesan moral yang baik. walaupun ditulis dengan gaya bahasa yang simpel, tapi terasanya ringan dan mudah dicerna, terlebih dengan adanya pesan moral tersebut. gak perlu ribet, pembaca dapat menangkap kesan menarik di ff ini dng begitu kontras.

    1. Aaaaak, nona editor datang juga. Btw makasih udah berkunjung ke lapak ini.
      Hiks, aku gatau mau bilang apa kecuali makasih udah baca dan komen (TT____TT)

  4. Pertama ak kira kontes apa trnyta ff.. Hahaha =_=
    Jujur ini ya ak komennya.. Yg mw ak omongin kurang lebih sama yg komen pake b ing diatas sih..
    Secara cerita uda bagus..
    Tp detailnya kurang bgt.. Perasaannya.bentuk bully an nya..
    Apa yg terjadi.. Kesannya terlalu loncat2 kejadiannya..
    Jujur gw bingung yg tiba2 “apa” “kenapa” lah itu knp tb2 ngmg gt =_= n penjelasan slanjutny kurang jelas n memuaskan =_=v
    Cewenya bisu ato ga sii? Td dsebutkan bisu tp bisa bicara?
    N gw tw taem perna dbully.tp gw ga tw tmenny bunuh diri karena itu?? Bneran ya??
    Satu lagi poin penting.suratnya.hrsnya isi suratnya ditulis.n isi surtnya itu harus bisa menggugah hati pembaca.mengharukan gt lah.wah klo ada suratnya pasti ni ff perfect..
    Okey sorry kalo ada kata2 yg mnyinggung.gw ga bmksd.gw cm komen.fighting!! ^^*

    1. Ternyata emang ada beberapa yang bilang kalo ini kecepetan buat onehot yak (TT___TT)
      Kagak apa kok, eon. Komennya enggak menyinggung sama sekali kok. Harusnya ini dijadiin 2 shot aja mungkin soalnya kalo buat surat kayaknya kebentur ketentuan length-nya deh, err.
      Oiya yang ceweknya dibilang bisu itu lantaran di sekolahan dia hampir nggak pernah ngomong, kelewat pendiam gitu.
      Makasih banget lho udah mampir 😀

  5. Haduh, sedih. Kirain hyewook-nya sakit, taunya dia bunuh diri gegara di-bully. Padahal ngiranya setelah kenal Taemin, meski akhirnya mereka pisah- Hyewook bisa jadi lebih tegar dan punya penyemangat untuk tetap bertahan.
    Ceritanya bagus b^^d

  6. halo, saya mampir ke sini karena direkomendasikan sama kak azureveur^^
    saya seneng bacanya karena ada nilai moralnya :’D dan secara pemilihan kata udah bagus. buat masalah kecepetan, saya juga pernah kebentur masalah yang sama—galau di antara oneshot atau two-shots XD tapi jujur bagi saya sih ini nggak kecepetan ya, kok rasanya mengalir aja hahaha. anyway, semoga menang ya^^

  7. Halo, saya dikasih link sama Azura jadi saya coba buat baca dan comment, Secara keseluruhan memang alurnya (meski) cepat tapi tetap rapi. Tapi memang mungkin akan membuat ceritanya lebih padat kalau ada beberapa hal yang dijelaskan lebih lanjut. Ya, seperti saran sebelumnya mungkin bisa dijelaskan bentuk bully yang dialami Hyewook seperti apa dan juga surat Hyewook untuk Taemin.

    Saya pernah juga novel dan juga fanfiction dengan gaya menulis seperti kamu, dengan dialog yang singkat dan cepat tanpa ada penjelasan siapa yang sedang berbicara. Menurut pendapat saya, gaya seperti ini baik digunakan jika dialognya memang tidak terlalu panjang. Tapi di dalam cerita ini, ada dialog yang cukup panjang (yang saya maksud adalah timbal balik antar cast, bukan panjangnya kalimat) dan membuat saya sedikit bingung tentang siapa yang sedang berbicara. Memang ada paragraf penjelas di awal tapi tetap ada kebingungan ketika saya membaca dialognya.

    Lalu ada kalimat ini — “Hyung pernah putus asa karena Hyung merasa bahwa skill Hyung tidak juga meningkat seperti yang lain, kan?” Onew mengangguk. “Hyung merasa sendiri dan tidak punya teman yang berjalan bersama Hyung, kan?”
    **Saya sedikit terganggu dengan pengulangan kata “Hyung” dalam kalimat itu. Mungkin maksudnya ingin memperlihatkan Taemin yang sopan terhadap Onew yang lebih tua. Tapi saya rasa pengunaan “Hyung” di awal, kemudian untuk berikutnya memakai kata “kau” tidak akan menghilangkan aura hormat Taemin kepada Onew.

    Semangat ya!

  8. so..
    sebenarnya agak bingung juga ya mau komen apa, scara udah lama nggak baca dan komen fanfic. hahahaha
    well, sebenarnya sekecil apa badan si hyewook sampe bisa mua di locker. sebenarnya aku agak nggak ngerti sampe mana romansa nya si taem dan hyewook disini, sudah sampai pacaran atau hanya ttm? hahaha

    1. Ya dateng begini aja aku udah seneng lho. Ini kan bukan loker tempat simpan baju di kolam renang yang cuma sekotak aja. Lokernya agak gedean gitu, jadi muat dimasukin orang. Kayak di loker-loker luar negeri gitu.
      Hahaha, agak ambigu ya.

  9. ceritanya seru~
    alurnya sedikit kecepetan, tapi berasa nyaman-nyaman aja waktu aku baca 😀
    hyewooknya bunuh diri ya? aigoo, ga kebayang gimana nyeseknya taemin waktu tau..
    idenya keren, ga kebayang gimana shock-nya aku kalo jadi taemin terus nemuin(?) seseorang di dalam loker ._.

  10. Ceritanya bagus. Temanya juga menarik. Suka banget sama karakter Taemin yang mau ngebelain Hyewook yang dibully.
    Karakternya Hyewook juga bagus.
    I like the story soalnya ada lesson yang bisa diambil dari sini. ^^

  11. nice! singkat padat dan jelas. Aku suka scene2 pendek antara hyewook ama taem n tbh ending si cewe yg mati udah aga tertebak si tapi ga nyangka juga dia sampe suicide 😦 ide nya seru si yg dia nemu cewe di lokernya 😀

    1. Eonni-ya, maacim udah mampir lho yaaaa. Huhehehehe, meskipun ketebak mati tapi matinya beda dari biasanya dong yak #plakk
      oiya ide nemu di loker itu hasil percobaan ngumpet di loker perpustakaan :p

  12. Waaaa aku suka ceritanya beneran ._.v
    walau alurnya agak dipercepat dan kayak lompat2 gitu tp ini bagus. Ga banyak ff yg ngangkat ide kayak gini. Aku sukaaaaaa 😀 ada beberapa kalimat yg bikin aku tersentuh T_T Aku jg cinta mati sm karakternya taemin disini. Aish, mboh, pokoknya ini bagus. Titik ga pake koma.
    Keep writing ya kak, semoga menang ‘-‘)b

  13. Mungkin aku orang kesekian yang datang ke sini setelah direkomendasikan oleh Azura 🙂
    Secara pribadi, aku suka dengan ff ini, aku bahkan nggak merasa bahwa alurnya terlalu cepat., rasanya pas aja, gitu. Banyak pelajaran yang bisa diambil, juga. Aku suka deskripsi adegan Taemin-Hyewook manis banget, aku nggak tahu deh ini apakah karena aku jarang menemukan cerita dengan pengembangan relationship seperti mereka. Terutama mereka yang di bawah pohon, teler gara-gara obat flu, dan ya ampun, dialognya itu lho, manis, tetapi maknanya dalam juga. Hyewook kasihan sekali, kukira dia meninggal karena sakit, ternyata karena bunuh diri. Cool Taem, jadi duta anti bullying 🙂

    Saranku mungkin hampir sama dengan komentar Kak Nandits ya, ada dialog yang agak membingungkan karena kurang dijelaskan siapa yang berbicara.
    Trus kalimat ini:
    …Sesaat Hyewook merasa linglung ketika bibir mereka bertumbuk. Ia hanya ingat remasan pelan di tangannya dan bisikan terima kasih setelah bibir mereka bertumbuk.
    Mungkin bagian ‘bibir mereka bertumbuk’ pada kalimat kedua bisa diganti dengan kata-kata lain yang maksudnya sama. Soalnya aku merasa kurang nyaman karena melihat kata-kata tersebut diulang di kalimat yang berdekatan.

    Dan ini:
    “..Jadi, aku ingin Hyung membantuku untuk menjaganya dengan membiarkanku tetap bersama Hyewook, ya?”
    Aku ngerasa ada yang kurang pas di kalimatnya, ‘ya?’ di sana terkesan seolah Taemin mempertanyakan kalimatnya sendiri, atau bermaksud membujuk, tetapi ada sesuatu yang hilang. Bagaimana kalau ‘ya?’ di akhir kalimat dihilangkan, atau tambahkan kalimat baru yang diakhiri dengan ‘ya?’.

    Maaf kalau komenku terlalu panjang atau ada yang kurang mengenakkan. Hwaiting~~

  14. Halo, thank you udah di kasih link-nya. hehehe. Over all, aku suka idenya yang nggak biasa. Keren! Mengangkat kasus bullying yang emang lagi ‘in’ banget disana. Kritik sosialnya lumayan tersampaikan tapi kurang ngena. Kurang greget gitu. Then, eummm… mungkin detail-detail kecilnya kurang juga. Aku suka lho biasanya kamu masukin detail kecil dalam setiap cerita kamu 🙂

    1. sama-sama, makasih banget juga lho udah mampir 😀
      Kurang jelas dan terstruktur gitu ya? Setelah baca-baca komen juga kupikir harusnya aku bisa ngembanging jadi 2 shot biar semuanya bisa tergali dengan lebih baik, hiks.

  15. kamu, kamu hwaaaa! aku pengen nangis sekarang juga.
    terlalu banyak bully terjadi karena terlalu banyak alasan. iri, ngeremehin, nggak disuka karena sesuatu yang nggak jelas. aku benci pembully-an.
    aduh ceritanya bagus, tapi malah bikin aku down. #pegang-pegang jidad

    1. yah, yah, jangan nangis di sini dong nanti lapak saya kebanjiran *sodorin tisu sama ember*
      aduh maaf ya kalo malah bikin down (TT________TT)
      makasih udah mampir dan meninggalkan komen 😀

  16. Ini bagus! Rapi. Alurnya jelas dan pas. Ga menye-menye. Pas baca beberapa scene awal kerasa ngebut. Tapi lama-lama udah enak diikutin. Dan feel manisnya ini kerasa. Nice. Terus pemakaian kosakata englishnya juga bikin keliatan makin kece. Wks. Dan endingnya bermakna dah. Bikin senyum bacanya. Kkk~
    Tapi di awal, saya sempet bingung ama dialognya. Bingung, ‘ini yang ngomong siapa? Yang dibully siapa aja?’ Hehe.

    Nice! Good luck thor! ^^

    1. Eonni-yaaaaaaaa, maacim udah mampir buat dukung huhuhuhu.
      Ini ide cerita dadakan yang numpang mampir di kepala. Agak-agak mengingatkan pada sesuatu ya ._.

  17. Padahal hidupnya Hyewook sudah sempat indah, tapi gara-gara Taemin sibuk, dia jadi depresi lagi ya. Sedih bingit. Di-bully, atau minimal dijadikan outcast, itu emang bener-bener menyedihkan. Kalo jadi single fighter susah dijalanin 😦

    Memang cepet sih alurnya, tapi aku ngerasa memang sudah seharusnya begitu. Scene-nya pendek-pendek, konversasinya sedikit, tapi feelnya tetap terasa. Hmm… salut sama authornya 😀

  18. HAI CHINGGU HAHAHA *dikeplak*
    Kayaknya emang kita ini ditakdirkan buat nulis sesuatu yang extremely pendek or extremely long. Oneshot was never been our thing, wasn’t it? Menurutku sih ini agak ‘tergesa-gesa’, nggak tau di bagian mananya. Kalau ini jadi series mungkin bakal bikin lebih ngena. But this one is not bad either kok. You did a very good job delivering the feels. Kalimatnya juga rapih dan berkesan mahal, meski begitu, siapapun bisa baca tanpa harus kehilangan taste yang mahal itu tadi. Good job!

    Ps: ini kan jaman anak-anak Shinee pada kena swine flu beruntun ya? Hehehe

    1. Waaaaa, njuss datang!!! Please no chingu-chingu yak ==”
      Iyaaa, nulis wansut itu kaya antara hidup segan mati tak mau gitu *elap ingus* aku juga ngerasa kalo ini agak ngebut karena nulisnya juga sambil ngepet ya begini. Mungkin kalo nggak males bakal aku jadiin dua apa tiga bagian gitu. Huwaaa, maacim udah dibilang mahal kalimatnya, jadi sebenernya ini kalo dijual di loakan laku juga ya/plakk
      Huhehehe, iya ini dari fact-fact Taem aku kembangin seenak jidat.
      Maacim yak udah mampir dan dukung 😀

  19. Merinding pas baca endingnya *serius!*
    Salut buat yang nulis *acungin 10 jempol (pinjem jempol tetangga sebelah klo perlu)
    Keep writing, keep fighting, keed smiling ^^

  20. A-yo! Hehehe mianhaeyo grandmom telat kesini.. uda baca dari kmaren2 tapi baru sempet komen.. Wuah, udah lama gak baca sama nulis fanfic jadi kangen nulis lagi.. Kangen masa-masa dulu nulis dan seru-seruan komen fanfic ini-itu, hehehe.. Okeh, komen buat ffmu ya.. Hmm, grandmom suka gaya menulismu, nak. Rapi, dan feelnya kena. Tapi soal alurnya, err.. Awal-awal grandmom rada bingung, singkat dan kenceng banget soalnya, haha. Tapi mulai ketengah baru deh lebih jelas. Dan makin kesini makin jelas. Mungkin detailnya masih kurang ya.. Tapi yah ini oneshot, terlalu detail jadinya malah kepanjangan dan feelnya jadi kurang. Dan keseringan nonton dan baca cerita begini jadi bikin grandmom uda bisa nebak endingnya, ehehe.. Overall grandmom suka. Grandmom sukaaaa jenis cerita kek begini, muahaha.. Aigoo~ brings back good memories.. Miss the old time.. *menerawang jauh ke masa-masa di LI dulu*

    1. waaaa, maacim grandmom udah dateng dan komen :DD
      iya, ini agak sedih karena nggak bisa ngejar target buat memperjelas pembacanya , kayak dikejer setan yak (T___________T)

  21. Sik sik~
    I thought you’d wrote them in English haha~
    Since I’m not into straight fic, yeaa I didn’t really read it. But seeing those comments above, I can say this fic is good 😀
    If you make 2min or another yaoi pairing, I would gladly read them kkk~
    Hwaiting!! (9’̀⌣’́)9

    1. hahaha, kalo jatuhnya yaoi ya nanti bakal didiskualifikasi. Gituan mah nulisnya di blog pribadi #plakk
      eniwei maacim udah komen dan baca kilat 😀

  22. merinding.
    ceritanya rapi, aku suka banget. bahasanya nggak belibet. ceritanya mengandung nilai moral dan somehow membangun sisi simpati sama korban bully yang selama ini nggak pernah kperhatiin.
    tulisannya menyenangkan untuk dibaca meski ceritanya bukan tentang seneng-seneng. hehe.
    kalau menurutku malah cukup segini aja, loh. nggak kayak yang lain, aku udah ngerasa panjang FF-nya pas. karena kalau terlalu banyak penjelasan, pembaca nggak punya celah buat nambah bumbu fantasinya sendiri, dong. keep writing!

  23. ah.. speechless.. kerenbgt ceritanya ini terinspirasi drmn cb keren bgt gakuaatt. feelnya dapet malahan sampe nangis aku kak huhu. anyway, sedih bgt ya soal bullying gini, dan knp sasarannya adalah orang2 introvert? salahkah seseorg merasa lebih nyaman berkutat sm pikirannya sendiri drpd bergaul sm orang2 banyak? suka kesel sendiri mikirinnya #malahcurcol.
    btw salam kenal ya kak kuku, aku reader baru huehe!^^

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s