Beautiful Stranger [Chapter Twelve]

Beautiful Stranger

JINKI

Good evening everybody. Good fcking evening.

Lee Jinki yang ini, yang kata orang selalu tersenyum manis bak malaikat tak peduli apapun yang terjadi, pada kenyataannya tengah meringkuk di atas kasur dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan terakhir. Menarik diri dari keramaian dan menenggelamkan jiwa dalam kesendirian. Secara teknis aku berhenti menjadi artis, tidak lagi muncul di televisi kecuali tayangan hasil recording beberapa bulan lalu sebelum aku menjadi seperti ini. “Seperti ini” seperti apa? Banci-sebanci-bancinya galau karena patah hati!

Karena itu perusahaan mengarang cerita bahwa aku mengalami cedera kaki saat latihan. Jangankan filming MV baru, datang ke perusahaan untuk latihan saja aku tak mau. Aku ingin berhenti dari ini semua. Ingin jadi lelaki biasa yang bisa mendapatkan cinta dengan mudah tanpa embel-embel profesi sebagai selebriti terkenal. Aku mulai muak dengan kehidupanku. Aku iri dengan sebagian pria yang bisa kencan menonton film dengan pacarnya secara bebas, tapi meskipun begitu, mereka juga tak bisa menikmati popularitas tinggi yang tengah kukecap saat ini. Semua hal memiliki bayarannya masing-masing, setimpal.

Lee Jinki yang sedang meringkuk menikmati kesakitan efek proklamasi Tao satu bulan lalu di perusahaan yang menyatakan bahwa Sena-Kris akan menikah, rupanya IQ-nya sudah mulai berkurang, aku menjadi bodoh tak mampu melakukan apapun apalagi berusaha untuk menggagalkan pernikahan mereka. Seperti dua tahun lalu, awal tahun baru pun aku seperti ini karena Kim Jira, dan sekarang karena Kim Sena. Sungguh, Tuhan, ampuni aku yang telah dikutuk untuk selalu jatuh cinta pada wanita bermarga “Kim”.

Pertanyaan mengapa Sena berusaha memberitahuku bahwa apa yang dikatakan Tao adalah tidak benar hingga kini belum juga kudapatkan jawabannya. Aku hanya bisa menerka-nerka. Mungkin dia takut diejek, mungkin takut terdengar penggemar Kris di luar gedung (yang rasanya tidak mungkin karena dinding perusahaan tidak murahan) atau mungkin bisa saja karena ia sudah mulai menyukaiku dan mati-matian berusaha memberitahu bahwa berita pernikahan itu tidak benar. Eh tidak, terkaan yang terakhir terlalu percaya diri. Ya Tuhan, rasanya ingin mengantukkan kepalaku ke dinding saat ini juga.

Kim Sena, jangan menikah dengannya kumohon. Aku rela memohon-mohon berlutut di depanmu agar kau mau mengabulkan permintaanku, tapi jika tidak, aku akan bunuh diri karena malu dan harga diri yang jatuh ke perut bumi.

Sekarang sudah satu bulan lebih empat hari aku tidak pernah melihatmu. Rasa rindu meletup-letup di dada yang berdegup kencang setiap kali memikirkanmu. Lihat, Lee Jinki yang katamu tak berguna, angkuh dan kasar ini benar-benar jadi banci-sebanci-bancinya. Aku menangis ketika kemungkinan terburuk (kau menikah dengan si raksasa itu) muncul di pikiran, merindukanmu-menginginkanmu-mencintaimu juga membuatku menitikkan air mata. Alunan musik mendayu-dayu dan menyayat hati terdengar lembut di seluruh pelosok kamar. Jangan tanya kenapa aku jadi tergila-gila dengan musik keperempuan-perempuanan, yang jelas hatiku saat ini tengah hancur, remuk dan tinggal kepingan.

Perlahan-lahan aku meluruskan kaki, membenahi posisi tidur karena posisi semula membuat punggungku menjadi sakit. Aku menarik napas dalam-dalam, berat sekali.

Sudah cukup, Jinki-ya, face the truth meskipun menyakitkan. Aku tidak bisa mengorbankan masa depanku seperti ini, setidaknya aku masih memiliki teman-teman SHINee, manajer, staf, penggemar, bakat yang sangat baik, popularitas serta ketampanan yang luar biasa. Aku bisa melumpuhkan banyak wanita dengan itu semua jika aku mau.

Tepat ketika aku menurunkan kaki dari kasur, pintu diketuk.

“Jinki-ya,” panggil Eomma.

“Ya.”

“Perusahaan meneleponku lagi, mereka memintaku untuk membujukmu agar mau latihan dan filming MV baru untuk comeback. Kubilang aku tak bisa memaksa, semua keputusan ada padamu, karena itu kubilang kau tak akan datang.”

Aku bergegas ke arah pintu dan membukanya.

“Aku akan pergi, Eomma, biar aku yang menghubungi mereka setelah aku mandi.”

Raut wajah Eomma sangat girang bukan kepalang. Aku jadi merasa sangat bersalah sudah membuatnya cemas dan memikirkanku akhir-akhir ini. Aku membuatnya mengalami apa yang ditakutinya dua tahun lalu. Ia selalu takut melihatku sedih, itulah mengapa setiap hari ia selalu menelepon dan menanyakan kabar apa aku baik-baik saja.

Aku memeluknya erat. Pelukan yang selalu terlewatkan selama satu bulan. Aku baru sadar kalau aku sangat merindukannya.

“Maaf,” kataku.

Ia tersenyum lembut. “Tidak apa-apa. Aku senang melihatmu akan keluar rumah. Kerjakan segala sesuatu sesuai kata hatimu, Jinki-ya, maka kau akan selalu bahagia.”

Ia memelukku lagi.

Ya, Eomma, kata hatiku berkata: Bagaimana caranya agar Kim Sena tidak menikah dengan Kris? Atau lebih tepatnya, bagaimana caranya agar dia mencintaiku?

 

***

 

SENA

Aku menarik agenda milikku dari atas meja dan menyelipkan pena di lubang khusus pena di sisi agenda. Rapat hari ini selesai, kami memiliki porsi besar membicarakan masalah fesyen. Dan aku memiliki dua kabar, yakni baik juga buruk. Dua minggu adalah waktu yang diberikan untukku berpikir memilih jalan mana yang akan kuambil. Harus dipikirkan matang-matang karena ini menyangkut satu hal: masa depanku.

Kabar baik, aku mendapatkan promosi dari perusahaan untuk menjadi seorang desainer―benar-benar seorang desainer, bukan coordi―bagi perusahaan lain. Perwakilan dari YG Entertainment kemarin menghubungiku, mereka menginginkanku. See? Betapa bodohnya SM yang tidak menaruhku di garda depan sejak dulu. Di luar sana sebuah perusahaan besar membutuhkan keterampilanku. Dengar-dengar mereka juga akan mendebutkan sebuah boygroup yang konsepnya tidak akan jauh berbeda dengan EXO. Mereka sudah mendengar materi comeback EXO, ya aku juga sudah tahu mereka akan kembali dengan konsep lebih manly dan lagu yang berjudul “Wolf” karena aku ikut bekerjasama membuat banyak pakaian untuk mereka. Setelah kejadian satu bulan lalu di mana dengan polosnya Tao mengumumkan bahwa aku akan menikah dengan Kris pada Jinki, aku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk bekerja siang dan malam. Karena dengan cara itu Jinki tidak memiliki tempat di pikiranku, aku terlalu sibuk dengan project comeback EXO.

Aku jadi ingat ketika Tao perlahan-lahan memelukku. Dia tahu aku menangis dan bersyukur sekali tidak membuka mulut besarnya pada siapapun bahwa aku menangis. Si bungsu-raksasa-menyebalkan itu meminta maaf berkali-kali seperti baru saja menjeburkanku ke kolam lumpur.

Dua hari lalu ibunya Kris menghubungiku, dia bilang pernikahan diundur menjadi bulan Maret karena kesibukanku juga Kris, dan persiapannya sejauh ini sudah berjalan 30%. Aku tidak senang sama sekali. Rasa cintaku yang besar untuknya beberapa tahun lalu sudah padam dan tidak bisa diulang atau dimunculkan. Sama sekali.

Aku menemukan seseorang yang lebih kucintai dari apapun saat ini. Sayangnya, orang itu membenciku dan masih mencintai perempuan lain. Kasihan sekali kamu, Kim Sena.

Malam ini gedung terasa sangat sepi. Hampir sebagian besar artis tidak di sini kecuali SHINee yang masih berlatih untuk comeback mereka nanti. Seperti sebelumnya, malam ini pun Jinki tidak hadir. Dia menghilang dalam satu bulan terakhir ini. Penggemar di luar sana membuat rumor bahwa ia akan meninggalkan SHINee. Ini bukan lelucon, jangan mereka para orang luar, aku saja orang dalam sangat khawatir dengan rumor itu. Beberapa pejabat SM kemarin membicarakan masalah ini. Aku takut mereka mendepak Jinki karena mengambil cuti berkepanjangan. Perusahaan semacam ini lebih rela kehilangan artis daripada orang-orang di baliknya. Song writer adalah orang yang benar-benar akan mereka pertahankan sampai titik darah penghabisan karena lagu adalah nyawa dari setiap penampil, yang menghidupkan dan membawa suksesnya para penyanyi.

Kepalaku yang menunduk selama berjalan membuat mata menangkap sepasang kaki dengan sneakers merah berhenti di depanku. Aku mendongak dan terkejut. Di hadapanku berdiri seorang pria yang tak pernah berhenti kurindukan. Lelaki berkulit seputih susu dan setengah pucat yang masih saja memamerkan ekspresi angkuh ini tidak melepaskan pandangannya sedikit pun dari kedua mataku. Kami terpaku, diriku menyuarakan rasa rindu dengan menatapnya lekat. Begitu banyak pertanyaan di kepala yang tak sanggup kusampaikan: Apa kabar, Jinki? Kenapa kau menghilang? Apa yang kaulakukan? Kenapa kau terlihat pucat? Apa rencanamu setelah ini? Apa kau akan kembali ke SHINee? Apa kau benar-benar membenciku? Dan satu pertanyaan yang ingin sekali kutanyakan namun rasa gengsi yang besar mengalahkan segalanya, adalah: Aku cinta kau. Apa kau juga mencintaiku?

“J-Jinki…” Belum sempat menyelesaikan kalimat, dia sudah bergegas meninggalkanku tapi aku mencegahnya pergi dengan mencengkeram tangannya erat. “Iya aku memanfaatkanmu untuk membuat Jiyul cemburu karena ia juga pernah melakukan hal yang sama padaku lima tahun lalu. Dia mengambil Kris dariku, membuatku nekat meninggalkan Kanada dan terbang ke Paris sendirian, tinggal di sana bertahun-tahun melanjutkan sekolah untuk menggapai cita-cita. Aku melalui waktu yang berat mencoba melupakan pria yang sangat kucintai, kalau kau pernah mencintai seseorang tentunya kau tahu bagaimana sulitnya. Dalam masa itu aku hampir gila, namun seorang teman Perancis membantu “menyembuhkanku”. Hingga akhirnya aku di sini… bukan untuk mengejarmu, tapi ingin berkarya di negeri sendiri.

Kuakui aku adalah penggemarmu. Seorang pria tersenyum manis ke arahku saat SM Town menggelar konser di Paris. Senyumnya yang tulus menggetarkan hatiku. Sepulangnya dari konser aku membeli seluruh albumnya, mencaritahu tentangnya, mengagumi namanya yang terdengar lucu di telingaku… Onew. Sinar terangnya membutakanku pada anggota lain, mataku hanya bisa melihatnya. Namun apa yang kuagungkan selama ini hancur begitu saja saat kita bertemu untuk pertama kalinya di sebuah café. Dia berteriak padaku, memaki, dan berkata kasar. Namun aku baru sadar, yang kutemui saat itu bukanlah Onew tetapi Lee Jinki. Dua pribadi berbeda meski berada dalam tubuh yang sama. Aku mencoba untuk menerima ini semua.

Aku minta maaf telah membuatmu kecewa karena memasukkanmu dalam permainanku. Sama sekali tidak ada maksud untuk mempermainkanmu, aku hanya ingin membalaskan dendamku pada Jiyul. Anak trainee yang dikagumi banyak orang dan dianggap malaikat itu adalah iblis di mataku. Kau tidak akan pernah tahu seperti apa sakitnya disiram air raksa karena pria yang ia sukai di sekolah memintaku menjadi pacarnya. Bahuku cacat…”

Aku menurunkan pakaianku di daerah bahu, memperlihatkan bekas luka pada Jinki. Aku bisa melihat matanya membesar, terkejut.

“Ini hanya sebagian kecil. Sekujur tubuhku adalah saksi bisu penyiksaan yang dilakukan Jiyul dan ibuku saat masih di Kanada,” tambahku. “Aku benar-benar minta maaf, Jinki, aku sangat paham kenapa kau semarah itu. Selamat malam.”

Kulepaskan cengkeramanku dari lengannya dan buru-buru meninggalkannya. Ia masih berdiri di koridor hingga aku menghilang di ujungnya. Air mata yang kutahan sejak tadi mengalir begitu saja, sulit dihentikan. Aku berjongkok dengan tangan berpegangan ke dinding.

“Sena-eonni?” Jira berlari menghampiriku. Ia mengambil tanganku dan membelainya lembut. “Sebelum kemari aku bertemu Jinki-oppa di koridor samping. Eonni, tolong katakan yang sebenarnya, apa kau menyukai oppa?”

Tangisku semakin mengeras. Perlahan-lahan aku mengangguk dan Jira memelukku erat.

“Jangan katakan padanya, Jira-ya, dia membenciku. Aku terlalu buruk untuknya.”

“Jangan bicara seperti itu, oppa hanya memerlukan waktu untuk menerima ini semua. Aku akan membantumu, jangan khawatir!”

“Tidak, aku tak memerlukan bantuan apapun. Biarkan semuanya seperti ini, karena…,” aku menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata, “…aku akan menikah dengan Kris sebentar lagi.”

Jira terhenyak. Ia memandangku tidak percaya.

“Bagaimana bisa?!”

Aku menggeleng. “Ini takdirku. Sudahlah aku mau pulang.” Aku berjalan terhuyung meninggalkannya. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mengatakan “selamat tinggal” padamu, Jinki-ya.

 

JINKI

Aku datang ke perusahaan untuk kembali berlatih, namun yang terjadi jauh dari perkiraan. Kim Sena mengungkapkan alasan mengapa ia memperalatku. Suaranya yang berat karena menahan tangisan terasa sangat menyakitkan di telingaku. Aku salut dengan kejujurannya. Aku mencintainya, lebih tepatnya. Ingin sekali memeluknya erat namun tubuhku tidak mau bergerak, hanya bisa mengangumi kecantikannya dari jarak yang lumayan dekat.

Ketika ia memperlihatkan bahu indahnya yang dihiasi bekas luka, aku tidak peduli, di mataku itu tetap indah. Tidak ada yang cacat sedikitpun darinya. Ia sempurna tanpa cacat di mataku.

Aku berbalik, membuka mulut hendak mengungkapkan bahwa aku mencintainya, namun ia berbalik lebih dulu. Berjalan terhuyung menjauhiku. Bukannya mengejar, aku terpaku di tempat. Air mata jatuh dengan sendirinya, dadaku sesak sekali.

“Aku mencintaimu, Kim Sena…”

 

***

 

Pukul sebelas malam, aku menaiki bus terakhir di shelter depan jalanan rumahku. Lampu jalanan menerangi langkahku. Rasanya hampa sekali, rohku seperti melayang entah kemana, gairah hidup hilang begitu saja. Meskipun seperti ini, aku masih belum mau beranjak dari SM. Aku terlanjur menyayangi anak-anak asuhku. Tawaran YG Ent. memang memikat, tapi itu tidak cukup membayar kebahagiaanku bersama ke-12 anak-anak nakal.

“Kim Sena!”

Tubuhku spontan berhenti. Saat mendongak, jantungku berdegup lima kali lipat lebih kencang, mataku membesar, mulut sedikit terbuka ketika melihat wanita paling kubenci berdiri tak jauh dariku. Dia menatapku lurus, ekspresi angkuhnya tidak berubah, aku mengenali tatapan penuh bencinya tiap kali melihatku.

Eomma.”

“Masih mengenaliku rupanya,” ia berjalan menghampiriku dengan bibir mengerucut, aku spontan mundur beberapa langkah. “Apa yang sedang kau lakukan si Seoul? Mengganggu kehidupan adikmu?”

Nadanya. Aku benci nada itu.

“Seoul adalah rumahku,” jawabku lantang.

“Begitu?”

Tatapan meremehkannya membuatku muak. Dia ibu kandungku, aku lahir darinya tapi ia memaksaku untuk membencinya, membuatku menyesal telah lahir darinya.

“Apa yang Eomma lakukan di sini?”

“Seoul adalah rumahku,” katanya, mengejek. “Aku kemari untuk memperingatkanmu.”

“Tentang apa?”

Ia mulai berjalan mengeliliku, seperti seorang guru yang sedang memberi petuah-petuah penting pada siswanya.

“Dulu Kris lebih memilih adikmu bukan berarti kau dapat membalas semuanya saat ini…”

Aku mendengus. Jadi itu yang Jiyul katakan pada semua orang? Kris lebih memilihnya. Lucu sekali!

Ia melanjutkan, “Beberapa waktu lalu Jiyul menghubungiku kalau kau mengambil seseorang yang sangat dicintainya. Kau menggoda pria itu supaya mau denganmu ‘kan? Agar Jiyul merasakan apa yang kau rasakan dulu. Caramu itu picik sekali, Sayang, kau tidak pantas menjadi manusia.”

Itu kau?! Sial. Kenapa aku harus dipertemukan lagi denganmu?

Aku menggeser posisiku tepat di bawah lampu. Eomma sedikit terhenyak melihatku. Aku tahu kenapa ia terkejut, karena semakin tumbuh dewasa wajahku semakin mirip dengannya terutama mata. Di beberapa bagian seperti telinga dan hidung masih milik Appa.

“Jadi kau datang kemari hanya untuk mengatakan itu?”

“Kau akan kehilangan orang yang kau sayangi jika tetap mendekati… siapa namanya… Lee Jinki?”

Alisku mengerut. “Kehilangan orang yang kusayangi?” Aku terkekeh. Sepertinya tidak ada “orang yang kusayangi” itu.

Tidak lama kemudian seseorang keluar dari rumahku sambil menepukkan kedua tangannya seperti gerakan membuang debu dari telapak tangan. Jantungku kembali berdebar kencang ketika melihat ayah tiriku. Di kerah pakaiannya terdapat percikan darah. Aku langsung berlari menuju rumah. Benar saja, Appa tengah tergeletak di teras, di sudut bibir dan hidungnya merembes darah. Aku menjerit keras dan mulai menangis.

“Kau paham, Sena?” tanya Eomma yang sudah berada di ambang pagar.

“Apa yang kau lakukan?!” jeritku. “Jangan ganggu kami. Pergi!”

“Akan lebih parah kalau kau terus mencoba menyakiti Jiyul,” ujar Rubah Betina itu sebelum meninggalkan rumah.

Aku masih menangis dan membopong Appa untuk masuk ke dalam. Sial. Kenapa wanita jahat itu berani berbuat sejauh ini. Kukira ia akan berubah pasca aku pergi meninggalkannya lima tahun lalu.

Ancamannya tadi bukan main-main. Dia serius dan aku harus memikirkannya. Mungkin tawaran YG Ent. itu tidak buruk…

 

…to be continued…

 

Author’s Note:

Jira: Minho, boleh aku minta sesuatu?

Minho: Apa? Cium?

Jira: Ne? NO!!!

Minho: Hahaha. Apa?

Jira: Sabtu besok, aku ingin double date!

Minho: Dengan siapa?

Jira: Jinki-oppa dan Sena-eonni

Minho: Ok!

 

©2011 SF3SI, Diya.

sf3si-signature-diya

Officially written by Diya, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

73 thoughts on “Beautiful Stranger [Chapter Twelve]”

  1. itu ibu kandung? ibu kandung kaya gitu? amit” deh punys ibu ksys gitu..
    saya akan selalu mendukung senajinki!!
    udah saling cinta, cocok lagii 😀
    1 lagi, saya benci Jiyul-.-

  2. Rasanya pengen teriak… ‘maliinnggg…’
    tapi gak nyambung…
    Diya, ni part bener-bener bikin miris hati dan geregetan…
    Jinki-Sena, bener2 lagi hancur…
    Cepetan dong bebasin mereka dari penderitaan cinta…
    *lebay, ditimpuk ribuan ‘jebret’ bang Valentino
    Jira Minho ayo, bantu mereka buat menyadari kesalahpahaman ini
    Tuh, ibu kandung Jira, teganya berbuat kayak gitu…
    tak sumpahin kecemplung di bendungan
    *mian nih, gak bisa lama2 dan komen panjang
    ni lg di warnet…
    *hari gini…
    leppi rusak, kepalangan lg ngetik, mampir deh kesini…
    annyong,
    buruan lanjutannya

  3. Aaaaaaa baru baca masaaaa u,u jinki sama sena jebal kapan baikannnya aku kangen scene menggemaskan dari kalian tauuuuuu~ jangan yg sedih2 mulu dong thor u,u ibu nya sena bisa gak abis ini dibikin mati ajaaaaa!!! Nyebelin hih

  4. aihhhh bikin greget banget ceritanyaaaa, ckck kasian sena-jinki mrk tersiksa banget huhuuu😩 yg bikin ga habis pikir disini ibunya sena! ada ya ibu kandung yg kejamnya melebih ibu tiri gitu😤

  5. Kewarasan ibunya sena dipertanyakan,masa iya ada ibu kandung sejahat itu..ih,jijik banget lihat Jihyul sekeluarga.. Ck..!
    …authoor..next chapnya buruaann yaaa..
    Saya udah gak sabarr.. 😀

  6. 1 yg membuatku sangat kaget. Eomma-nya Sena ternyata sekejam itu suaminya juga seperti setan, keluarga setan tepatnya. *mian kalo terlalu emosi.
    Pengen tak bunuh itu orang bertiga~ aaaarrgh *aduh kenapa jd psycopath gini
    terlalu terbawa emosi ini,,,

  7. WHUAAAATTT???!?!?!?!?!
    JIRA MAU BUAT SENA DIBUNUH SAMA DUA RUBAH SETENGAH MANUSIA YANG LAKNAT SELAKNAT LAKNATNYA ITU?!?!?!?!?!?!?!?!?!?!
    Demi antara lengan dan ketek Chanyeol.
    Anjir, itu ibu anak tiri sama dua-duannya. LAKNAT SELAKNAT-LAKNATNYA!!! AMAT SANGAT LAKNATT!!!!!
    Astaga, sumpah gak bisa bayangin. sumpaaahhhh. Kris, udahlah. Kamu mau gak bantu aku bunuh ibunya sena (oh, MANTAN IBU) dan si laknat kecil bernama Jiyul? -_-
    Lanjuut~~~~~!!!!

  8. Ya! ya! ya!!! itu kenapa ada pengroyokan?
    Rasanya pengen nyumpahin ibunya sena jadi batu.. nyebelin bgt
    Tega amat sama anak sendiri…

    Sena itu beneran mo nikah ma kris? no no no… dia harus ma jinki

    Lanjut aja daripada penasaran

  9. Benran nanggis di chapt nie 😥
    mereka slah faham 😥
    gg tega liat sena benran deh 😥
    wuaahhh kenapa nyesek gini 😥
    eomma sena bener” jhat tega bikin kayak gtu 😦

  10. Ou~~~
    bingung dan penasaaran menghantui ku akan apa yang akan yerjadi selanjutnyaa…..
    woah penasaran banget! ^^

  11. Ya Tuhan kenapa eommanya sena bisa sejahat itu sama anak kandungnya sendiri.
    Lagian si tuyul tuhhh apa apaan sih ngadu yg enggak2, dasar gila..
    Penasaran next chap, bener2 pengen lihat si tuyul itu tersiksa krn kehilangan jinki.

Leave a reply to vikeykyulov Cancel reply