Coffee Over Milk

Coffee Over Milk

Main Cast: Lee Jinki; a Girl (YOU)

Length: Ficlet

Genre: Fluff, Romance

Rating: PG-15

~~~~~~~~~~

“Nona, silakan.”

Aku mendongak, sejenak memicingkan mata karena pelayan tampan berseragam hitam-putih ini meletakkan cangkir keramik putih bersih di atas mejaku alih-alih gelas ramping yang kuidamkan. Mulutku separuh membuka, menginginkan penjelasan, namun ia sudah menyela.

“Ini dari tuan yang di sebelah sana,” ucapnya sopan, hampir terdengar seperti menahan tawa. Kuikuti saja kemana kelima jemari rampingnya mengarah. Dia menunjuk tempat kosong nun jauh di sisi barat yang bersandingan dengan jendela lebar. Ada kerlip di atas meja bundarnya, pantulan matahari sore di atas tatal keramik yang menjadi desain kebanggaan kafe ini.

Aku menatap pelayan ini lagi, penuh kesangsian. “Bisa Anda tunjuk dengan akurat di mana? Aku hanya melihat meja kosong.”

“Oh, maaf, Nona. Saya pikir Anda sudah melihatnya,” ia berucap, nada senang karena membuatku tampak bingung kentara sekali dalam suaranya.

“Oke, terima kasih informasinya,” balasku sarkas. Sengaja kutunggu agar tubuh atletis itu berbalik dari mejaku sebelum memperhatikan isi dari cangkir putih di hadapanku kini. Ada tanda berbentuk hati dari choco granule di atas lapisan busanya.

Ini sangat konyol. Siapapun itu, dia harus belajar bahwa mengkontaminasi seorang gadis muda dengan cappuccino tidak baik untuk kesehatan.  Apa dia bermaksud membuatku kecanduan kafein?

Aku mengaitkan telunjuk dan ibu jari di pegangan cangkir dan menyesap isinya, sambil sesekali melirik konter tempat barista seksi sedang mengocok gelas perak. Ketika tatapanku merambah dari tangan kekar ke wajah tegas itu, kami bertumbuk pandang. Dia menyeringai dan mengedipkan sebelah mata, aku cepat-cepat menyembunyikan wajah dengan menunduk menekuri cangkir.

Ah, sial. Aku pasti terlihat seperti perempuan murahan tadi.

Sekali lagi kuteguk cairan pekat namun manis ini. Sebelah mataku tertutup untuk memfokuskan tatapan pada satu titik di dasar cangkir. Terlihat seperti label, tapi masih berlumuran kopi sehingga tidak bisa kubaca dengan jelas. Aku menghabiskan cappuccino dengan satu tegukan besar.

Oh, ternyata lambang kafe ini.

“Nona, Anda bisa memesan cangkir kedua jika rasa cappuccino kami memang seenak itu. Barista kami akan sangat senang mendengarnya.”

Aku terlonjak, kedua tanganku nyaris melepaskan pegangan dari badan cangkir. Setelah meletakkan kembali ke tatakannya, aku menaikkan pandangan. Figur tegap pelayan tadi kembali hadir di samping mejaku, kini dalam nampannya berdiri gelas ramping vanilla milkshake pesananku.

“Ah, ani,” gumamku salah tingkah. Kudorong pelan cangkir yang sudah kosong ke sisi lain meja agar pesananku dapat dihidangkan tepat di depanku.

“Maaf, saya hanya bercanda. Silakan dinikmati,” kekehnya pelan sebelum undur diri.

Aku mencebik lirih. Dia perlu tahu bahwa bercanda pada pengunjung tidak selalu membuahkan tawa, yang ada aku malu setengah mati ditegur demikian. Kuraih sedotan plastik hitam dari pelipir gelas dan menyedot perlahan isinya. Tapi setidaknya vanilla milkshake ini patut diacungi jempol—konsistensi dan komposisinya benar-benar menakjubkan untuk sekadar direguk langsung ke dalam kerongkongan.

“Bisa saya ambil cangkir ini?”

Ya ampun, orang ini lagi. Aku mengangguk tidak acuh. “Tentu.”

Dia meletakkan cangkir di atas nampan dengan gerakan terlatih. Kemudian ia menatapku. “Nona, jika diberi pilihan antara kopi dan susu, mana yang Anda pilih?”

“Susu. Aku tidak terlalu menyukai rasa tajam kopi,” jawabku jujur.

“Jadi, Anda tidak senang ketika cappuccino gratis tadi hadir di meja Anda?” selidiknya, ada gurat kecewa di kedua manik coklat karamelnya. Aku mengangguk ragu mengiyakan. Sebenarnya bukan tidak senang, hanya kurang mengapresiasi saja.

Napasku refleks tertahan ketika ia membungkuk dan menyejajarkan kepalanya di depan wajahku.

M-mwoya?” aku tergagap melihat tangannya terangkat dari sisi tubuh.

Dia tersenyum sendu, ibu jarinya menempel lembut pada bibirku dan mengusap amat perlahan. Sejurus, sebelum aku sempat bereaksi, ia menarik kembali tangannya dan mengecup ibu jari itu dengan penuh penghayatan.

“Mm… benar. Vanila terasa lebih manis di bibirmu,” bisiknya, ia meradiasikan senyum simpul penuh kemilau. “Maaf, ya. Lain kali aku akan mengantarkan vanilla milkshake gratis untukmu. Dari pria di seberang sana.”

Lagi-lagi telunjuknya mengarah pada meja kosong paling barat itu. Aku memicingkan mata, mengamati sesuatu yang mungkin luput dari pandanganku, kemudian memekik kecil.

Refleksi kami berdua terpantul di kaca jendela, namun karena stiker lambang kafe, bayanganku menjadi blur dan nyaris tidak ada. Menyisakan dirinya berdiri tegak dan tersenyum manis kepadaku lewat kaca. Sepintas lihat, ia tampak seperti pengunjung yang baru saja berdiri dari mejanya.

“Anda kaget, Nona? Maaf, pria itu adalah aku,” cengirnya.

.

Apa katanya? Kaget?

.

Aku bahkan tidak pernah mengenalnya.

..::END::..

Maaf sebelumnya. Sekadar pemberitahuan buat kelanjutan Toy Store. Karena aku sekarang semi-hiatus, mungkin next part keluarnya bakal sangat agak lama. Maaf yaa (_ _)

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

56 thoughts on “Coffee Over Milk”

  1. Bagus! Endingnya gak bisa di tebak. Trs jinkinya mana? Yg jd pelayan itu kah? Trs hubungan jinki dgn cewe itu apa? Tp yasudahlah. Namanya juga ficlet wkwk. Nice story thor, aku suka;D

    1. Yap, Jinki itu pelayannya. Mereka ga ada hubungan apa-apa sih, cuma iseng aja ngasih. Huahaha

      Bener, namanya juga ficlet mau diapakan, haha. Makasih sudah baca dan komen ya ^^

  2. kok aku malah bayangin jjong yg jadi baristanya ya??
    “Ketika tatapanku merambah dari
    tangan kekar ke wajah tegas itu, kami
    bertumbuk pandang. Dia menyeringai dan
    mengedipkan sebelah mata, aku cepat-
    cepat menyembunyikan wajah dengan
    menunduk menekuri cangkir” penggabarannya lebih mirip ke jjong daripada ke onew kkk~
    nice story chingu^^

    1. yap, maaf ya sebenernya pelayan dan barista itu orang yang berbeda. Mungkin aku yang kurang jelas ngasih perbedaan kali ya? Haha, sorryy~

      makasih sudah baca dan komen yaa 😀

  3. keren! alurnya gak ketebak. bahasanya gak terlalu ringan dan gak berat juga. enak buat dibaca. overall, nice ff ^^

    1. haha, maaf yaa, kayaknya penjelasannya kurang nih. Pelayan sama barista itu orang yang berbeda. Yah, aku emang bikin profil dari barista itu ke Jjong sih, sementara pelayannya tetep Jinki. Hahaha

      anyway, makasih sudah baca dan komen 😀

  4. Nah kan bener, si pelayan nunjuk meja tapi ga ada orang soalnya dia sendiri orangnya. Tapi bener deh, ini manis banget ceritanya. Too much sweet malah..

  5. Coffee Over Milk

    judulnya keren banget, bikin penasaran. author yang panjang dong ceritanya

    ceritanya keren banget banget. ♥

    1. judulnya diambil dari judul lagu T-ara, sama juga Coffee over Milk, haha

      cuma segini aja ceritanya, kalo panjang-panjang jadi ga seru ntar. Makasih sudah baca dan komeen 😀

  6. Astaga…
    Kenapa aku nga baca itu cast nya siapa…
    Sepanjang cerita aku mikirnya itu si taeeem..
    Oke.. as always.. Diskripsi cerita dan narasinya okee banget!!!fufu~ thanks for the nive story!

  7. sejujurnya, ak ga paham.
    klo ak jdi gdis itu, ak psti srem bgt deh digodain bgitu sma cowo ga dikenal.
    tpi awalnya ak ngira yg ngasih cappucino gratis itu si barista loohh…
    oia, yg “Bisa Anda tunjuk dengan akurat dimana?”
    dimana seharusnya dipisah (di mana)
    fighting chingu …..

    1. iya, makanya si cewek nge-blank begitu tau itu dari pelayan.

      makasih sudah diingatkan, iya aku males ngedit. Makasih juga sudah mampir dan baca 😀

  8. sesuai dengan genre-nya, fluffy bangeet~
    Aku suka dengan gaya bahasanya dan berasa down pas baca Toy Storynya bakal lama di publish.
    Okee, makasih udah sharing ff fluffy ini. Fighting~

    1. akhir-akhir ini hobi baca cerita fluffy, haha. Maaf ya, aku juga gatau kapan bisa ngelanjutin Toy store. Btw, makasih sudah mampir dan komen ^^

  9. oh, fluffy. ini genre yang sulit, dan perasaan yang aku rasain nggak penting klo baca bergenre romance dkk-NYA.
    aku suka bagian endingnya. Aku malah ngbayangin Taemin gegara kissnote. dan agak kaget si kamu-nya itu biasa-biasa aja.

  10. Khas Zakey…. Pendek tapi mengena..ahahaaha

    dan apa bangetlah si Jinki… Ga kenal ga apa sok2an Sksd…. Tapi aku juga maulah klo yg sksd seganteng abang Jinki..hahahay…

    Btw… Tapi aku belum ngena sama feel si ‘kamu’ nya… Wkwkw

    good job ya zakey!!

    1. halo kak Vikey 😀

      iya itu gaje banget Jinki tiba-tiba godain cewek yang dateng. apa coba maksudnya? Hahaha

      Makasih sudah mampir yaa ^^

  11. Annyong EVERYBODY….!!!!
    Aku udah punya lepi baru…!!!!! *peyukeratJinki
    *dikeroyokorangseblog
    hahahahahahahaaaa………..

    Balik ke dunia perkomenan FF dgn lepi baru
    (ditimpukramerame)
    Nih, cerita yang aku pilih buat aku baca pertama kali…
    Gak lain gak bukan karena main castnya sang suami
    *dibejekMVP

    Aduuuh…. demi anting bibir Jinki yg bikin iri
    (pengen jadi anting bibirnya… XD)
    Aku suka banget dengan cerita ini
    apalagi bagian usap bibir dr noda vanila itu…
    (pingsan… emak, minta kawin ma Jinki…. *dirukiyah)
    Tapi, kok endingnya aku gak ngerti…
    Aku kira ni cerita bajal horor gimana…
    Jinki yg bisa liat makhluk tak kasat mata gitu….
    *tepokjidat
    Wokkeee deeehhh… whatever…
    aku suka walaupun kependekan…. heheheheeee
    good job, Zaky… Keep writing…

  12. ha..haahh..
    Jd kya bner2 ngrasa’n..
    Gmana yahh kalo ada playan cafe s’sweet jinki ..? 😐
    hwaaahh.. betah deh tiap hari n0ngkrong d tu cafe, >_<
    nice story thor..
    Keep writing..

  13. twist!!! ahhh~ seru banget ceritanya, lucu gitu ngebayangin kafenya dipenuhi pegawai2 tampan. pelayannya jinki, trus baristanya pas baca lgsg mikir itu jjong, centilnya dapet 😳
    keren beudh dahhhh! kalo ada pelayan yg ketjenya kyk jinki, uang jajanku sebulan pasti hbs buat seminggu 😆

  14. I like it. Cara penulisanmu juga bagus. Sebenarnya endingmu bisa ketebak, cuman,, sama kayak komentator2 sebelumnya, gambaran pelayannya lebih ke arah si Jjong daripada Jinki. Jadinya kita susah nebaknya siapa,
    Good!

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s