Tittle : ( Undisclosed Desire _Side Story)
Author : ViKey…………
Maincast : Kim Hyuna, Kim Kibum, Choi Minho.
Support cast : Han Yoora, SHINee member.
Genre : AU, Marriage Life, Sad, romance, Family.
Rate : PG
Length : 5300 word whitout chit-chats.
Type : Stand Alone, One Shoot.
Admin’s Note: Well, my dear author ^^. Lain kali tolong fiksinya mengikuti ketentuan ya, jangan sampai 23 halaman seperti ff yang ini.
All Story by. Minho POV
Tak selamanya apa yang kita inginkan harus kita dapatkan. Terkadang, Tuhan mempunyai rencana yang mungkin terdengar menyakitkan namun itulah yang sesungguhnya terbaik untuk kita. Seperti yang kualami, mungkin kehilangan Hyuna adalah yang paling menyakitkan dalam hidupku, namun kurasa itulah yang terbaik untuk kami. Karena sekarang aku mengerti, bahwa kebahagiaan Hyuna bukan denganku. Melainkan dengannya, seseorang yang kini berstatus sebagai suaminya. Kim Kibum.
Paris, Perancis.
University de Sorbonne, merupakan universitas yang kupilih selepas masa 3 tahun di High School. Mengambil jurusan manajemen Bisnis, aku hidup selayaknya mahasiswa pada umumnya. Belajar di kampus, mengerjakan tugas, essay maupun kuis seperti yang lainnya. Yah, seperti itulah kehidupanku di Perancis pada awalnya. Begitu datar, membosankan dan tanpa ritme. Karena dalam anganku, yang terpikir hanya bagaimana aku bisa lulus kuliah lalu memimpin kerajaan bisnis milik keluarga Choi. Terdengar ambisius memang, tapi itulah aku. Seorang pewaris tunggal dalam marga Choi.
Selama hampir dua tahun aku hidup seperti itu. Bagaikan robot yang sudah terprogram hingga seseorang datang dalam kehidupanku. Membangunkan sisi kemanusiaan dalam diriku. Mengajarkanku bahwa hidup itu memiliki alur dan ritme yang begitu menakjubkan. Menunjukkan bagaimana seharusnya aku berekspresi dalam menghadapi segala sesuatu yang kualami. Dan terutama mengajarkan sesuatu yang membahagiakan, menegangkan dan menyedihkan dalam satu balutan kata bernama cinta.
Kim Hyuna, dia bukan gadis tercantik yang pernah ku temui. Dan jujur saja, secara fisik dia hanya mendapatkan nilai 6.5 dari sepuluh angka. Dengan rambut pendek tak tersisir rapi, badan di balut pakaian sederhana berbahan kaos bahkan tak ada pulasan make up di wajahnya. Hah, jika mengingat saat pertama kalinya aku bertemu gadis itu. Aku tak akan pernah percaya bahwa gadis bermata coklat itu akan menjadi seseorang yang begitu penting dalam kehidupanku. Memberikan efek yang begitu dahsyat bagai gelombang Tsunami yang memporak porandakan kehidupan damai yang kurasakan sejak kecil.
“Excusemoi… Quelle heure est il?” masih teringat jelas saat Hyuna menepuk bahuku. Menanyakan pukul berapa waktu itu.
“Il est deux heure et Quart.” Sahutku dengan datar.
“Oui… merci.” Kemudian dia berlalu. Tanpa ada kesan begitu biasa saja, bahkan aku tak pernah menyangka bahwa takdirku dan takdir Hyuna telah bersinggungan pada saat itu.
Berhari-hari setelah pertemuan pertama kami, entah mengapa wajah Hyuna begitu sering kutemui. Tiada hari yang kulewati tanpa kehadirannya di sekitarku, seolah Tuhan memang sengaja mempertemukan kami. Dan baru kuketahui belakangan jika memang Hyuna sengaja mencari alasan untuk berjumpa denganku.
@@@
Jika kau tidak pernah percaya pada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak akan pernah menyadari kehadiran seseorang sebelum kita merasa kehilangan. Maka berhati-hatilah, karena itulah yang kurasakan saat ini. Dulu, aku tak pernah menyadari betapa suatu saat aku akan merindukan kehadiran Hyuna, kegigihannya, dan semua perhatiannya untukku.
Awalnya aku tak pernah menyadari bahwa Hyuna mempunyai maksud terhadapku, terlahir dari keluarga pebisnis yang mendewakan waktu membuat social emosionalku tak bisa berkembang dengan baik. Cuek, dingin dan egois itulah tiga ciri khas yang melekat pada seorang Choi Minho. Dan itulah yang terjadi saat awal kedekatanku dengan Hyuna, aku sering mengabaikannya. Berpura-pura tak mengetahui apapun tentangnya. Membiarkan dia mencari celah sendiri untuk mengetuk pintu hatiku.
Setiap hari Hyuna datang, masuk dalam kehidupanku dengan sengaja. Bagai air yang menetes diatas kerasnya bebatuan, seperti itulah keadaanku. Dengan perlahan namun pasti Hyuna menyusup dalam lingkup duniaku. Memaksaku untuk berbagi indahnya kebersamaan. Jika saat itu seseorang bertanya apa aku mencintai Hyuna, maka jawabanku adalah tidak. Yah, alasan awalku menerima Hyuna menjadi kekasihku hanya karena aku merasa nyaman dengan keberadaan Hyuna disekitarku. Karena aku sudah terlalu biasa dengan keberadaanya disekitarku.
“Minho~ya… menurutmu lebih menarik gadis berambut panjang atau pendek.” Suatu ketika Hyuna bertanya padaku. Kulirik wajah cantik kekasihku, matanya membulat penuh harap. Bulan ketiga dari hubungan kami. Hyuna masih berambut pendek, yah seperti kesan pertama yang kulihat. Gadis bermata coklat itu bukan golongan yeoja anggun berkelas dan modis yang selama ini mengelilingi kehidupanku. Namun, sejauh yang kuamati dia sudah mulai mengalami banyak perubahan. Mungkin yang paling mencolok adalah gaun berbahan satin sederhana yang menggantikan padanan kaos dan celana jeans yang membuatnya terlihat lebih feminism dan manis.
“Gadis berambut panjang. Karena dia akan terlihat lebih cantik dan anggun.” Sahutku dengan datar. Bahkan tak mengalihkan mataku dari layar laptop yang masih menyala di depanku. Tangan kananku terjulur mengambil secangkir kopi dari atas meja.
“Oh… begitu.” Sahutnya pelan. Sedikit kulirik, Hyuna mengerutkan alisnya sepertinya tengah memikirkan sesuatu. Tatapannya melayang jauh keluar kafetaria, entah apa yang ia pikirkan saat itu.
“Baiklah… mulai sekarang aku akan memanjangkan rambutku.” Ujar Hyuna pada akhirnya. Awalnya aku tak menyangka bahwa Hyuna sengaja melakukan apapun demi memenuhi criteria idamanku. Sungguh, aku tak bermaksud membuatnya berjuang keras untuk menjadi ideal dihadapanku.
Mungkin, kekurang pekaanku terhadap Hyuna yang membuatku tak pernah melihat besarnya pengorbanannya untukku. Andai saja Taemin tidak datang dan mengatakan semuanya, mungkin sampai sekarangpun aku tak menyadari semua perjuangan gadis itu untuk terlihat layak –menurutnya- saat berada disisiku.
@@@
“Jadi kau yang bernama Choi Minho!” Seru seorang namja yang kelihatannya 2 tahun lebih muda dariku. Pada mulanya aku terkejut saat seorang namja keturunan asia yang kuyakini 100 % dia memiliki darah hangguk mendatangiku. Mengganggu kesenanganku saat bermain si kulit bundar berwarna orange.
“Apa aku mengenalmu?” Jawabku acuh, melanjutkan mendrible bola dan melakukan jump shot.
“Kalahkan dalam dua quarter maka akan kubiarkan Hyuna noona tetap bersamamu.” Dengan gesit, namja yang kemudian ku ketahui bernama Taemin itu menangkap bola yang terpantul.
“Kau yang bernama Lee Taemin, tetangga sekaligus adik angkat Hyuna. Benarkan?”
“Itu kau tahu.” Sahutnya yang tanpa basa-basi langsung melakukan lemparan three point dan bola berputar dengan manis masuk kedalam ring. Kemampuannya boleh juga. Dengan semangat juang untuk menang, aku mulai berlari dan mengejar bola. Sedikit kewalahan pada mulanya, karena ternyata Taemin memiliki kemampuan berlari dan menangkap bola cukup lincah. Baiklah, Lee Taemin! Aku takkan mengalah padamu. Bukan karena tantangannya tentang Hyuna sebenarnya, tapi lebih pada keangkuhan dan hasrat ingin menang yang sudah mendarah daging ditubuhku. Pantang bagi seorang Choi Minho menerima kekalahan.
Quarter pertama, skor 8-9 dengan Taemin lebih unggul. Oke, kau boleh berbesar hati Lee Taemin karena permainan baru saja dimulai. Yah, di quarter kedua Taemin kalah telak dariku dengan hasil 12-2.
“Baiklah… kau menang!” Pelannya seraya mendudukkan tubuh di ssampingku.
“Jadi, apa sebenarnya tujuanmu. Lee Tae-min.”
“Hanya menguji, apakah kau layak menjadi kekasih Hyuna noona atau tidak.” Sahutnya datar, matanya menerawang jauh.
“Tsk, jika hanya untuk mengujiku. Kau yang belum layak mengujiku. Dasar anak kecil.” Ejekku dengan kesal. Entahlah, pemikiran bahwa Taemin dan Hyuna itu sangat dekat, tiba-tiba mengusikku.
“Oh iya… cobalah untuk menerima seseorang apa adanya. Kurasa kau terlalu memaksa Hyuna noona untuk menjadi apa yang sesuai dengan anganmu.” Taemin mencoba mengajariku.
“Bukan aku yang memaksanya untuk berubah, tapi Hyuna sendiri yang ingin tampil sesempurna mungkin dihadapanku.” Elakku dengan tatapan tajam, berusaha membuat Taemin terintimidasi namun sepertinya gagal.
“Tapi kau melakukannya, dengan kau mengatakan kriteria-kriteria yeoja idamanmu, secara tak langsung kau mempengaruhi noona untuk merubah dirinya sesuai harapanmu. Dan aku tak suka itu.”
“Terserah kau mau mangataiku apa. Tapi satu hal yang harus kau ingat Tuna Choi Minho. Jangan pernah menyakiti Hyuna noona, sekali saja kau membuatnya bersedih maka tak ada ampun bagimu.” Pungkasnya sebelum berdiri dan melangkah pergi.
“Anak kecil berani mengancamku.” Umpatku dengan kesal seraya merapikan bawaanku.
Dan sejak saat kejadian itu, sikap Taemin padaku begitu antipati. Terlihat jelas bahwa dia tak menyukai kebersamaanku dengan Hyuna. Yah, sebagian hati kecilku menyadari bahwa apa yang Taemin sampaikan padaku sebagian benar. Mungkin aku memang terlalu menuntut Hyuna menjadi pribadi yeoja idealku.
@@@
Dua tahun, yah! Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa pernah kusadari, jerat-jerat cinta seorang Kim Hyuna berhasil menembus benteng kokoh yang mengelilingi hatiku. Hari-hari yang kulalui bersamanya membuatku semakin dan semakin tenggelam dalam romansa cinta yang Hyuna berikan padaku. Jika kau bertanya padaku, apa aku mencintainya? Maka akan kujawab dengan lantang. Ya! Aku mencintai Hyuna. Sangat mencintainya, tak pernah sekalipun aku berpikir bahwa suatu saat aku harus melepas Hyuna dari kehidupanku.
“Na~ya…” Kutatap mata coklat Hyuna dalam-dalam. Menghipnotisku dalam kedamaian yang gadis itu tawarkan setiap kali mata kami bertemu pandang. Dengan jelas aku bisa melihat binar kekaguman dan pancaran cintanya yang membuatku percaya diri bahwa Hyuna takkan pernah sanggup meninggalkanku.
“Hmm…” sahutnya dengan pipi semakin merona. Lihatlah, betapa manisnya pacarku ini. Jika tak mengingat marga terhormat yang kusandang, sudah kuterkam habis yeoja dihadapanku ini.
“J’taime…” Ucapku sepelan mungkin, menyembunyikan debaran kencang didadaku.
“Naddo…” Jawabnya tak kalah pelan sembari menundukkan wajah salah tingkah. Dua tahun kebersamaan kami, ternyata tak membuatnya terbiasa dengan romantisme yang kuberikan padanya. Ah, jeongmal! Kiwoyo~
“Hei, aku mengatakan dalam france, tapi kenapa kau menjawab dalam hanguk.”
“Karena aku orang Korea.”
“Ngomong-ngomong tentang Korea, minggu depan aku mau liburan ke Korea. Kau mau ikut.” Kuliahku sudah selesai, tinggal menunggu wisuda. Dan ternyata orang tuaku menyuruhku kembali untuk mulai menangani perusahaan milik keluarga. Seharusnya, aku menyampaikan dengan jujur pada Hyuna tentang rencanaku untuk menetap di Korea. Dan bicara tentang Korea lagi, sejak dua hari yang lalu aku melihat seorang namja keturunan Korea yang selalu menguntit dan menstalk kami –jika aku boleh berasumsi, yang pada akhirnya kuketahui bernama Kim Kibum. Seseorang yang masuk dalam kehidupanku dan Hyuna.
@@@
Andai saja aku tahu, bahwa kepulanganku ke Korea akan menjadi akhir dari semua kebahagiaanku. Mungkin, selamanya aku akan memilih tak kembali.
Semua rencana hidup yang sudah kucanangkan bersama Hyuna harus pupus tak berbekas hanya karena keputusan sepihak dari orang tuaku. Dalam dua puluh dua tahun kehidupanku, pertama kalinya aku menyesal terlahir dalam kelurga Choi. Kenyataan yang harus kuhadapi, takdir yang tak mampu kuubah. Bahwa selama ini ibuku, seorang penganut paham materialistis dimana semua diukur dari materi dan kedudukan serta kelayakan yang patut ternyata tak menyetujui hubunganku dengan Hyuna hanya karena gadisku bukan dari kalangan atas serta hidup yatim piatu. Dan, memaksaku untuk mengikuti rencana bodoh bernama perjodohan.
Dan dengan bodohnya aku menerima –terpaksa menerima- dengan asumsi suatu saat aku bisa memutuskan pertunanganku dan kembali pada Hyuna. Yah, suatu keputusan yang kupikir dapat kumaklumi sendainya taruhannya adalah semua hak waris dan materi yang akan terhapus jika aku menolak perjodohan bodoh ini. Tentu saja, aku takkan membiarkan Hyuna hidup bersama pria miskin bernama Choi Minho, dan aku bukan pemuda labil yang percaya pada sajak-sajak picisan yang selalu mengagungkan bahwa cinta bisa merubah segalanya. Tidak, jika kenyataannya bukan cinta yang membuat kita kenyang. Berpikir realistis kawan!
Hampir tiga bulan lamanya, aku sengaja menjaga jarak dari Hyuna. Bukan bermaksud membuatnya khawatir sungguh. Hanya saja, terlanjur tak punya muka seandainya harus berkata jujur padanya. Haruskah aku berkata ‘jangan khawatir sayang, aku disini sedang mempersiapkan pertunangan dengan yeoja pilihan ibu’. Tentu saja tidakkan?
@@@
“Mari kita persilakan tuan muda Choi Minho untuk memasangkan cincin dijari manis tunangannya, sebagai simbol pengikat antara keduanya.” Mendengar aba-aba itu, dengan enggan kuambil cincin emas putih berbalut intan itu. Tuhan, aku ingin keajaiban terjadi. Bisakah yeoja bernama Han Yoora ini berubah menjadi Hyuna.
“Plok”
“Plok”
“Plok”
Tepukan membahana begitu cincin putih itu sudah terpasang di jemari Yoora.
“Kim HYUNA!! Tunggu!!” Ditengah keriuhan, samar-samar kudengar seseorang meneriakkan nama yeoja yang berbulan-bulan ini membuatku rindu.
“Hyuna?” desisku tak percaya. Tuhan, apakah ini hanya ilusi. Tapi, sosoknya terlihat begitu nyata saat berlari menjauh. Mendadak hatiku dihinggapi ketakutan yang amat sangat. Oh, tidak! Ini gawat.
Tubuhku terasa melemas, tak sanggup kugerakkan. Hatiku mencelos, melihat dengan mata kepalaku sendiri. Disana, kekasihku tengah terisak begitu memilukan dengan tubuh bergetar hebat. Ingin sekali rasanya aku mendekat, memeluk tubuhnya dalam rengkuhanku serta membisikkan permohonan maafku padanya. Namun terlambat. Seseorang sudah mendahuluiku, memeluk tubuh Hyuna begitu erat.
“Mrs. Lion, uljima!”
Sakit, sangat sakit rasanya melihat kekasihmu menangis namun dirimu hanya bisa berdiri termangu, dengan sudut mata yang sedikit berair. Hanya mampu tergugu saat melihat gadisku berjalan pergi dalam rengkuhan namja itu, Rinai hujan menuruni bumi, membasahi tubuh kami bertiga. Dan tepat dimalam itu, penderitaanku dimulai. Penderitaan yang kumulai sendiri. Penderitaan yang menyisakan penyesalan berkepanjangan.
@@@
“Senang bertemu denganmu Yoora-ssi.” Mendengar suara lirih Hyuna, membuat syaraf-syaraf dalam tubuhku menjerit. Dari matanya, dapat kulihat kesakitan yang begitu menyesakkan. Dan lebih menyesakkan lagi saat ku tahu semua kesakitan Hyuna disebabkan olehku.
“Apa kabar Minho-ssi. .” Sapaan seorang namja mengalihkan perhatianku, tunggu! Sepertinya aku familiar dengan sosoknya. Namja yang memeluk Hyuna kemarin dan namja yang menguntit kami di Paris dulu, apakah orang yang sama. Kim Kibum. Dan tak dapat kupungkiri, tubuhku mendidih melihat namja itu duduk begitu dekat dengan Hyuna.
“Ne… Baik, kau Kim Kibum, Direktur Lotte depertement store bukan?” Sahutku dingin, menekan dalam-dalam kemarahanku.
“Yah… tentu kau sudah mendengar dari ayahmu. Tuan Siwon, dulu kita pernah bekerja sama.” Jawabnya datar.
“Jadi ada apa kau mengajakku bertemu Na~ya?” Kualihkan tatapan mataku pada Hyuna. Gadis itu tengah menunduk, memilin jemarinya dengan gusar. Gelisah, yah. Seperti itulah kebiasaan Hyuna saat tengah gundah.
Dan kembali, rasanya tubuhku ingin meledak saat Kibum mendekatkan wajahnya pada Hyuna seraya menggenggam jemari lentik kekasihku. Tuhan! Sebenarnya ada hubungan apa mereka berdua.
Hyuna mengangkat wajahnya, menetralkan ekspresinya kemudian menatap Key sejenak yang dibalas senyum tipis.
“Minho, tujuanku mengajak bertemu denganmu juga tuananganmu adalah. .” sedikit jeda saat menatap Yoora. “Memastikan semuanya, maaf Yoora-ssi aku harus jujur padamu bahwa sebelum Minho bertunangan denganmu dia adalah tunanganku. Oh,, jangan berpikir buruk dulu.” Hyuna mengerjapkan mata, terlihat begitu canggung dan salah tingkah. Apa yang Hyuna ingin coba katakan, perasaanku semakin tidak nyaman.
“Na~ya. . apa maksudmu?” timpalku tak mengerti, menyipitkan mata melihat gadisku membalas genggaman tangan Key. Jelas sekali bahwa Hyuna tengah meminta perlindungan dari perasaan sakitnya, sakit yang telah ku torehkan begitu dalam. Sesakit itukah perasaan Hyuna. Bahkan sedari tadi dirinya tak sedikitpun menatap mataku, terlihat enggan. Rasanya, aku lebih rela jika Hyuna meluapkan kemarahannya dengan teriakan, makian atau apapun yang seperti itu. Kediamannya, malah terasa menakutkan.
“Aku hanya ingin mengungkapkan bahwa diantara aku dan Minho sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, dan satu bulan lagi aku akan menikah dengan Key. Kuharap kalian bisa datang diacara pernikahan kami nanti.”
“Kau. . ini tidak mungkin. Kau bercanda bukan Na~ya? Katakan kau bercanda Kim Hyuna.”
JDER!!
Rasanya ada petir yang menyambar tubuhku seketika, serta merta tubuhku terangkat, menatap Hyuna tak percaya. Pandanganku mengarah pada gerakan Kibum yang kini mengusap bahu Hyuna perlahan.
“Minho~ssi., bisakah kau pelankan suaramu.” tegur Key, tak merasa gentar sedikitpun dengan tatapanku. Semakin mengeratkan pelukannya saat merasa tubuh Hyuna sedikit bergetar. Memalingkan wajah kearah Yoora yanga hanya bisa diam seribu bahasa. Terlihat salah tingkah menghadapi suasana ini.
“Sepertinya sudah cukup jelas apa yang Hyuna ucapkan. Kami permisi.” Key menarik Hyuna berdiri, namun belum sempurna Hyuna berdiri, satu gerakan tanganku menahan pergelangan tangannya. Sungguh, ini terasa menyakitkan.
“Hyuna. . kau bercanda bukan. Ku mohon katakan bahwa ini hanya lelucon karena aku sudah membuatmu merajuk.” Desakku, menatapnya dengan tatapan sendu.
“Non.. “ Hyuna menggeleng lemah, menepis tanganku dan melangkah pergi.
“Kim Hyuna. .” Lirihku. Dan sejak saat itu, hidupku terasa suram. Tak ada lagi matahari, karena semua sinarnya terhalang mendung.
@@@
“Jonghyun hyung, bisakah kita bicara?” sudah sejak lama aku mendengarnya. Kabar pernikahan Hyuna dengan Key atau Kibum. Dan sampai saat ini, aku sedikitpun tak mempercayainya. Semudah itukah Hyuna melupakanku. Dan baru saat ini aku bisa mendapatkan kejelasannya. Bertemu Jonghyun hyung –kakak sepupu Hyuna- dalam pertemuan investor di pulau Jeju sudah ku perkirakan jauh-jauh hari.
“Wae?” tanggap Jonghyun hyung ketika kami sudah sedikit menjauh dari kerumunan. Menggenggam tangan wanita yang ku kira istrinya.
“Ini tentang Hyuna. . Tapi sebelumnya bisakah kita mencari tempat yang lebih nyaman.” Aku berjalan memimpin. Mencari tempat strategis agar kami bisa lebih leluasa berbicara. Dan pilihanku jatuh pada balkon hotel dimana dari sini garis cakrawala senja terbentang dengan indah. Yah, aku pernah mengimpikan suasana romantic seperti saat ini jika kami –aku dan Hyuna berbulan madu nantinya. Tapi, apa yang kuimpikan tak pernah menjadi kenyataan.
“Silahkan duduk hyung.” Ujarku mempersilahkan.
“Ne. . Gumawo Minho-ya!” Sahut Jonghyun hyung singkat.
“Jadi, apa yang ingin kau sampaikan padaku Minho?” lanjutnya lagi.
“I. . Ini tentang Hyuna, hyung.” Ucapku sedikit mengalihkan tatapan dari pasangan suami istri Kim itu. merasa tak nyaman.
“Wae? Memangnya ada apa dengan Hyuna?” jawabnya, entah memang tak tahu atau pura-pura tak tahu.
“Tentang rencana pernikahan Hyuna, itu tidak benar kan hyung? Hyuna hanya menggertakku saja?” bukan pertanyaan sebetulnya, namun ini sebuah pengharapan. Sebuah harapan besar yang baru ku sadari.
“Pernikahan Hyuna dan Key? Bukankah Hyuna sudah memberitahumu. Kupikir kau lebih mengenal Hyuna, gadis itu, dia bukan tipikal gadis yang suka menggertak atau berbohong.” sangat diplomatis. Jawaban Jonghyun hyung terdengar begitu sarkastis. Sedikit saja, aku berharap bahwa kabar pernikahan Hyuna itu hanya kabar angin.
“Ja. . Jadi. Hyuna betul-betul akan menikah dengan Kibum? Oh. . Shit!!” emosiku tak bisa lagi terkontrol.
“Hyung. . Tidakkah hyung bisa membantuku, membujuk Hyuna agar membatalkan pernikahannya.”
“Membujuknya? Hah, Aku tak punya kewenangan untuk ikut campur dalam kehidupan pribadinya, meski Hyuna sepupuku. Dan jika boleh jujur, aku lebih suka Hyuna bersama Key. Maaf Minho, aku lebih mengenal Key dibanding dirimu.” Jonghyun hyung menatapku, memperhatikan perubahan raut wajahku dengan seksama.
“Wae hyung? Kenapa kau bisa berkata seperti itu, kenyataan bahwa Kibum adalah sahabatmu itu bukanlah sebuah hal yang bisa dijadikan patokan!” mengepalkan tangan sedikit geram, aku sama sekali tak bia terima. Bukankah Hyuna lebih dulu mengenalku. Tiga tahun bersama, bukanlah waktu yang sebentar, dan apa alasan Hyuna meninggalkanku. Bukankah dia berjanji untuk selalu bersamaku. Sakit, rasanya begitu menyesakkan. Dadaku begitu ngilu. Gadis yang sudah ku gadang-gadang menjadi belahan hatiku, ibu dari anak-anakku kini memilih menikah dengan orang lain.
“Aku tidak menilaimu juga Kibum dari hubungan kedekatan kami. Tapi, sudut pandangku lebih kepada keyakinan dan keseriusanmu dalam menjalin hubungan dengan Hyuna.” Ada nada menyalahkan dalam ucapan Jonghyun hyung. Oke, kuakui memang salahku. Tak berkata jujur sejak awal. Tapi, itu bukan berarti aku tak serius dengan Hyuna. Aku hanya menunggu waktu yang tepat agar bisa melunakkan hati orang tuaku.
“Bukankah kau sudah menjalin hubungan dengan Hyuna hampir tiga tahun eoh? Bahkan untuk sedikit meluluhkan hati orang tuamupun kau tak sanggup, justru dengan acuhnya kau meninggalkan Hyuna lalu bertunangan dengan gadis lain. Coba kau pikirkan Minho, kakak mana yang tega melihat adiknya menderita dan sakit hati. Kemudian saat aku mendengar Key ternyata melamar Hyuna, dan itu ia lakukan hanya dalam waktu singkat setelah mereka bertemu.” Tanpa kau ingatkan pun aku tahu hyung, kau tidak tahu saja bahwa setiap malam aku hanya bisa merutuki kekurang tegasanku. Dan menyesali semua yang sudah terjadi ini.
“Kau bisa pikirkan itu baik-baik Minho, terimalah jika Hyuna mungkin bukan jodohmu,”
Jonghyun hyung bangkit dari duduknya, tersenyum ramah padaku. Kemudian menarik istrinya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.
“Kami pergi Tuan Choi Minho, senang bisa duduk bersamamu disini.” pamit Jonghyun hyung. Berniat memutar tubuhnya saat tak sengaja dia berpapasan dengan seorang yeoja yang menjadi awal mula kekacauan ini.
“Min—Ho–” ucapan Yoora terputus saat dia melihat Jonghyun hyung dan istrinya. Rasanya, unutk Sejenak waktu terasa berhenti berdetak. Mereka Hanya diam membeku, tak mampu menggerakkan tubuhnya.
“Jong–hyun!” Desis Yoora tak percaya.
“Yoora. .” Bisik Hyukyung. Seketika tubuhnya menegang, cengkramannya pada lengan Jonghyun hyung mengerat.
“A. . nyeong. .” sapa Yoora dengan kikuk. Terlihat begitu gugup dan sama sekali tak siap untuk bertemu pasangan Kim tersebut.
“Anyeong. . Yo. . Yoora!” sahut Hyukyung, juga terlihat bingung. Namun, lain halnya dengan Jonghyun hyung. Matanya terlihat begitu dingin, ada aura menekan yang menguar dari tubuh atletis milik Jonghyun. Menatap Yoora dengan tatapan tak bersahabat. Bencikah ia? Apa mereka sudah saling mengenal sebelumnya.
“Ayo Hyukyung. . Kita pergi.” Jonghyun hyung menarik lengan istrinya, bahkan sedikit menyeretnya menjauh.
“Kalian saling mengenal?” Teguranku membuyarkan lamunan Yoora.
“oh. . i..tu.. Dulu dia tunanganku?” Tunggu! Tunangan? Ya Tuhan! Apa lagi ini.
.
.
.
Aku selalu membayangkan, bahwa nanti jika aku dan Hyuna menikah. Aku ingin menikah di Perancis. Kebun lavender yang luas dengan hamparan bunga ungu yang cantik juga harumnya yang akan menenangkan setiap hati orang-orang yang menghadiri pernikahan kami.
Tak pernah sekalipun dalam anganku, datang ke pernikahan Hyuna dengan namja lain. Rasanya, seperti mimpi buruk dan berharap semua mimpi menyakitkan ini segera berakhir. Yah, nightmare paling menakutkan sepanjang eksistensi.
“Sebelum janji dan sumpah setia diucapkan, bagi yang merasa keberatan dengan penyatuan dua anak adam dihadapan hadirin semua ini. Silahkan bicara sekarang atau tutup mulut selamanya.” Dari pintu masuk masuk tempatku berdiri saat ini, aku masih bisa mendengar dengan jelas ucapan pemimpin pernikahan mereka. Inilah kesempatan terakhirku.
“BRAK!!.” Suara pintu kayu besar yang kubuka terdengar menggema, seluruh mata kini mengarah padaku. Menatapku yang tengah berdiri tegak di tengah-tengah pintu.
“Aku keberatan…!“ ujarku dengan lantang. Pandanganku mengarah pada dua sosok yang berdiri di bawah kapel berhias warna-warni bunga. Aku melihatnya, mempelai wanita tercantik dimataku. Dia, dalam balutan gaun putih gadingnya yang menjuntai. Sosok yang selalu muncul dalam anganku jika aku menikah dengan Hyuna nantinya. Serta merta, rasa sesak yang begitu menyakitkan menyerang jantungku. Seakan diremas dan dipilin sekencang-kencangnya. Hingga membuatku ingin berteriak semampu suaraku. Meneriakkan betapa meradangnya hatiku, melihat kekasih impianku bersanding dengan orang lain tepat dihadapan kedua mataku.
“Buk!!” Satu pukulan menyambut ucapanku barusan. Membuat tubuhku sedikit terhuyung tanpa sempat menghindar.
“Itu untuk air mata Hyuna Noona!” Teriakan itu menyadarkanku siapa yang sudah menyambutku dengan ‘hangat’. Taemin, Lee Taemin. Namja itu menatapku dengan begitu tajam. Namja yang tak pernah menyetujui hubunganku dengan Hyuna sejak dulu.
“Taemin!!” Pekikan Hyuna, sedikit berlari meninggalkan altar sembari mengangkat gaun panjangnya. Merangkul lengan Taemin, berusaha menenangkan sang dongsaeng yang sepertinya masih ingin kembali melayangkan pukulan padaku.
“Tenanglah Taeminnie… Biar noona yang selesaikan ne? Gwenchana…” Ujar Hyuna pelan, menatap wajah Taemin dengan lembut, hingga ekspresinya kembali tenang. Seperti itulah Hyuna yang kukenal, penuh dengan kelembutan saat dia menunjukkan kepeduliannya pada orang lain. Salah satu dari sekian banyak hal yang membuatku jatuh cinta pada akhirnya.
“Minho… Ikut aku!” Hyuna berbalik menghadapku, membuyarkan lamunanku tentang kecantikannya. Tanpa sadar, jemariku bergerak mengusap ujung bibirku yang sedikit berdarah.
“Na~ya…” ingin rasanya aku menutup mulut lancang yang menahan langkah Hyuna.
“Tunggu aku… Pastikan bahwa aku akan kembali untukmu.” Ucapan Hyuna kembali menorehkan satu goresan luka di hatiku. Tak adakah kesempatan lagi untuk pria malang ini.
.
.
“Jadi. ,. Tuan Choi, apa yang ingin kau sampaikan padaku?” begitu dingin, suara Hyuna terasa dingin hingga membuatku bisa merasakannya. Hatiku menggigil, sakit mengetahui ada begitu lebar jarak yang membentang diantara kami sekarang ini.
“Kumohon Na-ya… Batalkan pernikahanmu dengannya. Aku tak bisa kehilanganmu, dan menikahlah denganku. Bahkan jika saat ini kita menikahpun aku siap.” Entah mengapa, aku bisa mendengar suaraku begitu memelas. Menahan sesak yang teramat mengendap dihati ini.
“Tidak bisa Minho. Kau pasti sangat tahu diriku, sesuatu yang sudah kuputuskan tak akan ku batalkan.” balas Hyuna. Semakin mengoyak hatiku.
“Tapi kau tidak mencintai Key, yang kau cintai itu aku. Choi Minho! Not Kim Kibum!” Teriakku semakin frustasi, mengguncangkan tubuh Hyuna sedikit keras. Memaksa kedua mata itu bertemu pandang. Kedua manic mataku menatap nanar pada dua bola mata Hyuna yang terlihat begitu keras kepala, dingin seolah menantangku. Tak ada lagi tatapan hangatnya untukku seperti dulu.
“Apa kau pernah mendengar, bahwa jodoh belum tentu orang yang kita cintai. Ok, aku memang mencintaimu. Tapi bukan berarti aku harus menikah denganmu. Tidak! saat kau memilih mengacuhkanku dan menerima perjodohan itu. Apa kau tahu apa yang kurasakan, disini. Didalam hati ini terasa begitu perih. Aku sakit Minho. Dan aku bukan orang bodoh yang akan mengambil resiko menerima sakit lebih dari ini jika tetap bertahan bersamamu. Karena kau tak punya cukup tekad dan keyakinan.” Hyuna Memalingkan wajah, menepis lenganku yang terulur untuk menggapai tubuhnya.
“Satu hal yang perlu kau tahu, Bahwa Key lebih baik darimu karena dia memiliki tekad dan keberanian untuk menikah denganku. Jadi, kumohon! jangan muncul lagi dihadapanku.” Hyuna sedikit memejamkan mata saat mengatakan kalimat terakhirnya. Hatiku berdenyut sakit mendengarnya, memang harus seperti inikah jalanku. Atau mungkin ini sebuah karma yang harus kutanggung, karena dulu telah kusia-siakan perasaan Hyuna untukku.
“Saya Bersedia!”
Suara Hyuna bagaikan alunan genta kematian dipendengaranku. Menggema diruangan begitu dia mengucapkan sumpah setia yang akan mengikatnya kepada seorang bernama Kim Kibum selamanya. Hanya bisa menatapnya dari depan pintu, detik-detik bagaimana Hyuna terlarut dalam ciuman panjangnya bersama suaminya- dan kenyataan bahwa bukanlah diriku yang saat ini berdiri disana dan menerima ciuman itu, menghantamku bertubi-tubi. Bahkan ini lebih sakit dari sayatan pisau bedah yang pernah menyentuh tulang kakiku dulu.
@@@
Suara detak jarum jam menggema diruangan mewah sebuah perkantoran. Merambat di kesunyian yang begitu terasa mencekam, memelukku dalam kesendirian. Tak peduli dengan tumpukan dokumen yang menggunung dihadapanku, terus saja aku duduk menopang dagu. Mataku tak lepas Menatap sebuah potret yang berbingkai. Menampilkan sosok cantik bernama Kim Hyuna.
“Hah…” Hanya bisa Menghela nafas berat dengan wajah kusut. Tak ada satu halpun yang bisa kulakukan dengan benar semenjak pernikahan Hyuna. Ck… sial! Aku benci dengan diriku sendiri.
Kriet . .
Pintu ruangan terbuka, sesosok tubuh yeoja bernama Han Yoora tertangkap pandanganku.
“Oh. . Kau Yoora! Mussun iriya!” Sapaku datar.
“Hanya mengantarkan bekal makan siangmu, omoniem yang menyuruhku. Tenang saja.” jawab Yoora sembari mendekat.
“Masih mengingat Hyuna.” tanya Yoora santai, tak sengaja melihat foto digenggaman tanganku.
“Tentu saja, aku sudah menjalin hubungan bertahun-tahun dengannya.” Kujawab dengan cuek. Bukannya aku membenci Yoora, hanya saja kenyataan bahwa Yoora lah yang membuat hidupku berantakan seperti ini –meski sebenarnya bukan salah Yoora- membuatku sedikit tak nyaman saat berdekatan dengannya.
“Maaf Minho… gara-gara aku, kau dan dia harus begini.”
“Jangan meminta maaf, ini bukan salahmu. Aku yang terlalu pengecut untuk menentang bumoniemku. Hanya saja aku masih tidak mengerti kenapa Hyuna mau menerima pinangan seorang Kim Kibum yang tak dikenalnya. Aku khawatir Key akan mempermainkannya.”
“sejujurnya, aku juga merasa heran dengan Key. Yang ku tahu, dulu Key begitu mencintai Hyukyung. Kau tahukan Kim Hyukyung?”
“Kim Hyukyung? Maksudmu istrinya Jonghyun hyung.” mataku melebar mendengar penuturan Yoora, sangat terkejut mendengar berita tentang Key.
“Ne. . Key sudah mencintai Hyukyung sejak high school dan ku pikir Sampai sekarangpun masih.” entahlah, apa maksud Yoora mengatakan hal tersebut pada. Tapi apapun itu, aku tak peduli. Yang kupedulikan adalah kenyataan bahwa Key bisa saja mempermainkan Hyuna. Awas saja! Jika namja keparat itu berani menyakiti Hyuna.
“Benar kan dugaanku, Key tidak benar-benar mencintai Hyuna. Hah, lihat saja Kim Kibum. Akan kurebut kembali Hyuna-ku.” geramku tanpa sadar sudah mencengkeram pinggiran meja. ‘Kim Kibum, tunggu saja! Hyuna pasti kembali padaku’
@@@
Bugh!!
Satu pukulan mendarat telak dipipi Key. Membuatnya terhempas menabrak dinding. Maaf, aku tak bisa lagi membendung amarahku. Kenyataan yang bahwa Kau dulu pernah sangat –dan mungkin masih- mencintai Kim Hyukyung yang kudengar dari Yoora membuatku ikut merasa sakit. Seharusnya Hyuna bisa mendapatkan namja yang lebih baik darinya bahkan lebih baik dariku.
“Sial Kau Kim Kibum!” makiku dengan kasar.
“Choi Minhooo. . Apa yang kau lakukan?” Pekik Hyuna dengan kaget. Tangan kecil Hyuna berusaha menghalangi langkahku yang berusaha mendekati suaminya itu. Yah, aku sengaja mendatangi kantor Kibum dan bagusnya lagi, Hyuna juga ada bersamanya. Biar tahu, seperti apa suami yang dia pilih itu.
“Hyuna. . Kumohon, percaya padaku. Dia tak mencintaimu. Dia hanya menjadikanmu pelarian. Yang suamimu cintai itu Hyukyung. Kakak iparmu sendiri.”
“Diamlah Choi. . Kau tak berhak mencampuri urusan rumah tangga kami.” Hyuna justru meneriaki diriku. Matanya, mata yang dulu terlihat begitu cantik dan hangat kini terlihat lebih redup. Hyuna, pasti kau sangat menderita menikah dengan namja itu.
“Aku tak akan diam. . Sebelum kau mendengarku. Aku hanya tak ingin melihatmu menderita. Cukup aku saja yang membuatmu menangis. Jangan lagi, kau tak pantas mendapatkan kekecewaan lagi.” Suaraku makin melemah. Memegang bahu Hyuna dengan lembut. ‘Ku mohon Hyuna. Dengarkan aku, untuk kali ini saja’.
“Bugh!”
“Akhh. .” Tubuhku tersentak saat namja itu balas memukulku. Dan Menarik Hyuna menjauh dari rengkuhanku.
“Enyahlah!! Tidakkah kau mendengar ucapan Hyuna barusan. Jangan mencampuri privasi kami. Tuan choi yang terhormat.” geram Key begitu marah. Aku bangkit, dan menatapnya tanpa rasa takut.
“Geumanhe. . Kalia berdua sama saja! Aku kecewa pada kalian.” Gertak Hyuna tiba-tiba, berdiri diantara kami dan menatap kami bergantian cukup lama, kekecewaan. Mata itu, Aku melihat tatapan matanya, sama seperti saat malam di pesta pertunanganku dengan Yoora.
“Drap!” dengan langkah cepat, Hyuna berlari meninggalkan kami tanpa berbicara lagi.
“Hyuna.. Wae irae?” Kejar Key, berhasil menahan lengan Hyuna. Sedikit terhenyak melihat anaenya menangis.
“Jangan menahanku Key, aku butuh sendiri.” sahut Hyuna pelan. Berusaha menyusut air matanya yang terus berjatuhan tanpa izinnya.
“Tidak, jangan dengarkan ucapan Minho.” mohon Key, berusaha menggapai tubuh istrinya lebih dekat.
“Kubilang biarkan aku sendiri. Aku butuh berpikir, yah. Tanpa Minho memberitahupun aku sudah mengerti semuanya. Sekarang aku tahu, kenapa kau begitu perhatian pada eonni. Aku tahu semuanya Key.”
“Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Aku bisa jelaskan sayang.” bujuk Key dengan was-was. Sial. Ini seperti sedang menonton drama picisan yang sangat kubenci. Dan lebih menyakitkan melihat adegan selanjutnya.
“Jebal. Jangan paksa aku Key, aku takut. Jika kau memaksaku, aku malah akan berlari semakin jauh darimu. Biarkan aku berpikir sendiri” pinta Hyuna seraya melepaskan tangan Key yang menahan lengannya.
Terlepas, tautan tangan Key dan Hyuna terlepas. Menyisakan setitik air disudut mata pasangan itu.
“Geppp”
Dengan cepat, Key memeluk leher Hyuna. Menciumi rambut panjang milik istrinya.
“Pergilah, jika itu memang yang terbaik. Tapi kau harus berjanji Na-ya, bahwa kau akan kembali padaku. Karena aku yakin dengan perasaanku padamu. Saranghae” ujar Key, kemudian dengan perlahan membalik tubuh Hyuna dan mencium kening istrinya begitu lembaut.
“Saranghae, Jeongmal” bisik Key kembali,
Dan aku disini, ditempatku. Hanya bisa berdiri, menatap keduanya. Ternyata, tak ada tempat lagi untukku diantara mereka. Aku kalah. Tak ada lagi yang bisa kulakukan. Hyuna, dia sudah memilih suaminya itu.
.
.
.
.
.
London, Britania Raya.
Langit inggris terlihat gelap. Senja yang menguning, terlihat dengan jelas dari salah satu gedung tinggi tak jauh dari bangungan London bridge. Terlebih dari tempatku berdiri ini, dari bingkai jendela terpampang dengan jernih bagai lukisan agung betapa indahnya pemandangan langit sore ini.
“Ya… besok appa pulang.” Dapat kudengar dengan jelas namja bermata kucing khas yang sedang menelepon putranya.
“Kenapa? Sudah kangen appa ya? Eh… minho Ahjussi.. ada!” Key melirik padaku. Dengan isyaratnya, dia mengulurkan telepon genggamnya padaku.
“Minho ahjussi!!” suara lengkingan namja kecil menyambut saat ponsel milik Key terpasang di telingaku.
“Hai jagoan…”
“Ahjussi… kenapa ahjussi tidak datang lagi. Ayo, main bola bersamaku.” Suara khas rajukan namja kecil berusia 4 tahunan itu membuatku tersenyum.
Biar kuluruskan, jadi sejak pernikahan Hyuna dan Key. Aku mulai mencoba merelakan kebersamaan mereka. Meski sakit dan tertatih, tapi aku punya tekad harus bisa move on. Hyuna bukan jodohku jadi untuk apa terus memaksa sesuatu yang bukan hak kita. Terlebih, relasi dengan perusahaan Key membuatku mau tidak mau harus terhubung dengan keluarga kecil mereka. Yah, seakan dipaksa keadaan. Yang terus menerus membuatku menyaksikan perjalanan kisah mereka. Saat Hyuna berjuang dengan kehamilannya selama Sembilan –bahkan sesekali aku ikut membantu saat dia ngidam. Kemudian melahirkan hingga anak mereka sebesar sekarang.
Sesuatu yang kupikir mustahil terjadi, justru harus kualami. Beramah tamah dengan mantan tunangan dan menjadi kawan dekat suami mantanku seharusnya itu terdengar seperti lelucon konyol. Tapi itulah kenyataan. Dan memang takdirku harus seperti itu. Lagi pula, disini –didalam hatiku- tak ada lagi perih karena sakitnya sudah sembuh dengan kedekatan kami ini. Mau tak mau, sekarang aku menjadi bagian dari keluarga besar mereka. Dan so’al hubungan asmara, kuakui aku memang sedang dengan seseorang, dan sepertinya tak perlu dijelaskan disini. Biarlah, kisah ku dan dia hanya Tuhan yang tahu garis akhirnya. Aku tak ingin berspekulasi, cukup sudah semua yang kualami bersama Hyuna dulu menjadi pelajaran yang begitu berharga. Karena hidup itu berkaca dari pengalaman.
ooOoOoo
Tak selamanya apa yang kita inginkan harus kita dapatkan. Terkadang, Tuhan mempunyai rencana yang mungkin terdengar menyakitkan namun itulah yang sesungguhnya terbaik untuk kita. Seperti yang kualami, mungkin kehilangan Hyuna adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidupku, namun kurasa itulah yang terbaik untuk kami. Karena sekarang aku mengerti, bahwa kebahagiaan Hyuna bukan denganku. Melainkan dengannya, seseorang yang kini berstatus sebagai suaminya. Kim Kibum.
Andaikan waktu bisa berputar kembali, mungkin aku akan memperlakukan Hyuna lebih baik dari perlakuanku dulu. Membalas ketulusannya sesuai dengan nilai yang seharusnya dia dapatkan. Yah, penyesalan memang selalu datang terlambat. Namun, seperti yang dikatakan oleh Jonghyun hyung, bahwa dibalik sebuah musibah terkandung banyak hikmah. Banyak hal yang lebih indah dari sebuah hasrat dan keinginan serta ambisi yang menggebu. Seperti yang kuyakini dulu. Secara perlahan, pemahamanku terhadap nilai kehidupan semakin berubah. Berkat mereka, aku mulai mengerti maknanya kebersamaan, kebahagiaan juga kesedihan. Karena hidup itu penuh warna dan memiliki ritme yang begitu menakjubkan. Yeah, Life is never flat.
Fin~
Ahhh…. Leganya hutangku lunas untuk fict ini.hehehe
©2011 SF3SI, Freelance Author.
Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.
This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction
Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!
Kata2nya so sweet bgt demi:3
Terharu:’)
Nice ff eon:-)
hua… minho ternyata
Jongmal aku suka banget sama ff ini gomawo ya author ditunggu ff lainya,,
tar tar aga g puas,crita minho-yoora kurang djabarin,mrk punya anak kah?hidup bahagiakah?
tp slebih ny bagus crta side story nya.
ya ampun sumpah ini gak flat!! hahha aku gak bosen dan ini beneran gak flat, pokoknya keep writing deh, 😀