Satu Rasa
Megian
A member of Shinee, A girl
PG 17
Romance
No dialogue here dan kalian bebas membayangkan siapa tokoh cewek dan untuk tokoh A Man-nya, saya rasa kalian tahu siapa.
Selamat Membaca^^
Mata Abu – Abu
A Girl’s Side
Kadang gadis itu lupa bagaimana caranya mencintai dan juga cara menyayangi, terlalu banyak hal yang membuatnya lupa dan tidak menginginkannya lagi. Tapi pria dengan kerah jacket berdiri itu berhasil mengingatkannya lagi betapa indahya perasaan mencintai. Sekali tolehan dan sepersekian detik tatapan dari pria itu saja, sudah mampu menimbulkan rasa rindu yang membuatnya tersenyum sendiri. Dia tahu pria itu bukan pria biasa, bukan pria yang akan mudah ditemuinya di tengah profesi yang mengungkung pria itu setiap waktu, dilengkapi dengan jutaan fans yang menggilainya.
Tapi yang hanya ingin dia lakukan saat ini adalah bertemu dengannya, mendapati kesempatan untuk melihat mata itu lagi. Ntah kenapa waktu itu, saat dia menoleh, dia mendapati pria itu membuka kacamatanya, memperlihatkan sepotong wajah dengan ketakutan disembunyikan. Riak wajah yang takut akan dikejar setan. Sekali lagi dia tersenyum. Wajah manis yang ia rasa ramah.
Andai saja busnya tak datang dan mobil jemputan pria itu datang lebih lambat, mungkin dia bisa menghampiri dan berkenalan barang sebentar saja. Tapi terkadang waktu membiarkan manusia untuk merasakan rasa sebuah kerinduan. Hingga gadis itu sadar dia bukan hanya sekedar rindu tapi juga mencintai pria itu.
A Man’s Side
Dia memiliki banyak fans dengan mata abu – abu. Tapi tak pernah begitu tertarik untuk mengetahui bagaimana pemiliknya, siapa namanya dan dari mana dia berasal. Tidak seperti perempuan di halte bus itu. Tidak seperti perempuan bermata abu – abu di tengah hujan itu. Dia berbeda dan dia merindukan gadis itu.
Kalau bukan karena kacamatanya yang membosankan itu, mungkin dia tidak akan pernah melihat warna mata perempuan cantik itu. Wanita dengan kacamata berbingkai hitam. Wajah cantik yang tenang. Dia menyukainya.
Dan Pria itu tak pernah punya kesempatan untuk berkunjung ke halte itu lagi, ataupun sekedar berlari salah arah ke halte seperti saat itu. Dia menunggu waktu yang tepat, yang ia rasa akan bersamaan dengan kehadiran wanita itu. Chemistry, apakah dia mengandalkan hal itu? Entahlah.
Andai waktu membiarkan lebih lama
Mungkin aku akan tahu siapa kau
Dan bukan hanya sekedar ingatan tentang wajah
Aku ingin bertemu denganmu
Menatap wajahmu lebih lama
Dan juga mata di balik kaca itu
Dan kali ini waktu memberikan mereka ketepatan. Di tengah guyuran hujan, mereka hanya berdua dan sama sekali tidak menyadari bahwa kini mereka hanya berdua di halte itu. Sang pria berdiri. Dan perempuan itu duduk menghadap jalan memperhatikan rintik hujan yang memercik indah. Mereka menoleh. Dan tatapan itu bertemu.
Sapaan berupa senyum timbul di antara keduanya. Mengisyaratkan betapa mereka saling merindukan mata itu. Laki – laki itu melangkah mendekat. Menyapa dan mengungkapkan semua rasa rindu yang bergejolak.
Menunggu waktu untuk bertemu denganmu
Setelah pertemuan yang menggelitik
Yang menyisakan kenangan dan kecanduan
Untuk tersenyum dan merindu
Matamu dan wajahmu
Aku merindukannya
10 January 2012
..:megiannisa:..
Pertemuan di Masa Lalu
A Man’s Side
Dia tahu, dia idola. Dia dikagumi, dia disukai, dan dia dicintai. Tapi, dia tidak tahu pernah tahu cinta seperti apa yang orang – orang itu miliki untuk dirinya. Adakah sama dengan cinta yang ia miliki untuk gadis itu? Gadis diantara gundukkan salju. Gadis yang menyadarkannya bahwa ada yang lebih dingin di antara yang terdingin.
Gadis itu telah menyapunya dengan belaian lembut yang hangat. Membersihkan wajahnya dari butiran salju yang jatuh ke wajahnya. Tanpa meninggalkan sebuah nama dia pergi begitu saja setelah mengatakan ’Hidup ini memang sulit, tapi tak pernah sesulit yang kita pikirkan, permudahlah, karena dari yang terdingin ada yang paling dingin’. Pria itu termenung, mengulurkan tangannya berniat mencegat gadis itu, tapi terlambat, dia pergi. Topi baret hitam dengan mantel selutut merah muda yang menutupi bot beludru hitamnya. Dia ingat itu. Dan juga matanya, mata biru yang jernih.
Dua tahun, dia memikirkan gadis itu. Dan tak pernah sekalipun dia mencoba untuk pergi ke bangku panjang itu lagi, bangku di mana gadis itu duduk menghampirinya dan menangkupkan telapak tangannya yang hangat dan kecil di kedua sisi wajahnya yang lelah.
Setitik air mata begitu spontan jatuh mendarat hangat di atas ibu jari kanannya. Dia sendiri bertanya, apa ini? Aku menangis? Tapi karena apa? Karena merindukannya? Dan tak pernah menemuinya? Pertanyaan itu berentetan di kepalanya, sehingga timbul sesak yang tiba – tiba menghantamnya.
A Girl’s Side
Angin menyapa dingin, sama seperti bulan Desember tahun sebelumnya. Membawa butir – butir salju yang lemah. Menundukkan kepala. Gadis itu tertunduk dan berjalan terus tanpa peduli langkahnya terkadang terbenam di antara gundukkan salju di taman itu. Dia memikirkan satu hal, satu hal tentang dirinya yang terjebak di palung hati seseorang. Begitu dramatis, pikirnya, saat hal itu terjadi dan disadarinya. Terjebak? Di palung hati seorang pria? Yang benar saja!
Lalu apakah pria itu menyadari bahwa ada seorang gadis yang kini tengah tersesat dalam hatinya? Bahkan untuk mengingat dirinya saja gadis itu tak yakin.
Atau mungkin gadis itu sebenarnya terjebak dengan pesona yang pria itu miliki, hingga 2 tahun ini dia tak dapat menjalani harinya tanpa seharipun melupakan pria itu. Suaranya, leluconnya, perhatiannya, dan segala hal yang pria itu sukai, gadis itu tahu, bahkan dia hafal. Semenjak saat itu. Semenjak sapuan itu ia berikan. Gadis itu ingin mengenalnya.
Air matanya menggenang di kantung matanya. Segera dia menghapusnya. Percuma. Pria itu takkan mendengar jeritan hatinya.
Pertemuan itu, dia merindukannya.
Dan di sini aku berharap menemukanmu,
Mengenang pertemuan kita
Mengingat betapa dinginnya salju saat itu
Saat di mana wajahmu yang lelah
Dan aku yang mencoba meredakannya
Kedua mata itu bertemu. Ada perasaan yang muncul di hati mereka, bukan hanya satu tapi ada lebih dari dua. Mereka tidak tahu apa itu. Namun saat ini, yang mereka inginkan hanya berbagi buncahan perasaan mereka. Yang tersembunyi, yang tak terkatakan.
Mereka saling menatap. Menangkupkan kedua telapak tangan mereka di wajah yang mereka rindukan.
Gadis itu, menutup matanya. Menikmati lekukan wajah itu. Mengingat kembali masa itu, masa di mana ia dan pria ini pernah bertemu dan pada akhirnya membuat dia terjebak di palung hati itu.
Kelopak mata itu menyembunyikan mata biru jernihnya. Pria itu tersenyum, bahagia dan haru. Dia bahagia menemukan gadis itu, pakaian yang sama dengan wangi lavender yang sama. Gadis ini, gadis yang ia rindukan sapuannya, yang ia rindukan matanya.
Pertemuan itu kembali dengan akhir yang berbeda dengan awal yang menyenangkan.
Aku tau tak ada yang mustahil
Namun aku tak pernah bisa bermain dengan itu
Karena memilikimu adalah hal termungkin
Yang paling mustahil kumiliki
Tapi cinta tak pernah mengenal kemustahilan
Karena cinta bukanlah hal mustahil
29 Desember 2011
..:megiannisa:..
Ketidaksengajaanmu
A Girl’s Side
Tetes hujan turun satu – satu. Butir – butir kecil itu terasa seperti ribuan kerikil yang mengenai kepalanya. Mungkin karena hatinya sekarang tak lagi baik. Terlalu rumit baginya untuk menelaah perasaan apa yang kini ia rasakan. Terkadang dia pungkiri itu, dan kadang ia menyerah dan mengakuinya. Munafikkah? Ya, dia mengakui itu, karena dia tahu perasaan itu tak seharusnya ada, tak seharusnya ia rasakan dan ia miliki. Apalagi itu untuk laki – laki itu. Laki – laki di tepian pantai yang berlari ke arahnya dan menghantam badannya begitu keras. Memang, laki – laki itu meminta maaf pada akhirnya, tapi yang membuat dia kesal, kenapa dia sekarang mencintai laki – laki itu?
Pemilik mata bulat besar yang dengan penuh kebijaksanaan menarik pergelangan tangannya bangun. Dengan sportif ia ulurkan tangan dan meminta maaf dan membungkuk beberapa kali hingga dia sendiri menjadi jengah melihat sikap laki – laki itu. Tapi dia hanya bisa tersenyum dan berkata bahwa dia baik – baik saja. Perasaan itu berkecamuk. Saat sepi, gadis itu bisa kembali mengingat bagaimana si pemilik mata besar itu tersenyum dan berterima kasih padanya setelah itu.
Dia menulusuri garis pantai itu dengan bertelanjang kaki mencoba mengingat setiap detil perisitwa 8 bulan yang lalu itu. Bagaimana laki – laki itu membersihkan bagian belakang pakaiannya yang tertempel pasir setengah basah. Gadis itu tersenyum.
Andai dia bisa bertemu kembali dengan laki – laki itu. Dan mengungkapkan perasaan itu daripada tersenyum – senyum sendiri seperti ini. Walaupun dia tahu, laki – laki itu bukanlah orang biasa. Tapi lebih baik mengungkapkannya daripada memendamnya. Itupun kalau takdir mempertemukan mereka.
A Man’s Side
Dia melepas pandangannya ke arah laut. Dia ingat di sana dia bertemu perempuan itu. Menabraknya hingga terjungkal. Dia sesali itu. Kenapa dia begitu cepatnya menghindari kejaran rekannya hingga gadis itu menjadi korbannya. Dia tersenyum ketika mengingat bagian itu, dia begitu panic melihat perempuan yang jatuh akibat tabrakan yang ia buat.
Seringkali rekannya mengejek tentang dirinya yang tiba – tiba tersenyum sendiri seperti gila. Tapi dia hanya membalasnya dengan senyuman. Mengisyaratkan bahwa dia bukan sekedar kasmaran tapi dia mencintai perempuan itu dan kini merindukannya. Kadang ia berpikir bahwa ia memang gila. Dia tidak tahu siapa gadis itu. Namapun dia tidak tahu, tapi kenapa dia mencintainya?
Pernah dia menepis semua rasa itu, tapi yang ada malah perasaan itu bertambah keras mendesaknya. Dan kini hati itu telah ia tetapkan. Hatinya untuk gadis itu. Dan kini hanya menunggu takdir untuk mempertemukannya.
Andai saja aku tak mencintaimu
Mungkin pertemuan ini takkan membekas
Tapi kini aku mencintaimu
Dan kini aku merindukanmu
Merindukanmu dan tabrakan itu
Rindu akan senyum dan tingkahmu
Apakah ada takdir kita untuk itu?
Gesekan pasir itu membuat gadis itu menoleh. Ini gerimis tapi dengan mudah di mendengar ada seseorang yang dengan bertelanjang kaki melangkah ke arahnya. Seseorang yang sangat di kenalinya, yang saat ia harapkan kehadirannya saat ini.
Dia tersenyum memperhatikan raut wajah yang terkejut dari perempuan yang ada di hadapannya kini. Perasaannya begitu bahagia begitu melihat sosok perempuan itu. Langkahnya kini melambat, spontan ia merentangkan tangannya memohon pada perempuan itu agar masuk ke pelukannya.
Perempuan itu menghambur, ada pernyataan bahwa dia mencintai dan merindukan pria itu atau tidak, dia tak peduli. Yang pasti baginya, dia menginginkan pria itu mengetahuinya, mengetahui isi hatinya yang sedang diisi oleh pria itu dengan pelukannnya. Dan mereka hampir saja terjungkal. Ternyata merindu itu menyenangkan.
Kini yang mereka inginkan hanya seperti itu. Berangkulan dan menikmati gerimis di tepi pantai.
Kini aku tahu
Tak perlu ada perkenalan untuk mencintai
Yang di butuhkan hanya mata
Untuk melihat
Dan hati untuk merasakan
2 Januari 2012
..:megiannisa:..
Sebuah Kata Terimakasih
A Man’s Side
Menatap jasad itu membuat dia terpaku. Ntah apa yang ia lihat atau mungkin, yang sedang ia rasakan. Dia berdiri di samping jasad itu. Jasad yang masih menghembuskan nafas, yang masih berdenyut nadinya. Langkah dan hatinya telah bersepakat untuk menjadikan ruang ini sebagai transit sebelum ia menjalakan profesinya sebagai public figure.
Padahal dia tak mengenal gadis ini, sama sekali tidak. Sepotong namapun baru ia dapatkan setelah matanya menangkap segurat tulisan di papan data yang tepampang di ranjang pesakitan yang kini ditempati gadis ini.
Dia bicara pada gadis itu setiap hari, walau kadang hanya beberapa menit tapi itu sudah menjadi sebuah kebutuhan baginya.
Tak peduli bagaimana para hyungnya mencercanya dengan berbagai petuah bahwa tak seharusnya ia bertingkah seperti itu.
Gadis ini, gadis yang jatuh pingsan di sebuah trotoar yang sering ia lewati setiap ia melatih kebugaran fisiknya. Dia coba untuk menepuk pipi gadis itu, mencari kesadaran yang mungkin masih tersisa. Kelopaknya terbuka, mata gadis itu menatapnya lelah dengan senyum. Terimakasih, ucapan itu keluar dari mulut sang gadis. Padahal dia tidak melakukan sesuatu untuk gadis itu. Tidak ada. Tapi justru ucapan itulah yang pada akhirnya membuat dia melakukan sesuatu untuk gadis itu. Membawanya ke rumah sakit dan… mecintainya.
Mencintai sebuah kebisuan yang gadis itu sisakan saat dia koma dan tak bangun hampir 3 bulan lebih. Gila bukan? Mencintai sebuah kealfaan yang nyata. Tapi apakah sebuah kata cinta pernah mengenal ketiadaan? Tidak! Cinta tak pernah mengenal itu. Dan pria itu mengalaminya.
Satu dua tetes air mata kadang mengalir dari kelopak mata yang tertutup itu. Lirihan ucapan pria itu yang mungkin membuatnya meneteskan air mata. Lirihan tentang gejolak perasaan yang mendesak untuk di ketahui dan dibalas. Tapi apakah untuk sekedar mendengar gadis ini tak bisa? Hanya itu yang pria itu harapkan. Dan, gadis itu mendengar isi hatinya.
Girl’s side
Sesekali wajah itu tersenyum menyapa gadis itu dan melambai ke arahnya. Dia tersenyum dan hendak berlari mendekat menghampiri sepemilik senyum manis itu. Tapi kakinya seperti terikat dan seperti akan membentur sebuah batas. Lama – lama pria itu menghilang, jauh, dan semakin menjauh dari pandangannya. Akhirnya hanya wajah itu yang bisa ia ingat. Menikmati setiap unsur di wajah itu. Dan dia ingat siapa pria itu, dia, pria yang menyadarkannya yang menerima ucapan terima kasihnya sebelum dia sampai di tempat ini.
Dia tersenyum lemah karena sebuah perasaan membuncah tiba – tiba di jantungnya. Begitu cepat hingga sulit baginya untuk bernafas dengan normal. Bagaimana mungkin, dia, pria itu bisa membuatnya merasakan perasaan ini begitu cepat. Setelah pertemuan itu, setelah tatapan yang hanya berdurasi beberapa detik. Ini terlalu mengada – ada. Tapi itu yang kini ia rasakan.
Dan sekarang dia harus bagaimana? Bagaimana caranya untuk mengutarakan perasaan ini? Bahkan untuk sekedar melihat wajah pria itu saja adalah sebuah mimpi baginya. Kemana dia harus mengatakan perasaan ini, mencurahkannnya supaya tak ada lagi sesak yang menderanya.
Tapi sekarang perasaan itu seperti bertambah, lebih kepada perasaan kasihan dan ingin menyembuhkan sebuah rasa sesak yang juga ia rasakan. Tapi sama saja, dia tak bisa berbuat apa – apa, hanya merenggut pakaian di atas dada kirinya, tempat jantungnya bertahta. Dia menangis, sakit dan sesak.
Waktu mempertemukan kita
Di suatu tempat yang tak terduga
Dengan cara yang tak biasa
Apakah ini takdir?
Atau hanya sebuah kisah yang akan kita lupakan?
Malam itu dia mencoba menghangatkan telapak kanan gadis itu, menggenggam dan menciumi punggung tangan itu. Aneh bukan? Pria itu tidak segan untuk bersentuhan dengan gadis yang dia sendiri tidak tahu siapa, keluarganya dan siapa gadis ini sebenarnya. Belum ada pernyataan bahwa gadis itu miliknya, tapi gejolak itu terlalu kuat untuk sekedar dipungkiri.
Batas putih itu dilewatinya bersama sebuah genggaman hangat penuh gejolak yang juga gadis itu rasakan, dia tersenyum. Melewati batas itu dan menikmatinya dengan mata tertutup. Seakan – akan perasaan itu bisa dilihat dengan bentuk yang padat. Tapi yang ada gejolak itu makin besar ia rasakan. Gejolak yang berasal dari tangan besar seorang pria yang waktu itu menyapanya. Dia membuka matanya perlahan melihat pria itu dengan wajah kuyu yang tampan. Menggengam tangannya. Dan perasaan itu meletup – letup.
Keduanya tersenyum karena sebuah perasaan yang begitu besar di dada mereka. Pria itu menciumi kening sang gadis. Rasa syukur dan bahagia menjadi alasan kenapa kecupan itu mendarat. Sang gadis hanya tersenyum lalu berterimakasih. Kali ini, untuk sesuatu yang memang pria itu lakukan.
Aneh memang mencintai dalam kebisuan
Tapi bukankah itu sebuah ciri cinta
Aneh dan tak terduga
Di manapun dan kapanpun
Dia bisa menaklukkannya
Tak perlu tekanan dan tak pula rayuan
Dia hanya sebuah rasa yang datang karena takdir Tuhan
1 Januari 2012
..:megiannisa:..
Untuk yang nggak suka ff borongan tanpa dialog ini saya minta maafnya, keburu bosen ya? But yeah, waktu itu memang lagi dilanda malas berkepanjangan, peralihan tahun yang sepi banget dan lembab banget, jadi ini ff atmosfernya jadi ikutan gelap – gelap sendu gitu.
Lihat tanggalnyakan? Iya, ini file lama dan saya udah kirim yang tokohnya saya gambarkan adalah si leadernya Shinee dengan judul The laugh of Us, karena seri pertama udah dikirim dan kalau yang empat lagi saya kirim perjudul itu bakal menghabiskan tenaga admin aja jadi saya gabung jadi satu. Gimana? Suka?
Terimakasih banyak atas waktu yang dihabiskan untuk membaca fanfiction kelam ini. Semoga ada ilmu yang didapat dan yang lagi sendu semoga nggak ikut – ikutan sendu karena ff ini. Lebih baik menulis atau membaca sesuatu yang memberi manfaat dari pada sendu – senduan *CeramahMeg? *Mamah Dedehnya kumat.
Terimakasih untuk komen dan saran yang akan diberikan. Saya suka kalau Oxygens udah ngasih kritikan apa kekurangan tulisan saya dan mengkoreksinya, komen itu adalah bagian yang selalu saya ingat ketika menulis karya baru. Terimakasih untuk kesediaannya juga ilmunya.
Untuk likenya juga, saya selalu aja lupa untuk bilang makasih untuk apresiasi Oxygen yang satu ini.
©2011 SF3SI, Freelance Author.
Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.
This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction
Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!
finally.. perasaan udah lm banget sejak trakhir baca karyanya megian..
bgs sih.. tp, y itu td,gak ada dialog.. butuh konsentrasi yg cukup menguras buat ngertiin..
Iya udah lama banget aku nggak ngirim kesini.
Soal dialog, sempat kepikiran mau bikin beberapa kalimat, tp mnurut selera aku, lebih baik enggak, walupun pada akhirnya aku setuju sama pendapat kamu *labil.
Tapi makasih ya
Dalam banget.
Makasih Rinss^
Feelnya dapet banget :’) aku suka :3
Ditunggu karya lainnya ya,;)
Mudahan lancar urusan, ide, dan juga jari – jarinya, biar bisa melahirkan karya berikutnya. Makasih Yongi_jjong~
keren banget nih, udah lama ga baca ffnya megian, woah tp msh meraba2 sm bbrp tokoh man-nya, yg udah jelas sih minho sm taemin, am i rite? 😉
Yess u r rite, Mahda! :B
Untuk beberap emang gak terlalu jelas sih, apalgi Key, dia paling burem ciri cirinya disini *ehmaafyabang. Efek kalo nulis di hari burem emang gini *alasanloMeg!
Makasih ya Mahda~
Whoaaa daebak daebak~
Makasih makasih Jinkisseu~