Must I?
Main Cast : Kim Kibum| Lee Hana (OC)
Length : Ficlet
Genre : romance
Rating : General
Sudah satu minggu sejak aku meninggalkan kamar ini. Rindu sekali. Namun seperti dugaanku, ruangan yang didominasi warna kuning dan merah muda ini sudah penuh dengan debu. Sepertinya adikku tak benar-benar membersihkannya selama aku ke luar kota seminggu penuh lalu untuk ikut pelatihan. Dan aku terlalu lelah untuk mengomel hari ini. Tubuhku masih remuk redam.
“Mana oleh-olehnya, eonni?” Hyemi, adikku yang sok polos ini malah bertanya. Aku hanya dapat memutar bola mata dengan malas sambil menjawab, “Aku tidak punya waktu berbelanja. Pulang dengan utuh saja sudah bagus.”
“Separah itu?”
“Oh, tolonglah Hyemi-ya. Aku terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan konyolmu.”
“Oke, baiklah.”
Akhirnya Hyemi menyerah dan bergegas menjauh walau dengan decakan. Aku sendiri mencibir pelan sambil menarik bantal mendekat. Aku lelah, sangat. Tuhan, berikan aku istirahat yang cukup…
Tak kusangka aku menghabiskan waktu yang cukup lama untuk istirahat. Yah, tidak heran juga mengingat lebih dari seminggu aku kekurangan waktu tidur yang cukup kronis. Namun sialnya aku baru ingat bahwa mulai besok aku harus ikut proyek penelitian bersama senior-seniorku. Akh, Tuhan… Bunuh saja aku! Baiklah, aku mulai bertingkah berlebihan.
Kulirik ponselku. Tak ada pesan ataupun telpon darinya. Ya, si mata empat yang biasanya mencekokiku dengan kalimat cerewetnya yang membangun. Kangen juga. Padahal ia masih sempat merecokiku saat aku masih dalam masa pelatihan. Masa ia tidak ingat kalau sejak kemarin aku sudah kembali ke Seoul? Tidak ada ucapan selamat datang untukku?
Baiklah, aku terlalu berharap banyak.
Namun harapanku seakan bersambut saat ponsel putih di tanganku bergetar. Pesan darinya. Astaga! Tuhan, kalau Kau begitu pedulinya mengabulkan tiap permohonanku, tolong jangan kabulkan keinginan matiku tadi.
Oke, aku terlalu berlebihan. Lagi.
Kubuka pesan darinya. Nama Kim Kibum tertera di kolom pengirim dan senyum sudah mampu menghiasi bibirku saat melihatnya. Mengingat sosok yang tak dapat kulihat seminggu belakangan ini membuatku amat rindu.
‘Telpon aku kalau kau punya waktu.’
Bukankah biasanya ia yang tak punya waktu karena terlalu sibuk? Tapi ya sudahlah. Dalam hitungan detik ponselku sudah mengeluarkan bunyi nada tunggu dan tiga detik berikutnya panggilanku ia angkat.
“Yeobseo?“
“Yeobseo, ada apa sunbae?”
“Mmm.. Tidak apa. Tidak kukira kau akan menelponku secepat ini.”
Tuhan, aku sangat merindukan laki-laki bersuara tenor ini. Dan kenapa suaranya harus terdengar lebih berat saat ini? Membuatku mencair di tempat saja. Aku hanya bisa tertawa cengengesan menjawab ucapannya dan kembali menanyakan keperluan awalnya saat otakku bisa kembali berfikir lurus.
“Aku akan ke Busan Senin ini,” ucapnya bagaikan halilintar yang menyambar hariku. Sial, ini hari Minggu. Berarti besok? Dan aku baru tahu sekarang?!
“Untuk apa?” tanyaku menyamarkan getaran dalam suara.
“Proposal penelitian Jinki hyung lulus seleksi dan ia harus melakukan presentasi untuk meyakinkan pihak pendana. Aku dan Jonghyun hyung akan menemaninya untuk memberi semangat,” jelas Kibum santai, “kau ingatkan kalau proposal kami berdua tidak lulus seleksi awal?”
“Ya…,” sahutku. Agak sebal bercampur sedih sebenarnya. Namun di sisi lain aku sangat bangga dengan Jinki sunbae, berhubung aku juga salah satu anggota timnya.
“Tapi aku masih akan datang ke kampus besok pagi. Toh pesawatku berangkat malam,” ucapnya cepat, seakan mengoreksi kalimatnya sendiri. Aku menggumam pelan, tak tahu lagi harus merespon seperti apa.
“Jadi…kapan kau pulang, Na? Kau bisa datang besok pagi?”
DEG
Hey, apa dia memikirkanku? Nadanya terdengar gundah dan gugup. Hal ini memancing senyumku. Setengah tertawa aku menyahut tanyanya, “Ya, senin nanti aku ke kampus, sunbae. Lagi pula aku sudah pulang sejak Sabtu kemarin.”
“HAH?! Kau sudah pulang??! Kenapa tidak mengabariku??!!”
Baiklah, tak kusangka responnya sehisteris ini.
Eee.. Bagaimana menjawabnya? Aku pikir tidak mungkin aku mengabari hal itu lagi karena aku sudah bilang perihal ‘satu minggu’ padanya. Lagi pula aku siapa? Kami tidak punya keterikatan hubungan selain senior-junior yang sering mengerjakan proyek bersama.
“Memangnya harus, ya?” tanggapku spontan. Hanya kalimat itu yang muncul di otakku. Hening langsung membalut suasana di antara kami. Saat menyadari kecanggungan yang tercipta ini, aku langsung menyambung, “kan aku sudah bilang padamu sebelumnya, sunbae.”
“Ta..tapi… Kukira kau selesai hari Minggu ini, karena yang berputar di kepalaku hanya kata ‘satu minggu’. Jadi…”
Baiklah dia speechless. Aku juga speechless. Jadi harus bagaimana? Suasana semakin canggung karena aku tidak tahu kalau setidaknya aku harus mengabarinya tentang kepulanganku. Tunggu, memangnya untuk apa? Memangnya benar-benar harus mengabarinya, ya?
-Fin-
9.34 a.m.
June 1st 2014
©2011 SF3SI, Bella Jo
Officially written by Bella Jo, claimed with her signature. Registered and protected.
This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction
Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!
udah?
Iya. Kamu harus mengabarinya soalnya dia menaruh hati wkwkwk
Aku…
Bingung:|
selalu seperti itu hahahaha manis lain kali lebih kan perhatianmu padanya Bummie eum…
Apa ini??? Gak ngerti… Ini beneran end? Loh…
errr, jadi ini ceritanya belum pacaran gitukah? e_e
gantunggg
AAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKK *cekek diri sendiri*
Aiiiihhh itu orang berdua kok lucu amat sih. GEMES IH. Sumpah. IH!!! Gereget tau gak sih kak. Sumpah gak bisa berhenti ketawa bayangin mukanya si Kibum. KYAAAAAHHH
Nice-nice, aku tunggu yang lainnnn XD
kok kayaknya ini pengalaman pribadi ya? bheheh xD
hm kalo gitu berarti kibumnya ngerasa hana spesial tuh jadinya hana emang mesti ngabariin /toel hana(?) wkwk