The Cruel Marriage – Part 11

tcmII

Title : The Cruel Marriage

Author: Chinchi a.k.a Kim Sujin + ReeneReenePott

Cast:

  • Choi Minho
  • Jung Soojung
  • Choi Younghyeon (covered by Shanon William)
  • Bae Suzy

Minor cast:

  • Shim Syerin (OC)
  • Kim Heechul
  • Kim Soohyun
  • (Other still hidden in the story)

Genre: Romance, AU, sad, a little bit fantasy.

Rating: PG-16

Length: Sequel

Disclaimer: The story pure belonged to me, but all of the casts belong to themselves. Don’t be a plagiator or reblog my fanfic without permission–chinchi–

RESPONSE PLEASE and HAPPY READING!!

TRAGEDY 11

Heechul baru saja menyandarkan punggungnya yang penat ke sandaran kursi di ruang kerjanya. Yah, di samping seorang pemilik galeri, dia juga seorang seniman. Dan terkadang pekerjaan seorang seniman juga sama melelahkannya dengan pekerjaan lain yang kelihatannya lebih berat. Patung yang sedang ia kerjakan memang belum selesai, namun setelah melihat hasil pekerjaan beberapa muridnya dia langsung merasa stress. Mereka butuh banyak latihan untuk memahat, batinnya. Kira-kira berapa banyak kayu yang mereka butuhkan supaya pahatan mereka bisa masuk galeri?

Mengusir pikiran itu, Heechul akhirnya menegakkan punggungnya dan mulai memeriksa meja kerjanya. Ada beberapa tagihan, undangan dari bank, dan satu surat yang tak pernah ia lihat. Melihat pengirimnya, ia langsung melempar surat yang lain kembali ke meja dan menyobek ujung amplop yang sedang di pegangnya. Heechul mengeluarkan isi amplop itu dengan cepat, mendapati selembar kertas yang dilipat yang ternyata berisi surat tulisan tangan.

Dear, Heechul-ah.

Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan padamu, atau apa yang harus kutulis untuk membuka surat ini. Memang agak kuno karena masih menulis surat seperti ini, tapi aku tidak berani untuk menelponmu apalagi mengatakannya langsung padamu. Pertama, terimakasih atas semua perhatian yang kau berikan padaku selama ini. Aku sangat menghargainya, aku tahu kau sayang padaku dan aku juga sayang padamu.

Tapi aku tidak bisa membalas perasaanmu itu. Aku menyayangimu seperti sahabatku sendiri. Aku tidak mau mengecewakanmu dan mencoba untuk membuka hatiku padamu tapi aku tetap tak bisa. Aku rasa aku harus mengatakannya karena aku tak ingin kau semakin kecewa denganku.

Lalu, aku berangkat ke Washington hari ini. Mungkin ketika kau membaca ini aku sudah sampai di sana. Aku harus mengurus segala sesuatunya terlebih dahulu di DC karena aku akan melanjutkan S2 ku di California. Aku memang tidak memberitahumu karena… yah, kepergianku juga mendadak. Aku dipaksa pergi oleh Tuan Jung karena usahaku mengembalikan ingatan Soojung. Maafkan aku untuk hal itu.

Karena itu, Heechul-ah, lupakan aku. Terimakasih atas semua kebaikanmu selama ini padaku, meski aku tak yakin bisa membalasnya dengan setimpal. Selamat tinggal.

Salam sayang,

Shin Syerin.

Heechul hanya memandang kertas itu dengan pandangan kosong setelah selesai membacanya. Batinnya berkecamuk sekarang, ia syok, kecewa, marah, entah apalagi. Bagaimana bisa Syerin berbuat seperti ini padanya? Ia sudah memberikan segalanya, SEGALANYA, untuk wanita itu. Awalnya ia bisa memaklumi kalau wanita itu ingin fokus pada Krystal karena ia juga tahu apa yang membuat ambisi Syerin sebesar itu. Tapi tidak dengan…

Astaga, Heechul tidak mempercayai ini.

Benarkan Syerin sama sekali tidak memiliki secuil perasaan untuknya? Untuk pria yang sudah tiga tahun belakangan ini mengejarnya, mengorbankan diri menjadi sandaran setiap wanita itu butuh teman, menghibur wanita itu disaat-saat tersulitnya, benarkah Syerin tidak dalam membalas semua itu sebagaimana yang diinginkannya?

Benarkah ia hanya sebatas teman untuk Syerin?

Benarkah setelah semua yang telah dilakukannya pada Syerin, wanita itu tetap tidak bisa melihatnya, sebagai seorang lelaki?
Heechul meremas tangannya yang masih menggengam surat dari Syerin, buku-buku tangannya mengepal erat hingga memutih. “ARGH!” Heechul meninju mejanya kuat-kuat hingga ia mendapat rasa sakit yang diinginkannya. Tapi tangannya mati rasa.

Ingin sekali Heechul menghargai perasaan wanita itu. Ia sudah berkata pada dirinya sendiri, ia akan menerima semua keputusan Syerin nanti. Tapi ia tidak tahu akan seperti ini.

Ia tidak menyangka rasanya akan sesakit ini.

__

Krystal hanya diam saja ketika Jessica menuntunnya masuk ke mobil dan membawanya kembali ke rumah Tuan Choi. Sedari tadi tatapannya jatuh lurus ke depan, seperti tidak ingin memikirkan apa-apa sekarang. “Krys? Hari ini kau tidak usah masuk ke kantor ya, kau istirahat saja di rumah,” ujar Jessica tanpa menatap Krystal, ia menjemput wanita itu pagi-pagi dari rumah sakit setelah semalam menginap.

Krystal mengedipkan matanya lalu menoleh menatap Jessica, dan sedetik kemudian ia kembali memandang lurus ke depan. “Tidak, unnie. Aku akan pulang, mandi, ganti baju dan langsung ke kantor. Bilang saja kalau aku sedikit telat karena tidak enak badan,”

Mendengarnya, Jessica yang sedang fokus menyetir mengerutkan keningnya. Ia tidak menyukai gagasan itu, “Kalau kau tidak enak badan bukankah seharusnya kau istirahat saja? Aku akan bilang ke Nara untuk mengatur ulang jadwalmu hari ini, jadi kau bisa istirahat. Sudahlah, jangan banyak membantah,”

“Aku ada pertemuan penting hari ini. Lagipula, aku hanya sedikit lemas. Kalau aku makan dan mandi, aku sudah segar lagi. Aku tidak mau menelantarkan pekerjaan yang bisa kuselesaikan hari ini,” balas Krystal keras kepala. Dia tidak ingin menghabiskan banyak waktu di rumah itu. “Dan aku harus mengecek laporan finansial dari bagian pemasaran, deadline nya sudah kujatuhkan hari ini,”

Jessica menggigit bagian dalam mulutnya, nampak berpikir sejenak sebelum berkata, “Bagaimana kalau perkerjaanmu dibawa pulang? Kalau kau terlalu lelah kondisimu juga bisa drop. Bukankah kemarin kau itu sibuk-sibuknya?”

“Tapi unnie—“

“Tidak ada tapi-tapi,”

“Aku akan mati kebosanan di sana!” pekik Krystal kesal. “Aku ke kantor supaya ada hal yang bisa mengalihkan perhatianku. Pikiranku penuh akhir-akhir ini,” lanjutnya. Jessica hanya bisa menghembuskan napas keras dan akhirnya mengalah.

“Baiklah, baiklah. Jangan lupa telepon haraboeji, dia sangat khawatir mendengarmu masuk rumah sakit,”

Mata Krystal membelalak. “Unnie memberitahu haraboji? Astaga,” geramnya kesal lalu menghentakkan kepalanya ke sandaran jok mobil. “Dia pasti akan ngomel-ngomel, menanyakan ini-itu, padahal aku baik-baik saja dan aku sudah bukan remaja lagi,”

Haraboeji khawatir, dia sangat sayang padamu, kan?” tegur Jessica lembut sambil mengulum senyum. Dia senang mendengar Krystal yang cerewet seperti ini. Krystal tidak menjawab.

Jika ia benar-benar sayang padaku, ia harusnya tidak membuatku menyusun rencana untuk menghancurkan keluargaku sendiri!

Krystal menatap Suzy dengan bingung lalu mengedipkan matanya. “Ya, aku Jung Soojung. Bagaimana kau tahu namaku?” ia merasa pernah melihat wanita ini… “Bae Suzy?”

“Kau sudah ingat,” gumam Suzy sambil terus menatap Krystal yang mengerutkan keningnya. “Kau harusnya tidak lupa bagaimana kau dipanggil Krystal Yoon sekarang, Soojung-ah,” ujarnya sambil menarik kursi dan duduk di dekat ranjang Krystal.

Krystal memejamkan matanya, lalu kembali menatap Suzy dengan mata menyipit. “Bagaimana kau tahu aku Soojung, Suzy-ssi?” tanyanya dingin, perlahan menyandarkan punggungnya ke bantal yang berdiri di kepala ranjang. “Sejak kapan kau tahu?”

“Sejak aku melihatmu menatap Younghyeon seperti seorang ibu memandang anaknya,” sahut Suzy lirih namun tetap menatap Krystal lurus. “Aku mengumpulkan fakta tentangmu, yang mengaitkanmu dengan Jung Soomin,”

Krystal tidak merubah cara memandangnya pada Suzy, namun ia jelas kaget ketika Suzy menyebut nama Soomin. “Kenapa kau ingin tahu tentangku dan saudara kembarku?” tanpa sadar, mata Suzy sudah berkaca-kaca. Krystal heran kenapa Suzy bersikap seperti itu, namun ia tidak mau membuka mulutnya untuk bertanya.

“Nama asliku, Jung Sue Ji, bukan Bae Suzy. Aku anak adopsi ayahmu sampai mereka meninggal pada kecelakaan waktu Soomin unnie dan aku berumur tujuh tahun,” jawab Suzy lirih. “Aku merasa hanya kau dari keluarga adopsiku yang tersisa. Selama ini aku tinggal bersama Paman Jung, dan dia memintaku untuk menghancurkan keluarga Minho karena telah membunuh kedua orang tua dan saudari angkatku,”

Sekarang Krystal yang dikagetkan fakta. Ia menatap Suzy tidak percaya. “Kau… tidak mungkin,”

“Aku harus menikahi Minho untuk melancarkan siasat paman itu,” bisik Suzy sambil menunduk. “Setelah aku tahu kalau kau dan Minho tidak pernah bercerai, aku berusaha mendiskusikannya dengan Minho untuk membatalkan pernikahan kami. Aku tidak bisa, Soojung. Aku ingin menganggapmu sebagai pengganti Soomin unnie. Aku tidak mungkin menikahi suamimu,”

“Suzy-ah…” bisik Krystal tak percaya. Wanita yang biasanya memandangnya dengan sorot menghakimi, yang akhir-akhir ini selalu memandangnya dengan raut tak terbaca… sekarang Krystal baru mengerti. Tangannya terulur menggenggam tangan Suzy yang terkulai di atas ranjangnya. “Setidaknya aku tahu kau pernah berhubungan dengan kakakku,”

“Aku tahu kau menderita karena perbuatan Tiffany Choi, kan? Soojung-ah, bisa aku minta sesuatu darimu?” ujar Suzy tiba-tiba, membuat Krystal merenyit bingung.

“Apa?”

“Bisakah kau berpura-pura belum mengingat apa-apa sampai hari pernikahanku? Aku ingin membalas wanita tua itu diharinya, karena aku jelas hanya bisa membatalkannya saat hari itu,” pinta Suzy dengan suara bergetar, seperti menahan tangis. “Pernikahannya masih lima hari lagi, jadi… kau masih bisa mendekati Minho lagi,” Tubuh Krystal membeku. “Aku tahu kau sangat mencintainya. Aku tidak bisa menjadi penghalang diantara kalian. Setelah aku kabur dihari pernikahan itu, aku akan mengatakan yang sebenarnya,”

“Suzy-ah, bagaimana dengan haraboeji? Younghyeon juga pasti tidak akan percaya kalau aku ini ibu kandungnya. Dia pasti akan membenciku karena meninggalkannya. Dia pasti akan makin membenciku jika mengetahui maksudku untuk memisahkannya dari ayahnya,” jawab Krystal lirih.

“Jadi apa yang akan kau lakukan?” tanya Suzy akhirnya. Krystal menerawang sejenak, sebelum menoleh menatap Suzy lagi.

“Tetap pada tujuan awal. Aku akan membalas apa yang kurasakan pada Nyonya Choi. Semua orang bilang Jung Soojung sudah mati, ya, dia sudah mati. Dia hanya menunggu waktu untuk kembali,” ujarnya penuh kepastian. “Aku rasa tidak ada yang bisa diharapkan dari pernikahanku lagi. Minho dan Younghyeon pasti membenciku. Jadi, setidaknya aku bisa membalas rasa sakitku tanpa memikirkan mereka,”

Bahu Suzy turun mendengar nada sedih dari kata-kata Krystal. “Kau bisa percaya padaku, Soojung-ah. Kau bisa menganggapku saudaramu, kalau kau mau,” ujarnya sambil mengulas senyum, tangannya terangkat mengelus pundak Krystal yang terlihat rapuh. “Kalau kau butuh tempat cerita, aku bersedia menemanimu,”

Krystal menatap Suzy dengan seribu tatapan terimakasih. Ia lalu menarik Suzy dan memeluknya erat. “Gamsahamnida, Suzy-ah,”

__

Minho baru saja bersiap-siap berangkat dari kantornya, ia hendak keluar dan turun ke lobi ketika supir pribadinya menelepon dan mengatakan kalau Younghyeon meminta untuk tidak dijemput hari ini. Apa maksudnya?! “Lalu siapa yang akan menjemput putriku?!”

“Err.. anu, kata Nona Muda, dia mau dijemput sama Nona Krystal,” supirnya menjawab takut-takut ketika mendengar nada majikannya yang mulai meninggi.

Mata Minho langsung melotot. Krystal? Oh, dia tidak suka ini. Dia tidak suka melihat kedekatan putrinya dengan wanita yang mirip persis dengan mantan istrinya itu. Pokoknya mereka tidak boleh terlalu dekat… “Siapkan saja mobilnya,”

“Tapi Tuan… Nona Muda bisa marah-marah bahkan ngambek…”

“Siapkan saja mobilnya! Saya akan menyetir sendiri,”

“B-baik Tuan…”

Minho menutup ponselnya lalu menghembuskan napas panjang. Beberapa menit kemudian, ia sudah meluncur di jalan dengan mobilnya, berkendara dengan cepat menuju sekolah Younghyeon. Heran, kenapa akhir-akhir ini anak itu semakin lengket dengan Krystal, sih? Apa karena Krystal mirip Soojung maka mereka punya beberapa sifat yang sama? Minho mendesah frustasi memikirkan kalau-kalau nanti Younghyeon lebih memilih bersama Krystal daripada bersama Suzy, calon ibunya.

Baru saja Minho membelokkan mobilnya ke perempatan tempat sekolah dasar Younghyeon, buku jarinya sudah menegang ketika melihat mobil yang dikenalinya sebagai mobil Krystal sudah terparkir manis di area parkir. Krystal ini benar-benar menyayangi anaknya, kah? Setelah ikut memarkirkan mobilnya tak jauh dari mobil Krystal, Minho turun dan bergegas masuk ke gerbang. Tubuhya membeku ketika melihat Krystal menggandeng tangan Younghyeon lembut dan tertawa bersama gadis cilik itu. Mereka tampak bahagia sekali. Tapi ada yang aneh, Krystal menatap Younghyeon seakan-akan Younghyeon adalah seorang yang paling berharga baginya…

Daddy!” pekik Younghyeon sambil tersenyum lebar ketika menangkap sosok ayahnya yang berdiri di depan gerbang. Awalnya dia ingin seharian jalan-jalan dengan Krystal unnie tapi… tak apalah. Jika ada ayahnya, ia merasa sedang jalan-jalan dengan kedua orangtuanya.

Minho tersadar dari pikirannya tentang Krystal dan langsung tersenyum lebar, berjongkok dan merentangkan tangannya menyambut hamburan pelukan Younghyeon.“Daddy dengar kau tidak mau dijemput Daddy, ya?! Princess Daddy sekarang lebih memilih Krystal unnie daripada Daddy?” tanya Minho sambil mencubit hidung Younghyeon gemas. Younghyeon terkikik, berusaha melepas tangan ayahnya yang mencubit hidungnya tanpa ampun.

Noo~! Aku hanya ingin jalan-jalan dengan Krystal unnie saja, memang tidak boleh?” jawab Younghyeon lucu sambil mengerutkan keningnya, lalu melirik memastikan Krystal tidak meninggalkannya. Untung saja Krystal masih berdiri tak jauh dari mereka berdua. “Girls only, Daddy~~~~

Minho mengerutkan keningnya dan mencubit pipi tembam putrinya sayang. “Kamu terlalu kecil untuk jalan-jalan girls only seperti itu sayang,” Minho berusaha menahan gelak tawanya melihat ekspresi cemberut Younghyeon yang entah kenapa terlihat sangat lucu.

Daddy, ayolaaaah, aku ingin jalan-jalan dengan Krys unnie. Janji deh, nanti bawa oleh-oleh untuk Daddy!” rengek Younghyeon memelas, dan Minho pun akhirnya jadi tidak tega.

“Besok ada PR, atau ulangan?” interogasi Minho terlebih dahulu. Younghyeon menggeleng dengan tegas.

“Krys unnie juga tidak mau mengajakku jalan-jalan kalau besok aku ulangan,” ujarnya polos. “Ayolaaaaaah, bukankah aku selalu menepati janji? Nanti Daddy boleh minta oleh-oleh apa saja, ya? Ya? Ya?”

Minho menghembuskan napas sambil menatap putrinya. “Boleh, asal dengan satu syarat,”

“Benarkah? Apa syaratnya?” pekik Younghyeon senang, hampir memeluk ayahnya lagi.

Daddy juga ikut,”

Younghyeon perlahan menatap ayahnya dengan raut wajah serius yang lucu. “Daddy juga ikut? Hmm… boleh deh!” putusnya riang lalu berlari menghambur ke arah Krystal. “Unnieeee~! Daddy ikut juga nggak apa-apa ya?”

__

Tubuh Krystal membeku mendengar permintaan Younghyeon. Minho juga ikut? Aduh bagaimana ini? Dia akan jalan-jalan dengan suami dan anaknya… astaga. Bagaimana dia bersikap di depan Minho nanti? Di depan pria yang sangat dicintainya itu? Akhirnya Krystal tersenyum kaku dan berusaha merilekskan tubuhnya dengan mengacak rambut Younghyeon. “Tentu saja, Hyeon-ah.”

Younghyeon tersenyum senang lalu berlari menuju mobil ayahnya. Krystal menghela napas, merasa sakit setiap melihat dua orang yang paling berharga dalam hidupnya itu seperti tak mengenalnya. Ibu mana yang tidak sakit saat anaknya hanya memanggilnya ‘kakak’ atau ‘tante’? Ibu mana yang tahan tidak menangis melihat anaknya tidak mengenalinya sama sekali? Tanpa sadar Krystal masih mematung di tempatnya berdiri sebelum Younghyeon emnjulurkan kepalanya kembali dari pintu mobil.

Unnie~! Naik mobil Daddy saja ya? Ayo ayo!” panggil Younghyeon riang. Menghembuskan napas sekali lagi, Krystal melangkah mendekati mobil Minho.

“Hyeon-ah, unnie tak bisa meninggalkan mobil unnie di sini. Bagaimana kalau kita makan siang dulu? Hyeon lapar? Unnie akan telepon seseorang untuk membawa mobil unnie sehabis makan siang,” ujar Krystal smabil tetap menjaga espresi wajahnya. Sedari tadi ia menghindari tatapan Minho atau segala bentuk rupanya. Ia takut ia tak dapat membendung rindunya lagi.

“Hm, Krystal unnie benar sayang. Kita makan siang dulu? Nanti Krys unnie bisa bergabung dengan kita sehabis makan siang,” timpal Minho setuju. Krystal menggigit dinding sebelah dalam mulutnya, ‘kita’? Hei, yang punya acara kan dia dan Younghyeon, kenapa Minho jadi ikutan ambil bagian?

“Baiklah, nanti kita ketemu pas makan siang ya unnie, dadah~!”

Krystal hanya bisa menatap Younghyeon yang menutup pintu mobilnya dan memaksakan kakinya melangkah ke mobilnya sendiri. Dan benar, ia mengikuti mobil Minho yang berjalan duluan di depannya, konfoy berdua menuju ke sebuah restoran Itali kesukaan Younghyeon yang Krystal baru tahu. Mereka akhirnya makan bertiga dengan situasi canggung diantara Minho-Krystal, sementara Younghyeon yang terlalu polos tidak menyadari ada tembok pembatas setebal beton diantara kedua orang dewasa yang duduk di hadapannya itu.

“Aku lebih senang kalau Krys unnie yang menikah dengan Daddy dibanding Suzy ahjumma,” celetuk Younghyeon tiba-tiba membuat Krystal dan Minho menjatuhkan pandangan ke gadis cilik itu, yang sepertinya tidak menyadari pandangan yang dilemparkan padanyadan terus menggeluti pasta dihadapannya dengan tekun.

“Kau tidak boleh berkata seperti itu, Nona Kecil,” sahut Minho dingin. Younghyeon membungkam mulutnya menyadari nada dingin ayahnya, dan berganti menggumam.

“Setidaknya itu pendapatku,”

“Kapan-kapan kita main sama Suzy unnie juga, mau?” tawar Krystal tiba-tiba. “Hyeon tidak tahu sifat asli Suzy unnie, kan? Nanti kita jalan-jalan dengannya,” lanjut Krystal sambil mencubit pipi Younghyeon yang menggembung tak suka. Tanpa sadar kata-katanya itu mengundang tatapan curiga dari Minho.

“Sejak kapan kau dekat dengan Suzy?” cetus Minho spontan membuat Krystal refleks mengangkat tangannya dari pipi Younghyeon. Dan ternyata, pernyataan pria itu juga mendapat respon setuju dari anaknya.

“Kurasa unnie salah makan sampai bilang Suzy ahjumma itu orang yang menyenangkan,” celetuk Younghyeon asal sambil menyeruput milkshake strawberry-nya rakus.

Krystal tergagap. “Hey, aku tidak bilang aku dekat dengan Suzy,” sahutnya penuh keraguan. “Aku hanya berpendapat bahwa Suzy tidak semenyebalkan itu, sejauh yang kutahu,” tangannya kembali menyendok mushroom raviolli dihadapannya dan mengunyah pelan.

Unnie kan baru bertemu dengannya, bukan menghabiskan waktu dua tahun dengan ahjumma itu,” celetuk Younghyeon lagi dan baru saja akan disambit dengan tatapan tajam ayahnya kalau saja Krystal tidak gantian memberi tatapan membunuh pada Minho, mengisyaratkan pria itu untuk menahan amarahnya dan membungkam mulutnya.

Tunggu, tunggu sebentar. Minho kembali berperang batin.

Kenapa Krystal bertindak seperti singa betina yang melindungi anaknya? Apa ini?

“Jangan bicara begitu tentang Suzy unnie, Hyeon-ah. Sudah selesai makan? Kkaja, aku tahu beberapa toko bagus untuk di kunjungi,” ujar Krystal cepat seraya menghindari tatapan Minho yang gantian menancap padanya. Huh, apa nalurinya terlalu kuat ya?

Terang saja, tapi tolong berikan penjelasan padanya untuk tidak berbuat seperti itu jika seorang ibu telah berpisah dengan anaknya selama hampir sepuluh tahun. Terakhir kali ia melihat buah hatinya yang masih berupa bayi merah dan lemah, kini sudah berubah menjadi seorang gadis cilik yang menggemaskan. Ia tidak merasakan menggendongnya saat berumur sebulan, tiga bulan, enam bulan, sepuluh bulan, setahun dan seterusnya. Ia tidak melihat perkembangan bayinya yang belajar dari tengkurap hingga berjalan. Ia tidak tahu dan mendengar kata pertama yang diucapkan anaknya, dan tidak mengetahui berapa banyak langkah pertama kali saat putrinya belajar berjalan.

Ia tidak pernah mengganti popoknya, menyanyikan nina bobo untuk menidurkannya, menyuapinya, menyusuinya, ataupun mengajarinya kata dan berinteraksi dengannya. Ia tidak melihat putrinya di hari pertama masuk sekolah, ia juga tidak melihat siapa teman pertama putrinya di kelas. Ia juga tidak melihat putrinya yang bermain di daerah play ground bersama teman-temannya dengan rambut acak-acakan penuh dengan pasir dan keringat.

Unnie? Unnie? Kenapa melamun? Lihat! Aku menemukan teddy bear ini!” lamunan Krsytal buyar ketika merasakan tangan kecil Younghyeon menarik tangannya, menariknya kembali ke kenyataan. Mereka bertiga—Dia, Younghyeon dan Minho—kini sudah berada di toko pernak-pernik yang menjual berbagai macam bentuk dan ukuran teddy bear di sebuah mall. Katanya Younghyeon ingin memberikan sesuatu untuk temannya.

Krystal mencoba memfokuskan pada sebuah boneka beruang yang ditunjuk Younghyeon dan mengamatinya. “Kiyeowo, bonekanya laki-laki?”

Younghyeon mengangguk semangat sambil tersenyum lebar dan meraihnya. “Eoh! Aku ingin memberikan ini untuk Minhyuk, dia berulangtahun lusa, dan aku diundang ke pestanya. Apa dia akan menyukainya?”

Krystal nampak berpikir sejenak, “Apa Minhyuk suka boneka?” dengan tenang Younghyeon mengangkat kedua bahunya.

Molla. Pokoknya waktu Sunmi memberinya boneka Doraemon, Minhyuk nampak menyukainya,” papar Younghyeon sambil terus mengamati boneka di tangannya. “Atau dia hanya bersikap sopan? Molla molla. Boneka ini lucu, jadi aku mau ini saja!” dengan semangat Younghyeon membawa boneka itu ke kasir, disusul Krystal yang sudah membuka dompetnya, namun sebuah tangan menahannya.

“Aku yang bayar, Krystal-ssi,” suara Minho menginterupsi. Namun Krystal hanya tersenyum dan melepas tangan Minho yang mau-tak mau membuatnya gemetar.

“Tidak perlu. Anggap saja hadiah, kan aku yang mengajaknya ke sini,” ujar Krystal tenang sambil mengeluarkan kartu kreditnya. Sebelum Minho sempat membantah lagi, transaksi sudah selesai dan Younghyeon sudah tersenyum lebar menenteng plastik berisi boneka barunya.

“Habis ini kemana, unnie?” tanya Younghyeon sambil menyamai langkahnya dengan langkah Krystal dan Minho keluar dari toko boneka itu.

“Kita cari baju yuk? Gaun untuk upacara pernikahan ayahmu, yuk?” ajak Krystal namun ekspresi Younghyeon langsung berubah lagi. “Wae? Ada toko bagus untuk mencari gaun,”

“Baiklah, baiklah, kalau aku membantah lagi Daddy pasti cemberut lagi,”

__

Saat ini Suzy tak ingin mempercayai pemandangannya, tapi Krystal dan Minho sungguh-sungguh jalan berdua! Ia bersusah payah menyembunyikan seringainya namun seketika itu juga ia ingat sedang menemani Soohyun. Oh dear. Soohyun pasti tidak terima kalau pacarnya jalan dengan pria yang sebentar lagi jadi suami orang. Ups. Kita lihat nanti siapa yang akan jadi suami siapa.

Oke, oke, pasti bingung kenapa Suzy tiba-tiba bisa jalan bareng Soohyun. Ini memang aneh, dan agak membingungkan, karena Suzy sendiri juga bingung ketika Soohyun tiba-tiba menelponnya hanya untuk sekedar menemani pria itu jalan-jalan mencari kado untuk neneknya yang ada di Berlin. Karena, well, Soohyun sudah punya Krystal, yang ternyata sekarang sedang hang out dengan Minho dan Younghyeon. Suzy mengerti mengapa tadi Soohyun bilang kalau Krystal tidak bisa dihubungi sedari makan siang. Karena sekarang dia melihat tiga orang yang nampak bahagia seperti keluarga itu tengah berjalan keluar dari toko boneka.

Tunggu, Soohyun bisa tahu dan ngamuk di tempat kalau dia melihat apa yang sedang Krystal lakukan sekarang. Suzy memutar tubuhnya mencari Soohyun yang setahunya sedang memilih parfum. Ia hampir bernapas lega ketika menemukan sosok Soohyun yang sedang menggenggam sebotol parfum, namun ekspresinya langsung berubah melihat raut wajah Soohyun dan arah pandangnya. Oh tidak, Soohyun sudah melihatnya.

“Soohyun-ah, kau sudah menemukan parfum yang kau cari?” tanya Suzy sembari mendekat tiba-tiba untuk mengalihkan perhatian pria itu. “Apa nenekmu akan suka dengan itu?” tanya Suzy lagi berusaha mencarikan ekspresi Soohyun yang nampak setegang gelondongan kayu itu.

Soohyun mengalihkan matanya dan menatap Suzy tajam. “Kau tidak terganggu dengan itu?”

“Terganggu dengan apa?” tanya Suzy berusaha tidak terlihat panik. Masalahnya, kan dia yang meminta Krystal untuk jalan bareng Minho! Namun ia hanya bisa diam ketika Soohyun menunjuk arah Krystal-Minho berjalan dengan dagunya dan kembali menatap Suzy tajam.

“Calon suamimu jalan dengan wanita lain, kau tidak merasa terganggu?” tanya Soohyun lagi, mulai curiga. Memaksa Suzy untuk mengeluarkan kreativitas mengarangnya.

“Eung… Minho oppa sudah bilang kalau dia hari ini sedang menemani… temannya,” jawab Suzy santai. “Memangnya kenapa? Mereka juga nampak seperti jalan-jalan biasa,”

Rahang Soohyun mengeras mendengar sahutan Suzy. “Jalan-jalan biasa? Well, wanita itu pacarku, dan harusnya wanita itu tak sungkan meminta padaku jika butuh bantuan, bukan pada calon suami orang!”

Astaga, Suzy salah bicara. Matilah dia jika nanti pulang Soohyun kembali meledak pada Krystal. Sepertinya ia harus menyingkirkan Minho malam ini dari rumah, karena siapa yang tahu kalau Soohyun berani mendamprat Minho juga nantinya?
“Heii, jangan seperti itu. Aku dan Minho akan segera menikah, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkan hal seperti itu,”—yang seharusnya terjadi, sambungnya dalam hati. Suzy kembali menatap Soohyun dan parfum yang ternyata masih digenggamnya. “Jadi? Hadiah untuk nenekmu bagaimana? Kau pilih itu atau buku artefak tadi? Itu tujuanmu ke sini kan?”

Mau-tak mau Soohyun menghembuskan napas dan mengontrol emosinya. Bagaimanapun, Suzy juga ada benarnya. Dia kesini untuk mencari kado, bukan untuk memulai pertengkaran di tempat umum. “Kurasa buku tadi lebih cocok. Temani aku kembali ke toko buku tadi,” ujarnya dingin dan langsung berjalan keluar dari Body Shop yang sedang mereka singgahi. Suzy mengangkat kedua bahunya dan mengikuti Soohyun kembali ke toko buku.

“Baiklah, bukankah aku sudah melakukannya dari tadi?” gumam Suzy sambil tersenyum tipis. Untuk terakhir kalinya, ia mengerling pada sebuah toko baju yang seingatnya tadi dimasuki oleh Krystal dan Minho.

Sepertinya semua akan berjalan dengan sangaaaat lancar. Meskipun sepertinya akan ada beberapa hal terjadi, tapi tetap bisa dibilang lancar, kan?

__

“Tadi kau kemana saja, Yoon Krystal?” suara dingin Soohyun kembali terdengar menembus telinga Krystal yang sedang berdiri di depannya. Mereka berdua sedang berduaan di balkon lantai dua dengan Krystal yang sedang menggenggam mug berisi cokelat panas.

Kali terakhir Krystal mendengar suara dingin ini, baru saja kemarin, ketika Soohyun menuduhnya jatuh cinta pada Minho. Ha! Jatuh cinta. Aku sudah mencintainya dari berpuluh tahun lalu, sialan! “Aku ingin mengatakan beberapa hal padamu—“

“Tolong jawab dulu pertanyaanku, karena aku melihatmu tadi. Bisa?” potong Soohyun, membuat Krystal berjengit kaget. Soohyun? Dia melihatnya? “Kemana kau seharian ini?”

“Sebenarnya aku berniat untuk menemani Younghyeon jalan-jalan—“

“Hyeonnie? Anak Minho?”

Krystal mengangguk cepat dan melanjutkan, “—menemaninya membeli gaun untuk upacara pernikahan ayahnya. Aku tahu dia belum punya gaun yang oke. Jadi aku mengajaknya hari ini dan ternyata… ayahnya juga ikut.”

Krystal tahu hal ini aneh dari melihat kening Soohyun yang berkerut. “Kenapa kau perhatian sekali padanya?” selama sedetik Krystal kembali tersadar dan bingung dengan pertanyaan ini.

“Uhm, well, kau jadi bestman-nya, Suzy dan Minho jelas tidak, jadi karena aku dan Hyeon sama-sama penonton jadi kami punya nasib yang sama,” jawab Krystal ragu. “Dan aku tak mungkin mengajakmu, dia pasti menolak dan aku sudah janji padanya kalau ini akan jadi jalan-jalan girls only. Hanya saja, kau tahulah, ayah pasti tidak bisa ditolak—“

“Itu karena kau yang terlalu dekat dengan anak itu, Krys. Kau seperti ibunya saja, bahkan Suzy pun tidak begitu pada Younghyeon,” potong Soohyun dengan nada tidak suka yang kentara. “Gara-gara kau tak bisa kuhubungi, aku jadi mengajak Suzy untuk menemaniku. Kau tidak apa-apa dengan hal itu?”

Aku memang ibunya, Soohyun-ah. Krystal menghembuskan napas dan kembali menatap Soohyun. “Ini yang ingin kubicarakan, Soohyun-ah. Aku ingin membicarakan tentang kita,” sesaat kemudian Krystal merasa gugup dan bersalah. Ya ampun, haruskan ia mengatakannya? Kenapa dulu ia berkata bersedia dan memulai hubungan ini dengan Soohyun? Kenapa ia harus lupa ingatan yang menyebabkan dirinya sendiri terlibat dalam situasi yang sulit seperti ini?

Napas Soohyun seakan terhenti, ia tahu apa yang akan Krystal bicarakan selanjutnya. Tolong, jangan. Sungguh, ia tak ingin mendengarnya. Demi apapun, ia berharap tidak mendengar kata itu. Ia bersedia memberikan segalanya, untuk membuat kemungkinan Krystal tidak akan mengatakan hal yang ia bayangkan saat ini. Tidak bisakah Krystal tidak bersikap seperti ini padanya? Ia sudah menyadari wanita ini menarik semasa kuliah mereka di London, dan baru berusaha memilikinya tiga tahun kemudian. Tidak bisakah Krystal menyadari betapa seriusnya perasaannya terhadap wanita itu? Harus diapakan cincin bertahtakan berlian yang telah ia siapkan kehilangan pemiliknya?

“Kita tidak bisa terus bersama, Soohyun-ah. Aku bukan untukmu,” kata-kata yang keluar dari bibir Krystal terdengar seperti bisikan, namun Soohyun bisa mendengarnya dengan jelas dan berulang-ulang ia ingin menyadari bahwa ini semua hanya mimpi.

“Kuharap kau bercanda,”

“Tidak Soohyun, dengar. Aku tahu ini terdengar tidak masuk akal dengan kebersamaan kita, tapi aku baru menyadari kalau aku… tidak mencintaimu sedalam itu. Iya, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu tapi aku tidak cukup mencintaimu untuk melanjutkan hubungan ini, Kim Soohyun,” suara Krystal mulai bergetar saat ia meraih tangan Soohyun dan memaksa pria itu menatapnya.

“Apa ini karena Minho hyeong? For God’s sake he’s getting married!” suara Soohyun meninggi ketika ia menatap Krystal lagi.

“Soohyun-ah, kau tidak tahu apa-apa dengan masa laluku. Kau…” Krystal menarik napas untuk mengusir perasaan berat dan perih di matanya. “Kau pasti tahu kalau aku penderita amnesia saat aku masuk rumah sakit, iya kan?” Soohyun bungkam dan hanya menatap Krystal. “Aku kehilangan ingatanku sepuluh tahun lalu, dan aku sudah mengingatnya kembali. Aku… aku sudah menikah, Soohyun-ah. Kita tidak bisa bersama,”

Pundak Soohyun menurun, wajahnya kelihatan syok menatap Krystal. “A-apa?”

“Aku sudah menikah dan punya seorang anak, Soohyun-ah. Maafkan aku,”

“Siapa?”

Krystal menggeleng dan melepas pegangannya pada Soohyun. “Mereka tidak ada hubungannya denganmu. Tapi, aku menemukan mereka dan menyadari kasih sayangku pada mereka. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini, Soohyun-ah. Maafkan aku,”

“Kau akan kembali pada mereka?” tanya Soohyun dengan sorot terluka. Krystal ingin langsung menjawab namun lidahnya seakan tertahan sesuatu. Setelah menyakinkan dirinya sendiri, Krystal akhirnya berani bersuara.

“Aku tidak yakin mereka akan menerimaku kembali. Tapi tolonglah, mengerti perasaanku. Aku tak ingin membuatmu semakin terluka—“

“Baiklah, aku mengerti. Bisa tolong tinggalkan aku sendiri?” Krystal kembali bungkam ketika melihat tatapan Soohyun dan gerakan tangannya yang mengisyaratkan Krystal untuk pergi.

Menghembuskan napas, Krystal akhirnya mengalah. “Tapi aku masih ingin mengatakan beberapa hal padamu, Soohyun-ah. Mungkin nanti,”

“Untuk sekarang aku ingin berteriak membuatmu mengakui kalau semua yang kau katakan itu bohong. Jadi, lebih baik tinggalkan aku sendiri. Kha,”

Krystal memeluk dirinya sendiri dan berbalik. Ia kembali menatap punggung Soohyun yang masih berdiri kaku di balkon, merasa sangat bersalah. Ayolah, apa yang akan kau lakukan jika ternyata menjalin hubungan dengan orang yang salah? Semakin lama membohonginya hanya akan semakin membuatnya sakit.

“Maafkan aku,”

Jessica baru saja ingin membuka kamarnya ketika melihat Krystal datang dengan wajah sekuat tenaga menahan tangis. “Krys? Wae urrosseo(kenapa menangis)? Gwaenchannha?” dengan sigap tangan Jessica meraih tubuh Krystal yang hampir terjatuh karena ternyata wanita itu mulai menangis.

Krystal menggeleng sebagai jawaban, dan tanpa banyak tanya Jessica langsung menggiringnya masuk ke kamar. “Krys?” Jessica memanggil adik sepupunya itu dan hanya bisa menghembuskan napas ketika Krystal hanya bisa menangis dan ia hanya bisa mengelus pundaknya. Jessica jelas bingung dengan sikap Krystal yang sedikit sentimen akhir-akhir ini. Yah, meskipun ia sedikit sibuk dengan kantor yang bisa membuatnya setengah gila, dia tidak lupa dengan adik sepupu tunggalnya itu.

Setelah sekitar setengah jam Krystal puas menangis, Jessica perlahan menarik bahu Krystal agar bisa menatap mata wanita itu dnegan jelas. “Ada apa? Kenapa menangis? Apa ini berhubungan dengan haraboeji?”

Unnie,” suara Krystal sedikit serak karena kebanyakan menangis, tapi dia memaksa untuk menatap Jessica. “Aku Soojung kan?”

Sesaat Jessica hanya bisa menatap kosong. Ia jelas tidak mengira Krystal akan berkata seperti itu. “Krys…”

“Kenapa tidak bilang? Kenapa harus bohong padaku? “

Jessica menghembuskan napas sekerasnya. Dia tidak menyangka bahwa hari ini akan datang.

__

Krystal mengendara tak tentu arah. Sudah cukup omong kosong yang dilontarkan Jessica, dia tak ingin mendengar dan mengingatnya lagi sekarang. Meski di satu sisi ia sudah lega karena Soohyun sudah melepasnya, namun di sisi yang lain dia masih ketar-ketir. Apakah Minho akan tahu kalau dialah Soojung? Akankah Younghyeon tahu kalau dialah ibunya?

Sambil berpikir tahu-tahu Krystal sudah memasuki parkiran sebuah bar yang biasa ia kunjungi. Krystal menghembuskan napasnya keras-keras. Haruskah ia mabuk hari ini? Omong-omong, dia sudah lama tidak minum. Gara-gara Jessica dia jadi jarang menyentuh alkohol. Apa sekarang saat yang tepat? Call! Masa bodoh kalau sekarang bukan saat yang tepat karena dia bisa telat besok karena sakit kepala. Malam ini dia harus melampiaskan pada sesuatu. Krystal sudah tidak kuat lagi.

Sambil memainkan kunci mobilnya di tangan kiri, mata Krystal menjelajah isi bar mencari tempat yang cocok untuk menyendiri. Dan saat itu juga, ia menangkap sosok berjas yang sangat di kenalnya, duduk di meja barista dan nampak dalam kondisi seratus persen mabuk. Tunggu, pria itu sepertinya mabuk? Di dua hari sebelum pernikahannya?—Ehem—Dia pasti gila. Sinting! Mata Krystal sudah melotot dan tanpa sadar ia sudah mendekati pria itu.

“Choi Minho?! Apa yang kau lakukan disini? Tengah malam? Mabuk sampai mati?!” Krystal berusaha sekuat mungkin untuk menjaga nada suaranya, karena rasanya ia bisa meledak karena amarah sekarang juga. Ia mengguncang bahu Minho kencang dan membuat pria itu mengangkat kepalanya.

Krystal makin jengkel melihat cengiran yang tiba-tiba muncul di wajah pria itu. “Mmmm… Kryst—tal-ssi, yeogisseo mwohaneungoya(apa yang kau lakukan disini)?

“Aku yang harusnya tanya—“

“Krystal-ssi—hik—dangsini nuguyeyo(kau ini siapa)?” pertanyaan Minho membuat tangan Krystal membeku di bahu pria itu. Namun sedetik kemudian ia mengencangkan pegangannya dan menarik pria itu sedikit.

“Kau harus pulang,”

Minho menggerakkan bahunya hingga pegangan Krystal lepas dan ganti menggenggam tangannya. Krystal tertarik hingga wajahnya menghadap Minho dengan jarak yang sangat dekat. “Dangsini—hik—nuguyeyo?” ketika mata Minho mencoba mencari ke dalam mata Krystal, wanita itu memejamkan matanya dan memalingkan wajah. Minho sedang mabuk. Pria itu bahkan tidak tahu apa yang ia katakan. “Kau tahu? Kau sangaaaaaat mirip dengan istriku, Soojungie. Setiap menatapmu aku seperti melihat istriku,”

Jantung Krystal serasa berhenti berdetak. Tolong, jangan ini. Tidak, Minho-ya. Tolonglah, jangan sekarang. “M-Minho… kurasa kau harus segera pulang…” ujarnya dengan suara bergetar, masih tidak ebrani menatap Minho.

“Wajahmu, wangimu, sama persis. Persis sekali!—hik—Es krim kesukaanmu vanilla, bubur ayam, potato wedges… haha. Aku ingat semua. SEMUA. Aku tahu semua itu. Haha. Kau… Soojung?” Minho mendekatkan wajahnya dan Krystal mulai panik. Tidak, dia tidak bisa terpesona sekarang. Sekuat apapun keinginannya untuk berada dalam pelukan Minho lagi, semuanya sudah terlambat. Dia tidak mungkin memanfaatkan pria yang sedang dalam pengaruh alkohol. Krystal hampir menangis ketika berusaha melepaskan cengkeraman tangan Minho yang makin kuat di tangannya.

“M-Minho-ssi…”

Geu moksori…” gumam Minho sambil menyandarkan kepalanya dan tetap menatap Krystal. “Nae saranghaneun yeoja, Soojung-aa,” tangan Minho yang masih mencengkeram kini mulai mengelus tangan Krystal sayang. Dan kini Krystal sudah benar-benar menangis, ia menggeleng tidak percaya. “Saranghae, sarang-a,

Itu hanya berupa bisikan kecil, namun bisa membuat benteng pertahanan Krystal luluh lantak tak bersisa. Air matanya sudah mengalir deras sekarang, tangannya sudah lemas dalam genggaman Minho. Ia membiarkan aroma alkohol bercampur parfum yang dikenakan Minho menyeruak masuk ke penciumannya, dan ia juga membiarkan mata Minho menjelajahi matanya. Lalu hanya satu gerakan, satu gerakan lemah dari tangan Minho, dan bibir mereka menyatu.

Krystal ingat perasaan ini. Ia ingat kehangatan ini. Biarlah meski dalam keadaan mabuk, setidaknya ia kembali bisa sedekat ini dengan Minho meski hanya sementara. Tak perlu waktu lama untuk Krystal membalas kecupan ringan yang diberikan Minho. Tangan Minho sudah merayap ke tengkuknya, memperdalam ciuman intens dan penuh perasaan ke bibir orang yang paling dicintainya.

Meski hanya sesingkat beberapa jam, tapi setidaknya malam ini milik mereka.

To Be Continued…

La la la. FINALLY! THE TOP OF MINSTAL’S MOMENTS! THEY’RE KISSING! YESS!!! Sebenernya adegan ini sudah dirancang sejak lama dan dibuat se-emosional mungkin tapi maafkan aku kalau jadinya kacau balau. Taulah reenepott itu gimana. Nyehehe.

Well, maybe next is the last. Hopefully XD

©2011 SF3SI, reenepott

signaturesf3si

Officially written by reenepott, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

8 thoughts on “The Cruel Marriage – Part 11”

  1. Wohoooo…… daebak jincha
    Jdii suzy nanti bakalan ninggalin minho pas hari nikahnnya.. trus soojung yg akhirnya kawin (untuk yg ke2 kalinya) nikah sama minhoo

    ihhhh penasaran
    next part ditunggu
    jangan lama lama yaaaa
    ㅎㅅㅎ

  2. Good
    Kapan nih part 12 nya. Dah jamuran nunggunya
    mudah mudahan sih bs manjang jangan cuma ampe part 12

    Daebak dah buat fanfict ini 🙂

  3. Krystal tak bisa kembali bersama keluarganya, bukan kesalahan Krystal tidak bersama keluarga kecilnya slama 10 tahun hmmmm
    Suzy bersama SooHyun
    SooJung bersama MinHo
    Great

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s