When The Dad(s) Met Him

WHEN THE DAD(S) MET HIM

By Bella Jo

 

 

Langit tampak cerah, angin berhembus pelan memberikan rasa sejuk sekilas. Jalanan tampak lengang. Porsche merah yang tengah dikendarai seorang lelaki berpakaian formal rapi berhenti di depan kediaman minimalis dengan hamparan halaman hijau yang luas. Lelaki itu memastikan kembali catatan alamat yang dimilikinya dengan arah yang ditujukan wilayahnya. Ia menghela nafas gugup perlahan, ia sudah sampai.

Dengan kaku ia keluar dari mobil dan menekan bel yang ada pada pintu pagar. Terdengar suara dari interkom menanyakan identitasnya dan ia menjawab dengan gugup, “Saya Kim Kibum. Saya ingin berjumpa dengan Tuan Lee.”

“Ah, Kim Kibum-ssi. Kami sudah menunggumu. Silahkan masuk.”

Pintu pagar terbuka perlahan secara otomatis. Dengan cepat Kibum mengendarai mobilnya memasuki pekarangan rumah itu dan memarkirnya di tempat yang kira-kira cukup sesuai. Saat ia keluar dari mobilnya, seorang lelaki keluar dari rumah dan berjalan penuh semangat menghampirinya.

“Ah! Kim Kibum-ssi? Kami sudah menunggumu sejak tadi!” Lelaki paruh baya itu berucap ramah sambil memeluk hangat lelaki itu. Kibum membalasnya dengan kaku. Sungguh, ini pertama kalinya ia bertamu ke rumah orang tua gadisnya, terlebih lagi ada niatan serius yang hendak disampaikannya pada keluarga tersebut.

“Se—senang bertemu dengan Anda, Tuan Lee…”

“Oh?” Lelaki paruh baya itu tampak heran. Sekilas Kibum memperhatikan penampilan lelaki di hadapannya. Tubuhnya jauh lebih rendah dibanding Kibum, rambutnya dicat kecoklatan dan sebuah kacamata berbingkai hitam bertengger manis di hidungnya. Lelaki itu tampak jauh lebih muda dari yang seharusnya. Masih dengan tersenyum lelaki itu berkata, “Mungkin yang kau maksud adalah Lee Jinki, appa-nya Hana. Aku Kim Jonghyun. Senang bertemu denganmu.”

Keduanya saling berjabat tangan dan Kibum masih memandangnya dengan bingung. Jika lelaki di hadapannya ini bukan ayah Hana, berarti kemungkinan besar ia adalah pamannya. Apa ia harus menghadapi seluruh keluarga besar Hana hari ini? Sial, Kibum masih belum siap dengan kemungkinan itu.

“Oh, apakah rumah sedang ramai hari ini, Tuan Kim?” Kibum bertanya hati-hati, matanya melirik sekilas halaman depan. Siapa tahu ada kendaraan lain yang terparkir di sana. Tapi tidak, hanya ada porsche merah milik Kibum.

“Tidak, tentu tidak. Kami berdua paham seberapa pribadi pembicaraan kita hari ini,” sahut Tuan Kim ringan. Senyumnya terkembang kebapakan hingga mereka sampai di ruang tamu. Kibum masih bertanya-tanya dalam benaknya saat seorang lelaki paruh baya lain datang dari arah dalam dengan tergopoh-gopoh. Tangannya melempar asal apron ke atas kursi.

“Oh, Kim Kibum-ssi? Kami sudah menunggumu,” ucap pria itu. Rambutnya berwarna coklat dan pipinya berisi, seperti bakpau karena kulitnya yang putih. Kim Kibum membungkuk hormat. Takut-takut ia bertanya, “Tuan Lee?”

“Ya. Saya Lee Jinki. Selamat datang!”

Baiklah. Kim Kibum sudah duduk di atas sofa berhadapan dengan dua pria paruh baya tadi. Keduanya sangat ramah, membuatnya mewanti-wanti kapan kegugupan kembali menyerang atmosfer mereka. Kata-kata yang sudah disusun Kimbum lenyap begitu saja dari kepalanya. Dasinya serasa mencekik saat ia ingat apa tujuan awal kedatangannya.

“Kami sudah banyak mendengar cerita tentangmu dari Hana,” ujar Kim Jonghyun ceria, “terima kasih telah menjaga anakku dengan baik.”

“Oh, ya. Tentu saja, Tu- EH??” Kibum gagal menyelesaikan kalimatnya. Tunggu, bukankah Lee Jinki adalah ayah Hana?

“Ah, mungkin kau agak bingung. Hana adalah anak kami berdua,” ujar Lee Jinki tenang. Senyum masih terpatri di bibirnya.

“Oh, saya tidak menyangka kalau Hana diangkat oleh orang lain…,” tebak Kibum asal. Sesaat ia menyesali ucapannya. Sial, Kim Kibum! Kau tidak boleh terlalu ikut campur!

“Hahaha… walaupun kami mengangkatnya, dia sudah kami anggap seperti anak kami sendiri,” kali Kim Jonghyun yang berbicara.

“Oh, berarti… dari istri yang sama?” Kibum kembali menyesali ucapan spontannya. Sial, dia memang harus belajar cara memilah kata.

Kim Jonghyun dan Lee Jinki saling bertukar pandang. Kemudian Lee Jinki berdeham pelan, mencondongkan tubuh dan bertanya perlahan, “Katakanlah, nak. Seberapa jauh kau mengenal keluarga Lee Hana?”

Kibum terhenyak sejenak. Ia sadar pembicaraan sudah mulai serius. Kegugupan kembali datang mengusiknya. Ia memperbaiki cara duduknya lalu menjawab dengan tenang, “Sejujurnya tidak banyak, Tuan. Saya hanya tahu dia anak tunggal dari keluarga sederhana yang tinggal di luar kota Seoul.”

“Dengan modal itu kau hendak menjalin hubungan serius dengan putri kami?” Kim Jonghyun bersuara. Sungguh kata ‘kami’ yang diucapkan Jonghyun cukup mengusik benak Kibum, namun lelaki itu menjawab, “Baik saya dan Hana berkomitmen untuk tidak mengusik masalah pribadi satu sama lain hingga kami sepakat menjalin keseriusan. Kedatangan saya kemari adalah bentuk dari keseriusan itu.”

Kim Jonghyun dan Lee Jinki kembali bertukar pandang. Seakan mata dapat mengungkapkan apa isi hati mereka, tak ada kata yang keluar. Kali ini Kim Jonghyun yang berdeham pelan, mencondongkan tubuh dan berkata, “Sepertinya aku dan suamiku memiliki satu pemikiran yang sama, Kim Kibum-ssi. Kau perlu tahu bagaimana keadaan sebenarnya keluarga ini.”

‘Suamiku’?

“Secara sederhana appa Hana dan aku merasa kau harus paham tentang kami sebelum menikahinya,” tambah Kim Jonghyun.

“Ah, mungkin kalimat Papa Hana agak membuatmu bingung,” sambung Lee Jinki.

Alis Kibum sudah berkerut dalam dan ekspresi tak percaya menghiasi wajahnya. Dengan kepala yang setengah berdenyut karena pusing Kibum berkata, “Tolong pelan-pelan saja. Jadi, maksud Anda…”

“Kami adalah pasangan yang terikat dalam tali pernikahan,” jawab Lee Jinki.

“Dengan ikatan pernikahan resmi,” timpal Kim Jonghyun.

“Dan Lee Hana adalah anak kami,” ujar keduanya.

Sumpah, mulut Kim Kibum ternganga tanpa daya untuk mengatupnya. Saat kedua pria itu saling menautkan tangan dan menatap penuh cinta satu sama lain, ada gejolak rasa yang mengaduk isi perutnya hingga tertahan di ujung kerongkongannya. Lee Jinki dan Kim Jonghyun menatap wajah Kim Kibum yang tengah pucat pasi. Lalu Lee Jinki berkata, “Sepertinya kau langsung mengubah pikiranmu untuk menikahi putri kami.”

“Tidak heran. Kau baru mengetahui semuanya…”

“… dan ini bukan hal yang mudah diterima pleh siapapun.”

Hening menghampiri suasana di anatara mereka. Kibum tampak belum bisa menguasai diri sepenuhnya. Kepalanya tertunduk sementara kedua tangannya terkepal di atas lutut. Kedua pria paruh baya di hadapannya cukup khawatir melihat reaksi pemuda itu. Tidak heran, Kim Kibum datang untuk melamar namun yang didapatinya malah ke-abnormalan keluarga mereka. Lee Jinki bangkit dari tempat duduknya, menghela nafas dan berkata, “Mungkin Anda sudah mengurungkan niat untuk melamar putri kami. Kami cukup mengerti kalau—”

Namun kata-katanya terhenti oleh tawa Kibum yang membahana. Pemuda itu tampak geli sekali, tertawa hingga air mata muncul di sudut matanya. Kedua pria paruh baya saling lirik, mengira-ngira kenyataan yang dihadapkan pada Kim Kibum telah membuat pria jangkung itu mendadak gila. Kibum langsung menggeleng sambil melambaikan sebelah tangan seakan membaca isi pikiran mereka.

“Oh, saya merasa sangat lega mendengarnya, Tuan…”ucap Kibum di tengah tawanya, “… sungguh saya merasa sangat lega…”

“A—apa maksudmu?”

Kibum memandang kedua pria paruh baya di hadapannya dengan wajah cerah, “Terima kasih, Tuan. Sungguh saya lega mengetahuinya. Saya merasa semakin dekat dengan Lee Hana.”

Jinki kembali duduk, perasaannya bercampur lega dan heran. Setidaknya ia tidak merusak pikiran seseorang dengan kenyataan hidupnya. Mungkin. Ia mengangkat sebelah alis dan bertanya, “Kau yakin baik-baik saja?”

“Oh, tentu. Saya baik-baik saja, sangat baik malah.”

“Hana tidak pernah menceritakan sisi eksentrikmu ini…” Kim Jonghyun bergumam sambil tersenyum ceria. Kibum semakin tergelitik mendengarnya. “Oh, saya sangat penasaran akan isi cerita Hana tentang saya.”

“Sebagian besar isi ceritanya tampak benar,” sahut pria itu.

Kibum tersenyum manis. Lelaki itu kembali memperbaiki posisi duduknya lalu menyeruput teh yang disediakan di awal pembicaraan mereka tadi. Ia masih tersenyum manis. “Berarti Anda tinggal mendengar cerita dari sisi saya.”

Kibum berdeham lalu tersenyum, “Lee Hana, saya bertemu dengannya semasa kuliah sebagai partner lab. Entah bagaimana takdir terus menggiring kami dalam kebersamaan dan saya merasa kami begitu cocok satu sama lain. Kami menjalani hubungan yang dewasa tanpa ikatan pacaran yang semu. Kami sepakat untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi dalam hubungan kami. Lebih dari sekedar teman, lebih dari saudara…” Kibum memandang dua pasang mata yang menatapnya tanpa ekspresi bergantian, “Tuan Lee, Tuan Kim, izinkan saya menikahi putri Anda,” ucapnya serius.

Kim Kibum menundukkan kepalanya dengan penuh kesungguhan dan rasa hormat. Hening kembali menghampiri, seakan mereka menikmati keheningan yang tercipta. Bagi ketiganya apapun keputusan yang ada pada hari ini akan mengubah jalan masa depan mereka.

Kim jonghyun membuka suara, “Hana sudah mengatakan tentang niatmu datang hari ini.”

“Ia juga sengaja tidak hadir untuk memberikan privasi ‘pembicaraan-lelaki’ antara kita bertiga,” sambung Lee Jinki.

“Apa kau sanggup bertanggung jawab atas putri kecil kami hingga akhir hidupnya sebagai pengganti kami?” Keduanya bertanya bersamaan. Kibum mendongakkan kepala, menatap langsung kedua pria yang tampak serius itu. Ia tersenyum tulus dan berkata, “Ya, tentu saja. Aku akan menghabiskan waktu bersamanya hingga akhir hidupku.”

Baik Jinki maupun Jonghyun tersenyum lalu saling bertatapan. Keduanya menautkan jari, haru jelas terlihat di dua pasang mata yang lelah akan usia itu.

“Kami pikir, jawabannya sudah jelas, Kim Kibum-ssi.”

Kibum hampir terlonjak girang kalau saja ia tidak ingat di mana dia berada sekarang. Ia tersenyum lebar penuh kelegaan dan menunduk dalam-dalam, mengucapkan ribuan terima kasih dan janji-janji yang akan dipenuhinya saat ia dan Hana terikat dalam ikatan suci pernikahan. Jinki dan Jonghyun tersenyum, saling bertatap penuh kebahagiaan.

Namun satu hal menggelitik benak Jonghyun.

“Hei, nak. Katakan padaku kenapa kau tertawa begitu keras saat tahu bahwa kami pasangan menikah?” Pria ia bertanya. Cengiran masih belum bisa meninggalkan wajah tuanya. Kibum menjawab pasti, “Karena saya merasa lega, Tuan.”

“Oh? Kenapa?”

“Saya adalah lelaki dewasa yang sudah mengalami pencarian jati diri yang panjang hingga benar-benar memahami diri saya sendiri. Saya merasa sangat lega karena saya pikir Anda berdua akan paham keadaan saya,” jawab Kibum mantap.

“Keadaan? Apa maksudmu?” Jinki bertanya bingung. Kibum tersenyum kecil, berpikir bahwa apa yang dikatakannya takkan berdampak buruk padanya. Semua akan baik-baik saja hingga ia bersuara dengan penuh keyakinan.

“Saya seorang biseksual.”

 

-Fin-

July 3rd 2015

10.25 pm

©2011 SF3SI, Bella Jo

                                                            bella-jo-signature

Officially written by Bella Jo, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

12 thoughts on “When The Dad(s) Met Him”

    1. indeed, I wanna give surprise for everyone^^
      speechless? kekeke…
      btw, cerita iblis-manusia yg kamu requst supaya dilanjutin itu udh masuk daftar tunggu. harap sabar ya~ kekeke

      makasih udh mampir~ *muach muach*

  1. Hahaha nampaknya sekarang mulai banyak yang nulis otp kesayangan yang telah legal dan entah kenapa terasa menggemaskan.
    Sejujurnya aku nggak merasa terkejut karena aku tahu kemana arah cerita ini. Tapi ini cukup melegakan ketika kibum akhirnya bisa settled down sama hana. Uwu kongrets! Pasti cukup melelahkan untuk menerima diri sendiri dan memilih pasangan yang benar-benar tepat di hati. Mata kibum jangan gatel sama ayah-ayah hana yang menawan #plakk

    Uwu terima kasih atas ceritanya, bella.
    aku menyayangimu ❤

    1. hihihi… tapi onjong masih blm bisa ngalahin 2min-nya kk… ^^
      well, mmg sebenarnya cuma lagi pengen menuliskan semacam sudut pandang seorang biseks yang sudah lama mencari jati diri dan akhirnya berlabuh di jalan yang lurus *?*
      smoga aja si bumbum g gatel terus merah infeksi gara2 dua ayah sablengnya hana. hehehe

      makasih udh mampir kk~

  2. Okay….
    *tarik nafas*
    *buang*
    AAAAAAAAAAAAAAAAAA
    Ini keren banget :”
    Sumpah.
    Aku juga heran kenapa Kibum ketawa, dan bertanya2 sampai akhir cerita, sampai saat
    “Saya seorang biseksual”
    Kaget. Bener-bener ga kepikiran sama sekali.

    Oke, terima kasih untuk fic-nya Kak Bella. You made my day :))))

  3. BELLAAAA PENGEN DICIPOK YA AHAHAHAHAHA

    Ngakak beneran awalnya aku ga mikir Jinki dan jong gay.
    Awalnya ya cuma saling mengadopsi aja dan…

    Hahahaha… dan itu ahaha Ibum Bisex

    Ya ampun XD udah manly juga khkhkh

    LAgi lagi lagi

    1. hehehe
      kalo aja mereka g nikah bakal saling mengadopsi aja kali ya… tapi ga greget kalo g nikah supaya *ehem* aman 😀

      ibum galau gara2 ngelihat makhluk2 serupa dirinya. kekekeeke
      mau lagi? sabar… sabar… tunggu tanggal mainnya~

      makasih udh mampir~

  4. JONGYU! JONGYU!! JONGYU!! JONGYU!!
    Gdi this is a jongyu
    aku nggak nyangka ada orang yang nulis a //freaking// jongyu (and a bi!Kibum to boot, I feel like it’s my birthday) pake bahasa
    Like, holy EFFING
    It’s uber cute btw, biasanya sih fic kaya gini kalo di Inggris lebih ke humor tapi ya, kalo emang forte nya yang rada serius, well, a-okay
    Write more Jongyu!! Karena, well, jongyu.
    P.s: lebih suka lagi kalo diganti minjung aja sih (minkey trash over here)
    Suka! Banget!

  5. Jinki as Husband, Jonghyun as Wife, isn’t it? Aku ga salah baca kan?

    OKE FINE. THIS IS MY OTP. MY ONJONG *mati perlahan-lahan/?*

    Ya ampun. Siapapun, yg nulis ni fanfic, aku ucapkan beribu-ribu terima kasih karena udah memuat OTP saya. jadi orang tua lagi. Kyaaa…. *cried in happiness*

    btw yg terakhir xD ya ampun ternyata Kibum itu sebelumnya… a sudahlah

    Super very nice FF

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s