Many Little (domesticated) Romances

Many Little (domesticated) Romances

Author              : Faciikan

Main Cast        : SHINee and their respective lovers

Support Cast     : -none-

Length             : little drabbles

Genre              : fluff, romance, SHINee domestic!au,

Rating             : PG-15

Summary          : Collection of short domesticated SHINee

A.N                  : Karena aku payah bikin cerita panjang-panjang.

 

Minho/ Of Stolen Clothes

Baru dua bulan semenjak mereka tidur bersama, Minho sudah kehilangan setidaknya lima kemeja, tiga sweater dan lima blazer. Ia bertanya-tanya apakah pasangan yang lain juga punya masalah serupa.

Kebanyakan malam yang mereka habiskan bersama bertempat di apartemen bujang Minho dan kebanyakan adalah malam-malam spontan. Tidak ada rencana sebelumnya, ia hanya perlu bertanya, “malam ini aku menginap, ya?” dan Minho akan selalu membolehkannya untuk menginap. Hal ini berakibat dua sikat gigi di wastafel apartemennya, beberapa produk perawatan kulit wanita, sebotol shampoo berbau kamomil dan stroberi, dan kebanyakan pakaiannya dicuri. Ia mengagumi kreativitas pacarnya dalam berpakaian dan betapa spontannya ia dalam hal mode, tapi Minho juga membutuhkan pakaiannya.

Jadi, ia memutuskan untuk menelpon pacarnya, jam lima sore, dua jam sebelum ia selesai bekerja.

“Kau pulang jam tujuh nanti?” tanyanya.

“Enam tiga puluh kalau aku beruntung, ada apa?” jawabnya.

Minho tersenyum. “Aku mau kau menemaniku belanja.”

“Oh, baiklah. Sampai ketemu nanti.”

Jam sudah menunjukkah pukul enam tiga puluh dan Minho melihat pacarnya telah berada di lobi gedung tempatnya bekerja. Saat ia berjalan mendekat, Minho bisa melihat pacarnya menganakan kemeja miliknya dengan sepotong t-shirt di dalam kemeja itu. Jaket biru milik Minho terlihat menggantung di lengan sang gadis. Minho tertawa kecil ketika memperhatikan pujaan hatinya.

Something funny?” tanya sang gadis ketika ia sudah selesai mengaitkan sabuk pengaman.

Minho menyetir melewati gerbang keluar area parkir sebelum menjawab. “Tidak, hanya saja… kau satu-satunya alasan kenapa aku harus membeli satu set isi lemari yang baru.”

Gadisnya hanya tertawa kecil ketimbang merespon.

“Kau tahu salah satu kolegaku akan menikah dan ia akan pindah dari apartemennya ke tempat yang lebih besar. Tempatnya di Hongdae dan aku yakin tempat itu cukup besar untuk kita berdua.”

Minho mencuri pandang pada kekasihnya. “Let’s talk to your friend. Bangun di sebelahmu tiap pagi akan sangat menyenangkan.”


Jonghyun/ Come to Bed with Me

Ia merasa amat sangat bersyukur bertemu dengan Jonghyun. Pria itu layaknya pangeran tampan dalam impian banyak gadis. Pria yang baik hati, tampan, romantis, artistik, a bit quirky, dan menghormati wanita seperti Casanova—minus the sleeping around. Memang tinggi badannya bisa dipermasalahkan, but who cares when he is going to serenade you to sleep?

Ia memiliki suara yang manis, tinggi dan bertenaga dan ia juga pandai membuat musik. Bisa saja ia menjadi musisi di atas panggung. Tapi ia justru menjadi seorang produser yang bekerja di balik layar dan menjadi dj radio, which both sit nice with her.

Kecuali saat inspirasi datang ke kehidupan Jonghyun pada pukul lima pagi di hari Sabtu ketika ia baru saja mendapat siksaan selama lima hari di tempat kerja.

Ia benar-benar menyukai musik Jonghyun, apalagi jenis yang pelan dan terasa sensual. Tapi ia tidak mau mendengar Jonghyun memetik gitar ketika ia ingin tidur layaknya beruang Grizzly di musim dingin.

Karena keinginannya untuk tidur dalam damai, ia akhirnya memutuskan untuk bicara dengan si musisi.

Kertas-kertas bertebaran di meja kopi sementara Jonghyun duduk bersila di sofa dengan gitar berada di atas pangkuannya dan pensil tersemat di telinganya. Mendengar langkah kaki, pria itu pun mendongak.

Hey baby, apa aku membangunkanmu?” tanyanya dengan suara lembut layaknya beludru.

Ia mengendikkan bahu. “Sort of?”

“Maaf, ya.. Kenapa tidak tidur lagi? I promise I’ll be uber quiet.”

Ia justru menggelengkan kepalanya. “Come to bed with me.”

Jonghyun tidak protes, ia mengikuti wanitanya kembali ke kasur.


Onew/ Personal (human) Pillow

Setelah sebulan pacaran, ia tidak bisa menahannya lagi. Ia bukan orang yang clingy, ia tahu bagaimana caranya menjaga ruang personal, tapi ia tidak bisa melakukannya disekeliling pacarnya. Pria itu bak bantal berjalan. Tiap centimeter persegi dagingnya terasa seperti terbuat dari bulu angsa; bouncy, soft, sumptuous. Dan kebutuhan untuk menempel pada prianya makin memburuk tiap detiknya, apalagi ketika prianya tidak dapat menemaninya tidur.

Ia dapat bersumpah malam itu ia lelah bukan kepalang. Ia baru saja menghabiskan hari yang sibuk. Tapi kasur terasa seperti meja batu dan bantal terasa seperti tumpukan kerikil.

Ia menuju ke ruang kerja pacarnya. Terlihat Jinki sedang menilai tugas murid-muridnya. Pria itu terlihat serius dan ia pun tahu Jinki harus cepat menyelesaikan pekerjaannya. Tapi di matanya ia hanya melihat bantal yang empuk, hangat, dan nyaman untuk disinggahi. Jadi, ia cepat-cepat duduk di pangukan pacarnya sesampainya di ruang kerja.

Yah…” protes Jinki.

Do your work, baby,” katanya selagi membenamkan kepalanya pada dada Jinki. Ia berpikir bahwa inilah rasanya surga, bau musky prianya dan badannya yang terasa nyaman.

Jinki melihat ke arah cintanya. Ia mengatur kursinya, berpikir optimis ia bisa menggapai mejanya. Ternyata ia tidak bisa melakukannya tanpa mengganggu gadisnya. Ia berbisik pelan ke telinga gadisnya, “Aku tidak bisa menggapai mejaku.” Lalu ia mencium rambut pacarnya.

Tidak ada respon sama sekali. Jinki menghembuskan nafas panjang melihat tumpukan tugas muridnya. Lalu ia melihat ke arah pacarnya yang diambang alam nyata dan alam mimpi.

He decided to just fuck it, panorama yang ditawarkan pacarnya yang tidur lelap di pangkuannya amat sangat cantik untuk dilewatkan.


Key/ The Handbag Matter

Untuk seorang akuntan yang sangat sadar terhadap keuangan, memiliki pacar yang sadar mode adalah serangan jantung konstan. Apalagi ketika tagihan kartu kredit datang dan rasanya kepalanya bisa pecah berkeping-keping.

Dua ribu lima ratus dollar untuk sebuah tas tangan YSL. Hah! That’s pure blasphemy.

“Ada yang salah dengan tagihan kartu kreditmu, Bum.” Ia memberitahu pacarnya yang sibuk bermain dengan anak anjingnya.

Kibum memberi salah satu anak anjing itu mainan, lalu ia menengok ke pacarnya, perhatian seratus persen tertuju pada gadisnya. “Memangnya ada apa?”

Ia sadar akan ada badai yang siap keluar dari pacarnya. Ia orang yang sangat sadar dengan ekonomi—sifat yang datang bersamaan dengan pekerjaannya. Apalagi soal tagihan kartu kredit, pasti sesuatu yang parah.

“Disini tertulis kau menghabiskan dua ribu lima ratus dolar untuk tas tangan YSL.” Pacarnya memberitahu, nadanya datar.

Ekspresi Kibum pun ikut berubah datar. “Oh, itu.”

“Ya itu.” Ia melipat tagihan itu dan menatap pacarnya langsung ke mata. “Kau bilang itu sampel hadiah. Bum, kau bohong padaku.”

Si pria merasa kata-kata menghilang dari ujung lidahnya. Ia berbohong karena ia takut menghabiskan uang sebanyak itu akan membuat kekasihnya jantungan. Tapi tas tangan itu layaknya cinta yang ia tunggu, cinta yang ia dambakan.

In my defense, that’s a really nice handbag,” katanya.

Ia memijat pelipisnya. “Tapi tas itu sangat mahal. Harganya setengah gaji bulananmu. Ada banyak tas tangan lain yang tidak menghabiskan kekayaan tujuh turunan.”

Baby…

“Don’t baby me, that doesn’t work,” sergahnya dengan tegas.

Kibum berdiri agar bisa menggapai kekasihnya. Ia merengkuh tangannya dan menatap langsung mata gadisnya. “Aku menghabiskan uangku dengan amat sangat bijaksana tiga bulan ini. Anggaplah tas tersebut sebagai reward, hmm?”

Pacarnya sama sekali tidak percaya apa yang dikatakan Kibum.

“Baiklah, aku minta maaf karena menghabiskan uang sebanyak itu untuk tas tangan dan aku juga minta maaf karena aku berbohong padamu. Aku tahu itu hal yang salah.”

Ia merasa hilang asa ketika kekasihnya tidak juga merespon.

Kibum menghela nafas dalam sebelum menuju ke tahap selanjutnya. “Bagaimana kalau aku memasak selama seminggu penuh—tidak-tidak, buat jadi sebulan? Dan dengan breakfast in bed?” Ia mencium tangan sang wanita. “dan pijat kaki sebulan penuh! Dan aku berjanji tidak menghabiskan sepeser pun untuk sandang selama tiga bulan ke depan, oke?”

Akhirnya kekasihnya menyerah dan menerima pelukan Kibum. “Masakannya harus amat sangat enak, like, sekelas bintang tiga Michellin. Dan pijat kakinya juga! You better not back out on your words.”

 


Taemin/ Things

Taemin tidak bisa merasakan tungkai-tungkainya. Mereka mati rasa segera setelah badan luwesnya menyentuh kasur. Ia merasa betul-betul lelah, tapi juga merasa betul-betul senang karena ia baru saja menyelesaikan resital piano keduanya. Tapi ia juga merasa letih karena latihan keras yang konstan dan tekanan batin mengadakan sebuah resital. Yang ia pedulikan hanyalah tidur. Ia mendamba tidur. Ia tidak peduli meski ia masih dalam setelan tuksedo penguinnya.

Tapi memang hidup tidak pernah adil. Ia baru saja akan masuk ke alam mimpi ketika seseorang menarik kakinya.

Leave me alone,” rengeknya.

Ia bisa mendengar tawa renyah. Tapi aksi tarik-menarik kaki tidak kunjung berhenti. “Manset ke kotak aksesori, jam tangan ke meja rias, tuksedo ke keranjang cucian. Ayo!”

Taemin duduk dan menghadap kekasihnya. Ia memasang ekspresi sensual sembari berkata, “Kenapa kau tidak melepaskan ini…” ia menunjuk baju yang ia kenakan, “…dari tubuhku?”

Si gadis mendekat, lalu ia menarik dasi kupu-kupu sang pianis.  “I don’t feel like it.” Wajahnya hanya berjarak seinci dari wajah Taemin.

Ia beranggapan akan diberi ciuman, and maybe get lucky, too. Tapi ia justru mendapat cubitan di pipi.

“Ayolah, jangan jadi manusia tidak berguna.” Lalu ia menghilang ke kamar mandi ketika Taemin mengerang. Yah, tidur dengan berpakaian lengkap tidaklah nyaman. Jadi ia mulai melepaskan aksesori, jam tangan, manset, lalu dasi kupu-kupu. Ia menempatkan aksesori di meja sebelah kasur. Setelah itu ia mulai melepaskan pakaiannya, meninggalkan singlet dan boxer brief di tubuhnya. Setelannya tergeletak lemas di sebelah kasur dan ia pun kembali melemaskan badan di kasur.

Untuk pacarnya kembali menarik kakinya lagi. “Kau tidak bisa melakukan ini padaku tiap hari, Taemin-ah! Bantulah aku sedikit dan mulailah mengatur barangmu sendiri.”

Melihat ekspresi jengkel kekasihnya, ia berdiri dan menaruh aksesori di meja rias. Lalu ia menengok ke arah pacarnya. Kekasihnya hanya menggeleng.

Ia menghembuskan nafas panjang sebelum memasukkan manset pada boksnya, jam tangan pada pajangan kecil di meja rias. Lalu ia mengambil setelan penguinnya dan memasukkannya ke keranjang pakaian.

“Tidak terlalu sulit ‘kan?” Pacarnya menatapnya bangga.

Taemin bergabung dengannya di kasur dan melingkarkan lengannya di pinggang si gadis. “So, can I have some now?”

“Pergilah kau, dasar mesum!” Sergahnya sembari memukul lengan Taemin.

@2013 SF3SI, Faciikan

sign-faciikan

Officially written by faciikan, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

Advertisement

12 thoughts on “Many Little (domesticated) Romances”

  1. 5 cerita pendek manis ini di saat bersamaan. Aku benar-benar butuh tabung oksigen. Ini begitu manis. Oke, aku pikir ini salahku membacanyaa terlalu dini di pagi hari.

  2. bed everywhere… oke persetan dengan ranjang2 itu.. ceritanya sialan.!? aku butuh secangkir espresso, ini terlalu manis.

  3. It feels like I wanna “ujujujuju”. They’re so damn cute.
    Gotta stop here since I’m being too fluffy to comment.
    I need a brand new heart.
    Thankies for the story, fafa uwu I love you ❤

Give Me Oxygen

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s