
Author : vanflaminkey91 (@whitevenus_4)
Genre : AU, angst, mystery, psychology, thriller, violence.
Length : twoshots
Rating : PG, restricted
Main cast :
- Lee Taemin
- Lee Jinki
- Lee Soon Hee (@reenepott)
- Emily Mizukawa (@helmynr)
Support cast :
- SHINee
- Miharu Aoki (Teteh Ama, tapi tidak tahu username twitternya yang baru ._.)
- Kim Taeyeon
- Victoria Song, Kwon BoA
- Nichkhun Horvejkul
Other cast : you can find in this story.
Disclaimer : I own the story and its poster.
Author’s note : FF lamaku, yang sangat ingin aku bagikan di SF3SI. WARNING! Banyak banget typo, adegan yang agak ambigu, dan kekurangan lainnya. Mohon dimaafkan ~ 🙂
I’ll kill them all, who hear my music.

Black Symphony
“Iya, aku akan keluar sekitar—“ Dia melirik jam dinding. “—lima menit lagi, tunggu saja di parkiran… Iya, haha. Kau tak usah khawatir, di sini sudah tak ada orang. Tak akan ada yang mencelakaiku… iya, Eonni… Iya… Annyeong.” Dia tersenyum, lalu meletakan ponselnya di kursi yang berdiri tepat di sebelah kursinya.
Matanya menangkap sesuatu yang tidak beres dengan sepatunya, dan segera membungkuk. Tangannya bergerak-gerak membuka dan menutup lagi tali high heels di kakinya.
Gadis itu menegakan punggungnya ketika indera pendengarannya menangkap gelombang suara piano dari ruang konser. Bulu romanya mendadak berdiri, apalagi dia sedang ada di belakang panggung gedung konser yang sepi.
Alunan musik itu benar-benar lembut dan indah. Ia berani bertaruh, yang memainkannya pasti sangat pengalaman, sebab ia dapat merasakan melodi musik itu merasuki kalbunya sendiri, sebagai pendengar.
Tapi, siapa yang bermain? Bukannya ruangan konser sudah sepi?
“Ahahaha.” Ia tertawa garing, menghibur diri. “Berpikir positif, Ahyeon-ah. Siapa tahu dia sedang latihan? Nikmati saja musiknya.” Bermonolog sembari berdiri, melupakan ponselnya. Ia hendak berjalan meninggalkan ruangan ketika suara musik itu mendadak berhenti.
Kakinya seakan dipaku. Rasa penasaran membuncah ruah di dalam dadanya.
“Kenapa dia berhenti?” gumamnya sembari berbalik dan menghampiri tirai pembatas antara belakang panggung dan panggung. Rasa getir menguasai hatinya, membuatnya mencoba untuk lari, tapi—
Ia penasaran.
Disingkirkannya helai tirai merah itu perlahan. Dia menyembulkan kepala. Tak ada siapa-siapa, selain sebuah piano yang sendirian, tak berkoar dan tak berteman.
Ia terjengkang kaget saat mendengar sebuah lagu hip-hop yang familier di telinganya tiba-tiba menggaung di sana. Nafasnya segera melengos keluar saat menyadari sesuatu. Itu ringtone ponselnya.
“Di mana dia?” gumamnya masih agak penasaran, lalu memutuskan untuk melupakannya.
Baru saja gadis itu akan berbalik, sebuah suara justru menghentikan dan menghempasnya ke dalam sudut kekagetan yang luar biasa.
“Aku di sini.”
“AAAARRGHHHH!!”
Dari bawah tirai merah yang tertutup, tercipta sebuah aliran sungai kecil berbau amis dan berwarna pekat. Sebuah tangan menyembul keluar dari sana. Bermandikan darah.
Continue reading Black Symphony [1.2] →