Double Door [3.3]

double door poster

Double Door: Middle

 Main cast        : Choi Minho and Seo Areum

Length             : 3.056 wc

Genre              : Hurt/Comfort, Life

Rating              : NC17

A/n                  : Inspired from Minho and Onew’s photoshoot in January 2010

 

Pukul dua dini hari. Aku beringsut dari ranjang, berjalan ke kamar mandi kemudian mengisi bathtub dengan air hangat sambil mengotori airnya dengan bubble bath beraroma teh hijau. Tidak butuh waktu lama untuk membuat bak di depanku penuh dengan busa sebelum menceburkan diri. Aku mengantuk tapi rasa lembab dan lengket membuatku terjaga, daripada susah tidur kurasa berendam sebentar tidak ada salahnya.

Another humid summer night. Aku tidak suka pendingin ruangan sementara Jinki melarangku membuka jendela, nanti banyak nyamuk yang masuk. Kipas angin juga tidak membantu karena hanya memutar udara panas di ruangan saja. Jadi aku pasti terjaga kemudian mandi-mandi sebentar.

“Kau bangun pagi sekali.”

Jinki mengucek matanya sambil mendekatiku. Ia berlutut di dekat bathtub, bermain dengan busa di bahuku sambil menarik shower curtain hingga menutupi pandanganku dari shower stall di sebelah bathtub.

Wanna join?”

Jinki menggeleng. “I’ll just go with the shower.

Ia mengecup dahiku pelan sebelum beringsut.  Musim panas sebentar lagi berakhir, artinya sudah hampir dua bulan aku benar-benar hidup bersama Jinki.  I just gave up with the scholarship that I was greedily pursued before. Entah kenapa sejak aku memulai hal yang baru bersama Jinki, kehidupan tidak terasa seperti mengejarku lagi. Ya, aku masih tetap menjadi freelancer di sana-sini, lari dari perusahaan satu ke perusahaan lain sambil membantu Minsol untuk mengelola website toko online-nya. Belakangan aku berpikir, mungkin keinginanku untuk melanjutkan studi adalah alasan lain untuk menemukan Minho. Terdengar munafik, aku selalu menghindarinya tapi diam-diam aku mencarinya.

Wait for me, Jing.

Kucabut bathtub plug sebelum menyusul Jinki yang ternyata sudah selesai. Aku mendengus, Jinki meringis sok bersalah kemudian melangkah kembali ke shower stall untuk membasuh tubuhku yang berlumur busa. Ya, sekarang aku sudah leluasa bersama Jinki hingga kadang-kadang melakukan hal ini. Tidak seperti masa-masa awal ketika aku mendadak ketakutan saat Jinki akan menyentuhku. Agak memalukan jika mengingatnya lagi, aku menangis seperti anak kecil yang takut diimunisasi dan membuat Jinki panik.

Tapi Jinki tidak sama seperti Minho, tidak akan pernah sama. Tidak ada tuntutan, tidak terburu-buru dan yang terpenting Jinki tidak pernah membuatku merasa takut akan kehilangan. Kenapa? Karena tidak ada yang menunggunya selain aku. Jinki milikku sepenuhnya secara mutlak.

Yeobo, kau mau tidak terlihat sedikit seksi untukku?”

Aku menggeleng, tetap mengenakan sleeveless shirt milik Jinki yang sudah terlihat mirip gaun tidur untukku.  Tidak untuk hari ini, mungkin besok atau lusa. Jinki mulai merengek dan aku selalu suka melihatnya seperti ini. Lee Jinki, level designer jenius yang akan dipromosikan menjadi lead designer merengek dan bergaya imut untuk membujuk istrinya memakai gaun tidur yang sesungguhnya.

“Lusa, Jing. Setelah kau pulang kerja.”

Jinki menggembungkan pipinya, ngambek. Kucubit pelan kedua pipi gembulnya sebelum menariknya ke dapur. Jika bayi besar ini sudah ngambek, maka mau tidak mau aku harus membuatkan es krim buah kesukaannya. Aku tidak habis pikir, kenapa Tuhan begitu baik dengan memberikan suami yang menyenangkan sekaligus menyebalkan seperti Jinki setelah apa yang kuperbuat dulu.

“Jing, mau anak laki-laki, perempuan atau kembar?”

Ia mencabut sendok yang semula dikulumnya kemudian menatapku dengan mata membulat. “Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”

“Tanya saja.”

“Terserah, tapi apa aku bisa jadi ayah yang baik menurutmu jika menggendong bayi saja tidak bisa?”

“Hei,” Kubenamkan wajahku ke lengannya. “Maaf, aku sudah memukulmu kemarin saat kau menggendong Hyuna. But at least you know that you would get her hurt if you carry her with that way. Aku tidak bermaksud memukulmu saat itu. Refleks karena khawatir, sulit untuk dijelaskan.”

“Aku percaya kau bisa menjadi ibu yang baik setelah melihat bagaimana kau memperlakukan Hyuna. Jika dengan keponakanmu saja kau bisa sebaik itu, mengurus anak kita tentu bukan hal yang sulit bagimu. Kurasa kebalikannya untukku.”

“Jinkijinkijinki.” Aku menangkup pipinya. “Kau bisa belajar pelan-pelan seperti Oppa. Kau takut menyakiti anak kecil sementara Oppa malah membenci anak kecil, tapi lihat ia sekarang. Oppa sudah seperti ayah super yang selalu ada setiap Hyuna membutuhkannya. Ia selalu yang pertama menyadari apa yang Hyuna inginkan.”

“Hngg, ya.”

But why am I in rush? Harusnya kita bulan madu dulu sebelum punya anak, kan?”

Jinki mengacak rambutku gemas. “Itu yang ingin kutanyakan padamu, sayang.”

“Hmmh, mungkin karena aku merasa sudah lengkap?” Kutatap Jinki lekat-lekat. “Atau karena aku punya Jinki?”

Aku tidak bisa menahan tawa ketika semburat merah menjalar cepat ke pipinya. Ini benar-benar kali pertamanya aku melihat Jinki merona malu. Ia segera melahap es krimnya lagi sambil membuang muka.

“Kurasa memang karena kau, Jing.”

-.-.-.-

Kugenggam lengan Minsol sambil berjalan menuju ruangan tempat peti jenazah ayah Minho diletakkan. Aku tahu bahwa cepat atau lambat aku akan bertemu dengannya, tapi aku tidak ingin bertemu dalam suasana duka seperti ini. Tepat setelah membungkuk kepada keluarga yang ditinggalkan, ibu Minho segera memelukku dan menangis semakin kencang. Beliau mengucapkan terima kasih berkali-kali, bahkan aku tidak mengerti maksudnya karena kurasa aku tidak melakukan apapun untuk mereka.

Aku bisa mengatakan bahwa Minho semakin tampan sekarang. Rambutnya tidak lagi di cat; hitam seperti belanga dan dipotong pendek rapi. Orang pun tidak akan menyangka bahwa ia gigolo, mungkin ia memang sudah benar-benar menjadi director sekarang sehingga  tidak perlu overflowing his charm. Mirip dengan Minho yang dulu kukenal semasa SMA. Pemuda lapangan keras kepala yang akhirnya bertekuk lutut di bawah tekanan buku-buku latihan soal ujian.

Bagaimana kami bicara untuk pertama kalinya, tidak seperti hal-hal yang digambarkan di komik. Aku tidak bertabrakan, menulis surat cinta, menjadi pengagum rahasia ataupun menjadi mentornya. Semua bermula ketika Minho mendadak menghampiri mejaku di pertengahan semester lima dan berkata,

“Kudengar dari teman-teman, catatan milikmu paling menyenangkan untuk dibaca. Boleh kupinjam untuk di fotokopi?”

Lalu aku menyerahkan semua buku catatan hari itu kepadanya. Sejak saat itu, ia selalu kembali padaku karena ternyata cara belajar kami mirip. Kata wali kelasku, aku dan Minho sama-sama bertipe visual, mudah memahami sesuatu dengan melihat.  Aku akan merasa bosan dan malas jika catatanku monoton, karena itu setiap mencatat aku selalu menggunakan bolpoin warna-warni ataupun stabilo untuk menandai hal yang penting sambil sesekali membuat gambar lucu yang berhubungan dengan materi tersebut. Minho tipe visual yang malas jadi ia akan merampok hasil catatanku untuk belajar.

Pemuda itu tidak sepenuhnya parasit. Jika waktu self-study tiba, biasanya anak-anak kelas kami akan meminjam catatan super lengkap dari senior kami yang dulu untuk dibagikan dan dipelajari bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Saat mataku iritasi—salahkan kebodohanku untuk ikut-ikutan memakai circle lens—Minho memberikan sebuah recorder padaku, katanya berisi materi yang akan kami bahas bersama. Isinya bahan yang tertulis di fotokopian untuk hari itu dalam bentuk audio, bukan suara Minho. Milik Jonghyun; sahabat Minho sekaligus mantan penyanyi solo laki-laki di kelompok paduan suara sekolah kami. Ia melakukannya selama nyaris seminggu penuh hingga keadaan mataku membaik. Pada hari terakhir, aku mendengar suara Minho karena suara Jonghyun yang sudah nyaris habis; ia terkena flu berat.

Mungkin karena hal itu kami jadi dekat. Bertemu di sekolah setiap hari dengan kelompok belajar yang sama kemudian ikut bimbingan belajar di tempat yang sama, ia bahkan bertemu denganku lebih sering daripada keluargaku sendiri. Jujur saja, aku juga terkejut saat ia mendadak bercerita bahwa ia diusir dari rumah karena menolak keinginan sang ayah yang menuntutnya mengambil teknik nuklir dan menentang pilihannya di sinematografi.

Aku menyentuh lengan Minsol, tepat tiga puluh menit setelah kami duduk dan minum sedikit. Ia mengikutiku keluar dari deretan pelayat yang lain. Mungkin jika aku duduk agak lebih lama lagi, Minho akan menghampiriku.

“Areum-a.” Aku berusaha tidak panik ketika Minho mencegatku di jalan keluar. “Kita bisa bicara sebentar?”

Aku menggeleng sambil mencengkeram tasku. “Mungkin tidak sekarang, Minho-ya. Lain waktu. Aku harus pergi.”

“Areum-a, kumohon.”

“Minho-ssi, kurasa ada keluargamu yang memintamu untuk segera kembali.” Minsol menarik lenganku perlahan, membawa tubuhku lebih dekat padanya. “Maaf, kami harus pergi sekarang. Permisi.”

-.-.-.-.-

Radang tenggorokan dan masuk angin, Jinki pasti mengomel saat menjemputku nanti. Iya sih, ini salahku karena beberapa hari ini nekat begadang dengan alasan ide mengalir deras. Pekerjaanku selesai dengan rapi dan memuaskan meski harus dibayar dengan pusing dan sebagainya. Begadang di awal musim gugur memang pilihan yang buruk.

“Areum-a?” Refleks aku mencengkeram pinggiran bangku yang kududuki ketika melihat Minho berdiri di hadapanku sambil menggendong anak kecil. “Kau sakit apa?”

Aku hanya menunduk ketika Minho duduk di sampingku. Sial, kenapa semua kursi harus penuh dan namaku tidak kunjung dipanggil oleh apoteker. Aku menoleh karena gerungan anak laki-laki dalam dekapan Minho, ia mengeluh sakit dan mulai merengek minta pulang.

“Sakit apa?”

“Alergi kopi, ketahuan saat makan tiramisu tadi.”

Tanganku terulur, mengelus kepala bocah kecil itu perlahan. Ia menggerung, mengeratkan tangannya yang melingkari leher Minho. Aku segera membungkuk hormat ketika ibu Minho datang. Setelah berbasa-basi sebentar, beliau membawa anak itu keluar sementara Minho menunggu obatnya bersamaku.

“Anak kakakmu?”

“Anakku.” Minho tersenyum tipis. “Namanya Kibum.”

“Ia tampan.”

“Ya, bocah itu mirip mendiang ayahnya.” Ia menepuk kepalaku pelan. “Aku mengadopsi Kibum. Kau pernah dengar bahwa aku tidak akan menikah, kan?”

Aku hanya mengangguk canggung. Tangan Minho yang semula di kepalaku sudah berpindah ke pipiku dan menggosoknya pelan. Rasanya masih sama seperti saat ia melakukannya dulu.

“Selamat atas pernikahanmu. Tidak kusangka si pendek ini sudah menikah sekarang.”

“Heh sumpit! Aku juga tidak menyangka kalau kau sudah bisa mengurus bocah.”

Ya! Bukankah dari dulu aku sudah mengurus bocah menyebalkan sepertimu? Mengurus Kibum lebih mudah dan menyenangkan.”

“Sumpit!”

“Pendek!”

Aku dan Minho sama-sama tergelak. Sumpah ini benar-benar konyol, setelah sekian lama menghindarinya semua berakhir dengan pendek dan sumpit lagi. Minho mengacak rambutku gemas, harusnya kami memang seperti ini sejak lama.

“Nyonya Seo Areum.”

Aku baru saja berdiri ketika menyadari bahwa Jinki sudah berada di loket pengambilan obat untuk mengambil obatku. Benar saja, ia mendumal sambil menghampiriku. Jinki mengecup dahiku pelan, mungkin akan membawaku pulang jika aku tidak menahannya.

“Jing, kenalkan ini Minho.”

Minho berdiri, mengulurkan tangannya yang segera dijabat Jinki. “Choi Minho.”

“Lee Jinki, suami Areum.”

-.-.-.-

“Kopi?”

Jinki mengangguk sambil memijat pelipisnya. Pekerjaannya berat belakangan, ada beberapa proyek yang harus ia kerjakan sekaligus. Selain untuk perusahaan, ia juga sedang mengikuti kompetisi membuat game sebagai wakil dari Starlight. Kusodorkan secangkir kopi hitam ke hadapannya sebelum memijat bahunya yang sekeras bantalan rel.

“Jangan berpikir terlalu keras.” Kukecup puncak kepalanya. “Nanti kau bisa sakit, Jing.”

Ia hanya menggerung sambil menekan telapak tangannya ke wajah. “Yang tadi Sumpitmu?”

“Sumpit?”

Aku terdiam beberapa saat sebelum menjawab ‘mmm’ pelan. Lupa jika Jinki tahu soal Minho dari Minsol. Sepertinya Minsol bercerita hal yang lebih banyak dari yang kuperkirakan. Sumpit dan pendek muncul setelah kami pertama kali bercinta.

“Ia sakit apa?”

His muscles tensed, aku tahu jika Jinki tidak suka membicarakan hal yang sudah lalu. Menyinggung tentang Minho salah satunya, apa maksudnya ia ingin aku berteman lagi dengan Minho seperti ia yang bisa berteman dengan mantan-mantannya? Tapi kenapa harus jika ia tidak suka?

“Bukan Minho, anaknya.”

“Oh, sudah menikah.”

“Adopsi. Ming belum menikah.”

Tanganku bergerak memijat lengannya, namun ia menghentikannya dan memintaku duduk di pangkuannya. This ain’t lovey dovey time but he wanna talk with me. Cara sederhana agar kami tidak terasa seperti sedang berargumen, cara Jinki untuk menyatukan dua kepala kami.

You look happy. Kau sudah baikan dengannya?” Aku mengangguk, bergidik ketika tangan hangat Jinki menyapu pipiku. “Aku sedikit kecewa.”

Aku hanya menunduk dan membiarkan Jinki terus mengelus pipiku. “Jing, are you afraid?”

Yes, it seems like I’m kinda hypocrite. Kau merasa tidak dipercaya olehku, kan?”

“Apa aku terlihat masih menyukainya?”

“Aku bisa melihatnya dari matamu. Kau mungkin bisa berbohong dengan mengatakan bahwa kau tidak menyukainya. But you . . .” Dikecupnya bibirku pelan. “You’re always so obvious, yeobo.

“Tapi aku tidak bermaksud.” Kuremas ujung kaosku. “Aku sayang Jinki.”

I know it.

Kubenamkan wajahku ke lehernya, ia mengelus punggungku perlahan. Aku tidak suka merasa serba salah begini, aku sayang Jinki tetapi aku juga tidak bisa memungkiri bahwa aku juga sayang pada Minho. Tolol memang. Bayangkan saja, aku sudah dimanfaatkan Minho dengan begitu hebatnya kemudian nyaris mati dan berusaha menghindarinya.  Bukankah akan sangat bodoh jika aku kembali padanya?

-.-.-.-

Yeobo, mau temani menonton film tidak?”

“Apa aku tidak salah dengar?” Kulepaskan sarung tangan karet yang kugunakan untuk mencuci piring sebelum menghampiri Jinki di ruang tengah. “Lee Jinki mau menonton film? Ah, jangan bilang jika itu film porno.”

Yeobo,” Jinki memutar bola matanya. “Aku serius. Psy-thriller, crime, kau sudah lama tidak nonton ini, kan?”

Aku mengangguk, belakangan memang lebih banyak film horor and action-romance. Jelas saja aku tidak menonton keduanya, aku benci film setan dan yang kedua aku tidak suka film action yang setengah-setengah.  Jinki menarik tubuhku hingga terjatuh ke sofa sebelum menyandarkan kepalanya ke dadaku, sebentar lagi pasti ia tidur.

Dejavu. Aku merasa familiar di beberapa scene, rasanya seperti pernah melihat tapi aku tidak ingat pernah lihat dimana. Rasanya sulit untuk menarik napas ketika melihat film ini, berulang kali aku mencengkeram lengan Jinki tanpa sadar atau tersentak. Banyak darah dan pola pikir si tokoh utamanya benar-benar cerdas. Aku benar-benar jatuh cinta cinta pada karakter gadis psikopat cosplayer ini. This is the real endless qualm. Gila, bagaimana rasanya dikejar-kejar orang yang dulu pernah kau bully hingga nyaris mati?! Brengsek, aku harus menunjukkannya pa-

Minho.

I admit that he’s great. Pantas saja kau tergila-gila padanya.” Jinki menjepit daguku dan memaksaku untuk melihat ke layar televisi. “And you too, yeobo.

Pada baris terakhir thanks to, ada namaku. Tertulis, for my treasure, Seo Areum. Brengsek!

“Ini film yang akan premiere di bioskop tiga hari lagi.” Jinki memberikan sebuah amplop padaku. “Tiketnya, kita akan datang.”

“Jing?”

“Tadi Minho datang ke kantorku, untuk memberi kopian film sekaligus tiketnya. Ia minta izin untuk bertemu denganmu besok. Katanya ada yang ingin dibicarakan. Mungkin mau minta maaf.”

“Dan kau mengizinkannya?”

“Selama kau mau, tidak masalah.” Ia menyentuh pipiku perlahan. “Kuharap, bekas pukulanku akan memudar saat premiere nanti. Kasihan jika wajah tampannya terlihat tidak sempurna di hadapan khalayak.”

-.-.-.-

“DASAR CHOI MINHO BRENGSEK!”

Mungkin orang-orang yang melihat kami berpikir bahwa aku dihamili Minho dan ia tidak mau bertanggung jawab dengan janin yang ada di perutku. Pria dengan kemeja biru gelap itu segera menarikku duduk sambil melemparkan pandangan minta maaf pada orang-orang di sekitar kami. Benar kata Jinki, ujung bibir Minho robek dan rahang kirinya lebam.

“Kau bisa tenang sedikit, tidak?” Desisnya kesal. “Aku bahkan belum berkata apapun padamu.”

Le Festival International du Film de Cannes dan dua hari lagi premiere? Aku harus sabar di bagian mana, keparat?” Kucengkeram pergelangan tangannya. “Dan sekali lagi kau memakai ceritaku untuk ikut festival, kutuntut kau!”

“Itu untuk hadiah pernikahanmu.”

“Ha?”

“Aku benar-benar berterima kasih ketika kau memintaku untuk pulang ke rumah dan melarangku untuk menghadiri pernikahanmu, Areum-a.” Minho menggenggam kedua tanganku. “Mungkin jika aku tidak melakukannya saat itu, aku tidak akan tahu bahwa Abeoji sudah memaafkanku. Aku akan sangat menyesal jika tidak ada di samping beliau hingga saat terakhirnya.”

Apa ini yang membuat ibu Minho mengucapkan terima kasih padaku?

Minho bilang, satu-satunya alasan untuk kembali ke Korea adalah untuk mengenalkan si kecil Kibum padaku; kurasa ia sudah lupa tentang janji menghadiri pernikahanku. Aku bahkan tidak tahu jika ia sudah lulus dari University of California Los Angeles—yang katanya akan diceritakan lain kali karena terlalu panjang—dan ia menetap sementara di Korea selama penayangan filmnya sebelum kembali lagi ke LA.

“Kau tahu, aku sempat berpikir untuk kembali padamu.”

“Maksudmu pulang kesini?”

Ia menggeleng. “Kembali padamu, merajuk agar kau mau mencintaiku lagi.”

“Mungkin, aku akan melakukannya jika kau tidak menuruti apa yang kuminta saat terakhir kali kita bertemu.”

“Kenapa?”

“Karena aku hanya klienmu dan kau tidak bertanggung jawab jika aku hamil, kan?” Aku hanya tersenyum tipis saat Minho menatapku dengan mata membulat. “Ya, pernah ada Minho kecil di perutku.”

“Sekarang dimana? Apa ia ada bersamamu? Namanya siapa?”

Aku menggeleng, menunduk sambil menggenggam jemari Minho dengan erat. Aku berusaha mengatur napas dan melanjutkan ceritaku, tapi tangisku terlanjur pecah saat Minho berpindah ke sisiku. Aku memang ibu yang buruk. Jika menjaga calon anak pertamaku saja tidak bisa, kenapa aku nekat menantang Jinki untuk merawat calon anak-anak  lain?

“Tapi kau sudah berusaha, Areum-a. Mungkin saja anak itu memang bukan untuk kita.” Minho mengelus punggungku pelan. “Kurasa ini adalah alasan Jinki hyung memukulku kemarin. Ya, aku memang bajingan yang tidak pernah bisa bersyukur.”

“Dan sekarang,” Ia mengusap sisa-sisa air mata di pipiku. “Kurasa aku sudah bisa merawat Kibum dan hidup dengan tenang karena kau dijaga oleh Jinki hyung. Maaf aku sudah pernah membuat hidupmu sangat menderita.”

“Heh sumpit, jika aku tidak dinodai olehmu maka aku tidak akan bertemu dengan Lee Jinki.” Sekali lagi aku membenamkan diri dalam dekapannya. “Thanks. Aku sangat berterima kasih padamu atas pertemanan kita. Terima kasih sudah datang di mejaku saat pertengahan semester lima.”

“Hei pendek, harusnya aku berterima kasih padamu karena sudah membantuku dan berkata ‘your dream is yours. Don’t let other people steal it from you or say to you that you can’t do it1’; jika kau tidak mengatakannya padaku saat upacara kelulusan, mungkin aku tidak akan pernah punya keberanian dan mewujudkan mimpiku seperti sekarang.”

Appa!!!

Aku segera melepaskan diri dari dekapan Minho ketika mendengar suara anak kecil yang berlari ke arah kami. Kibum, dengan Jinki yang setengah berlari mengejarnya. Bocah itu melompat ke pangkuan Minho sambil memamerkan mainannya pada sang Ayah.

“Tadi Uncle Jing memberiku roti isi yang enak sekali, Kibum mau lagi.”

“Kalau Kibum mau roti isi lagi, bilang pada auntie ini.” Jinki menepuk kepalaku pelan. “Kibum dan Appa ikut Uncle makan malam di rumah Uncle, mau?”

Kibum mengangguk antusias. Ia menatap Minho dengan pandangan memohon sambil menggenggam keliman kemeja  pria itu dengan tangan kecilnya. Minho mengangguk dan segera disambut ciuman bertubi-tubi di wajahnya.

“Kibum digendong auntie sini.” Kibum menatap Minho sejenak, menunggu persetujuan ayahnya sebelum kudekap. “Kibum ingin apa selain roti isi?”

“Pasta?” Aku beringsut, membawa Kibum keluar Café dengan Minho dan Jinki yang berjalan di belakangku. “Kibum mau cake juga, tapi bukan yang membuat Kibum sakit.”

“Ah, Kibum pernah sakit karena makan cake?”

Ia mengangguk lucu. “Iya, yang ada kopinya kata Appa.

Auntie juga tidak suka kopi, membuat sakit.”

“Ha? Auntie juga?”

Aku tersenyum mendengar percakapan kedua pria yang berjalan di belakangku. Minho dan Jinki tidak berhenti untuk saling berbisik maaf dan terima kasih, entah tentang apa. Kibum kecil ini juga ternyata cerewet sekali, persis seperti saat aku bersama Minho.

Hidupku ternyata tidak sebrengsek yang kukira. Dulu kupikir hidup selalu bersikap tidak adil, namun ternyata aku salah. Hidup tidak ubahnya seperti double door yang memiliki sisi kanan dan kiri. Awalnya aku memilih sisi kiri bersama Minho, kemudian berjalan bersama Jinki di sisi kanan. Aku bisa saja terus memilih sisi kiri—mengejar Minho dan mengabaikan Jinki— atau berdiam di sisi kanan; hidup tenang bersama Jinki dan melupakan Minho. Namun aku tidak bodoh seperti dulu; memilih satu sisi dan mengabaikan sisi yang lain. Aku sudah mengerti caranya menata batu pijakan dengan Jinki dan kembali berjalan beriringan bersama Minho. Yeah, I go through the middle then walk in like a boss.

22.06

08-02-2014

Footnote:

1 My favorite quote from primaditarahma’s twitter account.

Ps.

Seseorang tidak akan bisa memahami suatu masalah secara total. Bukan, itu bukan kesalahanmu sebagai manusia karena kemampuan manusia memang terbatas; parsial, sebagian. Apalagi jika hanya melalui sudut pandang satu orang. Selama ini kalian hanya tahu masalah ini dari sudut pandang Seo Areum, bagaimana dari sudut pandang Choi Minho dan Lee Jinki? Siapa yang salah, siapa yang tersakiti dan apa yang sebenarnya kedua pria itu rasakan.

Apakah kalian tertarik untuk mengintip?

©2013 SF3SI, Chrysalis

siggy chrysalis

Officially written by Chrysalis, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

55 thoughts on “Double Door [3.3]”

  1. Aku mauuuuu akuuu mauuuuuu aku mauuuuu aku mauuu ngintipppppppp..aku kira mereka bakal reuni sebelum areum nikah,karna secara pribadi aku pengen areum balik ama mino (naluri shipper beraks LOLi) ya karna areum ngasih semuanya k mino kan ya dan she never stop loving him apalagi ada kalomat yg blg”aku akan merajuk supaya kau mencintaiku lagi” berarto kan si kodok kerempeng ite emg cinta jg sama areum..tp ya balik lagi mungkin ini emg ending terbaik yg bsa km kasih chrys, well siapa yg klepek2 jg sama sikap super duper sweet and gentleman kyk jinki..dan ya yg ada disana untuk areum jinki bukan mino..terlalu egois rasanya klo areum terus2an ngejar mino sedangkan d sampingnya ada jinki..kko aku sih pasti milih balik lagi ke laki2 bermarga Choi,yakali tiap ngasih kado dibikinin film..melting gak sih(teriak2 fangirling aaaaaakkk,please just ignore me)weelll weelllll gimanapun aku sukaa sukaaa i love you i love your story i love everything and i love mino and jinki too hahahahaha..klopun ada kekurangan sana sini,yg sebenernya aku sendiri ga tau apa bahaha, aku kira wajar..no body perfect..keep writing great story like this..selama km ga nulis yaoi ato yuri pasti aku baca hahahahahaha

    1. hehehe I know kalo nggak semua bakal setuju dengan akhir cerita ini
      aku sendiri merasa ini ending paling netral yang pernah aku buat
      biasanya suka twist seenak jidat sampe diteror *pengalaman lama*

      ohohohoho kalo masalah hubungan minho-areum dari sudut pandang minho sendiri sebenernya hubungan mereka masih menyimpan banyak rahasia yang nggak bisa dilihat dari satu sisi doang *sok misterius* *disemprot baygon*

      makasih yaampun makasih banget sampe ada yang appreciate segininya
      makasih kaaakkk *peluk sampe penyek*
      I ain’t into yuri dan aku nggak berani nulis yaoi nanti gila
      mungkin sebatas shounen-ai imut-imut aja

      makasih ya kak udah ngikutin selama ini ^^

      1. Jangannnn pleaseee jgn nulis begituan ntr aku ikutan gila hahahahahaha..aaaaakkkkkkkk sama2 loh sama2 udh kasih cerita yg bagus..yup aku ngerti dan emg ini ending terbaik yg bsa km bkin..walau kadang cinta itu buta tp kaadang harus realistis jg(tua banget lah ini omongannya!!)..aku tunggu side storynya tolong di buka semua rahasia2 yg tak bisa dilihat dari satu sisi itu (tsahhhhhhh) hahahahhaa..i will always support you chrys..fighting!!!!!see you :*

  2. Eh, kedengerannya bakal ada cerita lanjutan ehehehe~
    Aku mau dong baca kaaaak, pokoknya kalo jadi di bikinin side story-nya aku baca deeeh.
    Okeh yaa, kalo aku liat sih gak ada typo ya? Udah gitu kakak kayaknya udah mahir menyusun kata-kata.
    Aku tunggu ya side story-nya, fighting~

    1. ya, I plan to make maybe oneshot or double shots for each of them
      tapi nggak dalam waktu dekat jadinya
      karena mungkin bakal ke distract sama ide-ide lain atau tugas dan ujian*minta dikemplang*

      makasih ya udah ngikutin double door sampai selesai 😀

  3. Waahh, akhirnya tamat. Semua berakhir happy ending…
    Jatuh cinta sama karakter Jinki deh.
    Author-nim mansae!!

  4. aku mauuuu mauuu mauuuuuu!!!!! uda lama aku nunggu lanjutan dari cerita ini. sempet takut pemeran utamanya minho. aku pikir areum balik lagi ke minho dan jinki menderitaa, tapi ternyataa….. :””””) endingnyaa ngga terdugaa. bagus bangeet chrys! (karena nolak dipanggil author-nim) sampe mau nangis :”””” ditunggu cerita dari sisi minho sama jinki-nyaa

  5. Oh please, miss areum. You been someone’s sex buddy before, so I don’t get the point why should you cry just because another guy wanted to touch you.

    Back to the point.

    Can i just say I’m happy that this story ended with a perfect happy ending? Untunglah, 3 karakter utamanya bahagia. And I was smiling secretly pas tau nama anaknya Minho itu, Kibum.

    KIBUM. Bum bum bum ciki ciki bum bum

    Of course for me, it always settles down like this: read your story(s), do the eyes rolling for some cheesy scenes, laugh at some inside jokes here and there, smile when several cute moments come up. Ended up reviewing this. It’s a fun rollercoaster ride, really.

    I really need to focus doing my homework from now on. Me, gone! *swoosh*

    1. I dunno that you will like it btw hahaha
      cause kid!kibum is cuuuuteeeee
      and it sounds perfectly fine to call this little boy ciki ciki bum

      I’m glad you like it since I think my works are somewhat too much (typos, not well-settled, too cheesy etc)
      and I think I can fly to the moon because of your compliment huhuhuhuhu much thanks

      sem, semangat! Citra harus semangat!!
      thanks for being a loyal reader and author for meeehhh 😀

  6. YA AAAMMMPPPUUUNNNNN pleeaasseee kak, fitri bukan cuman mau ngintip aja tapi menyibak tirai selebar-lebarnya biar bisa liat, denger dan sebagainya. aaakkk senang sekali areum akhirnya sama jinki wweeheee. akhirnya ya Allah rasanya mau teriak kenceng2 waktu liat ini udah dipost. untung dkampus jadinya nahan diri dikit. kakak beneran mau bikin kelanjutannya?? dua sudut pandang berbeda? jinki sama minho?? kalau beneran ada fitri tunggu ya kak 😀

    1. tapi nutupnya engga pakai curtain btw
      jadi gabisa disibak lebar-lebar :p
      waaah, sebenernya bakal jauh lebih seru kalo kamu teriak di kampus sekalian biar diliatin orang sekampus #plakk
      bukan lanjutan sih, lebih ke side story

      makasih fitri udah rajin ngikutin cerita ini 😀

      1. hahahaha, kalau pun ditutup pake dinding fitri robohin deh pake sendok hihihi :D.
        iya kak sama sama. ditunggu side storynya 🙂

  7. U/komentar di part sebelumnya…
    Sorry, nah itu dia aku lupa, Minho gigolo waktu itu xD
    Iya, sepertinya nanti akan tak buka itu video (kok jd penasaran parah gini) :/
    Sip, aku seneng bisa dpt pengetahuan br dr setiap tulisan yg dibaca, thankseu :))

    U/last part ini gak tau mau komen apa, sebenarnya memang out of expectation dr saat baca awal partnya yg mana mungkin kebanyakan reader prefer Minho-Ahreum. Tp yaa semua hal jg gak selalu sesuai dgn ekspetasi kita #soktau 😀
    Berharapnya Minho menikah juga hoho, sehingga mereka dpt hidup tenang dgn pasangan masing”, tp ya memang itulah jln yg dipilih o/Minho atau lbh tptnya kamu sbg sang empunya cerita 😉
    Mau dong ngintip dr sisi Jinki n Minhonya, tertarik aku! hihi.

    Sippo. Ditunggu ditunggu~ (?)
    Keep writing n fighting ne!!^^

    1. hehehe tuh kan ya
      banyak yang sedih liat part ini
      aku juga sebenernya sedih *author macam apa*
      I can’t promise that the side stories will make it better though
      but at least, I’ll try
      makasih atas semangatnya
      dan much thanks udah ngikutin 3shots ini sampai selesai ^^

      1. Aku udh lht video photoshoot oppadeul, n demi apa, merasakan something tp engga tau apa kkkk. Hanya pose mereka n tampilan yg black&white serta backsoundnya itu… aku jd sedikit tau knp kamu bisa buat ff dr itu, karena emg sesuatu itu #eh #gakjelas #abaikan .
        Berarti kamu author yg ikut merasakan apa yg readernya rasakan berarti hahhaha ngarang bgt.
        Yeah, apapun itu jadinya, semua kembali kpd kamu sang empunya takdir dr sebuah story itu sendiri (?) Kami para reader hanya bisa mengikuti jalannya cerita dgn baik #sokbijak. Yauds, ditunggu ya side stroy-nya (y) 😉

        Sama” ya, thx jg udh buat story yg sedemikian rupanya ini ^^

  8. I really want to have your “jing”
    Aaahh so caring

    Akhirnya happy ending with jinki, good girl good choice haha
    Anyway kapan yaa areum pernah hamil anaknya minho? jinki tau?
    Side story please, it will be interesting

    1. Really? Do you wanna have this Jing? I warn you before, for yours sake
      hahaha kamu ah ini nanyanya yang melampaui batas dan gabisa dijawab sekarang
      makasih ya udah ngikutin sampai selesai ^^

  9. Ya ampun ga tau hrs komen apa,keputusan areum udah bgus, ttp ama jing n trs tmnan ama ming, aku pnasaran apa aja yg dlakuin ming slama ninggalin areum smpe bsa adopsi kibum…aaaa pokokny critain lg dr sisi jing sama ming ya chryyyysss,,,

    1. tuh kan yaaaa
      ada lagi yang nanya pertanyaan yang enggak bisa dijawab
      hahaha ditunggu aja ya, mungkin agak lama karena aku akan menyambut bulan hectic *malah curcol*
      btw makasih dean udah ngikutin cerita ini sampai selesai ^^

  10. aaaahhh udah diposting tho.barutau#sedih
    ungkin kalau aku jadi Areu aku pasti binggung tetap disisi Jinki apa kebali ke Minho
    tapi satu hal yangpasti. Jika ninggalin Jinki aku yakin gak akan bisa nemuin orang yang kayak gitu lagi
    Aku baru tau kalau Areum sempat hamil anak Minho.truz keguguran gt tah???

    Aku penasaran banget ma Side Story nya
    aku pengen lebih mengenal dua tokoh utama d sini
    pokoknya aku tunggu bagen lho~

  11. Chrys, you HAVE TO post the side story from both of men. and God, please give Jing to meeeeee…. *crying*

    kekeke… i’s sweet as ever. but it’s really netral. i mean, i thought you’d bring some kind of problem which’d make Areum get nervous or mad or confuse. but here you are, give them a happy end with happy life

    but i’m curious, why Minho wanted to adopt a child? was it because of Areum and their child or….?

    the conclusion, i just love Jing so much. someone please give him to me~~~ *rolling like crazy*

    i’ll wait for the side story, Chrys^^
    keep writing~

    1. Should I make Jing’s clone for every reader in this post?
      yeaaaaaaaa, I know that it’s flat ending and actually I hate it
      that’s why I decide to put the two addition side for consolation
      *I mean my own consolation since I dunno you’ll like them or not*
      maybe I should make them as annoying as hell with mood flipping and twist everywhere
      that I wish I could hahaha

      In conclusion I’m glad that you feel this story kinda dissapointed
      since it will lead you to read the side story as well *my promotion strategy works well, though* *kidding*
      oh, for the jing’s package, I think you should read the whole side stories to decide whether you’ll really take him out from this pet shop or not hehe

      thanks for the support
      and much thanks for finishing the dish ^^

      1. please create one for meeeee….#rolling around

        i’m really glad you’ll make the side stories. yup, please give us more twists but still, don’t miss your writing style. the style of yours is so cute and i love it.

        haha… so it’s your promotion strategy? you’re sly, Chrys. kekeke… but i’d love to wait for them. it’ll worth, won’t it?^^
        why? why? why?
        what’s with Jing? don’t you make any weird things about him~~~ but, if it’s the best, it’ll okay… #plaak

        yup, just remember you’ve been tied with your promise to give us the side stories. i’ll drop by next time^^

        1. I ain’t sly, just cunning *okay, what’s different* hahahaha
          yeaaa, I hope they’re worth to wait
          I’ll take my time to regain the feeling again
          since I can’t finish jing’s yet
          huhuhuhuhu screw the mid-term-thingy

          not really weird
          but I wanna show you his flaws, his human-side after losing his wings
          it won’t turn as tragedy
          okay, maybe not yet but who knows *slapped*

          yeaaaaaa I know that I’ve been collared by my own promise
          but I’m sure to make it–at least–better than this ending hehehe

        2. oh, damn. don’t talk about mid-term-thingy please.. it reminds me about my own mid term T_T #justforgetit

          alright, alright. i won’t ask anymore about Jing’s side. i’ll just wait for it. more i know, more i’ll get curious. but wait a minute, why i’m always talking about Jing? i forget about Ming. isn’t he the main cast here? kekekeke…

          ok, chrys. i’ll wait for it~

  12. Aku kira areum bakal balik ke minho, ternyata tetep ama jing-,-
    Bakal ada sequel kah kak? Ditungguu terus ffnya yang lainn kak:)))

    1. hahaha ternyata banyak ya yang minta areum balikan sama minho lagi
      personally, aku nggak berharap begitu lho
      sayang ah buang-buang jinki sembarangan *digampar*
      enggak sekuel kok, side stories hahaha
      jadi jangan berharap banyak cerita ini bakal berlanjut
      nanti kamu kecewa

      makasih atas supportnya
      makasih juga udah baca sampai selesai ^^

  13. aku akan meneriakan… SEQUEELLLLL ~(‘o’~)(~’o’)~~(‘o’~)(~’o’)~

    great story. keep writing eonni! aku suka ceritanya, tapi entah kenapa aku agak kecewa sama endingnya, pengen yang lebih greget wkwk (?) jujur aku berharap areum sama minho tapi aku juga pengennya areum sama jinki (?) wkwk XD

    1. THERE WILL BE NO SEQUELLLL!!
      cuma side stories kok

      aku juga kecewa sama ending yang kubuat *digampar*
      lah hayolo masa si areum harus poliandri
      kan disono bolehnya monogami hayoh

      thanks ya udah ngikutin double door sampai selesai ^^

  14. >.< It was on March 26th and I had no clue…!!!
    Sorry, Chrys… It was a tough week for me. *who cares!

    Should I be happy for Areum or envy her?
    ouemji… Oh my Jinki…
    If only Jing here were a real figure in my real world,
    I'd do anything for his love… *slapped
    What a 'big' heart he's got! What a wisdom he gains from his deeds!
    No man would do what he does here for Areum.
    Well, one out of a thousand, perhaps.
    I'm just speechless for Jing's character in this story.

    Don't take conclusion too fast, pal… I'm not finished yet…
    I don't know, there's a kind of weakness here though.
    No body's perfect, right. And Jing is too perfect!
    If you plan to publish the side story of Jing, I hope there will be one, two, or more considerations to make his character more realistic. God… At least he should be jealous with that 'chopstick' guy… Even I myself can't stand imagining Areum and Minho call each other 'sumpit' and 'pendek' in that kind of relax-romantic way… Okay, he bit Minho at last before the premiere. But still… Areum is his wife now… and what-a-hell was that, Areum cried the first time Jinki tried to touch her?
    "Don't say that you saw your forceful Ming in Jing that time, Areum-a."
    I couldn't disapprove more.
    I agree when Jinki said that he was kinda hypocrite. He admitted that he was jealous, but he just loves Areum too much that he expresses that jealousy into a calming and loving things he does for Areum. Who's not gonna fall in love with him.
    Jinki is loving but annoying, for wanting some fruit ice cream when he gets sulky? cm'on it's too cute! And blushing after being praised by his wife… That's too much!
    Kyaaa…. i wanna bite my pillow now. Isn't he too obvious, too…?
    Too obvious to be an innocent mature guy…

    Have I talked two paragraphs already for only my Mr. Nice Guy Jinki…?
    I could talk much longer if I didn't realize that I still have more other things to say.

    I understand Areum's changing personality, or you can say Areum's self-learning, if you feel discomfort with my former term of 'changing personality'…
    kekekeee… Yeah, it's a weird term I choose.
    She was on her dark side of the world, yet taught her much to be a very creative independent woman she is now. And later, she tried to be on the correct track of her life, with a help from his angel-without-wing husband. What makes me not understand is why was she scared of Jinki's "first touch"? Has she been in a trauma due to her previous wild irresistible with Minho that I missed on the previous parts? And please… For someone who said "Serve me well and I'll be your most loyal client" to Minho (that statement successfully gave me goosebumps the first time I read it), I'm a little bit amazed how much Areum can control that 'side' she has inside and only said "wanna join?" to Jinki. Hey… He's your husband now… Everything you both do is considered sacred. hahahaaa… These might be the different impacts on how Areum face these two totally different guys.
    Don't care what people say. I would just pull Jinki to the bathtub if I were Areum…!
    dunno what my mom will do if she knows I just said it.
    *Did I just mention Jinki again when I tried to talk about Areum?

    And again, I don't really get what made Minho live his life like this now. I'm happy for him, of course. I'm happy for his family, too. Thinking how disappointed his family would be if they know who Minho was in his college time besides being a perfectionist and great future movie director made me think that family should know only good sides of us. Family has done much for us for our own good. It's just unfair for them to be hurt for our reckless mistakes in life, especially if we did it intentionally. I believe you have the answer for this, too, Chrys…on the side story of Minho.

    *phew… I hope you'll get what I said. As I've told you, talk about something round and round as if people have their whole life to listen to me. I love Double Door. I didn't really see the weakness points on the previous two parts, but I see some her. I've implied some of them from my silly analyses of the three characters. And one more is, I have to reread again the conversations between Jinki and Areum for I lost idea which statement said by Jinki and which ones said by Areum… a thing like that. The rests, they are great as expected.

    Can't wait for the side story ^^

    1. is this your real signature, miina?
      writing maybe-a-thousand-words-paper that you consider as a comment

      like yes you can give me more than two paragraphs to talk about jinki
      but through my e-mail, not in here
      you just left me awed with how long that descriptive paragraphs could be

      okay about how round that Areum character’s should be, I think she ain’t round enough because of the time gap that I put between first and second part but I’ll try to re-act them through minho’s perspective
      and about the ‘first touch’ that you(and citra)’ve been questioned about
      it will be captured on jinki’s side later

      hahaha yes, and maybe it will come that minho’s will more longer than jinki’s
      does it count as I’m being too biased to Mr. Director?
      but well yeah, since I’m a bad author with no talent of writing storyline
      all of my sequel were ended up being messily tangled, like this *slapped*

      NOOOOOOOO!!!!
      I’m glad that you share your opinion with me
      I like when the readers say everything in their mind or sometimes ask me what I wanna say when my story is too blur
      I’ll count them as suggestion

      thanks for the essay-like-comments for the whole story
      thanks for sharing and bearing my weirdness
      and much thanks for finishing the dish ^^

      ps.
      I was wondering where’ve you been when your comments were suddenly popped out

  15. nope… Not all of my comments are considered a-thousand-words like essay.
    Some of them are quite brief…. heheheeee….

    Talking much more with you via email would be very fun, but I can’t promise to be active checking my email. The reason why I’ve disappeared for almost two weeks is my inability to manage my time. When I have to focus in two or more important things at the same time, I’ll lose my concentration to the others, including doing my interests (my job is absolutely not included!)
    Are you still willing to talk to me via email?

    I love the end of the story, Chrys…
    Jinki with his great personality surely deserves happiness.
    Areum and Minho with their dark past also do. As long as they realize that what they have done was wrong and decide to continue their lives with more responsible and thoughtful decisions in the name of the people they love and and the people who love them. Areum with Jinki, Minho with Kibum…
    Some people will think that it’s so drama that every body gets happiness in the end. While in reality many people end up tragically. But as I’ve said, as long as we decide to do some self-improvement, Allah provides some ways out in moments and times we would have never thought before…

    Wise man says, “There’s a thin line between genius and craziness”…
    I’ve seen it in some authors here…. kekekkeeee…. *peace ^^v

    1. kind of, you can’t make the essay for my upcoming drabblet babies!
      no problem hahaha, I can get the mail anytime and reply ’em anytime *maybe not in the morning I always get morning classes*
      since I don’t think the 140 characters in twitter can fit for our convo
      I think it’s better to catch up with e-mail

      don’t worry, you will see Jing’s human-side in his story
      he’s human after all and he has his own flaws
      feels so sorry for this angel-like-image *crying on jinki’s lap*
      yeah, It means like when you see the life is tragic, then you’ll get your tragedy
      but if you see you the life is funny, you’ll end up with comedy
      *like what I’ve learn in my drama class*
      and better if you know to walk in like a boss hahahaha

      then I’ll go with the crazy line 😀

  16. Ya~ aku mau ngintip dong.. Sial! Keren banget.. Tapi kurang deh bagian onew ama hyenya.. Lucu juga ngebayagin almighty key jadi anak kecil 😀

    soo cool unni.. Luv u… Maksih yaa buat this best ff ❤ .. ❤

  17. Ya~ aku mau ngintip .. Sial! Keren banget.. Tapi kurang deh bagian onew ama hyenya.. Lucu juga ngebayagin almighty key jadi anak kecil 😀

    soo cool unni.. Luv u… Maksih yaa buat this best ff ❤ .. ❤

  18. ARGHH I have been read this for multiple timesssss.. s u k a bangett! Well, aku telat banget sih baru baca di tahun 2018 ini.. lagi iseng buka ini web trus nemu story yang bagus bgttt.. FFnya Chrysalis slalu bagus dan unik bangett cerita dan characternya!! Pingin banget dia buat sequel gtuu biar greget HAHHAA, bakal selalu nunggu kelanjutan Angle…..TT tolong di publishhhhh argh!

  19. Smpai akirnya aku search “Chrysalis” dan bacain postingannya.. dan selalu sukaa! well, tdk untuk yg shounen-ai nya sihh.. tpi suka bgt sma smua plot-nya.. aku berharap ada FF baru lagi dari kamu.. ugh

Leave a reply to deanhanifan Cancel reply