I Love Your Brother – Part 2

I Love Your Brother – Part 2

Title : I Love Your Brother – Part 2
Author : Park Sung Rin aka dorkyflames
Main Cast : Choi Minho, Krystal
Support Cast : Sulli, Jessica, Yuri, Taemin
Length : Chapter
Genre : Romance,Friendship, Family
Rating :  PG-15
A.N. : akhirnya author kembali dengan part 2. Mian ya agak lama.. Tp yg selanjutnya mudah2an ga selama ini, hhee. Oia, makasih buat yg udah baca+komen di part 1.. Yaudah, buat yg udah penasaran silakan langsung baca aja. Happy Reading 😀

“Aku menyukaimu..”
“…”
“Aku menyukaimu,” ulang minho oppa.
Masih tak bisa menjawab, aku hanya memandangnya tak percaya dengan mulut setengah terbuka. Apakah ini benar – benar nyata? Mungkin memang sudah waktunya, pikirku. Akhirnya tiba juga yang sudah lama aku tunggu. Aku tahu penantianku tak kan sia-sia. Minho oppa masih berdiri di tempatnya dengan menatapku. Aku tidak tahu harus berkata apa. Bukankah seharusnya dia juga memintaku menjadi yeojachingu-nya? Katakan, oppa! Aku akan jawab iya.
“Would you be my girl ?”
Nah, itu dia! Aku menarik nafas dengan susah payah. Saatnya aku mengiyakan. Tapi, chakaman! Bagaimana dengan Sulli? Dia akan marah kalau oppanya punya pacar. Dan yang terpenting, dia akan marah padaku juga kalau tahu akulah pacar minho oppa. Pastilah dia akan mengataiku pengkhianat atau apapun itu. Aish, aku tidak ingin menolak minho oppa. Aku sudah terlalu lama bersabar untuk menunggu. Tapi aku lebih tidak ingin kehilangan sahabatku. Sekarang minho oppa berdiri di depanku menunggu jawabanku, dan sebentar lagi pasti Sulli akan kembali dari toilet. Aku harus jawab apaa??? Waktuku tidak banyak.
“HUAA, EOTTEOKE ??” teriakku sambil menutup wajah dengan kedua tanganku.
“Krystal!”
“Eotteoke..Eotteoke?” kataku tanpa membuka wajahku.
“KRYSTAL!” kali ini suaranya lebih keras.
Suara seorang yeoja, jelas bukan Minho oppa. Tapi siapa? Apakah Sulli? Tapi suara Sulli tidak seperti ini. Suara ini terdengar lebih galak dan sadis.
“Ya! Kau ini..”
Kemudian sebuah tangan menarik tanganku menjauhi wajahku dengan paksa. Aku bisa melihat sekitar sekarang. Tidak ada minho oppa lagi! Kemana dia pergi? Kenapa dia meninggalkanku? Dan aku sudah tidak berada di kantin lagi. Loh, ini kan….kamarku! Jadi ternyata…cuma mimpi?
“Nah, akhirnya bangun juga!” kata suara judes tadi.
Aish, bagaimana bisa aku melupakan suara ini. Seharusnya aku tahu dari awal kalau itu adalah suara Jessica onnie.
“Huaa, onniee!!! Kau merusak mimpi indahku,” kataku kesal.
“Harusnya kau bilang terimakasih padaku,” omelnya tidak terima. “Memangnya kau mimpi apa sih? Terus mengigau Eotteoke..eotteoke..” dia merengek – rengek meniruku.
“Onnie!” aku melempar bantal ke arahnya.
Aku kesal melihatnya meniruku dengan rengekan yang berlebihan begitu. Dia tidak tau sih betapa dilemanya aku. Meskipun cuma dalam mimpi sih..
“Cepat mandi kalau tidak mau terlambat ke sekolah!” titahnya dengan galak sambil pergi.
Dengan linglung aku pun melangkah ke kamar mandi sambil menggerutu. Sungguh tidak adil! Semuanya terlihat begitu nyata. Tapi kenapa cuma mimpi?
—xxx—-
Sepanjang perjalanan menuju sekolah aku masih merasa kecewa dan menyesal karena mimpi ini. Aku tidak bisa menerima kalau ini semua hanya mimpi. Ah, pantas saja sikap Sulli dan Minho oppa sangat aneh. Sulli tidak pernah mau ke kamar mandi sendiri dan sejak kapan Minho oppa bisa bersikap begitu canggung? Dia adalah orang tercuek dan tersantai di dunia. Seharusnya aku menyadari ada yang tidak beres. Meskipun sejujurnya aku sangat menginginkan Minho oppa benar – benar menyukaiku. Tapi setidaknya ini sedikit menolongku, aku tidak perlu repot – repot pusing memikirkan dilema antara Sulli atau Minho oppa.
Akhirnya sampai juga di sekolah. Terlalu banyak melamun membuat perjalananku terasa begitu singkat. Setelah meminta supir menjemputku seperti biasa, aku segera melangkahkan kaki menuju ke dalam area sekolah.
“Krystaaal!!!” sebuah suara cempreng yang sangat ku kenal.
Bersamaan dengan itu sebelah tangan merangkulku.
“Sulli-aah..” kataku lesu.
Kalau ada Sulli sudah pasti orang itu juga ada di sekitarnya. Dan kali ini Minho oppa tepat mengikuti di belakang Sulli. Sudah ku duga dia sama sekali tidak ada raut muka bersalah. Tetap dengan pose cueknya.
“Apa kabar?” tanya Sulli riang.
“Sedang tidak enak hati,” jawabku tepat saat aku bertemu pandang dengan Minho oppa.
Aku cepat – cepat mengalihkan pandangan. Entah kenapa aku jadi sedikit marah padanya. Aku menunggu telepon darinya dari siang sampe tengah malam. Bahkan tidur pun tidak nyenyak karena memimpikannya! Dan sekarang dia sama sekali tidak menyinggung hal itu. Setidaknya katakan ‘mianhae’ padaku, oppa.
“Kenapa? Siapa yang membuatmu begitu?” tanya Sulli.
Oppamu! Jawabku dalam hati. Tapi yang terucap dari mulutku, “Tidak ada. Cuma mimpi buruk.”
—xxx—
Sepulang sekolah Sulli berkata padaku bahwa Minho oppa mengajaknya ke sebuah kafe baru milik temannya. Dan tentu saja Sulli juga mengajakku. Aku sudah berusaha menolak tapi bukan Sulli namanya kalau tidak bisa membujukku.
“Kajja! Tadi jam terakhir kelas oppa kosong jadi sekarang dia sudah menunggu di tempat parkir,” kata Sulli begitu bel berbunyi.
“Kau pergi duluan saja, aku ada urusan dengan guru,” kataku.
Memang benar aku harus mengumpulkan tugas seni rupa yang sebenarnya sudah sangat terlambat.
“Aku ikut bersamamu.”
“Ya, kenapa tidak kesana duluan menemani oppa-mu?” kataku heran.
“Shireo! Aku lebih suka bersama Krystal onnie..” jawabnya nyengir.
“Pertama, kau lebih tua dariku jadi jangan panggil aku onnie! Kedua sebenarnya kakak kandungmu itu siapa? Aku atau Minho oppa? Dan terakhir, aku mau menemui Heechul songsaenim, apa kau tetap mau ikut?” cercaku.
Aku tahu dia tidak suka Heechul Songsaenim yang terkenal galak. Lagipula Sulli sudah menjadi langganan pengumpul tugas paling belakangan. Tugas yang terakhir pun dia sama sekali belum menyentuhnya. Jadi dia pasti takut kena omel.
“Heechul songsaenim ?”ulangnya. “Kalau begitu aku akan pergi menemui oppa saja,” kata Sulli akhirnya.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Sebenarnya Heechul Songsaenim sedang dinas di luar kota. Jadi aku hanya perlu meletakkan tugasku di mejanya. Mianhae, Sulli-ah. Aku lagi BT gara-gara oppa-mu. Jadi sebaiknya aku sendiri sebentar saja.
“Tapi kau tidak sedang membohongiku kan?” kata Sulli tiba-tiba.
“Aniyo!” jawabku sedikit gugup.
“Awas kalau kau tidak meyusul kami ke parkiran,” ancamnya.
“Tunggu saja disana, aku akan datang.” Kataku sebal.
“Ne, annyeong Krystal!!” Sulli pergi dengan senyum mengembang.
Anak ini..kenapa dia tidak bisa pergi sekali saja tanpa aku? Huh, sekali – kali tidak  apa – apa sih. Tapi kalau aku sedang ingin sendiri kadang bocah itu jadi terlalu berisik. Dan lagi – lagi kenapa aku harus bertemu namja itu lagi?!
Aku sudah meletakkan tugasku dengan sukses. Lalu aku berjalan lambat menuju parkiran. Aku kembali berpikir. Apa tidak berlebihan aku jadi marah begini pada Minho oppa? Dia cuma lupa menelepon. Semua orang sering juga melakukan kesalahan itu. Dan siapa juga aku bagi Minho oppa? Cuma teman adiknya. Sama sekali tidak ada hak untuk marah. Aish, krystal..makanya lain kali jangan terlalu banyak berharap!
Aku segera mempercepat langkahku. Aku banyak bersalah hari ini. Aku tidak mau membuat Sulli dan juga Minho oppa menunggu lebih lama lagi. Di sebuah kelas di ujung lorong aku melihat seorang namja yang ku kenal. Dia tinggal tak jauh dari rumahku. Karena dia melihat ke arahku, aku pun tersenyum menyapanya.
“Krystal!” panggilnya.
Tumben dia memanggilku. Meskipun eomma kami berteman baik, tapi kami bisa di bilang jarang berbicara. Sepertinya kali ini ada yang ingin dia sampaikan padaku.
“Taemin, ada masalah ?”
Ku perhatikan dia sedikit ragu saat memanggilku. Dan sekarang dia tampak sedang berpikir keras. Mungkin dia benar – benar sedang ada masalah.
“Butuh bantuanmu,” jawabnya. “Tapi aku perlu bicara denganmu terlebih dahulu.”
“Arasseo,” jawabku, meskipun sedikit aneh tiba – tiba dia minta tolong padaku. “Tapi sekarang aku sedang buru – buru.”
“Oh, gwenchana!” potongnya tiba – tiba. “Gwenchana.. ” ulangnya tersenyum canggung, kemudian dia mengeluarkan gumaman pelan yang masih bisa aku dengar samar, “Seharusnya aku tidak usah bilang, pasti dia pikir aku orang aneh..”
“Bukannya aku tidak mau menolongmu, Taemin. Tapi Sulli sedang menungguku di parkiran.” Jelasku. Aku tidak ingin dia menganggapku orang jahat.
“Sulli?” ulangnya dan aku mengangguk. “Kalau kau bersedia, kau bisa pulang bersamaku, rumah kita kan tidak jauh. Dan mungkin kita bisa membicarakan masalahku di jalan. Bagaimana?”
“Mwo?” kagetku.
Apa anak ini benar – benar menganggapku bisa menolongnya? Sampai dia ngotot begini.
“Hahaha, aku tahu pasti kau tidak mau ya? Tidak apa – apa kok. Lupakan saja ajakanku tadi,” Taemin tertawa garing.
Err,, aku jadi bingung sekarang. Taemin tampak kacau hari ini dan dia begitu yakin aku bisa membantunya. Akan sangat jahat kalau aku menolaknya. Padahal eomma Taemin begitu baik padaku, beliau pernah memberiku jaket rajutannya sendiri. Aku tidak bisa menolak lagi.
“Baiklah, aku pergi denganmu!” kataku akhirnya.
“Jinja? Kalau begitu ketemu di depan gerbang. Ok?” Taemin pergi menyiapkan motornya dengan wajah berbinar.
Dari kecil aku kenal Taemin, tampaknya bocah ini tidak banyak berkembang – kecuali tinggi badannya. Wajahnya tetap saja imut dan sikapnya masih sangat polos. Padahal sekarang kami sudah SMA. Ckck. Oia, aku harus menelepon Sulli untuk membatalkan janjiku.
“Mianhae, aku tidak bisa ikut. Ada urusan mendadak. Jeongmal mianhae..” kataku via telepon.
“Gwenchana, Krystal-ah? Suaramu terdengar lesu..” Sulli terdengar khawatir.
“Nanti aku ceritakan. Bye..”
Aku pun menutup telepon dan berjalan menuju depan sekolah. Fakta bahwa aku tidak jadi pergi bersama Sulli dan Minho oppa ternyata membuatku sedikit kecewa. Sampai depan gerbang sekolah, Taemin sudah menunggu dengan motornya. Dan aku masih bisa melihat mobil Minho oppa berbelok di ujung jalan. Aku menatapnya dengan pandangan tidak rela. Hari ini aku ingin sekali naik mobil itu.
“Ini helmnya, Krystal.” Taemin memberikan sebuah helm padaku.
“Ne.”
—xxx—

Jam 4 sore aku baru bangun dari tidur siangku. Karena merasa sangat gerah aku langsung mandi. Dan tepat ketika aku keluar dari kamar mandi, HP ku berbunyi nyaring.
I call .. i call.. chocholate love..
Aku menyambar HP ku dari atas kasur dan segera tahu siapa yang meneleponku.
“Sulli-ah?”
“Krystal-ah, aku sudah meneleponmu berkali – kali.” Keluhnya.
“Mianhae. Baru bangun tidur terus mandi,” jawabku. “Bagaimana tadi, jadi ke kafe?”
“Ne..ternyata itu kafe milik tetangga kami, Yuri onnie. Tadi kami bertemu disana. Sebenarnya dia kuliah di Jepang, aku baru tahu kalau dia sudah pulang.” Kata – kata Sulli terdengar aneh di telingaku. Sepertinya ada nada tidak terlalu suka.
“Kalau begitu acaranya pasti seru kan?” aku coba memancing.
“Err- sebenarnya, aku tidak terlalu suka dengan Yuri onnie.” Ungkapnya, ternyata benar dugaanku. “Asal kau tahu ya, sebelum Yuri Onnie ke Jepang, oppa sangat menyukainya, tapi aku tak tahu mereka sempat pacaran atau tidak..”
Deg!
Ku rasakan jantungku berdegup tidak wajar. Dan bersamaan dengan itu, meskipun aku tidak pernah melihat yang namanya Yuri Onnie, tapi aku sudah bisa membencinya. Aku bisa membayangkan betapa bersemangatnya Minho oppa pergi ke kafe itu. Pasti hanya semata-mata untuk bertemu Yuri onnie. Dan aku muak membayangkannya. Oke, aku akui aku cemburu sekarang.
“Krystal-ah!”
“Ne!” kagetku dengan panggilan tiba – tiba Sulli.
“Kenapa diam saja? Oia, ceritakan padaku tentang tadi siang. Tadi suaramu terdengar lesu, apa kau benar – benar tidak apa – apa?”
“Tadi siang?” ulangku.
“Ne! Kau janji akan cerita kenapa batal pergi ke kafe bersama kami.” Kata Sulli sedikit kesal.
Ah, iya! Senyumku mengembang saat teringat pada bocah polos bernama Taemin. Aku tak menyangka dia meminta tolong padaku untuk hal ini. Aku masih ingat persis kata – kata Taemin ini :
“Krystal, bantu aku mendekati Sulli. Oppanya membuatku sangat kesulitan.”
Tentu saja aku mengiyakan. Karena aku yakin sebenarnya Sulli juga ada rasa dengan Taemin. Beberapa kali ada waktunya saat Taemin lewat dan tersenyum canggung kepada kami, Sulli selalu bilang, “Aigo, namja itu cute sekali..”
Awalnya aku sama sekali tidak pernah menyangka namja sepolos Taemin bisa jatuh cinta juga. Tapi ku pikir dia namja yang cukup baik, jadi aku setuju mendekatkannya dengann Sulli. Lagipula aku pikir mereka akan sangat serasi karena sama – sama cute.
“Ya, Krystal! Kenapa kau diam lagi? Hari ini sepertinya kau terlalu banyak melamum..” protes Sulli.
“Ani, siapa yang melamun..” sanggahku.
“Chakaman, oppa memanggilku..jangan di tutup, aku segera kembali.”
“Hmm,” gumamku.
Terdengar langkah kaki menjauh. Sesuai perintah, aku tidak menutup telepon. Aku menunggu Sulli sambil tiduran dan memejamkan mata. Menikmati angin berhembus pelan yang masuk melalui jendela kamar. Ah..nyaman sekali.. kamarku memang tempat paling nyaman sedunia. Itulah kenapa aku hobi tidur, hhii.
“Yoboseyo.”
Suara berat seorang namja terdengar dari telepon.
“Oppa?”jawabku.
“Sulli sedang mengangkat telepon dari Eomma, dia minta aku memberitahumu untuk menunggu..”
“Arasseo, gomawo oppa..”
“Hm..” gumamnya.
Kemudian, hening. Aku selalu saja canggung kalau hanya berdua dengan Minho oppa, tanpa Sulli. Rasanya ingin sekali mengobrol, tapi tidak tahu harus membicarakan apa. Aku tidak pernah memulai percakapan. Aku selalu akan diam saja sampai minho oppa mengajakku bicara.
“Kau masih disana?” akhirnya dia memulai juga.
“Ne..” jawabku. “Oia, mianhae sudah membuatmu menunggu tadi siang..” entah mengapa aku tiba – tiba teringat hal ini.
“Hmm,, aku menunggu cukup lama juga sih, sampai kau tiba – tiba membatalkannya,” katanya.
Sekarang aku benar – benar merasa bersalah.
“Jeongmal mianhae, oppa.” Kataku bersungguh-sungguh.
“Aku bisa mengerti kalau kau lebih memilih pergi dengan namja itu..”
Jeder! Kalimatnya sukses membuatku kaget setengah mati. Jangan – jangan dia melihatku bersama Taemin. Aduh, bagaimana kalau dia bilang pada Sulli? Pikirku panik.
“Apakah dia teman sekelas kalian?”
“Oppa bicara apa sih? Aku tidak mengerti..” aku berusaha beralasan, tapi aku sendiri juga menyadari kalau suaraku tidak terdengar meyakinkan.
“Ck, jangan coba berbohong..”
“Ani!” ngototku.
“Kalau begitu kenapa suaramu jadi panik? Oh..jangan – jangan kau juga masih merahasiakannya dari Sulli kan?”
“Oppa, jangan begitu..”
“Karena kau teman baik Sulli, aku cuma ingin tahu apakah dia namja baik atau bukan? Sekarang katakan siapa dia?”
Huh, sebegini protektifnya Minho oppa padaku yang cuma teman baik dongsaengnya. Aku yakin pasti dia lebih protektif lagi kepada Sulli. Itulah kenapa Sulli tidak pernah punya pacar karena pasti para namja takut mendekatinya.
“Oppa, apa oppa juga seperti ini pada Sulli?” aku tiba – tiba merasa iba pada Sulli.
“Seperti ini bagaimana maksudmu? Jangan bilang kau mengataiku over protektif?”
Nah, itu kau tau juga! Jawabku dalam hati. Tapi aku diam saja tidak menjawab.
“Sekarang coba kau pikir, apa aku salah kalau aku hanya ingin dongsaengku mendapatkan yang terbaik?” katanya terdengar agak kesal.
“Aku mengerti..” aku menjawab lirih. “Setidaknya hargai juga pendapat Sulli..”
“Ya, jangan bawa – bawa Sulli ! kita sedang membicarakanmu. Bukan Sulli. Jangan mengalihkan pembicaraan..” ujarnya dengan nada galak.
Aku mendengus kesal. Sekarang aku jadi mngerti kenapa Sulli kadang bisa begitu kesal dengan oppanya. Tentu saja karena sikap overprotektifnya. Aku tahu maksud minho oppa memang baik. Tapi sangat menyebalkan kalau sudah terlalu berlebihan seperti ini.
“Sudah ku duga pasti diam saja.. Pasti bingung mau beralasan apa.” Minho oppa bergumam, tapi sepertinya dia sengaja supaya aku bisa mendengarnya.
Bukannya minta maaf karena lupa meneleponku, tapi minho oppa malah tahu – tahu mengomeliku tidak jelas begini. Aku cuma bisa menarik nafas dalam menahan kesal. Kalau Jessica Onnie yang berbicara begitu aku pasti sudah berteriak kepadanya. Sabar, Krystal.. pikirku. Rasanya ingin juga meluapkan kekesalanku padanya, membantah semua tuduhannya. Tapi aku bingung mau mengatakan apa. Aku tidak mungkin berbohong. Toh, minho oppa juga sudah lihat yang sebenarnya. Dan tidak  bisa juga mengatakan yang sesungguhnya..belum bisa sekarang.. aku cuma bisa berusaha memikirkan hal positif Setidaknya Minho Oppa sudah begitu memperhatianku seolah – olah aku adik kandungnya.
“Oppa, berikan ponselnya!” terdengar suara Sulli disana.
Aku bernafas dengan lega. Kau memang penyelamatku, Sulli-ah.. Minho oppa terdengar berdecak kesal sebelum akhirnya dia menyerahkan ponsel itu pada Sulli. Terdengar juga suara pintu yang di tutup menandakan kalau minho oppa sudah meninggalkan kamar Sulli.
“Krystal, apa dia mengganggumu lagi? Menceramahimu yang tidak – tidak ?” tanya Sulli begitu menerima ponsel.
“Anio!” jawabku.
Kenapa dia bertanya begitu ya.. Apa dia mendengar kata – kata Minho Oppa tadi. Ah, bisa rusak rencanaku tentang Taemin.
“Tampang juteknya mirip banget kalau aku membantah wejangannya,” kata – kata ini membuatku kembali lega. “Sudahlah, tidak penting! Sekarang, kenapa tadi kau meninggalkan kami?”
Ck, mulai lagi anak ini.
“Aku cuma di minta membantu merapikan beberapa dokumen.” Tentu saja ini berbohong.
“Oh..apa Heechul seongsanim menanyakanku? Menyuruhku segera mengumpulkan tugas?” tanyanya.
“Tidak.”
“Ah..coba kalau aku ikut denganmu tadi..Begitu melihat wajahku, pasti dia sudah mengomel bla..bla..bla.. Tapi ikut ke kafe juga tidak menyenangkan..Aish.. Lebih menyenangkan sebetulnya kalau kau menemaniku.”
Dan mulailah percakapan tidak penting kami. Tapi harus ku akui cukup mengobati kekesalanku.
—xxx—
Suatu siang yang panas.. Mentari sedang gencar – gencarnya memancarkan panas. Aku menunggu di jemputan di depan gerbang sekolah dengan kesal. Sudah hampir satu setengah jam aku menunggu. Sialnya mobil jemputanku bocor di jalan dan sedang dalam perbaikan di bengkel. Aku tidak tahu lagi harus menunggu lagi sampai kapan. Kepalaku sudah pusing karena kepanasan. Kurasakan kakiku juga mulai kesemutan karena terlalu lama berdiri.
Aku pun memutuskan untuk berjongkok dan menutup kepalaku dengan tas. Kalau begini aku menyesal sekali kenapa aku tidak tahu jalur – jalur bus. Andai saja aku tahu, aku bisa naik bus dalam keadaan terdesak seperti ini.
“Krystal, gwenchana?”
Aku mendongakkan kepalaku, melihat motor yang berhenti tepat di depanku.
“Ah, Taemin..” aku langsung berdiri dengan senyum penuh harapan.
Tapi senyum itu segera sirna saat melihat namja lain yang ada di belakang Taemin, memboncengnya. Musnah sudah harapanku untuk bisa pulang nebeng.
“Tidak pulang?” tanyanya.
“Mobil jemputanku masih di bengkel.” Aku pun kembali berjongkok dengan lesu.
“Sepertinya kau sudah lama menunggu ya, aku akan mengantar teman dulu dan kalau kau belum juga di jemput hubungi aku, arraseo? Kau punya no ponselku kan?” katanya lagi.
“Ne,” jawabku pelan.
“Baiklah, aku pergi dulu. Annyeong..”
Aku cuma mengangguk. Kenapa paman yang bertugas menjemputku belum juga datang? Aku kembali menutup kepalaku dengan tas untuk menghindari terik matahari dan menunduk menatap tanah sambil merutuki nasib. Taemin sedikit memberi secercah harapan tapi aku tidak tahu seberapa jauh rumah teman Taemin tadi.
“PIM..PIM!!!!!” suara klakson mobil mengagetkanku.
Tadinya kupikir jemputanku sudah datang. Tapi ternyata mobil Sulli. Kaca mobil perlahan turun, memperlihatkan pengemudinya. Minho Oppa! Dan dia terlihat sendirian saja tanpa Sulli.
“Ayo naik!” katanya. Dari nadanya sepertinya dia masih agak kesal gara – gara perbincangan kami kemarin sore.
“Oppa tidak bersama Sulli?” tanyaku sambil mendekat dengan ragu.
“Dia bilang sedang di rumah Suzy untuk mengerjakan tugas kelompok. Apa kau tidak tahu?”
“Ah ya benar, aku lupa..” aku menepuk dahiku sendiri.
“Mau naik tidak?” tanyanya tidak sabar.
Aku menggigit bibir bimbang. Tidak ada Sulli disini, sudah pasti akan sangat canggungg nanti. Tapi aku sudah tidak kuat menunggu terlalu lama lagi. Aku memandang Minho oppa dengan ragu, dia terlihat semakin tidak sabar dan akhirnya aku mengangguk pelan. Minho oppa segera keluar dari mobil dan membuka pintu depan untukku. Dia memang selalu membukakan pintu untukku dan Sulli. Tapi ini yang pertama kalinya dia membukakan pintu hanya untukku, membuatku sedikit geer.
Sepanjang jalan kami diam. Ini pertama kali kami duduk bersebelahan. Aku hanya menatap jalan yang ada di depanku sedangkn Minho oppa menyalakan musik dan mulai bersenandung sambik konsentrasi menyetir. Lalu ada sebuah pesan masuk ke HP ku, aku membukanya.

From : Taemin
Jemputanmu sudah datang?
Apakah aku perlu kembali
menjemputmu?

Oh iya, aku sampai lupa mengabari Taemin. Dan aku juga harus bilang pada supir untuk tidak usah menjemputku.
“Krystal-ah, mianhae.. Ponselku rusak, jadi aku tidak bisa menghubungimu beberapa waktu yang lalu..” kata minho oppa.
Aku memandangnya, dia masih memandang ke arah depan. Ke arah jalanan. Dia sedang bicara padaku kan? Siapa lagi? Cuma aku disini. Akhirnya dia menyinggung hal ini juga. Dia tidak lupa ternyata, hanya saja ponselnya rusak. Harusnya dia bilang dari dulu. Jadi aku tidak salah paham padanya.
“Ne, gwenchana oppa..” jawabku.
“Sebenarnya aku cuma ingin membicarakan tentang ulang tahun Sulli 2 bulan lagi. Aku ingin menyiapkan surprise party, kau bisa bantu kan?” kata minho oppa sambil terus menyetir.
Aku tersenyum getir. Jadi ini yang ingin dia katakan. Tentu saja mimpiku beberapa waktu yang lau terlalu mengada – ada. Aku tidak seharusnya terlalu banyak berharap. Ingat posisimu Krystal, kau hanyalah seseorang yang dia anggap dongsaengnya. Tidak lebih dari itu!!
“Ada apa Krystal? Kau tampak tidak senang?” minho oppa sedikit melirikku.
Aku segera mengubah ekspresiku, “Mungkin.. karena aku masih kesal gara – gara menunggu jemputan tadi, oppa,” alasanku. “Oia tadi oppa bilang surprise party untuk Sulli? Tentu aku sangat senang membantumu.” Tambahku lagi dengan nada ceria.
Sulli adalah teman terbaikku. Dia adalah orang pertama yang memberi ucapan ulang tahun untukku setiap tahunnya, dan juga yang memberi surprise. Aku juga harus memberi yang terbaik untuk teman terbaikku.
“Baiklah, waktu kita tidak banyak.. Mampir rumah dulu bagaimana? Mumpung tidak ada Sulli, kita bicarakan hal ini sebentar..” rumah mereka memang lebih dekat dari sekolah dibanding rumahku.
“Haruskah sekarang, oppa?”
“Kau tahu sendiri kegiatanku banyak, aku tidak bisa memastikan kapan lagi kita bisa bertemu. Tapi kalau kau ada acara,, ya sudah. Kau akan langsung aku antar ke rumahmu.” Aku menangkap ada nada sedikit ketus dari nada bicaranya.
“Tidak apa – apa, oppa. Mampir ke rumah oppa dulu saja, mumpung Sulli tidak ada di rumah jadi kita bebas berbicara.” Jawabku akhirnya.
Benar juga kata Minho Oppa. Semakin cepat kita bicarakan semakin baik. Sebelum Minho oppa menjadi sibuk. Aku cuma berharap semoga tidak ada kecanggungan lagi nanti.
—xxx—
Sampai di rumah  mereka, aku menunggu di teras sementara Minho Oppa masuk ke dalam rumah. Dia bilang mau ganti baju dulu. Tapi kemudian dia kembali dengan dua gelas orange juice di tangannya.
“Gomawo, oppa..” kataku.
Dia cuma mengangguk. Kami duduk berhadapan sekarang. Aku memandang minumanku dalam – dalam untuk menghindari grogi.
“Kau tahu kan, Krystal.. Appa dan Eomma sudah lama tinggal di Jepang demi kepentingan pekerjaan dan mereka meninggalkan aku dan Sulli.” Entah kenapa tiba – tiba Minho Oppa bicara begitu. Wajahnya serius, tapi dia bicara tanpa memandangku, melainkan menerawang ke langit. Aku jadi berani memandang wajahnya.
“Sejak itu Sulli adalah hal terpenting bagiku. Aku merasa akulah yang harus menjaga Sulli. Itulah kenapa aku sering bawel. Aku cuma selalu mencemaskannya..”
“Aku mengerti, oppa..” kataku, berusaha memberi dukungan untuknya.
Aku tahu ini pasti berat bagi mereka. Sebenarnya sudah lama aku merasa iba pada mereka. Tapi juga kagum. Mereka pasti sangat kurang kasih sayang orangtua, tapi itu seperti bukan masalah bagi mereka. Minho Oppa dan Sulli adalah kakak adik yang kuat. Apalagi Minho Oppa selalu melindungi Sulli. Jadi aku yakin mereka berdua akan baik – baik saja. Selama ini baik Sulli maupun Minho Oppa tidak pernah mengeluh tentang hal ini. Makanya aku heran kenapa tiba – tiba Minho Oppa membahasnya.
“Ya, aku tahu kau pasti sangat memahami hal ini. Jadi aku memutuskan untuk memberitahumu..”
Aku kembali memandangnya penasaran. Memberitahu apa ya? Entah kenapa aku merasa wajah Minho Oppa seperti berubah menjadi sedih.
“Aku sudah membicarakan ini dengan Eomma dan Appa. Eomma akan kembali menetap di Korea untuk menangani kerjasama dengan beberapa perusahaan Korea.”
“Itu bagus sekali, oppa..” kataku.
Dengan begitu Sulli bisa sering bertemu Eomma nya. Dia pasti akan senang.
“Lalu sebagai gantinya, aku akan meneruskan pendidikanku di Jepang. Sambil membantu bisnis Appa disana.”
Mataku membulat sempurna. Menatapnya dengan tatapan kaget campur tak percaya. Kalimatnya membuat dadaku terasa sesak. Hal yang aku takutkan benar – benar terjadi. Aku takut kehilangan Minho Oppa, aku takut tidak bisa bertemu dengannya lagi.
“Meskipun ini juga adalah impianku selama ini, tapi sangat berat meninggalkan Sulli. Tolong jaga Sulli ya..Cuma kau yang benar – benar mengerti Sulli, jadi cuma kau yang aku percaya..”
Aku sudah hampir menangis sekarang, kalimat ini sangat mengharukan untukku. Dia bahkan mempercayaiku untuk menjaga Sulli. Apa dia benar-benar akan pergi? Sangat sulit untuk mempercayainya. Tapi wajah Minho Oppa juga tidak memberikan tanda-tanda kalau dia sedang bercanda. Aku berusaha menahan airmataku agar tidak jatuh.  Memalukan kalau aku sampai menangis di depannya. Ah, opaa.. andwaee..
“Apa Sulli sudah tahu hal ini?” aku bertanya dengan suara bergetar.
Dia menggeleng.
“Aku belum berani bilang,” jawabnya.
Aku menarik nafas dalam, mencoba menguasai diriku. Pandanganku sudah kabur karena banyaknya air mata yang ku tahan. Aku jadi membayangkan bagaimana reaksi Sulli nanti kalau dia tahu. Aku yang bisa di bilang bukan siapa-siapanya Minho Oppa sangat terpukul dengan kabar ini. Apalagi Sulli?  Meskipun dia sering kesal dengan oppanya tapi aku berani bertaruh dia tidak akan suka kalau oppanya meninggalkannya. Bagaimana pun juga mereka sudah terbiasa bersama – sama.
“Jangan bilang dulu pada Sulli ya? Aku sendiri yang akan bilang padanya nanti. Aku hanya tidak ingin menghancurkan ulang tahunnya. Aku ingin bersenang – senang dengannya sebelum aku pergi.” Ujarnya.
Aku lirik dia sekilas, dia sedang tidak memperhatikanku. Diam – diam aku menghapus airmata yang tak kuasa ku bendung lagi.
—xxx—
Selama sejam kami membicarakan planing untuk surprise party Sulli. Minho Oppa tampak begitu bersungguh – sungguh sampai dia tidak terlihat sedih lagi. Sementara aku terus berusaha berkonsentrasi untuk berdiskusi dengannya meskipun hati dan pikiranku masih tidak rela kalau harus berpisah dengannya. Tepat ketika kami selesai berdiskusi, Sulli menelepon Minho Oppa untuk menjemputnya di rumah Suzy. Minho Oppa memutuskan untuk mengantarku terlebih dahulu.
Aku kembali duduk di bangku depan, tepat di sebelah Minho Oppa. Dia mengemudikan mobilnya pelan. Diam – diam aku meliriknya. Sudah tidak tampak lagi raut kesedihan. Hanya tampang cuek seperti biasanya. Dua bulan lagi dia berangkat. Artinya cuma itu waktu yang aku punya bersamanya. Mulai sekarang aku akan sangat menghargai waktuku bersamanya. Aku tidak mau menghindarinya lagi seperti dulu.
Kira – kira baru berjalan 100 meter, Minho Oppa tiba – tiba menghentikan mobilnya. Tepat di depan sebuah rumah aku melihat seorang yeoja tinggi dan langsing. Yeoja itu membatalkan niatnya untuk masuk rumah saat melihat mobil Minho Oppa.
“Yuri Noona!” panggil Minho Oppa melalui jendela mobil yang terbuka.
Ah, jadi ini Yuri Onnie. Aku tidak suka cara memanggil Minho Oppa. Menurutku terlalu riang. Padahal sejam yang lalu dia pasang tampang sedih di hadapanku.
“Minho-yaa..” yeoja yang di panggil Yuri itu menengok ke dalam mobil.
Dia bertemu pandang denganku dan tersenyum. Sangat manis. Aku tak menyangka Yuri Onnie ternyata secantik ini. Aku sangat iri dengan kulit coklatnya yang sangat menawan. Pantas saja kalau Minho Oppa pernah menyukainya. Dia benar – benar pantas untuk Minho Oppa. Entah kenapa fakta mengenai betapa sempurnanya Yuri Onnie membuatku tambah benci dengannya.
“Noona, kau janji akan memberitahuku yang kemarin kan?” tanya Minho Oppa lagi.
Dan saat dia bertanya pada Yuri Onnie, aku dapat melihat matanya yang bulat tampak berbinar. Dan nada suaranya menjadi lebih riang. Tidak judes atau cuek seperti biasanya. Aku benar – benar di buat cemburu.
“Ne, aku tidak lupa. Datang saja nanti, ok?” yuri onnie membalas sambil sekali lagi tersenyum.
Sshh, bisakah Yuri Onnie berhenti tersenyum? Aku takut Minho Oppa kan semakin terpikat dengannya. Aku jadi tahu ternyata mereka begitu dekat saat Yuri Onnie meminta Minho Oppa datang.
Setelah mengiyakan kata – kata Yuri Onnie, kami melanjutkan perjalanan. Untung saja ini sudah berakhir. Meskipun begitu aku tidak bisa berhenti mengerucutkan bibir. Aku kesal karena wajah Minho Oppa menjadi lebih cerah setelah bertemu dengan Yuri Onnie. Bahkan dia terlihat kadang tersenyum kecil sendiri. Sebegitu suka kah dia pada Yuri Onnie? Sampai dia bisa dengan cepat mengubah moodnya?
Aish, kau ini mau pergi, oppa. Tapi kenapa masih sempat membuatku gila begini? Beberapa waktu yang lalu kau membuatku mati – matian menahan airmata dan sekarang? Aku mati – matian lagi menahan rasa kesalku padamu.

—tbc—

Bagaimana??? 😀
Mian yaa kalo ceritanya mengecewakan,, di mohon dengan sangat kritik dan sarannya^^
Thx udah baca (:

©2011 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

©2011 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

14 thoughts on “I Love Your Brother – Part 2”

  1. Minho akan ke Jepang ninggalin Krystal dengan perasaan terpendamnya. Apa itu yang dibahas Minho dan Yuri?
    Nice story. Lanjut!

    1. hmmm, mau tau apa yg di bicarain Minho sm Yuri ? tunggu part berikutnya yaa.. ga Lama kok, udh masuk schedule, hhee^^
      thx 4 ur comment 🙂

  2. Yuri dihapus aja thor,q g suka hehe
    Kasian krystal minho cuek bebek…
    Part 1 blum baca thor,tp udah menarik bgt apalagi minstal couple 🙂
    Lanjut thor,jg lama2 ya……

    1. kL d hapus ga seru dong, gmn?^^
      gpp ada Yuri, cm dikit kok, tenang aja 🙂
      btw minstal shiper kah? kL iya brarti sama ;p

      wah, blm baca part 1 ya? baca juga dong.. seru jg kok *authornya rese kepedean
      ni linknya kL mo baca 🙂

      I Love Your Brother – Part 1

      ok, tggu next part yaa,, terimakasih komennya^^

    1. reaLLy ? gomawo ^^
      oke, oke . Lanjutannya udh msk schedule kok, silakan sabar menanti..

      Thx yah udah baca + komen jga 🙂

  3. yaaa krystal sama minho kah???
    minho sama yuri??
    sulli sama taemin ??
    huwaaa kasian krystal… huwaaa
    ckcckck protective bgt .. ahahah
    ahhh si minho ckckck .. jangan2 cuman nganggep krystal adik doang ?? huwaa hancur deh harapan krystal .. –
    _-”
    ayo lanjutannya .. ^^

    1. kasih tau ga yaa.. ??? 😀
      hhee, *kumat resenya

      mending baca sendiri di part2 berikutnya yaa, biar ebih seru..
      btw terimakasih buat komennya ^^

  4. uuuuuuuh akhirnya nemu ff mistal XD kkkkkkk~
    seruuuuu seruuuu aku sukaaa~~~
    ayolah minho jgn galak2 gitu._. hohoho~
    *langsung ke part 1nya*

    1. wkwk, minstal shipper jg kah ?^^

      minhonya disini emg di bikin galak, hehe.

      wah, lngsung k part1? tunggu part selanjutnya juga yaa..
      gomawo buat komennya 🙂

  5. WUAH!!! aku udah ketinggalan =3 flashback lg deh hehe!
    GO GO GO MINSTAALL!!!! Yuri nya rada di kesampingin dulu bisa unn?-_______-V

Give Me Oxygen