The Silent Touch of Marriage – Part 7

The Silent Touch of Marriage – Part 7

The Silent Touch of Marriage copy

Author: Chanchan a.k.a Chandra Shinoda (chandrashinoda)

Main Cast:

  • Kim Hyora (covered by Jessica (SNSD))
  • Kim Jonghyun
  • Kim Kibum (Key)
  • Kim Yong Sang

Support cast:

  • Other SHINee members
  • Kim Hyunri

Length: Sequel

Genre: Family, friendship, romance, sad

Rating: NC-17 (Warning!)

Disclaimer: I don’t own all SHINee members, they are God’s. They belong to themselves and SM Entertainment. I’m just the owner of the story.

Annyeong! Masih ingatkah para readers dengan FF ini? Semoga masih, ya? :p Maaf, aku terhalang kesibukan, jadi lama pending ngerjain FF ini *sok sibuk lah yaa*

FF ini aku kerjainnya cepet-cepet maaf kalau pendek, kurang greget atau banyak typonya. Makasih banyak buat yang mau baca 😀

***

Hyora menyeret tubuh Kibum dengan sekuat tenaganya. Laki-laki itu terus meracau sedari tadi. “Hyora-ya, kenapa gelap? Aku mau main kuda-kudaan,” sekali lagi ia melantur.

Aish, berhenti melantur, Key. Ini memalukan!” Hyora mulai kesal. Jika tahu seperti ini seharusnya ia menolak saja saat diminta mengantar Kibum pulang.

“Melantur apa? Aku ‘kan sedang dipapah seorang Barbie.”

Hyora tak berkomentar lagi. Ia membiarkan namja itu berkata sesuka hatinya. Bahkan ketika dibaringkan di tempat tidur ia masih menyebutkan hal-hal yang tidak jelas.

Hyora melepaskan sepatu Kibum, melonggarkan dasi serta ikat pinggangnya. Ia mengambil selimut tebal berwarna kuning di sudut tempat tidur lalu melapisi tubuh namja tak berdaya itu.

“Gawat, pukul setengah dua pagi,” Hyora mendecak dan cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. Terjebak macet di jalan ternyata menyita waktunya hampir dua setengah jam. Ketika akan pergi Kibum menahan tangannya.

“Tunggu, temani aku,” pinta Kibum dengan pandangan sayu. Hyora mematung, kaget dengan tindakan Kibum yang tiba-tiba.

“Lepaskan, Key. Kau harus istirahat.” Hyora menghempas tangan Kibum dan merebahkannya lagi.

Andwae!” Kibum malah menarik Hyora ke pelukannya. Hyora tercengang untuk beberapa saat. Jantungnya berdetak semakin cepat.

Kibum melepaskan pelukannya. Jemarinya melucuti kancing kemeja Hyora satu-persatu. Ia mengecup bibir yeoja itu pelan, mengalihkan pandangan dari pakaiannya.

Hyora hanya terdiam, shock dengan perlakuan Kibum. Ia tak bisa melawan, seolah kehilangan kesadaran. Perlahan bibir Key mulai menjelajahi leher jenjangnya, menikmanti aroma parfum khas yang dipakai Hyora.

“Kau harum sekali, Baby,” bisik Kibum.

Kibum melanjutakan permainannya. Bibirnya menyusuri bagian bawah tulang selangka [1] Hyora. Kulit gadis itu begitu lembut di bagian itu  dan membuatnya terpancing untuk menciptakan kissmark.

“Key, mhh…,” tak Sengaja Hyora mendesah ketika ia merasakan saliva namja itu membasahi kulitnya, namun dalam waktu yang hampir bersamaan kesadarannya terkumpul dan ia segera mendorong tubuh Kibum menjauhinya.

Kibum terlempar. Ia tertidur begitu saja, seolah ia hanya mengigau. Hyora cepat-cepat merapikan kemejanya. Ia sempat panik melihat bekas kissmark Kibum di bawah tulang selangkanya, namun ia lebih panik saat melihat waktu telah berlalu lima berlas menit. Ia bergegas keluar, Ia harus sampai di rumah dan jangan sampai Jonghyun curiga.

***

Hyora menarik nafas panjang tepat saat kaki kanannya melangkah keluar dari garasi. Dadanya bergemuruh saat melihat jam tangannya menunjukkan pukul dua dini hari. Ia beralih menatap langit. Hamparan maha luas itu masih berwarna hitam sempurna, jauh dari jangkauan cahaya matahari.

“Tenang, Hyora,” bisiknya. Ia mempercepat langkahnya, ingin segera menjamah kamar mandi dan menenangkan pikirannya. Masih terbayang jelas di pikirannya bagaimana sentuhan bibir Kibum. Bibir namja itu terasa dingin ketika memagut daerah di bawah tulang selangkanya. Ditambah dengan nafasnya yang lembut membuat bulu tengkuk Hyora berdiri.

“Tidak-tidak, aku tak boleh mengingatnya.” Hyora mempercepat langkahnya. Ia membuka pintu rumah tergesa-gesa, namun ketika sampai di dalam agenda panik yang dilakukannya mendadak terhenti. Sudut matanya tertuju pada sesosok pria yang duduk di sofa ruang tamu sambil memijat pelipisnya.

“Belum tidur, Jonghyun Oppa?” tanya Hyora setengah terkejut. Jantungnya seolah terhenti untuk beberapa saat ketika Jonghyun memutar kepalanya sambil menyunggingkan senyum tipis.

“Aku tidak bisa tidur,” jawab Jonghyun parau. Kedua kelopak matanya menyipit. “Dari mana saja kau?”

Hyora mendekat perlahan. Iamenarik nafas panjang untuk menyembunyikan rasa takutnya yang mulai muncul saat mengetahui Jonghyun masih terjaga. “Maaf, tadi aku mengantar Key ke apartement-nya, jadi baru bisa pulang,” ujarnya tersenyum, dengan harapan Jonghyun mengerti.

“Oh, begitu. Ngomong-ngomong aku belum mengantuk, kau mau menemaniku?” Jonghyun bangkit dan mendekati Hyora. Ia menyelipkan kedua tangannya di saku celananya, terkesan santai.

Ne?” Hyora jadi salah tingkah. Jonghyun mungkin bersikap biasa saja, namun ia menangkap ada sesuatu yang tidak beres.

“Di sini saja. Kalau di dalam nanti Yong Sang mendengar kita.” Jonghyun melingkarkan kedua lengannya di pinggang Hyora. Bibirnya mulai menyusuri leher jenjang yeoja itu, pelan dan lembut.

Oppa, tunggu!” bisik Hyora, lebih terdengar seperti desahan. Kedua kakinya terasa lemas, namun ia berusaha menolak agar tak terlarut. Jika dilanjutkan, ia takut Jonghyun melihat bercak merah yang ditinggalkan Kibum.

Ssstt! Jangan bersuara.” Jonghyun meletakkan telunjuknya di bibir Hyora. Ia tak ingin istrinya berisik dan mengganggu permainannya.

Hyora terdiam. Dalam keadaan seperti ini Jonghyun tetap bisa menatapnya dengan tajam, tatapan yang selalu membuat mulutnya terkunci sekaligus pasrah. Ia tak bisa menolak saat bibir Jonghyun mendarat dengan lembut di bibirnya. Tangan namja itu mengekang lehernya begitu erat. Setiap ciuman yang dilakukan Jonghyun membuat pertahanannya runtuh secara perlahan. Hyora bahkan mulai membalas ketika Jonghyun menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulutnya.

“Huh, ternyata benar dugaanku. Ternyata kau pandai memanfaatkan kesempatan sekarang, ya?” Jonghyun berhenti dari permainannya. Ia menatap Hyora dengan wajah merah padam.

Ne?” Hyora tercengang. Setelah beberapa detik ia baru sadar Jonghyun telah membuka setengah kemejanya. Bekas kissmark Kibum kini terpampang jelas dan membuat Jonghyun naik darah.

“Jangan berpura-pura bodoh!” Nada suara Jonghyun meninggi.  “Tadi aku menelepon Hyunri. Dia bilang kau mengantar Kibum pukul 11 malam tadi, dan sekarang sudah pukul 2 dini hari. Rupanya kalian melakukan permainan yang menyenangkan, ya?” sindirnya. Dadanya terlihat naik turun dengan cepat.

Oh, tidak. Salah paham yang ditakutkan Hyora mulai terjadi. Hatinya mencelos, ia jengah sekaligus takut.  “Oppa, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku akan jelaskan..”

“Cukup, Hyora! Jangan berdalih lagi. Aku muak dengan semua sifat plin-planmu,” tegas Jonghyun. Ia menatap Hyora nanar layaknya atasan sedang akan menghukum bawahannya yang melakukan pengkhianatan.

“Kumohon jangan salah paham, dengarkan aku dulu. Ini hanya sebuah kecelakaan.” Susah bagi Hyora untuk bicara. Baru pertama kali ia melihat Jonghyun marah seperti ini.

“Kecelakaan atau tidak, aku tak peduli. Kissmark itu membuatku mengerti bahwa selama ini aku memang tak pernah punya tempat di hatimu. Baik, aku masih bisa terima, tapi ingatlah kau telah mempunyai seorang putri dari laki-laki yang tak pernah kau anggap ini, dan putrimu itu kini terbaring sakit dan terus mempertanyakan keberadaanmu.” Kali ini nada suara Jonghyun terdengar lebih rendah, namun nada kecewanya terdengar begitu jelas.

Anniyo, Oppa. Bukan seperti itu.” Hyora mulai terpancing. Tak semua tuduhan yang dilontarkan Jonghyun benar baginya. Yong Sang, ia bahkan baru tahu kalau putrinya sakit, seingatnya pagi tadi gadis kecil itu baik-baik saja saat sarapan.

“Aku benar-benar kecewa padamu. Jika kau memang tak ingin menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri, setidaknya lakukan kewajibanmu sebagai seorang ibu.”

Oppa, aku…,” Hyora memegangi keningnya. Ia bingung harus memulai kata-kata dari mana.

“Baik, hentikan saja semua ini. Aku bosan membahas masalah yang sama hampir setiap hari. Sekarang terserah kau, lakukan sesuka hatimu.” Jonghyun memalingkan wajahnya. Perdebatan ini sama sekali tak berguna,  selain itu ia tak mau Hyora melihat bahwa air mata sudah menggenang di sudut matanya. Ia tak ingin terlihat lemah setelah mengakui kegagalannya dalam mendapatkan hati yeoja itu.

“Ya, kenapa kau? Sudah kubilang ini hanya kecelakaan. Key sedang mabuk, dia melakukannya di luar kesadarannya,” jelas Hyora. Akhirnya ia hanya menjelaskan kejadian yang sebenarnya secara to the point dan teramat singkat.

“Jika memang tak kau kehendaki, seharusnya kau menolak!” tentang Jonghyun. Baginya jika seorang wanita yang telah bersuami disentuh laki-laki lain, dia akan melawan jika kesetiaan terhadap pasangan merupakan hal yang penting baginya.

“Aku berusaha menolak, hanya saja tenaganya terlalu kuat. Butuh waktu cukup lama bagiku untuk melepaskannya.”

Aish, rasionalisasi murahan. Kucing mana yang akan menolak jika diberi ikan asin?”

“Kau…kau samakan aku dengan kucing?” Telinga Hyora terasa makin panas. Cukup dengan masalah Kibum dan Yong Sang. Kali ini perumpamaan yang diucapkan Jonghyun membuatnya benar-benar tersinggung.

“Kau yang membuat orang berpikiran begitu tentangmu. Jika kau memang merasa seperti itu, cari saja ikan yang kau suka!” Jonghyun meninggalkan Hyora. Ia kembali duduk di sofa. Ia sudah tak peduli. Semua hal yang dikatakan Hyora tak bisa melunakkan hatinya, sama sekali tak bisa.

Hyora memandang Jonghyun untuk beberapa saat. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhinya luruh di pipinya. “Baik, jika itu maumu, aku akan pergi!” ujarnya diikuti hentakan kasar.

Jonghyun tak menatap kepergian Hyora. Ia tetap bertahan dengan sikap angkuhnya. Air mata yang menggenang di sudut matanya tak kunjung jatuh juga. Bahkan saat mobil Hyora terdengar menjauh ia tetap bergeming. Ia tak berniat untuk mencegah wanita itu pergi.

Appa, kenapa Umma pergi?” Tubuh kecil yang memeluk sebuah boneka menyita perhatian Jonghyun sesaat.

“Yong Sang-ah, kenapa kau bangun?” Kedua alis Jonghyun mengernyit. Dengan wajah pucat pasi Yong Sang masih mampu bangun dan menemuinya.

“Kenapa Umma, Key Ahjussi mengganggunya lagi?” tanya Yong Sang lagi dengan suara parau. Ia menangis. Meski tak mengerti sepenuhnya ia paham bahwa puncak dari hubungan buruk kedua orang tuanya baru saja terjadi.

“Kemarilah, Sayang.” Jonghyun menegakkan posisi duduknya. Ia menjulurkan kedua tangannya, menyuruh Yong Sang duduk di pangkuannya.

Yong Sang menghambur begitu saja dan langsung memeluk Jonghyun. Ia lelah berdiri sejak menonton pertengkaran kedua orang tuanya.

Air mata yang ditahan Jonghyun akhirnya jatuh. Ia mendekap Yong Sang erat-erat. Ia tak tahu apa saja yang sudah dilihat Yong Sang, tubuh anak itu berkeringat dan lemas yang menandakan bahwa ia lelah dan ketakutan.

***

Apa ini? Kenapa malah pertengkaran ini yang ujungnya terjadi? batin Hyora kesal. ia meyetir mobilnya ugal-ugalan, tak peduli meski pengemudi lain atau pejalan kaki meneriakinya. Ia marah, kecewa, dan bingung. Mengapa niat baiknya justru dianggap pengkhianatan oleh suaminya sendiri?

“Kau memang bodoh, Jonghyun Oppa,” dengus Hyora, frustasi. Ia memukul stirnya berkali-kali.

Jenuh dengan pergulatan perasaannya, Hyora mencoba menghela nafas panjang. Ia mengurangi tekanan kakinya pada gas mobil, memperlambat laju benda bermesin itu. Ke mana ia harus pergi sekarang? Ke rumah? Tidak, ia belum siap memberitahu masalah ini pada siapapun dan membuat kedua orang tuanya kena serangan jantung.

Mobil Hyora terus melaju Hingga lampu mobilnya menyinari seorang namja yang tengah berdiri di pinggir jalan. Hyora menghentikan mobilnya. Ia memandangi gedung besar tak jauh dari tempat namja itu berdiri. Tahu bahwa tempat itu adalah gedung tempat apartement Kibum, Hyora hanya bisa menelan ludah kemudian keluar dari mobilnya.

“Kenapa di luar?” tanya Hyora datar sambil mendekati namja tadi. Ia masih bingung, sebenarnya apa yang ia pikirkan hingga ia bisa sampai di apartement laki-laki yang menjadi cinta pertamanya ini?

“Hanya mencari udara segar. Lalu kau, kenapa kembali? Ada sesuatu yang ketinggalan?” Kibum menatap Hyora dengan kedua alis mengernyit. Ia curiga dengan penampilan Hyora yang berantakan, terlebih matanya yang sembab. Dan ngomong-ngomong mengapa seorang Key berada di luar? Kurang lebih 7 menit lalu ia baru terlepas dari pengaruh alcohol, jadi ia hanya ingin menyegarkan pikirannya dengan keluar dari apartement-nya yang pengap.

“Apa yang harus aku jawab?” Jujur, Hyora juga kesal dengan Kibum. Laki-laki ini yang menyebabkan pertengkarannya dengan Jonghyun, namun saat itu ia dalam pengaruh minuman, tentu ia tak bisa sepenuhnya disalahkan.

“Kau habis menangis?” tanya Kibum lagi. Ia masih menebak-nebak apa yang terjadi.

Hyora tak menjawab. Ia menangis lagi. Perasaannya kacau. Ia ingin menyalahkan Kibum, namun ia juga perlu seseorang untuk bersandar saat ini. Ia perlu seseorang untuk membesarkan hatinya dan bisa membuatnya berpikir bahwa dirinya tak sepenuhnya salah.

Kibum seolah menyaksikan kilas balik peristiwa saat ia mabuk tadi. Tatapan pilu Hyora memberitahunya bahwa sesuatu yang tak mengenakkan baru saja terjadi antara ia dan Jonghyun. Kibun tak bertanya apa-apa lagi. Ia memapah tubuh Hyora ke dalam. Banyak hal yang harus ia katakan pada yeoja itu.

“Apa yang terjadi? Apa Jonghyun Hyung melakukan sesuatu padamu?” tanya Kibum pelan setelah dirinya dan Hyora duduk di kursi ruang tamu.

“Aku pergi,” ucap Hyora sesenggukan. Ia tak menatap Kibum. Ia fokus pada punggung tangannya yang mengusap wajahnya tiap kali air matanya jatuh.

“Kenapa?” Kibum menunjukkan mimik simpati, siap mendengarkan apapun yang akan dikatakan Hyora.

“Kejadian tadi, saat kau mabuk. Dia marah karena itu.”

“Maaf, saat itu aku mabuk, aku tak bisa mengendalikan diriku.” Entah harus senang atau marah, Kibum hanya mempu mengucapkan kata maaf. Ia mungkin senang, karena ini akan membuka jalannya untuk mendapatkan Hyora, namun ia juga marah pada dirinya sendiri, mendapatkan Hyora dengan jalan seperti ini lebih mirip dengan seorang pengecut.

“Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang?” Ia harap Kibum bisa memberinya jalan keluar.

“Istirahatlah, besok kita bicarakan lagi, kau terlihat lelah.” Kibum menghela napas panjang. Saran seperti apapun tak akan bisa masuk kedalam pikiran Hyora dalam keadaan seperti ini.

“Bagaimana bisa kau menyuruhku tidur?”

“Besok kita lanjutkan. Apa juga yang bisa kau lakukan malam-malam begini? Tenangkan dulu pikiranmu, baru setelah itu kita pikirkan solusinya. Kau tidurlah di kamarku. aku akan tidur di ruang tamu.” Kibum menarik Hyora ke dalam, sedikit memaksa, karena jika tidak dia akan tetap bersikukuh dengan sikap keras kepalanya.

“Maaf merepotkanmu.”

“Tak apa, selamat malam.” Kibum menutup pintu kamarnya dan menuju ruang tamu.

***

Jonghyun mendekap Yong Sang erat-erat. Ia bisa merasakan getaran tubuh gadis itu, begitu kuat. Mungkin ia belum mengerti sepenuhnya apa yang telah terjadi, namun ia tahu ibunya kini telah pergi. Tak kalah dengan Yong Sang, Jonghyun pun merasakan hantaman yang sama. Cairan bening yang menggenang di sudut matanya membuat pandangannya kabur. Cahaya kuning yang dipancarkan lampu tidur di sudut ruangan tampak seperti butiran-butiran Kristal dalam penglihatannya. Lalu sekarang apa? Apakah ia telah benar-benar kalah?

Tit… tit… tit…

Bunyi ponsel Jonghyun membuat Yong Sang melepaskan pelukannya. Ia menatap Jonghyun dengan mata sembab dan hidung memerah. Ia tak berkata apa-apa, namun tatapannya telah membuat Jonghyun mengerti bahwa ia harus menjawab panggilan di ponselnya.

Ne? Yeoboseyo?” Jonghyun menjawab sesopan mungkin, berusaha terdengar tenang.

“Maaf mengganggu malam-malam begini, Jonghyun-ssi. Aku Direktur Lee,” ucap suara pria setengah baya di ujung sana.

Ne? Direktur? Ada perlu apa?” Kedua alis Jonghyun mengernyit. Jika direktur rumah sakit sampai meneleponnya pagi-pagi begini, sesuatu pasti telah terjadi.

“Aku ingin minta bantuanmu. Pasien wanita yang melahirkan dengan seksio sesarea [2] yang ditangani putraku, Lee Hyukjae, meninggal beberapa jam yang lalu. Keluarga pasien tidak terima dan menuntut pihak rumah sakit untuk bertanggung jawab,” jelas Direktur Lee dengan nada gelisah.

Mworago? Bagaimana operasi yang dilakukan Hyukjae Hyung, apakah sudah sesuai prosedur?”

“Sudah, hanya saja saat operasi berlangsung pasien mengalami perdarahan yang hebat, setelah bayinya berhasil diselamatkan perdarahan yang terjadi tetap tidak bisa dihentikan sehingga pasien meninggal di meja operasi.”

Jonghyun menghela nafas panjang, turut berduka cita atas kepergian wanita itu. “Lalu, apa yang bisa saya bantu untuk tuntutan itu?”

“Mereka menuntut putraku ke pengadilan. Keluarga pasien sama sekali tak mau mendengar penjelasan putraku bahwa penyebab meninggalnya pasien adalah karena kondisi fisiologisnya yang buruk, bukan karena malpraktek. Kau Obgyn [3] yang paling berkompeten di rumah sakit kami. Bisakah kau menjadi saksi ahli [4] di pengadilan nanti?”

Ne?” Jonghyun terperanjat. Menjadi saksi ahli di saat seperti ini? Lalu, bagaimana dengan Yong Sang.

“Kumohon, ini bukan permintaan pribadiku. Ini demi kepentingan kita bersama. Jika kita kalah dalam pengadilan nanti, nama rumah sakit kita akan tercoreng. Kau orang yang bijaksana, kau tentu akan memberikan keputusan yang terbaik.” Suara Direktur Lee terdengar lebih tenang, namun di telinga Jonghyun suara itu justru terdengar begitu panik dan ketakutan.

Jonghyun terdiam sejenak. Keputusan bijak macam apa yang bisa ia berikan dalam keadaan seperti ini? Menjadi saksi ahli ke pengadilan dan meninggalkan putri semata wayangnya? Oh, itu sama sekali bukan keputusan yang bijak. Itu keputusan yang mengerikan, namun meski begitu ia tetap harus mengambil sebuah keputusan.

“Baik, Direktur. Saya akan membantu.”

Gomapta, Jonghyun-ssi. Besok pihak kepolisian akan memberimu permintaan visum et repertum [5]. Aku tunggu kau jam 7 pagi di rumah sakit.”

Ne, Direktur.”

Ia telah mengambil keputusan. Entah salah atau benar, ia harus yakin bahwa inilah yang terbaik.

TBC

[1] Selangka:  tulang yg terdapat di bagian bahu yg menghubungkan tulang dada dan tulang bahu

[2] Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998). Source

[3] OBGYN adalah “Gynecologist (OBstetrics and GYNecology), secara medis dikenal sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau sering kali disebut dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan. Source 1 dan 2

[4] Saksi ahli, orang yg dijadikan saksi krn keahliannya, bukan krn terlibat dng suatu perkara yg sedang disidangkan. Source

[5] Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran forensik atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan pro yustisia. Source

©2011 SF3SI, Chandra.
Officially written by Chandra, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

 

88 thoughts on “The Silent Touch of Marriage – Part 7”

  1. Knp Hyora harus tidur d rumah Key? Nanti menambah kecurigaan. Knp gk di hotel sih? Gemes deh sama sifat plin plan Hyora
    Kasihab Yong San

  2. demi apa stelah menunggu ff ini berabad abad/? *lebay-..-v
    akhirnya dilanjutin jugaaaaa T.T
    demi apaa. disini hyoranya nyebelin ahhhh
    kasian kan jjongnya tiap hari galau mulu/?._.a
    oia knp dsni partnya kependekan T.T kurang panjang.
    ya gapapa sih tp untuk next chapter dimohon/? panjangin dikit aja;_;v

  3. Pingback: Sumo Merupakan Seni Bela Diri dari Timur | SC-Neo's Web
  4. Kyaaaaaaaa #screaming….
    Senengnya g terkira…..aaaaaa
    Astagaa, setelah sekian lama akhirnya publis juga, tak kirain g dilanjut lagi (˘̩̩̩^˘̩̩̩ƪ) …
    Sumpah…bagian ini benar-benar Щ(ºДºщ)
    Arghhh, hyora benar-benar… #tampol hyora. Y tuhan, dia itu benar bener…gemess gemess pengen tak tampol hyora, bener tuh yg diblang jonghyun, klo emang g suka kenapa g nolak, malah hyora sempat terlena walaupun sedetik….uda itu, malah milih tidur ditempat key lagi, kan bisa dihotel, dimanapun asal jangan ditmpt key, itu malah akan semakin membuat jong marah… Astagaaaa kesel dan kecewanya klimaks…. aaaarghhHh hyoraaa (“`з´)_┌┛)‾з‾)

    Ta ta tapi…seriusan walaupun keadaan lagi panas, asli ngakak pas bagian perumpamaan ikan asing dan kucing muahahahahahahahhah

    Nyesek pas bagian jong dan hyosang nangis berpelukan. (˘̩̩̩^˘̩̩̩ƪ) demi apa… Anak bapak itu ….(´._.`)\(‘́⌣’̀ )

    Aaaaa, ini semakin membuat penasaran.
    Bagaimana hubungan joong dan hyora? Apa yg akan dipilih jong? Apapun yang dipilih jonghyun, semoga tidak berdampak buruk (˘ʃƪ˘) ….
    Hoaaaa…ditunggu part selanjutny onn…. Hwaiting… #kecupBasah (っ˘з(˘⌣˘`)♡.

  5. ampun deh,. Knapa Hyora mlah prgi,. Kasian bgt ma Jjong, tp lbh kasian lg ma Yong Sang, dia kan msh kecil,.

  6. Waaaaa… klimaks yang mereka khawatirin keluar., argh, gigit2 jari ama sifatnya hyora. sampai sekarang key masih suka banget ya thor sma hyora? atau udah lumayan bisa mengikhlas in? intinya cerita nya neomu daebakkk thor, mengalur ceritanya. hwaiting untuk lanjutan ceritanya thor, and gak usah terlalu tergesa2 dalam penyampaian prasaanya, slowly but sure. i’m waiting for the next chapture

  7. UUUUAAAAAAAA!!! >,,<
    setelah menunggu lebih dari setengah tahun, akhirnya FF ini dipublish jugaa..
    seneeng banget^^
    aku kira ff ini gak bakalan dilanjutin… tapi akhirnya keluar jugaa^^

    aduuuh, suka banget ama part ini,
    entah karena uda lamaa banget gak di post atau emang bener-bener keren^^
    wow, daebak^^

    buruan lanjutin thor!
    jangan kelamaan lagi postingnya -___-
    tapi aku setia nunggu kok ^_^
    karena uda terlanjur penasaran sama cerita ini^^
    jadi buruan yaa thor..
    love you^^ kekeke

  8. Pingback: Hafidzfaithjokamz
  9. Ceritanya seru aku udh baca part 1-7 tapi sayang nyaa aku telat baca!!
    Kutunggu part 8 sampai habis!!

  10. authoorrrr….
    kenapa kenapa kau buat q kepikiran siang malam baca ffmu ini???
    hiks hiks…
    ayo tanggung jawab! q g mau kuliahq kacau karena mikirin gmn ending cerita ff ini. *lebay*
    so, jangan lama lama ya part selanjutnya..
    aish… bikin q berpaling sebentar dr key deh… *dijitak key*

  11. author.,, ayo donk lanjutin,, cepet.. ya, dah gak sabar nih,,
    kepikiran terus sama ini ff.. T_T

  12. Annyeong thor! Mianhae reader telat jd skalian baca dulu part 1-7 baru comment. Anyway next partx blm posting atau saya yg telat lagi neh? THOR, saya akan sabar nunggu kelanjutanx sprti Jonghyun yg penyabar.

  13. Klimaks… Kesabaran Jjong udah ga ada batesnya keknya haha yang lebih kasian lagi itu Yongsang, masih kecil tapi udah di hadepin sama urusan orang dewasa yng runyem kkkk poor yongsang
    Lanjutbaca

Give Me Oxygen