Will Be Beautiful Happiness – Part 1

Title : wiil be beautiful happiness

Author(*) : tiraamissu

Main Cast :

– lee jinki

– park mi yeon

– other member SHINee

– lee ji seon

– yuya

– lee minjung

– chrystal

Length(*) : 4.283 wordsGenre(*) : romantic (?), comedy (?) , friendship

Rating(*) :  PG-13

AN : anneyoung yorobun aku tira, ini ff sequel pertama aku , sebelumnya aku udah bikin tapi oneshot , dan aku udah publish disini .

author minta saran dan kritik ya dan not plagiat , semoga kalian suka ffnya

(my twitter : noonatiramisu) Continue reading Will Be Beautiful Happiness – Part 1

Just Story

“Just Story”

Author : Kim Hyejin-Sushi-

Main Cast: Choi Minho, Kim Hyejin

Support Cast: Lee Taemin(SHINee), Eomma Minho(?)

Length : One shoot

Genre : Romance

Rating : General

A.N: yang tulisan miring itu berati flashback yah. .semoga gak bingung hehe. .oke cekiprot

  Continue reading Just Story

I Hate My Life Part 11

Author :Mega
Main Cast :Jung Eun ji(A-pink),Lee Taemin,Choi Minho,Kim Nam joo(a-pink)

Support Cast :Jiyoung(kara),Kim Kibum,Goo Hara(kara)

Length :Sequel rating

Genre:Romance,Friendship
Rating : General
Summary
:Ini cerita tentang Jung Eun ji,ia sering dihina di sekolahnya,dan
ditindas tetapi eunji hanya tidak menganggap itu penindasan karena yang
menghinanya adalah sahabatnya,tetapi di blognya ada seorang pendukung
bernama taemin,ternyata taemin murid baru di sekolahnya,taemin yang
sering mendukung eun ji membuat eun ji jatuh cinta padanya

I Hate My Life Part 11

Continue reading I Hate My Life Part 11

Reason For You, Pudding’s Jelly [2.2] (The Chronicles of Behind Her Cute Nickname)

Reason for You, Pudding’s Jelly [2.2]

(The Chronicles of Behind Her Cute Nickname)

Author : Chanchan a.k.a Chandra Shinoda (@chandrashinoda)

Main Cast      : Lee Jinki (Onew) (SHINee), Kim Taeyeon (SNSD)

Support Cast  : Leeteuk (Super Junior), Lee Hyori

Length            : Twoshoot

Genre              : Friendship, humor, romance

Rating             : PG-13

Summary        : Ini sudah cukup. Aku cukup bahagia karena bisa menjadi alasanmu untuk tetap tersenyum. Dan diantara kisah yang mungkin telah dialami oleh jutaan manusia di muka bumi ini, aku telah menjadi salah satu dari bagiannya. Dan sekarang juga aku akan melakukan tugasku sebagai bagian dari orang-orang itu. Melepaskanmu.., Kim Taeyeon.

Disclaimer        : I don’t own all SHINee members. They’re God’s. They belong to themselves and SMent. I’m just the owner of the story.

Credit Song    : SNSD – Forever

 

***

Even a long time passes, I want to dream forever with you.., Taeyeon mengakhiri latihan hari terakhir dengan suara manisnya.

“Sempurna!” seru Kim Seonsaengnim – pelatih vokal pada Taeyeon dan kedelapan temannya. “Tampilah kompak seperti ini saat wisuda siswa kelas 3 nanti!”

 Seonsaengnim, apa latihan hari ini sudah selesai? Aku tak sabar ingin mencoba pakaian yang akan kami pakai!” seru Tiffany semangat sambil meremas ransel yang berisi pakaian yang akan dipakainya saat wisuda.

Ne, tentu saja. Semoga sukses!” Kim Seonsaengnim tersenyum, terlihat lembut dan keibuan.

Ne, gomawoyo, Seonsaengnim!” kesembilan anak didik guru itu membungkuk hormat lalu berhamburan menuju keluar ruang latihan. Sementara di dalam Kim Seonsaengnim masih tersenyum, merasa bangga telah mendidik murid yang berpotensi seperti mereka.

***

Taeyeon masih berdiri di depan pintu ruang latihan, sibuk memeriksa kelengkapan atributnya. Jessica yang menemaninya mulai melirik kesetiap sudut lorong sekolah.

“Taeyeon-ah, bukankah itu namja chingu-mu Jinki?” Jessica menunjuk seorang namja yang tengah membaca sebuah buku di depan salah satu ruang kelas. “Dia menunggumu?”

“Eh?!” Taeyeon terkejut, bola matanya mengikuti gerak pandang Jessica. “Err, kurasa begitu..,” jawabnya, agak canggung.

“Ayo hampiri dia. Jangan membuatnya menunggu lebih lama!” Jessica menyikut Taeyeon. Ia mengerling nakal.

“Kalau aku bersamanya, kau bagaimana?” Taeyeon menatap Jessica polos.

“Gwenchana. Lagipula aku juga ada janji dengan Jonghyun sekarang. Cepat sana, hampiri dia!” kali ini Jessica mendorong punggung Taeyeon, semakin bersemangat.

“Ya sudah, annyeong, Sica!”

Ne, annyeong! Hwaiting, Taeng!”

***

Taeyeon mendekat ke arah Jinki. Kedua alisnya bertaut. Tumben, kenapa Jinki menunggunya sampai sore begini? Bukankah panitia sudah selesai mendekorasi aula untuk wisuda besok?

“Jinki-ya, kau masih di sini?” Taeyeon menepuk pundak Jinki, membuat namja itu sedikit terkejut.

“Oh, kau sudah selesai latihan?” Jinki tersenyum, memamerkan wajah letihnya.

Taeyeon memiringkan kepalanya, menatap aneh sang kutu buku yang masih tersenyum padanya. “Bukankah panitia yang mendekorasi aula sudah pulang? Kau menungguku?” tanyanya, sedikit tak percaya.

Waeyo? Statusku masih namja chingu-mu. Tidak aneh, kan?” Jinki menatap Taeyeon datar−sama sekali tak menunjukkan maksud lain.

Taeyeon menunduk. Tangannya mulai mengusap tengkuknya. Bingung, malu sekaligus senang.

“Oh iya,” Jinki menggerogoh ranselnya. “Mau ke taman sekolah sebentar, tidak? Barusan aku membeli makanan,”

Taeyeon mengangguk. “Boleh,”

Jinki tersenyum. Ia meraih jemari Taeyeon, menggenggamnya erat. Taeyeon membalas genggaman itu. Sejenak terlintas di pikirannya, seperti inikah rasanya dilindungi oleh orang yang kita cintai? Dan anehnya, mengapa Jinki yang memberinya rasa seperti itu?

“Taeyeon-ah,” Jinki membuyarkan lamunan Taeyeon. “Waktu ternyata memang cepat berlalu. Sudah hampir sebulan kita menjalani hubungan ini,”

Taeyeon menghela nafas. Sebulan? Benarkah sudah selama itu? Tidak.., rasanya baru kemarin ini dimulai.

“Kau benar,” ucap Taeyeon lemah.

“Tapi kau tenang saja. Kurasa besok ini akan berakhir,” kata Jinki sambil menatap jauh ke arah langit.

Deg, besok? Taeyeon terperanjat. Apa maksud namja ini sebenarnya?

“Barusan kau bilang apa, Jinki?” Taeyeon ingin memastikan apa yang baru saja terlontar dari mulut namja itu.

Deg, aish! Jinki seolah sadar. Hampir saja mulutnya keceplosan bicara. “Err, bukan apa-apa. Ayo duduk di sana saja!” Jinki mengalihkan pembicaraan. Ia menunjuk tempat duduk di bawah pohon di samping perpustakaan.

Kedua alis Taeyeon mengernyit. Jinki terlihat aneh sekarang. Ada apa dengan namja itu?

“Aku punya sesuatu untukmu, Chagiya..,” Jinki menggerogoh ranselnya.

Mwo?! Chagiya?” Taeyeon tersentak.

“Err, bukan apa-apa!” lagi-lagi Jinki salah tingkah.  “Ini untukmu!” ia menyodorkan sebuah boneka pada Taeyeon.

Kedua mata Taeyeon membulat. Boneka yang disodorkan Jinki adalah boneka ayam yang sedang memegang semangkuk pudding. “Hahaha, lucu!” Taeyeon tertawa kecil. “Kau dapat ini dari mana?”

“Tentu saja dari toko boneka,” ujar Jinki polos. “Kau suka?”

Taeyeon mengangguk. Senyum yeoja itu mengembang. Ia memeluk boneka yang diberikan Jinki erat, sangat erat.

Ya, kenapa kau sesenang itu? Itu kan hanya sebuah boneka?” jinki menatap Taeyeon geli.

“Ini pertama kalinya aku mendapat hadiah dari seorang namja,” aku Taeyeon polos. Kedua mata bulatnya menatap Jinki seolah berkata, ‘chukkae, kaulah yang pertama’.

Jinki tertawa kecil. “Anggap saja boneka itu kau dan aku, bagaimana?”

Taeyeon mengangguk setuju. “Akan kujaga baik-baik. Nah, ayo kita makan,”

Jinki berjalan ke balik tubuh Taeyeon. “Sebelum itu kau pakai ini,” ia memakaikan jasnya di tubuh yeoja itu. “Kau tak boleh kedinginan. Besok kau harus tunjukkan kemampuanmu,”

Taeyeon terdiam. Entah apa yang sedang terjadi. Aliran darahnya menjadi sedikit panas ketika nafas Jinki terasa di lehernya. Semakin panas ketika kedua lengan Jinki melingkar di lehernya.

Taeyeon tak menolak. Meski status ini hanya bohongan. Ia tak pernah keberatan kalau Jinki memeluknya.

Jinki mengeratkan pelukannya. “Biarkan begini sebentar. Aku lelah menunggumu sejak tadi,”

Setelah perkataan Jinki itu keduanya terdiam. Tak bicara ataupun bergerak. Hanya suara nafas mereka yang terdengar sesaat ditambah detak jantung keduanya yang berpacu semakin cepat.

***

Jinki’s POV

Aula sekolah. Ruangan ini terlihat penuh gemerlap. Dekorasi yang kulakukan bersama panitia lain kemarin ternyata lumayan bagus. Aku tersenyum tipis, berharap para sunbae bisa menikmati hari kelulusan mereka.

Suasana sesak dan padat mulai terasa seiring acara yang semakin menuju ke puncak. Aku tetap duduk di bangku panitia bersama Jonghyun, Key, Minho, Taemin, dan panitia lain. Apalagi yang kulakukan selain menunggu penampilannya? Hanya itu satu-satunya yang masih membuatku betah berada di sini.

“Baiklah, untuk mengusir sejenak kejenuhan, mari kita saksikan sebuah persembahan dari siswi kelas 2!” pemandu acara melanjutkan titahnya. Yeah! Inilah saat-saat yang aku tunggu.

Sosok kesembilan gadis itu berjalan menaiki panggung dengan anggun. Ya, mereka terlihat manis dengan make up natural yang mereka kenakan. Meski semua ada di atas sana, namun yang pandanganku hanya tertuju pada dia−sahabatku−Kim Taeyeon. Kuperhatikan sosoknya yang tengah berdiri di atas panggung lekat-lekat. Anggun dan manis. Diterangi cahaya lampu dan kamera, ia terlihat seperti seorang bintang. Kulihat senyum bahagia menghiasi bibirnya. Setelah ia selesai menyanyi nanti akan kuberi kejutan untuknya.

“I want to dream forever with you,”

Yoona mengawali pembukaan lagu itu sebelum akhirnya musik mulai mengalun dengan merdu. Kulihat Taeyeon bersiap dengan microphone-nya.

“Following the happy breeze, beneath that bright sky that blinds me..,”

Ya.., Taeyeon mengawali lagu itu dengan suara merdunya. Ekspresi di wajahnya sedikit berubah, menunjukkan kesedihan dan kesepian. Penghayatannya sungguh membuatku kagum.

“Beautiful melodies and fresh air fills this road that I’m walking with you!”

Aku mulai terhanyut ke dalam lagu ini. Penuh harap, seolah membawaku kembali ke cerita masa lalu.

Do you remember? Those awkward and unfamiliar times when we first met?”

Tujuh tahun lalu, saat aku masih berusia 9 tahun. Sebuah keluarga baru pindah di sebelah rumahku. Kali pertama aku bertemu dengannya – dengan Taeyeon kecil yang berwajah bulat yang selalu membawa pudding kemana-mana.

“I’m thankful to you for silently taking care of me when I was hesitant and young..,”

Darisanalah kisah ini dimulai. Kisah dua orang bocah tanpa dosa yang kini telah beranjak ke dunia dimana para remaja memulai pencarian jati diri mereka.

“My exhausted heart beats once again.. my weak heart has found light again..,”

Mulai mengerti bagaimana terjalnya jalan. Sebagai seorang sahabat kita melewati segala rintangan bersama. Mencoba menghadapi permasalahan dalam berbagai hiruk pikuk kepenatan dunia.

“I want to hold your hand and walk like this forever.., together with the person I love in a world just for the two of us..,”

Kebersamaan itu menyenangkan. Dan telah mengajariku betapa pentingnya arti keberadaanmu di sisiku. Mungkin terdengar konyol, selama bisa melihat senyummu, aku siap melakukan apapun.

“Those unforgettable memories during that long time..,”

Sekarang saatnya kita menempuh jalan masing-masing. Pilihan ini telah putuskan setelah tahu perasaanmu. Dan bersiaplah untuk menyimpan semua kisah kita sebagai kenangan yang tak akan pernah terlupakan.

“Throughout the laughther and the tears, the one who always believed in me was you..,”

Terima kasih telah memberiku kesempatan selama sebulan terakhir ini untuk menjadi pendampingmu. Tak peduli meski hanya sebatas sandiwara. Aku tetap bahagia bisa menghabiskanwaktu lebih lama bersamamu.

“My exhausted heart beats once again, my weak heart has found light again..,”

“I want to hold your hand and walk like thid forever..,”

“Together with the person I love in a world just for the two of us..,”

Dan kini akan kuakhiri semuanya. Aku tahu hatimu telah kau serahkan untuk orang lain. Kini waktunya telah tiba untuk membawamu pada orang yang kau cintai. Ya.., sekaranglah waktunya.

“No one will bother us..,”

“There’s not even a reason to waste to waste anytime.. (sometime)..,”

“We could be far from each other..(with the same heart)…, the same heart as one, dreaming the same dream,”

Dan lewat lagu ini.. senyummu, tatapanmu.., aku tahu, semua itu kau alamatkan hanya untuknya. Entah mengapa dadaku terasa sesak. Perih dan terasa anyir. Kenapa hatiku malah jadi sakit begini? Apakah sekarang aku benar-benar menyukaimu, Kim Taeyeon?                                     

“Even if a very long time passes.. (a long time passes).., even if you and I become a bit different.. (A bit different).., I want to dream forever with you like this. The one who fulfilled my wishes, the one who became my faith, with you..,”

Aku menyukaimu. Ah, tidak, tentu saja tidak. Dan jika pun iya, aku akan mengubur persaan ini. Tatapan matamu yang sesekali mengarah ke arahku membuatku semakin tak karuan. Tolong jangan tatap aku seperti itu. Aku takut tak bisa mengakhiri kepura-puraan ini, Taeyeon-ah.

“Even if a very long time passes.. (a long time passes).., even if you and I become a bit different.. (A bit different).., I want to dream forever with you like this. The one who became my miracle, the one who dreamed with me, with you..,”

Ini sudah cukup. Aku cukup bahagia karena bisa menjadi alasanmu untuk tetap tersenyum. Dan diantara kisah yang mungkin telah dialami oleh jutaan manusia di muka bumi ini, aku telah menjadi salah satu dari bagiannya. Dan sekarang juga aku akan melakukan tugasku sebagai bagian dari orang-orang itu. Melepaskanmu.., Kim Taeyeon.

“Even after a long time passes, I want to dream forever with you..,”

Suara riuh tepuk tangan para sunbae menggema begitu Taeyeon menutup lagu itu dengan sempurna. Ya, dia memang layak mendapatkannya. Dia telah menepati janjinya. Dia telah tampil sempurna, kurasa aku akan memberinya hadiah sekarang.

***

Author POV

 

“Bagaimana, Jinki, penampilan kami bagus, tidak?” Taeyeon menghampiri Jinki yang telah menunggunya di belakang panggung.

Jinki memamerkan sederet gigi putihnya. “Kalian yang terbaik!” serunya semangat. “Karena kau sudah berhasil, aku akan memberimu hadiah,”

Sebelah alis Taeyeon terangkat. “Hadiah?”

Jinki tersenyum misterius. Sejurus kemudian ia menarik Taeyeon keluar dari aula.

Jinki mengatupkan bibirnya. Rahangnya mengeras. Langkahnya seolah tak terasa lagi. Hadiah yang diberikannya kali ini akan mengakhiri semuanya. Saatnya kembali ke status awal. Kembali menjadi sahabat baik.

Halaman di dekat perpustakaan. Suasana yang sama seperti kemarin. Sepi dan sunyi. Jinki menghela nafas pelan. Di sini saja. Di sini saja ia melakukannya.

“Mana hadiah yang akan kau berikan?” Tanya Taeyeon, terlihat sumringah menunggu buah tangan yang akan diberikan Jinki padanya.

Jinki tersenyum tipis. Ia meraih jemari Taeyeon. Kedua matanya mulai menyelami mata Taeyeon yang memandangnya tak sabar. “Taeyeon-ah, kita akhiri saja hubungan ini sekarang,”

Deg, kata-kata yang baru saja meluncur dari mulut Jinki membuat Taeyeon terperangah. Hatinya mencelos, masih belum menerima keadaan secara sadar.

Taeyeon terdiam. Senyum di bibirnya mendadak pudar. “Kau bilang apa? Waeyo, Jinki-ya?”

Jinki menelan ludah. Raut wajahnya menegang. Udara di sekitarnya berubah menjadi lebih panas. “Kita putus saja,” lirihnya.

Taeyeon kembali tercengang. Kedua bola mata yeoja itu mulai tergenang air. “Katakan alasannya. Apa kau sudah punya pacar?” suaranya mulai serak.

Jinki tersenyum, ia menggeleng. “Bukan aku, tapi kau yang akan punya pacar,”

Ne?

“Leeteuk Hyung,” Jinki berbisik. “Dia sudah putus dari dengan yeoja chingu-nya,”

Taeyeon semakin tak mengerti. “Bagimana bisa?”

“Kemarin, saat aku membeli boneka untukmu di toko…,”

-Flashback-

Jinki menyerahkan boneka yang hendak dibelinya ke mesin kasir. Sementara kasir menghitung belanjaannya, iseng-iseng ia melirik ke luar toko. Dua sosok yang terlihat tak asing langsung menrik perhatiannya. Leeteuk dan Hyori. Pasangan itu terlihat tengah adu mulut.

Jinki mengernyitkan alisnya. Samar-samar ia dapat mendengar percakapan kedua orang itu.

“Ternyata itu yang kau lakukan selama ini di belakangku, Hyori?!” Leeteuk menghardik yeoja yang ada di hadapannya dengan penuh emosi. “Kenapa tidak kau katakan saja kalau selama ini kau punya laki-laki simpanan? Kalau kau bosan padaku, katakan saja!”

Yeoja bernama Hyori itu balas menatap Leeteuk nanar. “Baik, akan kukatakan, aku bosan padamu. Aku bosan pada namja yang jarang punya waktu untukku!”

“Waktu ini aku kan sudah mengajakmu pergi?!” Leeteuk semakin panas mendengar ocehan yeoja itu. “Kau pikir saja dengan otakmu. Sebentar lagi kita akan kuliah. Bisa tidak kau hentikan pikiran picikmu itu? Kita harus memikirkan masa depan sekarang. Masalah kencan atau hura-hura harus kita singkirkan dulu!”

“Cih!” Hyori meludah. “Alasan!” pekiknya. “Aku sudah muak denganmu. Kita putus saja!”

“Baik, kita putus!” tanpa berpikir panjang Leeteuk menyetujui permintaan itu. Dengan tegas ia membalikkan tubuhnya pergi menjauh dari tempat itu.

Jinki masih mematung melihat apa yang baru saja terjadi di depannya. Leeteuk putus? Apakah ini keajaiban ataukah sebuah mimpi buruk?

“Nak, ini belanjaanmu,” ucap sang penjaga mesin kasir, menyadarkan Jinki dari lamunannya untuk segera membayar barang-barang yang telah dibelinya.

-Flashback end-

 

“Kurang lebih seperti itulah ceritanya,” Jinki berusaha meyakinkan Taeyeon.

Taeyeon masih belum bereaksi. Pikirannya seolah terpencar. Otaknya terasa berat untuk berpikir. Bahkan ia sama sekali tak tahu apa yang sedang dirasakan hatinya sekarang.

“Sebenar lagi wisuda para sunbae akan berakhir. Ayo temui Leeteuk Hyung dan ungkapkan perasaanmu!” Jinki menarik lengan Taeyeon.

Taeyeon masih belum mengucapkan sepatah katapun. Bingung, dia benar benar bingung. Apa hatinya sedang senang? Benarkah dia senang setelah mengetahui status Leeteuk telah kembali menjadi single? Tidak, ia yakin bukan itu perasaanya sekarang. Bola matanya melirik punggung Jinki. Sosok namja itu membuatnya tak tahu berbuat apa. Jujur, hatinya paling terguncang saat Jinki mengucapkan kata putus padanya. Apakah ini sebuah pertanda? Atau jangan jangan dirinya telah…?

***

Seorang namja tengah duduk melamun di depan aula. Tatapannya kosong, penuh penyesalan. Kini ia terlihat rapuh, lebih rapuh dibanding batu karang yang telah terkikis. Sesekali ia meneguk sebotol air mineral. Hari kelulusan ini seolah hanya angin lalu baginya. Ia sedikitpun tak terlihat senang meski sebentar lagi dirinya akan menjabat gelar sebagai seorang mahasiswa.

“Leeteuk Oppa,” Taeyeon mendekati namja itu, sedikit ragu-ragu. “Boleh aku bergabung denganmu?”

Leeteuk melirik Taeyeon sekilas. Ia tersenyum tipis. “Kemarilah,”

Dengan ragu-ragu Taeyeon duduk di samping Leeteuk. Ia menelan ludahnya, mulai memilih kata-kata yang hendak diucapkannya.

Oppa, benarkah kau sudah berpisah dengan Hyori Eonnie?” tanya Taeyeon, langsung ke inti permasalahan.

Wajah Leeteuk mengeras. Ia mengangguk kemudian mendesah pelan. “Aku tak mungkin meneruskan hubungan dengan orang yang sudah menipuku,”

Kedua bola mata Taeyeon membulat. Siapa yang menyangka Leeteuk akan bercerita semudah ini padanya? Oh, mungkin karena hubungan mereka selama ini cukup baik.

Taeyeon tersenyum tipis. “Mungkin jika aku yang menjadi yeoja chingu-mu, aku tak akan melakukan hal sekejam itu padamu,”

Leeteuk sedikit terkejut. Ia melirik Taeyeon. “Ya! Kau ini berkata apa? Apa barusan kau menembakku?” ia tertawa kecil.

Taeyeon balas menatap Leeteuk. Aneh, perasaannya sama sekali tak bergetar. Tenang dan sangat datar. “Ne, aku menyukaimu, Oppa,” bahkan kata-kata itu dengan mudah meluncur dari mulutnya.

“Hahaha!” Leeteuk tertawa semakin keras. “Kenapa kau malah jadi bercanda, Taeyeon-ah?”

Taeyeon memiringkan kepalanya. Apakah dia baru saja bercanda? Tidak, ia serius. Hanya saja anehnya ia bisa melakukan hal ini tanpa beban. “Aku serius, Oppa,”

Leeteuk mengusap puncak kepala Taeyeon. Ia menatap yeoja itu penuh arti. “Dengar, kau itu tidak menyukaiku!”

Ne?

Leeteuk tersenyum bijak. “Pertama, dari caramu menatapku. Tatapanmu sama sekali tak lepas dan mengekspresikan kebebasan perasaanmu. Kedua, sikapmu. Tidak semudah ini bersikap di hadapan orang yang kau suka. Dan terakhir, cara bicaramu. Mudah sekali kau mengatakan ‘aku suka padamu’. Tak ada orang yang menembak orang yang disukainya semudah itu. Dan aku yakin jantungmu sama sekali tak berdetak lebih cepat sekarang!”

Taeyeon terdiam. Apa yang baru saja diterangkan Leeteuk merasuk begitu saja ke dalam otaknya. Dan selang beberapa detik ia langsung bisa menadari bahwa semua yang dikatakan Leeteuk adalah ‘benar’.

“Jika tidak suka, lalu apa namanya?”

Sekali lagi Leeteuk terkekeh. Polos sekali anak ini, pikirnya. “Kau hanya kagum padaku. Dan yang sebenarnya kau sukai itu Jinki, kan?”

Mwo?!

Ya! Aku tahu rencana kalian di kantin sekolah saat membicarakan hubungan pura-pura kalian itu. Kau tidak sadar kalau aku duduk di meja yang dekat dengan kalian?”

Taeyeon menggeleng.

Leeteuk menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tak gatal. “Haahh~ jika kau memang tidak menyukainya, mana mungkin kalian betah berpura-pura selama sebulan? Kalian selalu akur. Dan kedekatan kalian sama sekali bukan seperti teman. Seluruh sekolah bahkan percaya kalau kalian pacaran!”

Taeyeon masih mematung dengan tampang innocent-nya.

Leeteuk mendecakkan lidahnya. “Sudah! Kau hampiri saja Jinki, maka kau akan tahu bagaimana perasaanmu yang sebenarnya!”

“Err..,” Taeyeon mengusap wajahnya, tak tahu harus bagaimana.

“Ayo cepat hampiri dia!”

“Err, baiklah. Tapi sebelum itu. Aku ingin memberikan ini untukmu,” Taeyeon menyodorkan sebatang lollipop pada Leeteuk.

Ne, gomawo. Hwaiting, Pudding’s Jelly!

***

Jinki masih duduk di bangku panjang di dekat perpustakaan. Mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan dengusan sejak tadi. Ingin marah, menghancurkan barang, atau menangis? Aarrgghh! Ia sama sekali bingung harus melakukan apa.

Ia membentangkan kedua tangannya di puncak sandaran bangku panjang itu. Kepalanya menengadah sementara kedua matanya mulai terpejam. Dadanya benar-benar terasa sesak sekarang. Melepaskan Taeyeon? Hhh~ itu benar-benar hal bodoh yang kini disesalinya. Menyesal tak bisa memperjuangkan gadis yang ia sadari adalah cinta pertamanya.

Taeyeon menatap Jinki selang jarak tiga meter. Ia sengaja tak menimbulkan bunyi pada langkahnya agar Jinki tak menyadari kehadirannya. Sesaat ia memandang wajah Jinki. Ia seolah tidur bak malaikat. Taeyeon memegang dada sebelah kirinya. Sebuah detakan terasa berubah menjadi gemuruh di sana.

Perlahan ia mendekat. Ia memposisikan dirinya tepat di hadapan Jinki. Namja itu tetap bergeming, sedikitpun tak terusik. Taeyeon mengulurkan tangannya. Dengan agak ragu ia menyentuh wajah Jinki.

Jinki membuka mata perlahan “Ya! Apa yang kau lakukan di sini?” serunya ketika mendapati Taeyeon telah berdiri di hadapannya.

Taeyeon tertawa. Rasanya geli melihat Jinki seperti ini.

“Ehm!” Jinki berdeham. “Kenapa kau kemari? Mana namja-mu?”

Namja yang mana?”

Aish, Jinki mendesah pelan. “Leeteuk Hyung! Memang siapa lagi?”

Taeyeon menghenyakkan pantatnya di samping Jinki. “Dia bukan namja-ku,”

Jinki menarik kedua pundak Taeyeon, membuat posisi mereka saling berhadapan. “Kau tidak jadi menembaknya?”

Taeyeon terdiam. “Err, Jinki-ya, bisa tidak kau jauhkan wajahmu dariku?” ujarnya, menyadari jarak wajah mereka kurang dari 15 cm.

Jinki buru-buru melepaskan tangannya dari pundak Taeyeon. Keduanya kembali pada posisi masing-masing. Suasana hening untuk sesaat. Jinki sibuk mengendalikan sikap salah tingkahnya sementara Taeyeon sibuk dengan sport jantungnya.

“Ehm, aku bingung menjelaskan ini, tapi aku tidak jadian dengan Leeteuk Oppa,” Taeyeon membuka mulut lebih dulu. “Entah bagaimana perasaanku ini berubah, aku menyukai orang lain,”

Deg, Jinki terdiam. Perlahan ekor matanya melirik ke arah Taeyeon. ‘menyukai orang lain?’ “Nugu?

“Err-“ Taeyeon benar-benar kikuk sekarang. “Ini terdengar konyol memang..,” bahkan menatap Jinkipun ia tak berani. “Kurasa a- aku..,” aish! Suaranya bahkan hampir tak keluar. “A-ku me- menyukaimu, Jin- Jinki-ya,”

Jinki menganga. Ia menatap Taeyeon lekat-lekat. Ini benar-benar keterlaluan jika ia berbohong. Namun Jinki sama sekali tak menangkap kebohongan di mata polos yeoja itu.

Perlahan Jinki tersenyum. Ia meraih jemari Taeyeon. “Jika kau konyol, maka akupun melakukan kekonyolan yang sama,” paparnya. “Aku juga menyukaimu. Saranghae, Pabo!”

Selang beberapa detik keduanya tertawa lepas, saling melepaskan beban di dada mereka. Siapa yang menyangka akan berakhir seperti ini. Dua orang polos dan bodoh justru berhasil menemukan inti perasaan sendiri. Mungkin ini adalah salah satu keajaiban atau lebih tepatnya keanehan yang tercipta dari sekian juta pasangan di muka bumi ini.

***

“Jinki-ya, ayo pulang. Sudah hampir malam!” ucap Taeyeon sambil mengemasi barang-barangnya.

“Ayo, aku juga lelah,” Jinki mengangguk setuju. Tugas sebagai panitia wisuda memang lebih banyak menderitnya.

“Membersihkan aula yang luasnya seperti lapangan sepak bola ini membuat pinggangku rontok!” Taeyeon memegangi pinggangnya. Ia masih merutuk hingga Jinki berjongkok di hadapannya.

“Naiklah,” ia menawarkan punggungnya.

Mwo?

“Ck!” Jinki mendecakkan lidahnya. “Panitia lain sudah pulang. Hanya tinggal kau dan aku di sini. Jangan khawatir. Tidak ada yang lihat,”

Taeyeon tersenyum malu-malu. Lumayan bisa mendapat tumpangan gratis sekaligus bisa memeluk namja chingu sungguhannya itu. Ia melingkarkan lengannya di leher Jinki. “Kau yakin tidak apa-apa?”

Jinki mengguk yakin. Ia mulai berdiri. Beban seberat 45kg (Baca: Taeyeon + ranselnya) tidak terlalu berat untuknya. “Kau mengantuk, Chagiya? Tidur saja di pundakku,”

Taeyeon mempererat pelukannya di leher Jinki. Ia mulai menenggelamkan kepalanya di pundak Jinki. Tenang, hangat dan nyaman.

Hm~ seperti apa susahnya jujur pasa diri sendiri? Mungkin seperti bagaimana kita sulitnya menentukan hal yang mengharuskan kita untuk memilih.

Lalu siapa yang tahu apakah pilihan kita benar atau salah? Hanya kita sendirilah yang tahu, namun jawaban itu akan terlihat seiring berjalannya waktu. Tak peduli seberapa lama kita menanti, seberapa jauh kita telah berjalan, atau seberapa keras kita telah berjuang, kelak apa yang kita cari pasti akan kembali pada kita.

***

Kadang kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan, kadang apa yang kita inginkan tidak dapat membuat kehidupan kita bahagia. Namun, yang pasti, jujurlah dengan diri sendiri meski kita tidak dapat memperoleh yang kita inginkan.

***

*FIN*

Ehm! pertama-tama aku mau minta maaf karena FF ini jatuhnya malah jadi pasaran dan kesannya terlalu cepat. Maunya aku kerjain lebih panjang lagi. Tapi, nasib anak pra kuliah-nih, dikejar Ospek *cries~*. Maaf ya kalau jadi mengecewakan. (TT^TT)

Jangan lupa leave a comment , Guys!! Dan mohon jangan BASH karena pairingnya.

©2011 SF3SI, Chandra.


This post/FF has written by Chandra, and has claim by her signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF