Missing Piece – Part 1

Missing Piece

Tittle: Missing Piece part 1

Author: Cho Hae Ri a.k.a Tyara

Main Cast: Choi Minho, Lee Taemin ,Octa Kim , Park Chan Mi (readers)

Support Cast: Kim Kibum , Shin Seul Ra, Yuri

Length: Squel

Genre: Romance, Frienship

Rating: General

A/N: Annyeong ^^.. Ini FF pertamaku. Mianhe kalo agak gak jelas. Pengalaman pertama soalnya 😛 Berharap ada yang baca dan kasih komen.. Mohon bantuannya chingudeul ^^

 “ Bodoh! Kenapa aku harus begitu bodoh? Kenapa aku melalukan hal itu? Oh, dan kenapa aku harus menyesal? Bukankah dari awal itu adalah keinginanku? Lalu kenapa sekarang aku harus menangis? Babo! ”

            Berbagai pertanyaan memenuhi pikiranku. Rasa menyesal, sedih dan marah kini memenuhi diriku. Air mataku turun tanpa bisa aku cegah. Sungguh, aku menyesal. Aku benar-benar menyesal. Melihatnya seperti itu membuatku sakit. Kenapa? Aku juga tak tahu. Aku hanya tahu, aku mencintainya. Ingin sekali aku berkata, “Maafkan aku” tapi semua sudah terlambat.

            Lalu aku mendengar suara yang sangat memekakan telinga. Ketika aku menoleh ke arah suara, aku melihat benda itu menuju ke arahku. Kemudian kurasakan tubuhku melayang. Yang ada di pikiranku saat itu adalah, kata pertama yang akan kukatakan padanya saat bertemu lagi adalah maaf. Lalu semuanya gelap.

 

***

BUKK!

Suara koperku saat aku meletakkannya dilantai dekat pintu. Sekarang aku berada di apartemen yang aku yakin harga sewanya pasti sangatlah mahal. Karena selain besar, apatemen ini juga sudah menyediakan prabotan dasar. Dan lagi, letaknya di tengah kota. Aku jadi bertanya-tanya apakah dia serius tentang ini?

“Ah, waseo?” kata seorang perempuan berambut panjang yang kini ada di belakangku.

“Ne. Baru saja. Darimana Ta?” tanyaku.

“ Aku? Oh, tadi habis beli ini.” katanya sambil menunjuk kantong coklat yang dibawanya. Kulihat beberapa buah menyembul dari dalam. Aku tidak berkomentar lagi.

Aku terus mengawasinya berjalan menuju dapur dan meletakkan belanjaannya. Dia adalah Octavia Kim. Seorang teman yang aku kenal di Jakarta saat liburan tahun lalu. Dia blasteran Indonesia-Korea, dan menetap di Korea. Dia hanya pulang ke Indonesia saat liburan sekolah saja atau saat-saat tertentu. Itu yang dia katakan padaku.

Tiba-tiba aku melihatnya berbalik dan menatapku denga kedua mata almond itu.

“Kenapa diam saja disitu? Masukan barang-barangmu ke kamar lalu istirahat. Apakah kau tidak lelah setelah tujuh jam perjalanan dari Indonesia?” tanyanya.

“Tentu saja aku leah.” kataku.

“Lalu?” tanyanya lagi. Kini ia berjalan menuju almari dapur dan mengeluarkan beberapa piring dan pisau.

“Aku hanya bingung.” jawabku sekenanya.

“Bingung kenapa?” sekarang Octa menghentikan aktivitasnya dan menatapku bingung.

“Apakah kau yakin tentang ini? Aku tidak harus membayar uang sewanya? Kau yakin tidak mau berbagi denganku? Ta, aku yakin ini pasti mahal sekali.” semburku padanya. Kulihat dia memutar bola matanya. Bosan.

“Astaga dibahas lagi! Tentu saja aku yakin. Kan sudah kukatakan padamu, aku tidak mau tinggal sendirian. Makanya aku mengajakmu tinggal bersamaku. Tidak usah pusingkan uang sewa. Kakeku tidak keberatan sama sekali.” ujarnya.

“Hah, dasar orang kaya!” kataku.

“Hei, kau berkata seolah-olah kau bukan orang kaya saja.” ujarnya sambil menunjukku menggunakan pisau. Kadang aku berpikir jangan-jangan dia bisa sadis juga.

“Tapi aku tidak akan sesombong kau. Kalau posisi kita dibalik aku akan memintamu mebayar uang sewa.” kataku sambil membawa barang-barangku ke kamar.

“Hahahaha… Serius! Kau pelit sekali.” ujarnya masih tertawa menanggapi gurauanku. Diam-diam aku bersyukur dia tidak melemparku dengan pisau itu.  *apa-apaan? ==’*

            “Bukan pelit, prinsip ekonomi itu.” kataku berkilah. Sekarang semua barang bawaanku sudah masuk kamar dan aku sudah berganti baju rumahan.

            “Aish jinja! Kau ini …” katanya sambil mencibirku. Tampangnya lucu sekali. Itu yang membuatku suka menggodanya.

            “Ya baiklah, terserah. Aku tidur ya?”

            “Ne. Selamat istirahat. Ah, cham! Aku nanti harus pergi. Ada urusan. Nanti kalau kau sudah bangun dan aku belum pulang, lakukanlah sesuatu. Terserah. Buah dan camilannya nanti aku taruh dikulkas.” ujarnya masih sibuk dengan buah-buahan itu. “Dan, nanti malam kita jalan-jalan ya?” tanyanya sambil melihat ke arahku.

            “Ne, araseo. Lagipula aku juga harus membereskan barang-barangku kan? Baiklah, sampai ketemu nanti.” ujarku sambil menutup pintu. Tak lama aku pun terlelap.

***

            Namaku adalah Nana Anantha Putri. Seorang remaja berumur 18 tahun yang sekarang hijrah ke negeri ginseng Korea untuk melanjutkan kuliah. Aku memang bukan orang Korea, tapi masih mempunyai darah Korea dari Kakek dipihak Ayahku. Itu kenapa aku mempunyai nama Korea, Park Chan Mi.

            Di Korea, aku tinggal bersama temanku yang kukenal saat liburan kenaikan kelas 3 SMA. Tepatnya tahun lalu. Tak lain dan tak bukan adalah Octa. Kami bertemu dipesta salah satu kolega bisnis papa. Waktu itu kami yang sama-sama bosan dengan keadaan pesta iseng mengobrol. Dan banyak kecocokan antara kami. Itu yang membuat kami dekat. Seandainya waktu itu dia tidak menyapa duluan, pasti sekarang kami tidak akan saling kenal.

            Diam-diam aku melirik Octa yang ada di sebelahku. Aku ingat sekali, saat aku mengatakan padanya bahwa aku akan melanjutkan kuliah disini, dia senang sekali. Dia bahkan menawarkan untuk tinggal bersamanya karena dia takut kalau harus tinggal sendirian. Keluarganya memang tidak tinggal di Seoul, dan apartemen yang aku tinggali bersamanya sepenuhnya ditanggung oleh kakeknya. Tidak heran mengingat kakeknya pengusaha terkenal yang mempunyai beberapa perusahaan di beberapa negara di Asia.

            Tiba-tiba terdengar bunyi “Ting” yang sangat khas. Kulirik bagian atas pintu. Lantai 3. Pintu bergeser terbuka dan munculah seorang namja dengan jaket cokelat dan celana panjang hitam. Dia memakai kaos V-neck putih didalam jaketnya.

            Namja itu memandang kearah kami dengan kaget  kemudian tersenyum.

            “Annyeong haseyo.” ujarnya sambil menundukkan kepala lalu berjalan masuk lift.

            “Annyeong haseyo.” kulirik Octa yang juga sedang tersenyum kearah namja tadi. Sepertinya dia mengenal namja ini.

            “Wah, senang bisa bertemu lagi. Bagaimana? Sudah rapi semua?” tanya namja itu.

            “Ne. Sudah semua. Terima kasih atas bantuannya kemarin. Jeongmal Mianheyo sudah menabrakmu. Parah sekali waktu itu.” kulihat raut menyesal terlukis diwajah Octa. Wah, ada apa ini?

            “Hahaha… Gwenchana. Tidak ada masalah untukku. Lagipula memang banyak sekali bawaanmu kemarin. Oh ya, inikah chingumu yang kau ceritakan kemarin?” pandangan namja itu kini beralih padaku. Sedangkan aku melirik Octa meminta penjelasan.

            “Ah, ne. Aduh, betapa tidak sopannya aku. Min Ho ssi, ini temanku namanya Park Chan Mi. Chan Mi ah, ini Choi Min Ho. Apartemennya satu lantai dibawah kita. Dia yang kemarin membantuku membawa barang-barangku ke apartemen.” jelas Octa.

            “Annyeong haseyo. Park Chan Mi imnida.” kataku sambil sedikit membungkuk.

            “Ne, annyeong. Choi Min Ho imnida. Senang berkenalan denganmu.” ujarnya sambil tersenyum.

            Bersamaan dengan itu terdengar suara “Ting” lagi dan pintu bergeser terbuka. Rupanya kami sudah sampai di bawah. Kami berpisah dengan namja itu di lobby.

            “Well, siapa dia?” tanyaku saat kami berjalan keluar gedung apartemen.

            “Sudah kubilang, dia Choi Min Ho. Apartemennya satu lantai dibawah kita.” ujar Octa tak acuh.

            “Aku tau itu. Maksudku, ada kejadian apa antara kau dan dia? Kenapa mukamu seperti itu tadi? Kau menykainya ya?” tanyaku berturut-turut. Aku sudah penasaran setengah mati.

            “Apa-apaan kau ini?” ujarnya sambil melotot. “Yah, kemarin waktu aku baru memasukkan barang-barangku ke apartemen aku tidak sengaja menabraknya. Kardus-kardus itu berat sekali, kau tahu? Dan semua isinya berserakan di lobby. Bayangkan betama malunya aku waktu itu. Untung saja Min ho ssi tidak marah. Dia malah membantuku membereskan semua dan membantu membawakan mereka ke apartemen. Hah, aku sangat berterima kasih. Dan apa tadi? Menyukainya? Tidak, aku tidak menyukainya.” lanjutnya.

            “Hah, geotjimal!” ujarku pada Octa. Senyum terkulum diwajahku. Aku terus menatapnya intens sampai dia menyerah.

            “Ah, baiklah baiklah. Mungkin hanya sedikit?” ujarnya ragu sambil membentuk sedikit jarak antara ibu jari dan telunjuknya. Aku tertawa melihat tingkahnya ini. Wajahnya sungguh-sungguh lucu.

            Tak terasa kami sudah berjalan cukup jauh. Saat akan menyebrang, kurasakan tangan Octa mencengkramku dengan kuat. Aku menoleh ke arahnya dengan alis terangkat. Seakan bertanya, “Ada apa?”

            “Aku takut menyebrang. Aku sudah bilang padamu kan?” kata Octa. Tangannya masih tak melepaskan tanganku. Tiba-tiba sebuah pikiran berkelebat dibenakku.

            “Ah iya, karena kecelakaan itu ya?” tanyaku. Octa mengangguk. Jadi kubiarkan dia memegangiku. Meskipun jujur agak sakit karena dia mencengkram terlalu kuat. Tapi tak apa. Toh hanya saat menyebrang.

            Akhirnya malam itu aku habiskan dengan berjalan-jalan di sekitar kota Seoul bersama Octa. Mengunjungi toko pernak-pernik, berbelanja untuk keperluan kami dan makan bersama. Malam pertamaku di Korea tanpa orang tua. Sungguh mengasyikan.

-TBC-

©2011 SF3SI, Freelance Author.

This post/FF has written by SF3SI Author, and has claim by our signature

This FF/post has claim to be ours. Please keep read our blog, comment, vote and support us ^.^

Don’t forget to :

  • Open FAQ page for ask something.
  • Open GUESTBOOK for new reader
  • Open Join Us page to know how to send your FF
  • Vote us please, our rating going down on SHINee toplist, so please vote us ^.^
  • For new reader, please join page Talk Talk Talk
  • Open page LIBRARY if you miss some FF

25 thoughts on “Missing Piece – Part 1”

  1. jadi adegan kecelakaan pertama itu octa kah??

    masih santai.. blum ad konflik nih..
    ditunggu next partnya

  2. Bingung di Intronya saya,,hehe

    Wehh,, si Chan anak Indonesia yg hijrah ke Korea,,

    Minho-nya baik sekali, ramah lagi,, tumben#maksd-nya???

    Blm tahu konflik-nya kayak apa ini,, di tunggu di next part dehh,,, 😀

  3. Laah yg intronya itu apaan? Adegan kcelakaannya Octa?._. Kyknya part ini msh pngenalan tokoh aja, blm ada mslhnya.

    Part slnjutnya di tunggu 🙂

  4. OMO MALAM PERTAMA DI KOREA,,, EMNG MENYENANGKAN APA LAGI KETEMU CHOI MINHO CHOI MINHO,,,
    lanjut athour,,, keren,,,
    🙂

  5. huwaaaa….
    ini ff bener2 buat aku bingung di awalnya, masih mikirin pembukaannya itu apaan ?
    jadi curiga …
    hmmm mungkin bakalan ketauan kalo authornya cepet kirim part selanjutnya .. heheh biar cepet di publish, suka sama ceritanya..

    minho baik … disini masih belum adapermasalahannya ya .. ahahah
    ayo lanjutannya di tunggu, good ff, gomawoyo… ^^

  6. ough…jd yg kclakaan si octa toh…aq smpet bngung d awal,kq tb2 ad adgan kclakaan…
    msh blm ad knflik,jd msh adem ayem aja…
    tlg part slanjutx agak d pnjangin y thor…
    nice ff 🙂
    lanjut..a

  7. Agak bingung sih dengan intronya itu.
    konflik juga belum muncul. tapi aku suka cerita yang tokohnya melibatkan orang indonesia. hehe 😀
    ditunggu deh next part.
    Taeminnie kapan dimunculin?
    #reader bawel-plak#

Give Me Oxygen