[Double E] The Silent of Earth’s Voice [1.2]

The Silent of Earth’s Voice [1.2]

 

Author: Chandra Shinoda & Boram.Onyu

Main Cast:

  • Lee Taemin

Support cast:

  • Other SHINee members
  • Nyonya Lee
  • Tetua Desa
  • Tuan Kim

Length: twoshots

Genre: action, crime, family, life

Rating: PG-13

Summary: “Ia seorang tuna rungu. Meski ia mengaku melihatnya sendiri, pada kenyataannya kita tak bisa membantah riwayat ayahnya yang gila. Kupikir, usaha pertaniannya yang tak membuahkan hasil mengembangkan ide-ide gilanya yang tak berdasar, dan bukan hal yang tidak mungkin jika tak lama lagi ia hanya akan berakhir seperti ayahnya.”

Credit Song: SNSD – Let It Rain

Disclaimer: We don’t own all SHINee members, they are God’s. They belong to themselves and SM Entertainment. We are just the owner of the story.

***

Annyeong! Eyak, ini hasil kolaborasiku sama author Boram.Onyu untuk memeriahkan Double E SF3SI. applause dulu buat author freelance kita yang berbakat, Boram.Onyu, yang telah menyumbangkan idenya.. 😀 

(~ ‘o’)~

Harapan kita sederhana, semoga tulisan ini kelak bermanfaat dan berguna bagi generasi penerus kita. Amin.. 🙂

Best Regards,

-Chandra Shinoda & Boram.Onyu

***

Pernahkah kau bermimpi dalam keheningan semestamu?

Kala tubuhmu menyikapinya dan mulai berjuang keras..

Namun, salah satu inderamu menyembunyikan diri dan menghapusmu dari kata sempurna..

 

Diantara jutaan kisah para  penyandang cacat di muka bumi ini,

Aku hanyalah ibarat setetes air..

Layaknya para pemilik kesempurnaan yang mengalir ke berbagai penjuru..

Aku pun memiliki samudra yang ingin kutempati..

Hamparan yang tak memiliki makna kesempurnaan secara mutlak..

Namun saling melengkapi untuk mencapai keagungan Tuhan..

 

Meski dikata ‘ibarat pungguk merindukan bulan’,

Atau kaum jelata yang mengharapkan singgasana raja,

Aku tak peduli!

Air memiliki caranya sendiri untuk mencapai samudra..

Aku pun memiliki taktikku sendiri untuk memerangi kesombongan kaum bangsawan..

Satu yang pasti,

Aku belum menyerah!

-Lee Taemin-

***

Seorang namja dari kalangan petani melepas penatnya setelah seharian bekerja di sawah milik appa-nya. Ia duduk bersandar di sebuah pohon yang terletak tak jauh dari rumahnya. Cicit burung gereja mulai bercengkrama di ranting pohon, diikuti gemercik air yang jatuh tak beraturan dari tepi daun, layaknya orchestra alam yang begitu harmoni. Bagi kebanyakan orang suara itu begitu menentramkan dan terkadang membuat penikmatnya refleks tersenyum, namun tidak untuk namja ini. Sesungguhnya ia tak benar-benar mendengar cicit sang burung ataupun gemercik air. Angin yang menerpa wajahnyalah yang memberitahunya. Seingatnya, angin seperti itu memberikan isyarat bahwa makhluk kecil bersayap itu ada di sekitarnya beserta keindahan alam lain yang menyertainya.

“Angin yang lembut..,” tanpa sadar, namja itu berdiri dari sandarannya mengikuti irama kicauan burung tadi. Ia melangkahkan kakinya ke depan dengan tangannya mulai bergerak kiri kanan tak menentu. Tak berapa lama, ia duduk kembali tanpa menghentikan gerakan tangannya dengan irama cepat. Poppin’ dance, itu yang dilakukannya sekarang. Menikmati waktu senggang sekaligus memperkuat kenangannya akan musik dance yang terakhir ia dengar 2 tahun lalu. Benar, 2 tahun lalu, sebelum suatu petaka muncul dan membuatnya lupa bagaimana mendengar orang berbisik.

“Lee Taemin, sekarang kau bahkan mampu mengalahkan kelincahan seekor cacing!” gumamnya bangga diakhir gerakannya.

Senyum manis kini merekah di bibirnya mengingat sawah yang telah ia kerjakan. Curah hujan yang selama beberapa bulan ini baik membuat padinya tumbuh subur. Mengingat eomma-nya yang makin tua dan sakit-sakitan, tentu pula wanita yang amat dikasihinya itu bisa berobat dengan hasil panen nanti. Walaupun ia tak memiliki sanak keluarga lain selain sang ibu, tapi namja yang akrab disapa Taemin itu tidak pernah menyerah menjalani hidupnya yang begitu keras. Appa-nya yang telah tiada sejak lima tahun yang lalu membuatnya harus banting tulang menghidupi dirinya dan ibunya yang telah renta itu. Dengan berat hati ia memutuskan meninggalkan sekolah demi menggarap sawah yang turun temurun dari kakek ayahnya, dan terkadang ia menjahit sebagai usaha sampingannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang kian hari makin melonjak.

When the sky starts to shine a mysterious light
even if there is no, no, no warmth
the sound of rain echoes, as it just continues to fall
Have we been mislead? Oh no

“Hm, kali ini mungkin hasilnya lumayan,” ucap Taemin sambil kembali melihat hamparan padi yang telah menguning. Sungguh pemandangan alam yang mempesona. Ia bersiap mengambil arit. Diasahnya benda itu hingga betul-betul mengkilap. Beberapa tetangga yang bekerja di satu bidang dengannya juga tengah melakukan hal yang sama. Masing-masing tersenyum bahagia, membayangkan hasil panen tahun ini akan begitu menggembirakan, membayangkan wajah bahagia anak-anak mereka dengan tas dan sepatu baru dari penjualan hasil panennya.

Taemin masih sibuk mengasah arit ketika hembusan angin menerpa tubuhnya. Ia terdiam sesaat, menegakkan tubuhnya dan membiarkan arit di tangannya tergeletak. Bola matanya langsung tertuju ke suatu tempat, langit. Tempat yang maha luas itu tak lagi berwarna kebiruan. Hanya nampak warna hitam atau abu-abu.

Ya, Taemin-ah, mengapa diam saja? Cepatlah bergegas!” suara serak dengan nada setengah berteriak berhasil menembus indera pendengaran Taemin.

“Ah, ne, Ahjussi.” Taemin menoleh pada sang pemilik suara, Lee Jinki, sosok pria setengah baya yang telah banyak mengajarinya dalam hal bertanam dan memanen, terlihat begitu antusias.

Taemin meraih keranjang yang digendong Jinki sebagai tanda hormat dan terima kasihnya. Baru beberapa langkah Taemin berhenti, otomatis Jinkiyang berjalan di sampingnya turut berhenti. Angin dingin kembali menerpa. Tidak hanya itu, suara petir yang menggelegar di langit mengimbanginya. Taemin dan seluruh kaum yang sederajat dengannya terpaku ketika bulir-bulir hujan mulai berjatuhan. Semakin lama semakin deras, membuat mereka mengurungkan niat untuk memanen sawahnya, lebih memilih berteduh daripada mencari penyakit dengan menantang fenomena alam.

Mimpi buruk itu tak hanya berlangsung beberapa menit, namun satu hari penuh. Ketika Taemin dan para petani lain keluar setelah hujan berakhir, mereka membungkam, hanya mampu meratapi hamparan impian, sebuah tumpuan hidup yang kini telah tenggelam. Sawah yang tadinya kekuningan telah digantikan oleh genangan air penuh lumpur.

Ingin menangis rasanya. Banyak hal yang akan terhambat karena ini. Bagi Taemin ini benar-benar keterlaluan. Ingin sekali ia marah pada Sang Pencipta. Untuk beberapa saat ia menggali ke dalam pikirannya. Tidak, bukan ia saja yang menderita di sini. Pria berpakaian lusuh yang membisu di sampingnya, Lee Jinki, dan seluruh warga yang ada di sekitarnya juga merasakan hantaman yang sama.

Taemin menghembuskan nafas berat. Ia teringat kembali pada tutur kata ayahnya. Meski dengan senyum yang miris ia merengkuh tubuh Jinki. “Tuhan takkan memberi kita cobaan yang tidak bisa dilalui. Bulan berikutnya kita coba lagi, Ahjussi. Ne?”

****

I don’t know if you are a friend or an enemy
but it’s time to pay the price
the moment when everything changes

It won’t stop, even if I cry
It won’t stop, even if I pray
we are now washing away
I can’t hold on anymore
That was the last price
Just let it rain, rain, rain
just let it rain rain, rain

Fajar baru saja menyingsing, menampakkan sang mentari yang terlihat masih malu menyembulkan sinarnya. Kokokan ayam terdengar bersahutan, seiring langkah kaki para warga yang kebanyakan di usia pertengahan abad menuju tempat mengadu nasibnya. Genangan air masih mewarnai lahan padi mereka. Beberapa batang yang sudah kecoklatan terlihat mengapung, dengan bulir padinya yang sudah meluruh. Salah satu dari mereka meraih batang lemah itu, setelahnya ia menghela nafas. Cepat ia mengangkat kepalanya, menatapi langit yang dihiasi oleh warna kekuningan. Seperti mendapatkan kekuatan baru di sana, saat matanya menangkap sinar mentari, hingga kelopaknya harus menyipit.

Batang padi itu jatuh dari genggamannya, dan ia lekas menuju lahannya yang tak lebih dari setengah hektar. Tangan kanannya membantu punggungnya menopang sebuah cangkul, sedang tangan kirinya yang bebas menggenggam sebuah kotak bekal−yang dibungkus dengan kain−yang akan menjadi makan siangnya nanti.

Beberapa petani itu mengikuti si pria bernama Taemin, masing-masing sibuk bergelut dengan sawah mereka. Tak ada lagi wajah sedih di sana, hanya dipenuhi semangat kerja keras diselingi tawa saat mereka saling bercanda. Pengecualian bagi Taemin, namja itu hanya tersenyum berkali-kali saat beberapa petani di sekelilingnya tertawa. Hampir setengah dari lahannya yang sudah mongering saat matahari telah tegak lurus dengan kepalanya. Ia tak merasa lelah, mungkin karena fisiknya yang sehat ditunjang umurnya yang masih muda, yang akan menginjak 16 tahun bulan depan.

Taemin menghentikan ayunan cangkulannya, ketika punggungnya ditepuk.

“Ayo makan siang!”ucap laki-laki yang barusan menepuk punggungnya, hampir berbisik.

Taemin memiringkan kepalanya, tak mengerti.

Laki-laki setengah baya itu tersenyum, hampir lupa dengan keadaan Taemin. Ia akhirnya menunjuk ke arah kawanan petani yang tengah menikmati makan siangnya. Ajakannya mendapat sambutan baik dari Taemin. Ia tersenyum, segera berlari dan berkumpul dengan rekannya.

***

You pretend that you don’t see me and you don’t face me
Even though I noticed it, it’s over, over
Like it’s mocking me, the rain that never ends
Even more, it’s a pelting rain.

Malam itu tak bersahabat, angin seakan begitu bangga menghadirkan hembusannya yang menyapa tengkuk Taemin−yang tengah duduk di berandanya. Langit tampak kelabu. Jika tidak malam ini, maka besok pagi tanah Daegu akan dibasahi oleh air hujan.

Elusan di bahunya membuat Taemin menoleh. Senyum terukir di wajahnya. Ia menggandeng tubuh ibunya masuk ke dalam rumah. Rumah yang dihuninya tak begitu besar,  juga tak bisa dibilang kecil. Dari pintu utama, bisa dilihat sebuah kursi panjang dari rotan di sebelah kiri, dan sebuah meja kecil sebagai penambahnya. Di sisi berseberangan, sebuah karpet tebal menutupi lantai kayu. Dari pintu itu juga, dapurnya langsung terlihat. Sebuah meja berukuran sedang, yang di atasnya disusun piring kaca dan beberapa gelas kaca di atas rak plastik. Di sebelahnya terdapat kompor kecil, dan sebuah kulkas bermodel tua yang merupakan pemberian tetangga sebelahnya.

Cahaya remang lampu yang menandakan kekuatannya akan segera meredup, masih mampu menerangi seluruh ruangan. Taemin menuntun eomma-nya menuju ke atas karpet. Selimut yang terlipat di sudut ruangan diambilnya, dililitkan pada tubuh kurus sang ibu. Jahitan hanbok pria yang sempat ditundanya dari seminggu lalu diambilnya, dilanjutkannya lagi.

“Apa kau tak lelah?” tanya sang ibu.

Taemin tak menoleh, ia terlalu serius dengan tiap tusukan jarumnya agar besi runcing itu tak melukai tangannya.

“Taemin-ah..,” tangan sang ibu yang mengelus kepalanya menghentikan kegiatannya, membuat pekerjaan yang baru saja dilakukannya tak cukup lima menit itu kembali dilipatnya, dimasukkan ke dalam lemari kecil di dekatnya, lantas ia membaringkan kepalanya di atas pangkuan wanita tua itu.

Dentingan air yang mengenai genteng mulai terdengar, tak lama menjadi suara riuh yang cukup memekakkan telinga. Taemin sendiri tak terganggu dengan suara-suara itu. Kemampuan pendengarannya yang menurun membuat ia tak bisa mendengar suara pelan, berbisik ataupun yang berasal dari kejauhan. Itulah alasannya, mengapa ia hanya tersenyum ketika seseorang berbisik padanya meski ia tak benar-benar tahu apa yang dikatakan orang itu. Ia hanya memberikan senyum terbaiknya, sekedar menunjukkan betapa damai hidupnya. Namun, di dalam hatinya sesungguhnya terpendam keinginan kuat yang selalu dikuburnya jika mengingat kondisi cacatnya. Ia ingin menjadi seperti mereka yang normal, yang saling bersenda gurau, saling bertukar cerita. Ia ingin sekali mendengar, bahkan ia pernah bermimpi jadi seorang penyanyi sekaligus dancer, seperti idola yang lagi in di kawula anak muda zaman sekarang, setidaknya seperti Super Junior atau DBSK yang biasa dilihatnya di dinding rumah perkumpulan remaja putri di desanya, dalam bentuk poster tentunya.

Tapi, seperti yang selalu ditekankannya, semua itu cukup menjadi mimpi di siang bolong saja. Tak lagi ia mengungkit masalah itu, namun ketika sedang menyendiri, keinginannya tetap muncul, ia akan melakukan dance yang dipelajarinya dari boyband-boyband itu.

Sedikit menyinggung tentang keadaan Taemin, namja itu menderita tuli konduktif. Seorang ahli kesehatan pernah datang ke desanya dan menjelaskan bahwa penyakit itu adalah penyakit yang bisa dsebabkan banyak hal. Untuk kasus Taemin sendiri penyakit itu diawali dengan infeksi yang menyebabkan ada cairan pada telinga tengahnya. Ia tak pernah memikirkan pengobatan medis untuk penyakitnya. Uang makan dan untuk berobat ibunya jauh lebih penting. Itulah yang mengakibatkan pendengarannya menurun sampai 40dB hingga seseorang harus berbicara lebih keras agar bisa terdengar olehnya.

***

I don’t know if you are a friend or an enemy
but it’s time to pay the price
the moment when everything changes

It won’t stop, even if I cry
It won’t stop, even if I pray
we are now washing away
I can’t hold on anymore
That was the last price
Just let it rain, rain, rain
just let it rain, rain, rain

Belum selesai permasalahan banjir bandang yang melanda desa kecil nan damai itu teratasi, bulan berikutnya kembali diruntuhkan oleh musibah kekeringan. Masih terngiang genangan air bak sungai di lahan mereka, kini digantikan retakan-retakan kecil di tanah yang menyisakan padi-padi itu dalam keadaan layunya. Mereka, para petani, kembali menghela nafas. Ini terlalu berat bagi mereka, yang menumpukan segala harapannya di sana. Mereka pulang dalam keadaan menunduk, menuju satu-satunya tempat yang bisa menjadi penyambung hidup mereka, koperasi dengan bunga yang rendah, dengan waktu pembayaran disesuaikan dengan penghasilan mereka. Taemin tak termasuk dalam gerombolan petani itu. Ia lebih memilih berbelok arah, mengikuti jalan setapak yang membawanya menuju pepohonan rimbun nan hijau.

Kakinya menyusuri sekeliling hutan, kembali bernostalgia dengan masa-masa dimana ayahnya masih hidup. Salah satu pohon disentuhnya, mengingat ketika pertama kali ia menabur benih-benih pohon itu hingga kini telah tumbuh kokoh dan menjulang tinggi.

Appa, jika kau masih ada, tentu kau akan bahagia melihat bibit-bibit pohon ini telah menjadi hutan yang subur dan rindang,” lirihnya. Kenangan-kenangan masa lalunya membuat ia berjalan mengitari hutan hijau itu hingga langkahnya terhenti.

Tubuhnya refleks bersembunyi di belakang pohon. Tiga orang, bukan, ada lima orang di sana, masing-masing memegang sebuah mesin dengan gergaji panjang di ujungnya, disinyalir Taemin sebagai mesin pemotong kayu. Jarak antara dirinya dan para penebang itu kira-kira 30 meter. Mustahil baginya mendengar percakapan orang-orang itu dengan kondisi pendengarannya, bahkan suara dengungan mesin pemotong kayu yang mampu memekakkan telinga hampir tak bermakna baginya dalam jarak sejauh itu.

Emosinya membuncah ketika seseorang dari mereka berhasil membabat salah satu pohon itu. Tangannya mengepal, diiringi getaran hebat.

“Aku akan kalah jika aku menyerang mereka. Ini tentu tidak menguntungkan bagiku.” desis Taemin mengendalikan emosinya. Ia mundur perlahan, namun langkahnya tertahan oleh sebuah benda yang mungkin memiliki tinggi yang sama dengannya. Ia berbalik. Tidak, itu bukanlah benda, tapi pria yang sedikit lebih tinggi, dan lebih kekar darinya. Degup jantungnya meningkat drastis. Ia melangkah mundur, dan lagi, kakinya tertahan oleh batang besar dari pohon yang menjadi tempat persembunyiannya tadi.

“Mati kau!” teriakan pria itu terdengar oleh Taemin. Ini benar-benar pertanda buruk baginya. Pria itu pasti sudah memanggil kawan-kawannya yang lain. Perkiraannya tak salah, beberapa pria yang tadi sibuk memotong kayu hasil tebangannya telah berada pada jarak kurang dari satu meter di sekelilingnya. Taemin bergerak cepat memunguti daun-daun di kakinya tak lupa dengan tanahnya, lalu melemparkan ke wajah si pria kekar tadi hingga ia jatuh terduduk. Taemin segera berlari sekencang mungkin, tak melewatkan kesempatan bagus tersebut.

“Sepertinya mereka tertinggal jauh,” Taemin singgah sekedar menarik napas. Otaknya bekerja keras mencari cara untuk memperlambat para pria itu. Sebuah tanaman rambat menjadi jawaban dari masalah ini. Dua buah sulur yang dipastikannya kuat diikatkannya pada dua batang pohon.

Kelima pria itu berhasil menyusulnya, Taemin mundur kemudian berlari sekuat yang ia bisa setelah memastikan dua orang dari mereka terjebak oleh perangkapnya. Benar, kedua orang itu tidak melihat tali dari tanaman rambat yang terikat itu hingga mereka terjungkal menuju sarang semut yang sudah disediakan Taemin tak jauh dari perangkapnya. Perhitungannya tak salah, mereka yang tersisa terhambat oleh semut-semut ganas yang hampir menggerogoti seluruh tubuh mereka.

Taemin mengatur nafasnya, memungkinkannya agar bisa segera kabur dari sisa pria yang masih bisa mengejarnya. Untung pengelihatannya masih berfungsi dengan baik, meski saat ini justru indera pendengaranlah yang sangat ia butuhkan untuk memastikan letak para pengejarnya. Sesekali ia menoleh, saat itu juga jarak yang ada diantara mereka justru semakin terminimalisir.

“Sial, aku tak kuat lagi,” ranting pohon yang diinjaknya, memberikan rasa perih pada telapak kaki Taemin yang sebelahnya tak beralas lagi. Ia melirik sekali lagi,  sepertinya ia sudah selamat sekarang. Sesaat ia bernapas lega, namun kemudian perasaannya berubah tak enak. Ia enggan untuk berbalik, lebih suka menatap pohon tua yang entah apa namanya di depannya. Bagian pohon itu yang merambat segera ditariknya. Secepat kilat ia berbalik, mengandalkan kelincahan tubuhnya, ia berkelit di antara tiga pria itu dan segera mengikatkan sulur pohon di badan mereka. Usahanya berhasil. Ketiga pria itu sukses dibekuk olehnya.

Segera Taemin berlari secepat yang ia bisa, mengandalkan tenaganya yang masih tersisa, menelusuri kerenggangan jarak pohon, mengikuti arah hembusan angin yang akhirnya membawanya kembali ke desanya−daerah kelahirannya−yang tengah dilanda krisis ekonomi pasca banjir beberapa waktu lalu.

****

Even if you don’t appear after the rain stops
Gotta go, gotta let you go
Once I start to walk, I won’t ever be confused.
Sun will shine…

It won’t stop, even if I cry
It won’t stop, even if I pray
we are now washing away
I can’t hold on anymore
That was the last price
Just let it rain, rain, rain
just let it rain, rain, rain

Musyawarah desa dilaksanakan. Beberapa pemuka desa dari berbagai kalangan berkumpul membentuk lingkaran, dimana Taemin menjadi fokus perhatian mereka. Lelaki bertubuh ceking itu sibuk membagikan selebaran kertas yang berisikan kesaksiannya mengenai penebangan pohon secara ilegal yang dilihatnya sehari yang lalu. Ia pernah mengikuti pendidikan sampai sekolah menengah pertama, jadi masalah membaca dan menulis bukanlah urusan yang sulit baginya. Ia lebih memilih mengutarakan isi pikirannya lewat tulisan dibanding kata-kata dengan satu alasan sederhana, predikat tuli yang disandangnya membuatnya enggan berdebat dengan para pemuka desa yang sebagian besar berjiwa politikus.

Berbagai ekspresi muncul dari wajah para pemuka desa. Sang tetua, yang merupakan pemimpin musyawarah menatap Taemin tajam begitu selesai membaca tulisan pada kertas yang diberikan namja itu.

“Apa ada yang ingin memberikan komentar?” antara percaya dan tidak sang tetua desa belum berani memberikan kepastian tentang tulisan Taemin, ia sama sekali belum memiliki praduga.

Tuan Kim yang merupakan salah satu pemuka desa angkat bicara, “Aku sama sekali tidak percaya. Aku tidak bermaksud merendahkan, hanya saja ada beberapa hal yang janggal. Di sini ia mengatakan, hampir separuh dari hutan di daerah barat sudah gundul. Aku baru saja ke sana dua hari yang lalu, dan tak ada yang salah sama sekali. Pepohonan itu masih rimbun, tak ada tanda terjamah. Waktu sehari tak cukup untuk menggundulkan setengah wilayah hutan seperti yang dikatakannya.”

Pria yang berada pada jarak dua orang diantaranya angkat tangan.

“Saat sedang menggarap tanah kemarin, aku melihat asap mengepul dari hutan. Mungkin, pernyataan anak ini tidak salah sama sekali.” ucapnya dengan alis mengerut.

“Apa kau lupa, kemarin terjadi hujan kabut? Aku tidak tahu apa pandanganmu mengartikan kabut itu salah.” Tuan Kim membantah ucapan laki-laki barusan, “dan ada satu hal fatal menyangkut diri anak ini, pendengarannya buruk. Aku tahu, ini mungkin tak berkaitan. Tapi kejadian ini mengingatkanku pada sesuatu, Lee Jin Guk.”

Semua yang ada di sana kecuali Taemin dan tetua, manggut-manggut mendengar ucapan pria itu.

“Ia juga mengakui hal yang sama, persis dengan anaknya yang ada di depan kita sekarang. Dan bukannya saat itu kita sudah membuktikan ucapannya yang irasional? Bukankah ini hal yang tidak wajar? Aku ragu jika anak ini mewariskan tekad ayahnya yang sama sekali…,”

“Hentikan, Tuan Kim. Jangan mengungkit lagi permasalahan orang yang sudah tiada di dunia ini. Langit bisa saja mengutuk perbuatanmu itu.” tetua desa menyela. Ucapan rekannya mulai menyimpang dari batas kesopanan.

Seketika itu Tuan Kim bungkam. Giginya bergemerutuk, menahan kekesalannya atas ucapan si tetua yang menyindirnya. “Jadi, aku hanya ingin bertanya, Tetua, apa kau akan percaya dengannya?”

Tetua yang diagungkan di desa itu tak menjawab. Ia tetap menatap Taemin yang duduk bersila di depannya, diapit beberapa pemuka desa lainnya.

“Pada intinya, saya tidak percaya dengannya, Tetua. Alasan utamaku tak berubah, ia seorang tuna rungu. Meski ia mengaku melihatnya sendiri, pada kenyataannya kita tak bisa membantah riwayat ayahnya yang gila. Kupikir, usaha pertaniannya yang tak membuahkan hasil mengembangkan ide-ide gilanya yang tak berdasar, dan bukan hal yang tidak mungkin jika tak lama lagi ia hanya akan berakhir seperti ayahnya.”

Ucapan Tuan Kim disanggupi oleh pria sekelilingnya. tapi sang tetua tetap diam. Matanya terus mengawasi manik  Taemin, yang entah mengapa tak ada kebohongan di sana. Saat semua pria yang rata-rata berumur setengah abad itu memutuskan setuju dengan Tuan Kim, ia masih tetap diam. Apa juga yang bisa dilakukan pria yang bahkan berjalan tegak pun tak sanggup sepertinya? Bahkan predikat keagungan yang disandangnya hanyalah sekedar hiasan saja.

*TBC*

©2011 SF3SI, Chandra.



Officially written by Chandra, claimed with her signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!

99 thoughts on “[Double E] The Silent of Earth’s Voice [1.2]”

  1. Ohok! Ini amat sangat keren sekali! Dua author hebat berkolaborasi sih yaa 😀

    Sebagai orang yg tinggal di depan dan belakang persawahan, aku bisa bayangin dengan jelas banget, walaupun di daerahku cuaca ga pernah seekstrem itu sih, hoho. Pak tani seganteng Taemin juga sayangnya ga ada. Kyahaha~

    Ditunggu kelanjutannya yaa

  2. wouuww,, ad petani secakep taemin,, ya ampun aku bkalan kesawah dah stiap hari,,, wow,, jinki, umurmu brapa smpe dipanggil ahjussi sama taemin,? Kekeke……
    heemm, kok kyknya tuan kim itu pingin kali ngejatuhin taemin ya,,,
    seru nich,,
    keren,
    lanjuuutttt…….

  3. yaaa.. Keren keren keren..
    Kasian taemin.. Setiap ngebayangin dia senyum aku penpgen nangis.
    Next ditunggu ya..

  4. ahhh daebak…daebakk…
    kalian berdua kereeennn…
    setiap katanya dalemm..
    taem jadi petani *pukpuk* apalagi suamiku *poke jinki*
    Tuan kim ngeselin yah, pengen aku cincang dehh grrrr..
    semangat taeminnn

  5. WAW! INI KEREN SEKALI! SUMPAH!
    Chandra dan Boram eun bersatu menghasilkan karya yang luar biasa bagus ini. Soalnya aku lagi penet baca romance, tau gak, sampai sekarang aku masih tercengang mangap loh eunnideul!
    Kerenlah, aku kehabisan kata-kata loh menggambarkan betapa indahnya karya kalian! DAEBAK!

  6. Cerita yang sangat indah, dan cukup menegangkan. ada beberapa kata yang tidak saya mengerti, apa itu bahasa Jepang atau Korea? Maaf, karena sepertinya saya sudah terlalu tua untuk bergabung di post ini. Maklum, saya angkatan ’80 dan seorang pria pula. 😀
    Sebenarnya pas saya sedang googling, page ini muncul. Awalnya saya tak begitu tertarik, tapi summary yang tersedia telah memikat saya untuk membaca lebih lanjut, dan tentunya saya akan menyesal jika tak membaca fiksi sebagus ini.
    Mengapa? Karena jarang sekali saya menemukan fiksi yang hampir masuk ke sastra seperti ini yang menggunakan tema lingkungan.
    Saya tidak akan sabar menunggu part endingnya. Hebat sekali kawan, saya sangat menyukai ini! Goodjob!

    1. wah, pendatang baru..
      welcome to SF3SI… 😀

      itu bahasa korea, kak..
      nggak ada batasan umur kok buat baca postingan di blog ini,
      kalo sering menjelajah nanti pasti familiar sama bahasa korea yg dipakai author di FF-nya dalam cakupan tertentu 😀

      syukur deh kalau kakak suka 😀
      FF ini ditujukan untuk memeriahkan event double environtment blog ini, makanya kami mengangkat tema tentang lingkungan 🙂

      lanjutannya sabtu depan, kak..
      makasi ya 😀

  7. andai kan di daerahku ada petani seganteng jinki dan taemin :3

    Ini neomu johaee.. Dua author daebak kolaborasi, jadinya yah keren..

    Dan ide ceritanya juga bagus, trus nambah tahu ttg penyakit tuli konduktor..

    Lanjutannya aku tunggu bgt

  8. aku suka komentar dani diatas hehehe..

    annyeong.. huaa chandra ama boram berkolaborasi jadi ff ni kereen…
    Taemin andaikan ada petani seganteng kamu bakal tiap hari ku pergi ke sawah wkwkwk.. mana dia sabar banget lagi..

    entah mengapa aku ngerasa tuan kim inilah yang ada hubungannya sama penebangan liar ini.. makanya ia menuduh Taemin yang engga2, dan juga appanya Taemin meninggal karena apa? gila?

    sumpah aku penasaran, ini FF pertama di event Double E kan? aku suka.. next part aku tunggu ^^

    1. aku bakal buat rumah-rumahan tuh di sawah kalo misal dia jadi petani, hahaha *eh

      semua pertanyaanmu akan kejawab di part 2..
      sabtu depnan yaa..
      yup, ini untuk event double e
      gomawo 😀

    1. dia nggak sepenuhnya tuna rungu kok 🙂
      cuma pendengarannya aja yang menurun, jadi nggak bisa denger kalau suara orang kecil..
      part selanjutnya sabtu depan
      makasih ya komennya 😀

  9. beneran ini keren banget… tema lingkungan join dengan tema kedokteran *nunjuk2 tuli konduktif*, itung2 nambah ilmu…

    di sini emang aku rada bingung ngebayangin taemin kayak gimana kalau jadi pnduduk desa, imajinasiku emang rada ehem kayaknya =_=” tapi makin ke bawah akhirnya bisa kebayang juga… 😀

    alur ceritanya sukses buat aku tegang dan penasaran. cerita ini bner2 nggak berasa ff, berasa novel ato apaa gtu…Kata2 n narasinya keren…

    ditunggu kelanjutannya yaa!!! good job!

    1. ada tuli konduktif itu karena author boram yg pingin buat tokoh taem di sini rada tuli..
      ya udah, aku akalin aja pake penyakit tuli konduktif itu 😀

      jujur, aku juga ngga kebayang gimana taem ke sawah, bawa cangkul, bla bla bla ==’

      lanjutannya sabtu depan..
      makasih ya komennya 😀

      1. oooh..haha… emang kliatan masuk akal jadinya. awalnya aku kira tuli sejak lahir dan bikin dia nggak bisa bicara, ternyata nggak sejak lahir..syukurlah…:D
        haha, tp keren loh walau nggak bisa ngebayangin banget tapi bisa ngedeskripsiinnya dengan baik.. :O
        okeeee, ditungguuu, sama2 eonn 😀

  10. Daebak chingu! Ff mu keren bgt pnuh ksan moral dn bhasanya itu nyenth bgt ^^b
    Part slanjutnya jgn lma2 ya chingu aku ska bgt sma ff ini 🙂

  11. kenapa petani di daerahku ga’ ada yang seganteng taemin?
    kalo misal sampai ada, aku pasti bela-belain ke sawah tiap hari, hhhh

    FF nya keren banget. ga nyangka tema di perdesaan ternyata bisa bikin cerita yang lain daripada cerita kebanyakan,
    ayo ayo… ditunggu lanjutannya…^_^

  12. Nice story!
    Aku setuju sama Dani. Penyusunan katanya teratur, terarah. Aku gak begitu ngerti sama fanfiction, dan ini pertama kalinya aku ngunjungin blog ini.
    Aku harus ngakuin, jarang sekali ada cerita dengan tema lingkungan pedesaan-persawahan bisa menghasilkan karya sehebat ini. Karya penuh moral dalam balutan narasi indah yang cukup membuatku terlarut dalam kisah Temin. Salut untuk kedua authornya. 🙂

  13. Berasa baca novel,,,,pemilihan kata2nya,alur,ide ceritanya…udh bukan ky ff biasanya… Kolaborasi yg indah….
    Fighting…moga nextny ga lama…hehe

  14. daebak!!! gak ada typo sama sekali!
    tapi kayaknya taemin terlalu ganteng buat jadi petani.. *eh
    intinya hebat deh!!! penasaran sama cerita selanjutnya… semoga akhirnya bahagiaa~~

  15. aku lupa kalau ini publish kemarin
    Dan, ya… awesome! Seriously amazing
    Amat sangat enak dibaca, dan ya… ternyata ada juga fiksi yang lebih fokus ke narasinya tapi gak bikin aku bosen. Awalnya ragu mau baca ini, secara dialognya sedikit, isinya narasi semua.. aku gak begitu suka. Tapi, semakin dibaca semakin enak
    Berhasil larut juga sih ke ceritanya 🙂
    Ada kalimat yang aku bacanya sampe tiga kali karena gak paham sama susunan kalimatnya, ada beberapa kalimat yang agak ambigu karena kurang tanda baca sebagai penjelas
    tapi sebenernya ini udah bagus banget sastranya, pasti lah, Chandra eon. Idenya punya kak Boram? Cool! Ini ide-nya bagus… andaikan acara Double E ini bener-bener sukses.. pasti seger baca FF yang betemakan alam kayak gini
    iya kan? ^^

    Boleh kali ya, kapan kapan kalian feature lagi bikin kisah macem gini 🙂

    Dan.. ayahnya Taemin itu dulu kenapa? Ceritanya dia stress ya? Karena lahan pertaniannya gagal terus bangkrut, gitu?
    Pokoknya, gak sabar baca part 2 nya xD

    BAGUS BAGUS BAGUS!!!!
    SEMANGAAAAAAAAAATTTTTT ^O^

    1. gini nih kalo lana yang komen….
      heboh banget hahaha…

      iya deh ya, aku juga bingung waktu idenya keterima, narasinya panjaaaaaangggg bangett…
      tapi, ga selamanya narasi yang panjang itu bikin bosen, yasudahlah.. aku kembangin narasinya sama boram..

      sastranya?
      hahaha.. ngga juga lah, boram juga pinter sastra dia..

      kalo masalah ayahnya taemin cuma tersirat aja, cuma sedikit aku jelasin di part 2, semoga ngena.. -.-v

      makasi ya komennya, Lan *kisshug*

      1. iya dong Lan, Chandra gitu looooh~
        coba deh kamu baca skrip mentahnya, jauh lebiiiiiiih membosankan. Secara, punyaku full narasi. 😀
        yah mungkin karena bacaanku selalu novel terjemahan, makanya terpengaruh ke ceritaku yang full narasi *sok banget*

        bingung yang mana? yang mana? tell me tell me, biar aku makin kembangin tulisanku.

        feat. sama Chandra lagi? Mau banget dong! #smirk 😀

        okelah, saya pergi dulu yaaaah~
        Balik ke rumah dulu, udah diusir sama kak Lena 😀

        oh ya, makash komenny Lan 🙂

        1. haha.. ngga masalah kok kalau karya banyak narasi, asalkan reader bisa masuk ke suasana cerita,

          kamu bingung apa ni??? ==’

          kapan-kapan kita feat lagi deh yaaa.. hehe

      2. Segitu msh dibilang heboh?
        ampun laaaahh, susah emang yah kalo udah kebiasaan tereak-tereak. hahaha
        padahal itu aku komennya berusaha cool tauk, kan ceritanya udah kelas 12 buahahah *gak nyambung*

        Oohh gitu, ayahnya Taemin gak akan dibahas ternyata..
        Enggak kok, skrip mentahnya juga bagus.. aku udah baca 🙂

        ini salah satunya yang ini “Jahitan hanbok pria yang sempat ditundanya dari seminggu lalu diambilnya, dilanjutkannya lagi.”
        habis itu aku ngerti sih maksudnya apa, cuma pas baru baca aku sempet “eh gimana tadi maksudnya?” sambil benerin posisi duduk kekeke

        btw, makasih ya buat kalian berdua karena tetep ngejalanin Double E nya ^^ sangat-sangat terima kasih
        komenku gak sebanding sama kalian berdua yang merelakan waktu untuk event gak sukses ini 🙂
        *pelukcium*

        1. hahahahaha..
          iya yah, kamu udah gede sekarang..
          *nah lohh

          oh yang itu.. kayaknya kurang penjelasan nih dibagian itu, ^o^v

          kebetulan waktu itu ada waktu senggang… 🙂
          sama-sama, Lana… *kisshugback*

        2. WTH?! KAMU KELAS 12?! KITA CUMAN BEDA SEBULAN, TAPI GRADE KITA BEDA DUA TAHUN!

          seriusan emosi nih, soalnya berasa aku ketuaan. kamu masih kelas 12 sedang aku udah semester tiga. Sekali lagi, kita cuman beda sebulan loh. *huaaaa aku udah tuaaaaa!*

          kamu udah baca skrip mentahnya? Gak ketiduran kan bacanya? 😀

          oh yang itu, pas baca ulang ternyata emang aneh, ckck

          event gak sukses? Nahloh, gak kok! Apanya coba yang gak sukses?!

          iyah, aku mau makasih juga buat Chandra udahh mau memberikan waktu untuk ku (?)

  16. Dukung taemin pak tetua!

    Keren bgt, idenya jarang dipake, jd unik ceritanya . . .

    Dtnggu kelanjutan’a ya thor . . .

  17. wah, idenya lain daripada yang lain..
    menyentuh banget dan narasinya nggak ngebosenin. salut buat kedua authornya. ditunggu ya lanjutannya(^o^)

  18. bingung nih mau komen apaaa
    asli, ini keren banget! kasian ngebayangin taemin kena penyakit kayak gitu,
    ish, tuan kim ngeselin banget sih!!!!
    semoga di part 2 udah dapet solusinya 😀

  19. tentedeeeeeng~
    I’m comiiiing~
    Wah, untung si chandra udah balas duluan, tau aja internetku lagi lelet -.-
    Seriously, aku terharu baca intronya. Udah baca berulang-ulang, tapi tetep aja kereeeen. Chaaaaan, aku padamuuuu! 😀

    Dan satu lagi, yang daebak+keren itu cuma Chandra loh. Saya mah manis aja #plak

    Paling seneng baca komenny Kak Dani. Waaah, reader senior satu ini baik banget udah mau sempetin tinggalin komen, thank youuuuu~ dan para reader yang lain, thank youuuuuuuu~

    1. Eh, ini Boram loh ya. Jangan salah sangka sebagai kak Lena.
      Aku make imelnya kak Lena nih, kebetulan aku yang promosiin ini sama dia, dan kebetulan juga aku lagi sama dia :p *Lena ini tetanggaku loh, anak sastra, nanti makin kupromosiin blog ini biar dia makin rajin kemari hahahha*
      aku minjem laptopnya, soalnya modemku lagi expired, jadinya aku gak merhatiin imelnya kepake 😀

        1. modemku baru aja diisiin sama kakak ku loh 😀

          oh ya, sori sms mu gak kebalas, pulsa udah sekarat 😀

          okelah, nanti kupromosiin sama teman sma teman kampus teman ekskul ke semua teman ku lah 😀

          okeoke, kamu lanjutin peranmu jadi good author, silakan balesin komen readermu atu-atu, dari sini kuambil alih deh *hoho*

  20. aku bakal betah diem di sawah kalau ada petani secakep taemin hahaha.
    narasinya bagus, kata-katanya dalem. penasaran sama kelanjutannya, lanjut ya!!

  21. ini FF buat double e, ya??
    keren sangat!!
    narasi yang panjang di awal nggak ngebosenin, nggak tau kenapa, makin aku lanjut makin penasaran, pemilihan kata-katanya juga pas.
    hebat kolaborasimu sama author boram, chan!!
    good job ^o^b

  22. onew umur berapa itu sampe dipanggil ahjussi? (o.o)
    kalo onew sama taem jadi petani aku gak bakal mau pulang dari sawah tuhh 🙂
    bagian yang paling aku suka dari part ini pas taemin ngejebak pelakunya, keren banget aksinya, sendirian.. malem-malem pula, ckckck

    aish, tuan kim ngejatuhin taem banget sih! apa dia ada hubungannya sama penebangan liar itu?
    penasaraannn!!
    ditunggu ya lanjutannya ^^

    1. umur berapa yah? Coba deh tebak sendiri 🙂
      Dipastikan sawah bakalan penuh sama cewek” girang semacam kau dan diriku 😀

      maksih yah Rin, aku terharu baca komenmu yang panjang ini. Lanjutannya komen lagi loh ya, awas kalo gak 😀

  23. Ih ya ampun, beneran bikin *nangis dipojokan*
    ngerasa bersalah banget sama event ini, aku… ternyata bukan penulis yang baik 😦
    walaupun yakin kalah sama FF kalian, tapi setidaknya meramaikan double e huuftt

    Oh tentu, kayak komen-komen yang udah2..
    dilihat dari segi manapun amat sangat sempurna. Iya kan? ^^
    tidak menemukan typo kecuali kata sambung ‘yang’ yang nyambung sama kata depannya *lupa bagian mana*
    aku memang seneng fiksi yang penuh narasi sih ya, emosinya lebih kebangun
    dari sekian fiksi yang aku baca, fiksi yang ini… sebenernya bagus loh narasinya, tapi kok aku ngerasa kurang kebawa ya? apa yang salah ya … :/
    apa aku kurang fokus aja baca-nya?
    ya udah lah 😀
    yang penting ini amat sangat memuaskan pembaca meski baru part 1.

    Ayo semangat!! ^O^
    *peluk cium*

    1. penulis yang baik bukan yang selalu ikut dalam event apapun kok, Zika
      kalau kamu emang ada kesibukan jangan dipaksain…
      nah loo.. kok malah yakin kalah?? ==’
      kamu kan salah satu penulis favorit reader juga selain lana, wiga eon, yuyu eon sama diya eon di blog ini..

      typo??
      eh iya yang nyambung itu, aku sempet liat kemarin..
      nanti aku edit deh ^^

      mungkin pemilihan kata-katanya yang masih kurang, aku akuin karena kebiasaan sama FF horor *ngaku* jadi rada susah bikin yang genre ini hehe

      makasi, ya Zika ^o^
      *kisshugback*

    2. iya nih, Zika. Aku juga fansmu loh! *ngangguk” baca komen Chandra*

      Mau diapain lagi Chan, abisnya kamu emang ratu setan #ditampar

      oh ya, makasih Zika. Seneng deh kamu mau baca ff ini 🙂

      1. @Chandra: Gak sepenuhnya sibuk sebenernya .__.a cuma gk percaya diri pppfftt
        aku? hahahah ah si Chandra bisa aja, tulisan berantakan gitu mana ada yang suka hahaha.. jangan menghibur ah, aku tersinggung nih hahaha

        Enggak juga kok, untuk ukuran yang senengnya tulis ff horor dan berbakat di ff horor, pemilihan kata FF ini amat sangat indah sih. Cuma.. memang aku sih yaa hahaha aku ngebayanginnya Taemin nih ada di daerah pertanian di Indonesia macem daerah Jawa gitu hahaha jadi gak ketemu imajinasinya *ditampar*
        Sama-sama Chandra ^^

        @Boram: Kamu fans aku? Hahahaha lucu ah, masa penulis berbakat macem kamu bisa suka orang yg kemampuannya dibawah kamu gini kekeke

        Apa ada alasan yang bikin aku gak mau baca FF bagus ini? 🙂
        Sama-sama Boram 😀

        Ayo semangat ^O^ hohoho~

        1. Kamu di bawah aku? Gak mungkin dong!
          Sebagai Zika shipper, mewakili beratus fansmu, I’ll refuse it EMPHATICALLY!
          Kenapa? Karena pengalaman nulisku masih minim, masih kalah denganmu.
          Jadi, jangan merendah lagi yah! Cukup badanmu aja yang rendah kek Jjong (?)
          Hidup Zika! Hidup FF buatan Zika!

  24. Keren deh thor ini idenya. jarang aja gitu Taemin jadi petani 😀
    Terus kata-kata yang diawal itu, yang color nya ijo, keren banget. Pemilihan katanya bagus thor ^^b
    i’ll wait for the next chapter!!

  25. hai authors, maaf aku baru komen, sebelumnya udah baca, tapi karena lagi nggak fokus, aku tunda dulu komennya. buat chandra dan nurahboram, salam kenal ya, ami imnida 😀

    aku suka idenya, tentang suasana desa yang masih menganut budaya tradisional yang kuat, jarang2 nemu cerita yang kayak gini.

    trus bagian awal yang warna hijau itu juga, salut deh sama author yang bisa nulis kata2 indah seperti itu, kerasa feel-nya, terutama yg bagian, ‘aku belum menyerah!’

    nggak nyangka ceritanya fusion juga, di cerita ini taemin suka dance dan kpop bukanlah hal yang asing lagi di desa itu. cuma entah kenapa *apa imajinasi aku yang rada payah* aku kebayangnya suasana desa yang masih pure (karena masih ada tetua, taemin masih menjahit hanbok) dan aku agak kesulitan membayangkan taemin nge-dance dan gadis2 desa yang memajang poster artis kpop di kamarnya.

    dan mau nanya, 40 dB itu kira2 sekeras apa ya? *just wondering*
    trus ada bagian yang menceritakan taemin nggak bisa mendengar bunyi gergaji mesin (aku nangkapnya begitu). apa karena posisinya yang jauh atau gimana? tapi setahuku bunyi gergaji mesin (apalagi yang megang nggak cuma satu orang) itu lumayan keras lho.

    penulisannya rapi dan enak dibaca. aku cuma menemukan typo minor:
    “Jangan mengungkit lagi permasalahan orang (yang) sudah tiada di dunia ini. ”

    maaf authors, aku terlalu bawel sepertinya, semoga komenku ini nggak terlihat menyebalkan. kutunggu lanjutannya 😀

    1. halo ami~
      namanya aja penduduk desa gaul, wajar dong mereka tau suju sama TVXQ 😀
      Ato anggap aja mereka punya TV, kan pasti tahu dong Boyband” keren itu *solusi maksa*
      okeh okeh baiklah, kuakuin ideku ini emang rada aneh, huakakaka.

      oh ya, bagian itu. Aku juga gak tau besarnya kek gimana. Tapi sepertinya emang sangat kecil, jadinya pasti suara mesin itu pasti kedengaran si Tetem. Jadi itu mungkin kesalahan typo deh, aku gak terlalu perhatiin narasinya waktu itu.
      Chaaaan~ Aku juga bingung ini~ #garuktanah

      Oh, serius, kamu teliti banget! Pas dibaca yang bagian itu emang rada aneh. Thanks yah infonya, Ami sayang 

      Loh, bawel itu perlu loh! Itu adalah lifestyle (?)

      Next part jangan lupa komen yah!

      1. Aku bAntu jawaB dEh,
        ya, bener kata boram mereka nggak sekuno itu juga kita gambarin,
        kita buat mereka tau BB ataupun GB
        .
        Terus masalah pendEngaran itU..
        40db berapa ya aku bilang?
        Di literatur keDokteran yg aku bAca, penurunan itu diukurnya pake alat, kita gak bisa menduga2, keras atau kecilnya suara benda atau orang kan relatif, analoginya, kalo kita naruh pensil dalam jarak 20 meter, gak akan keliatan, tp kalo gunung, mau 100km jg keliatan, jd kalo orang teriak dlm jarak 10meter taem ga denger, suara bom dlm 10km dia pasti denger. .
        .
        Letak kesalahan yg d scene gergaji mesin itU bkn di suaranya, tp aku lupa nulis. . ==’ Jarak antara taem sama penebang itu krg lbh. .30meter
        jd ga kedengeran. .
        .
        Ok, sekian dari aku

        1. asik, dibales!
          setelah kupikir2 lagi emang bisa aja sih (kan udah ada tv), imajinasi aku agak macet kayaknya 😀

          hmm, 30 meter ya? pantes nggak kedengeran, abis aku ngebayanginnya jarak taemin dg mereka itu kira2 2-3 pohon
          @nurahboram: sip, next part bakal kukomen 😀

      2. asik, dibales!
        iya, setelah kupikir2, emang bisa aja sih kan udah ada tv ya? imajinasi aku agak telat munculnya *lola*
        oh, begitu ya.. jd jaraknya 30 meter. siplah kalau begitu
        haha, nggak juga sih, gara2 aku bacanya lama, makanya bisa tau..
        sip, next part aku bakal komen 😀

  26. Kasihan sekali nasib TaeMin. TT_TT
    Semoga happy ending.
    Tuan Kim benar-benar menyebalkan.
    Sudah salah masih saja memfitnah.
    Kebenaran harus terungkap.
    Anak 16 tahun seperti TaeMin mana mungkin berbohong.
    Tuan Kim juga ngaco, gila bukan penyakit turunan.
    Kalau masalah K-Pop masuk ke desa, bukan lagi hal yang gede, emang orang desanya maju.

    Ada beberapa hal yang ga masuk akal author.
    Penyakit yang diderita TaeMin, masih memungkinkan untuk mendengar, jadi suara petir ataupun gergaji pasti dapat terdengar.
    Sorry ya author komennya kepanjangan.
    Penggambaran panoramanya dapat banget.
    ^^V

  27. Kasihan sekali nasib TaeMin. TT_TT
    Semoga happy ending.
    Tuan Kim benar-benar menyebalkan.
    Sudah salah masih saja memfitnah.
    Kebenaran harus terungkap.
    Anak 16 tahun seperti TaeMin mana mungkin berbohong.
    Tuan Kim juga ngaco, gila bukan penyakit turunan.
    Kalau masalah K-Pop masuk ke desa, bukan lagi hal yang gede, emang orang desanya maju.

    Ada beberapa hal yang ga masuk akal author.
    Penyakit yang diderita TaeMin, masih memungkinkan untuk mendengar, jadi suara petir ataupun gergaji pasti dapat terdengar.
    Sorry ya author komennya kepanjangan.
    Penggambaran panoramanya dapat banget.
    ^^V
    Kalau comennya ke ulang sorry ya author soalnya sering kesalahan dari handphonenya.

  28. jalan ceritanya keren thor ^^b pemilihan katanya juga bagust banget.. berasa kayak bukan baca ff, tapi novel~ hehe
    typo-nya juga jarang banget ditemuin, daebak deh thor 😉 next partnya ditunggu..

  29. Good ff! Baru kali ini saya baca ff yang bahasanya indah dan sangat menyentuh. Idenya juga sangat berbeda. Bahkan saya tidak tahu ada kesalahan di ff ini, sebelum baca komentar-komentar di atas. Tentu saja karena kedua author berhasil mendeskripsikan dengan pilihan kalimat yang bagus, sehingga bisa terlarut dalam ceritanya. Salut untuk author Chandra dan Boram 

  30. Boraaammmmmm. . . Abis baca promosi kamu aku langsung melejit kesini. . . Pas aku baca!! Wow. . . Dalam otakku berputar? What’s this??? Sumpaahhhhh…..

    Sebenarnya sihhh tema-ny sederhana.. Tentang alam dan penggundulan hutan.. Tapi yg jadi daya tariknya selain Taemin yg berperan jadi anak tani tuna rungu juga pendeskripsian settingnya yg memukauuuu trs sama kehidupan sosial masyarakat pedesaan yg kerasa banget.. Ahhh pengen bisa bikin pendeskripsian yg kayak gitu…. Terutama yg bagian awal diceritain sosok Taemin dg sabit dan cungkulnya… Ahhh di kepalaku beneran muncul gambaran Taemin ala petani.. #maklum saya hidup dilingkungan petani…

    Terus yg pas mau panen tiba2 hujan N jadi banjir… Ahhh.,, ngena banget feel-ny.. Pesan moralnya dapet bangettt….

    Keren euy!! Keren!!

    Aku pengem bejek2 tuan Kim…..

    Baiklahhh ditunggu part duanya…

    1. Halo Vi, ternyata kamu menerima mandatku dan segera kemari 😀
      Aku terharu loh baca komenmu yang panjang ini
      Bayangin tetem pegang cangkul, kok bagiku itu sulit banget yah?! Mana ada petani caket dan putih bersih (?) macam si tetem 😀

      Chandra pernah bilang, narasi itu bakalan berkembang dengan bertambahnya usia. Berarti kita punya banyak kesempatan buat belajar bikin pendeskripsian, get what i mean, hm?

      Next part kamu muncul lagi dengan komen panjangmu yah *nyuap pake Key*

  31. Wahh itu bapak-bapak (Tuan Kim) cari mati ama saya-,-

    Ahjusshi, rusuh yuk? #PuasaWoy.

    Daebak! Jarang banget ada ep ep tentang bumi-bumi kayak gini^^.

    Emang ya, seringnya kalau 2 atau 3 Author berkolaborasi itu hasil ep epnya itu pasti cakep.__. kayak ep ep ini, terus I.S (Interseksual) itu ep epnya keren-keren xD

    Ditunggu part 2nya! Kalau bisa A.S.A.P~!

  32. *berkemas#langsung ke sawah nyari taem*
    PENGANIAYAAAAAANNN…*di gorok dua author*

    epep dri double e udh ku tunggu2in loooh,,n udh ku duga spti apa hsilnya.
    Trnyata bnerrrr,,,,keyyuueeeeennn mameeen.
    Dua author yg udh gg ush diragukn lgi kualitas(?) hsil karyanya brkolaborasii >.<
    WOW,,fantastic beibeehh…

    chankamman..
    ini udh bagusss bnerr,,tpi kyknya penulisan dialog ada gg bgitu mendukung.
    Kyk contohnya: "Taemin-ah," tangan sang ibu–
    Sharusnya: "Taemin-ah(titik)" (T)angan sang ibu–

    Atw: "—tidak menguntungkan bagiku." desis Taemin–
    Sharusnya: "—tidak menguntungkan bagiku(koma)" desis Taemin–

    Stauku yaa,,
    klo sblum tanda petik di akhir itu koma,stelahnya msti hrus brupa kata krja yg spti -ujar,ucap,sapa,panggil,dsb-
    Tpi klo sblm tanda ptik di akhir tu titik,stlahnya msti hrus brupa gambaran dri apa yg dilakukan si pembicara itu ato deskripsi lah singkatnya.

    Slain itu aqu speechless dech,,eh ada typo satu tpi lupa dimn ya letaknya -_-a
    Udah lahh,,yang pnting kece badaaaaaiii.
    kak chanchan en boram eon Hwaitingg…
    ditunggu kelanjutannyaaaaa ^.^

      1. AIGOOOOOOOOOOOOOOOOOO…………….QAQ.
        aq udh komen panjng2 dimari tpi ilang *ngais kuburan(?)*
        Naseeeeeeeeeeeeb…

        Okelah,,lngsung k topik..(ngecek mike)
        feelnya dpet lho,,aqu srasa lgi brada di daerah prsawahan gitu *nyari2 taem*
        but wait,,INI PENGANIAYAANN *digampar 7kali*…
        kenapa hrus taem yg jdi petani?kenapa?kenapa??*biar brasa dramatis*
        knapa gg jjong ajj? *dilempar golok sm chandra eon*
        Tpi emng feel tu lbih dpt klo catsnya tetem ya..

        awalnya baca jg aqu ngerasa hal yg sama ky ami eon,,,
        ko taem gg bisa dnger suara grgaji mesin?pdhal kbayang jrk antra taem dngn msin tu cuma bbrapa meter,,,tpi trnyata 30 mtr…hihi.

        Baca bagian penebangan liar,,aqu mlah keinget film yogi bear*oke,,ini udh mlenceng*
        Tpi,,,yg buat aqu mw mecahin kaca,,itu si tuan Kim manis bener mulutnya,,prlu ditiru,,*ngebayangin orng itu si jjong klo engga my chagiya yg pling ganteng selangit sebumi(KEY).#2 kt:jngan sampe!!!*

        Baiklah,,sampe sini dulu komenku yg pling kece tpi kaco..
        Buat boram eon en chanchan eon yg pling ganteng(namjachingunya)…
        FIGHTING yoooo…ini cerita kece badaiiiiiii..
        Aqq tunggu part slanjutnyaaaa ^^

        1. ya ampun eunri, ak terkesima baca komenmu yg panjang ini. udah gak masuk, eh diulangin malah. aku padamu eunri ya >3
          okelah, ak bakalan belajar dari nasihatmu. semoga nextny tulisanku gak bakalan banyak tipho nya lagi. Thanks yah eunri sayang, nih aku kiss deh :* :*

  33. Udah baca komen2 yang diatas, setuju deh tulisan ini sangat bagus apalagi buat aku yang biasaanya baca yang bergenre romance susah buat beralih pada genre lain.. hehe… ditunggu part berikutnya:D

  34. ceritanya inspiratif banget, gaya bahasanya juga gak terlalu berat (menurutku)
    ditunggu kelanjutannya! 😀

  35. FF ini beda banget dari yang lain, sangat sarat dengan nilai moral, walau gak lepas dengan konflik dan tata cara penulisan yang bagus. Dan bodohnya aku karena baru tau sekarang T.T

    Kok aku ketawa ya pas ngebayangin anak petani yang tiba-tiba popping dance? xD #plak
    Aneh aja gitu, karena sekali pun aku gak pernah ngebayangin hal semacam ini terjadi ._.v

    Tapi tete, ff ini sangat memuaskan. Seandainya benar ada petani seganteng Taemin xD

  36. udahh telaaaaaaaat sih komennya kekekee
    tapi suernya kece badai temanya sukaaa taem teraniyaya ahahah (?) tadi sempet bingung loh waktu taem kan di sebut tuna rungu , kok bisa ngomong plus denger suara jinki oppa, eh ternyataaa daebak dapet pengetahuan baru,, ini bener -bener keren narasinya kata – kata nya berat (?) tapi gak alay huhuhu keceeeee

    oh iya kok jinkinya udah tua ? padahalakan pacar aku masih kece #plak faktor muka kekeke
    udah aja yaaa komen ku yang nguaco ntar kalo di baca lama-lama malah stress ahahah

    ff daebakk ^^

Leave a reply to Lena92 Cancel reply