[FF PARTY] Always Near Them, Until The End

Tittle                 : Always Near Them, Until the End

Author              : Chanchan a.k.a Chandra Shinoda

Main Cast        : Choi Minho, Lee Jinki (Onew)

Support Cast    : Kim Kibum

Other Cast       : Shin Rae Hwa (my imagination)

Genre               : Action, Angst, Family, Horror, Life, Mystery, Sad

Length              : Oneshot

Rating               : G/PG-13

Credit Song      : From The Inside (Linkin Park)

Ket.                 : Mendaftar sebagai author tetap

{PINNED AS DECEMBER SPECIAL – FF PARTY}

I don’t know who to trust no surprise. Everyone feels so far away from me. Heavy thoughts sift through dust and the lies. Trying not to break but I’m so tired of this deceit. Every time I try to make myself get back up on my feet. All I ever think about is this. All the tiring time between. And how trying to put my trust in you just takes so much out of me.

Minho berjalan dengan malas menuju rumahnya. Kedua tangan kecilnya terkepal dengan kuat. Bibirnya terkatup rapat. Kedua bola matanya memandang lurus ke depan namun kosong tanpa arti. Ia teriangat akan appa tirinya Lee Jinki atau yang akrab dipanggilnya Onew appa. Appa terbaik yang pernah dikenalnya. Berbeda sekali dengan umma kandungnya. Umma yang egois dan mementingkan diri sendiri. Bahkan umma-nya hampir tak menganggap Minho sebagai anaknya.

Minho mengehela nafas berat. Kadang ia berpikir, kenapa Onew bisa jatuh cinta pada yeoja seperti umma-nya? Minho mendecakkan lidah. Bukan saatnya dia untuk mengetahui urusan orang dewasa. Yang diketahuinya adalah ini hanya masalah perasaan dan tak ada yang bisa menolak ataupun menghindar dari apa yang mereka rasakan sekarang.

Minho menengadahkan kepalanya ke langit. Pikirannya dipenuhi kejenuhan. Jenuh dengan keadaan rumahnya yang dipenuhi dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Bosan dengan teriakan appa-nya yang terus meminta umma-nya untuk sadar. Dan muak melihat kesetiaan appa-nya yang berlebihan pada umma-nya. Dia tahu umma-nya memiliki seorang kekasih gelap. Orang itulah yang menjadi penghancur hubungan rumah tangga mereka

Kadang terbesit keinginan bunuh diri di hati Minho. Tapi, tidak, apa untungnya melakukan itu jika hanya akan membuatnya menjadi arwah penasaran? Tak ada hal yang bisa dilakukannya selain menerima dan menghadapi masalah ini dengan pasrah.

Sepoi angin membuyarkan lamunan Minho. Kakinya kini telah berhenti di depan sebuah rumah mewah yang terlihat tak berpenghuni. Tak ada aura kehidupan di dalam rumah itu sama sekali semenjak pertengkaran kedua orang tuanya.

Minho membuka pintu. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia hanya melangkahkan kedua kaki mungilnya dengan teratur dengan menundukkan kepala.

“Minho-ya,” telinga Minho menangkap sebuah sumber suara.

Minho menoleh ke arah sumber suara tersebut. Untuk sesaat matanya melebar mendapati hyung-nya yang menatapnya dengan heran. “Kibum hyung,”

TRANG.. sebuah gelas terbelah menjadi serpihan kecil dan mendarat tepat di perbatasan Kibum dan Minho berdiri.

Kibum mengepalkan tangannya. Ia mendekati Minho. Ia meraih jemari mungil Minho lalu menariknya pergi dari tempat itu. Kibum mendesah jijik sementara Minho, ia hanya diam sambilo menahan emosinya yang mulai melunjak tak terkendali.

Chagiya, kenapa kau masih belum berubah juga? Kumohon jelaskan padaku, apa kurangnya aku di bandingkan namja itu sehingga kau mencampakan aku seperti ini?” terdengar teriakan Onew dengan nada memohon.

“Kau ingin tahu apa alasannya? Kau memang orang kaya, tapi kau sama sekali tak pernah bisa membahagiakan aku. Kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu tanpa menganggap aku pernah ada. Jadi salahkah aku jika aku mencari orang lain yang bisa mengerti diriku?” suara yeoja membalas permintaan Onew dengan kasar.

Hajiman, chagiya, kalau aku tak bekerja, dengan apa kau akan menghidupi kalian?” nada suara Onew melunak. “Aku bukannya tak punya waktu, hanya saja saat ini aku sedang sibuk. Mianhae, chagiya, saranghae,”

Plakk.. “Aish, panggil aku Rae Hwa, berhenti memanggilku chagiya, berhenti mengucapkan kata saranghae, aku muak dengan semua itu, karena aku tahu semua yang kau ucapkan itu, palsu!”

Minho mengerjapkan matanya. Ia melanjutkan langkahnya dan membiarkan Kibum tetap menggandeng tangannya hingga mereka sampai di depan pintu masuk dapur. Kibum membuka pintu perlahan. Sekilas cahaya menyilaukan mata mereka. “Annyeong haseyo, appa,” Kibum menyapa Onew dengan nada ramah yng dibuat-buat dan mencampakan umma-nya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Annyeong,” Onew membalas sapaan mereka sembari menghumbar senyum tipis.

Appa menangis? Kenapa mata appa merah?” tanya Minho dengan wajah polosnya.

Onew menunduk. “Anni,” jawabnya berbohong. “Appa sedang sakit mata, makanya mata appa terlihat merah,” Onew menanggapi pertanyaan anak kelas 3 SD itu dengan setenang mungkin. “Cepatlah ganti pakaian kalian, appa sudah membelikan kalian makanan yang enak,” Onew menunjuk sebungkus makanan yang tergeletak di atas meja.

Ne, appa,” Jawab Kibum dan Minho bersamaan lalu pergi meninggalkan kedua orang tua mereka yang masih mematung.

Onew menatap Rae Hwa yang dari tadi berdiri di depannya sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Onew mendengus, “Kau boleh marah padaku, tapi jangan pernah libatkan kibum dan Minho, semarah apapun kau padaku, ingat mereka anak kandungmu!”
Rae Hwa menatap jijik ke arah Onew. “Cih,” Ia meludah di kaki Onew. “Anak-anak tak berguna seperti mereka tak perlu dipedulikan. Aku menyesal telah melahirkan mereka. Kau tahu karena ulah mereka yang ugal-ugalan, suamiku jadi mengalami kecelakaan saat menyetir mobil. Kalau suamiku tak meninggal aku tak mungkin bertemu dengan namja pabo sepertimu!”

“Kau,” Onew mengerang. “Jika memang itu maumu, lebih baik kita akhiri saja semua ini, sekarang!” tegas Onew.

Rae Hwa menatap tajam mata Onew. Bibirnya tersenyum kecut. Ia berlalu meninggalkan dapur tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Onew.

***

 

Take everything from the inside and throw it all away, Cause I swear for the last time I won’t trust myself with you.


Kibum menyisir rambut ikal Minho. Ia memperbaiki pakaian Minho agar terlihat rapi. Kekhawatiran tak henti-henti menghujani batinnya melihat dongsaeng-nya yang dari tadi diam tak bergerak.

Hyung,” bibir kecil Minho terbuka. “Tadi appa dan umma kenapa?”

Deg, mendadak Kibum menghentikan aktivitas. Ia menunduk. Air mata menggenang di kelopak matanya. Namun ketegarannya melarang air matanya untuh luruh. Setidaknya di hadapan dongsaeng-nya ini. Kibum menatap Minho dalam sambil tersenyum. “Hahaha, tak apa, mungkin mereka sedang bercanda. Kau tak perlu khawatir, Minho-ya,”

Minho menatap Kibum penuh harap. Senyum manis merekah di bibir mungilnya. “Ne, hyung,”

Kibum mengelus rambut Minho lembut. “Kau sudah lapar bukan? Ayo kita makan!”

Dengan manja Minho menggelayutkan tangannya di lengan Kibum. “Kajja, hyung,”

***

 

Kibum dan Minho sampai di dapur. Mereka masuk dengan hati-hati. Minho mencengkram lengan Kibum lebih kuat. Sudut matanya memancarkan keheranan. Tak ada tanda kehadiran umma di sana. Yang ada hanyalah appa mereka yang termenung sambil menatap kosong ke luar jendela. “Appa,” bisik Minho lembut.

Onew tersentak. Ia menatap kedua putranya yang kini berada di hadapannya sambil tersenyum lembut. “Mian, tadi appa sedang melamun. Kalian sudah selesai? Ayo kita makan!” ucapnya pelan sambil menyuguhkan sepiring nasi pada Kibum dan Minho.

Minho menatap Onew. Meskipun pemikiran seorang bocah kelas 3 SD sepertiya masih sangat polos, namun ia tahu appa-nya itu terlihat sangat menyedihkan. Kemeja yang dipakainya terlihat sangat lusuh dan berbau keringat. Sekeras itukah appa-nya bekerja untuk menghidupi mereka? Minho memperhatikan lekat-lekat wajah Onew, pucat dan terlihat sangat letih. Garis-garis penuaan terlihat samar di dahinya. Kulitnya yang dulu cerah telah berubah menjadi pucat pasi. Lingkar matanya menghitam, sementara pipinya agak lebam dan berwarna kebiruan. Minho tahu, itu bekas tamparan umma-nya. Sedih sekali melihat keadaan appa-nya yang mengenaskan seperti itu, padahal usianya masih muda.

Appa,” sontak kata-kata Kibum membuyarkan lamunan Onew dan Minho. “Di mana umma?” tanyanya.

Mata Onew melebar. Nafasnya memburu untuk sesaat. Namun ia cepat-cepat bangkit dari emosinya dan menatap Kibum lalu berkata, “Umma sedang pergi berbelanja. Tadi umma sudah makan, sebentar lagi juga pulang,” ujarnya tersenyum lembut.

Badan Kibum menegang. Bohong, kau bohong, appa, batinnya. Sementara Minho hanya menunduk. Matanya enggan menatap mata Onew. Terlalu banyak keputusasaan di sana. Namun entah kenapa di mata itu tak tergambar sedikitpun penyesalan.

Minho meremas sendok dan garpunya. Dengan kesal dia memasukkan makanan ke mulutnya. Onew menatap kelakuan putra bungsunya dengan tersenyum kecut. Sementara Kibum melanjutkan makan siangnya tanpa mengatakan apapun.

Seusai makan Kibum mengantar Minho ke kamarnya. Ia membaringkan Minho yang terlihat lelah dan mengantuk di tempat tidurnya. Minho memejamkann matanya. Kibum mengusap-usap lembut kepala Minho. Ia bersenandung kecil agar dongsaengnya-nya itu cepat terlelap ke alam mimpi. “Kibum-ah,” sebuah suara mengagetkan Kibum.

Kibum menoleh. Ia mendapati appa-nya tengah menunggunya di depan pintu. “Ne?”

Onew menghela nafas sejenak. “Ikut appa ke kamar sebentar,” ucapnya.

Kibum melirik Minho. Ia lega setelah mengetahui dongsaeng-nya itu sudah benar-benar terlelap ke alam mimpi. Kibum kembali menatap Onew. Ia mengangguk lalu berkata, “Ne, appa,

Kibum mengikuti Onew. Ia menatap punggung appa-nya yang hanya memakai pakaian dalam. Ada bekas sayatan yang masih berwarna merah di punggung kanan dekat lehernya. Kibum tahu itu pasti hasil pekerjaan umma-nya.

Onew membuka pintu kamarnya. Ia duduk di atas tempat tidurnya dan diikuti oleh Kibum yang juga turut melakukan hal yang sama. “Ehm,” Onew berdeham.

“Apa yang ingin appa katakana padaku?” Kibum membuka mulutnya sambil menatap Onew lurus-lurus. “Ppali! Masih ada pekerjaan yang harus kulakukan,” ucapnya ketus.

Onew menatap Kibum penuh arti sambil tersenyum. “Appa akan bercerai dengan umma,”

Deg, jantung Kibum memburu. Semudah inikah? Ia tahu hari ini pasti akan datang. Kibum menatap Onew dingin. “Hanya itu yang ingin appa sampaikan?”

Pertanyaan Kibum membuat raut wajah Onew berubah. Kini senyum palsunya tak bisa lagi menghiasi bibirnya. Sekarang pancaran kesedihan terlihat jelas di raut wajah Onew. Onew mengulurkan tangannya. Ia menggenggam erat tangan Kibum yang telah berubah menjadi dingin. “Kenapa appa diam dan membiarkan umma menyiksa appa seperti ini?” tanya Kibum getir.

Onew menepuk pundak Kibum. “Molla, mungkin karena appa terlalu mencintai umma-mu. Dan sebagai seorang laki-laki sejati appa tak boleh menyakiti wanita yang lemah seperti umma-mu,”

Kibum terdiam. Cinta memang membuat setiap manusia menjadi buta. Pabo, hanya itu yang ada dalam pikirannya.

Onew tersenyum lembut. “Kibum-ah, berjanjilah pada appa, jagalah Minho, sayangilah dia apapun yang terjadi karena dialah satu-satunya harta berharga yang kau miliki. Kau sudah kelas 3 SMP, appa rasa kau mampu melakukan ini dan menepati janji yang appa berikan sebagai seorang namja,”

Kibum menatap Onew bingung. Kenapa tiba-tiba kata-kata itu meluncur dengan mudah dari bibir appa-nya? Apa maksud semua ini? Apakah seluruh hak asuh akan jatuh pada umma-nya? Atau mungkinkah sesuatu hal yang lebih buruk akan terjadi?

Kibum menghela nafas berat. “Ne, akan aku lakukan kalau itu memang keinginan appa,”

Onew memeluk Kibum. Ia memeluk putra sulungnya dengan sangat erat meski Kibum tak urung membalasnya. “Gomawo, kau memang anak appa yang berbakti,”

Tanpa mereka sadari dari balik pintu seorang anak laki-laki kecil berambut ikal menguping pembicaraan mereka tanpa ada satupun yang terlewatkan.

 

***

 

Tension is building inside steadily. Everyone feels so far away from me. Heavy thoughts forcing their way out of me, trying not to break but I’m so tired of this deceit. Every time I try to make myself get back up on my feet. All I ever think about is this. All the tiring time between, and how trying to put my trust in you just takes so much out of me.

Minho melangkahkan kakinya di sebuah taman kecil. Ia berhenti tepat disebuah bangku panjang yang ada di bawah pohon. Minho menghenyakkan pantatnya di bangku itu. Ia meletakkan tas sekolahnya di ujung bangku itu lalu merebahkan kepalanya di sana.

Minho memejamkan kepalanya. Sejenak ia ingin melupakan kejadian kemarin, tentang pembicaraan appa dan hyung-nya yang membahas tentang perceraian. Tanpa ia sadari air matanya menetes. Perkara seperti itu terlalu menyiksa untuk bocah sepertinya. Minho membiarkan sepoi angin menerpa rambutnya. Lembut, seperti kehangatan yang telah lama ia rindukan. Minho meniknati semua itu hingga ia benar-benar terlelap dalam tidurnya.

Minho membuka mata. Ia menatap heran pada tempat dirinya berdiri sekarang. sebuah jalan raya besar dengan arus lalu lintas yang padat dan dia sendiri tengah berdiri di pinggir jalan raya itu. Pandangan Minho tertuju pada sebuah mobil yang sangat dikenalnya. Mobil van putih dengan nomor polisi XXXX, itu mobil appa-nya.

Minho melihat Onew mengendarai mobil van itu. Ia ingin memanggil appa-nya itu, namun suaranya tak kunjung keluar. Tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah truk melaju kencang. Truk itu melempas dari jalur yang seharusnya. Minho membeku. Dedg, deg, deg, jantungnya memburu. Firasat buruk menghujaninya, matanya melebar, dubrakk…..

Appa!!” minho terbangun dari tidurnya. Wajahnya pucat pasi, badannya berguncang hebat, jantungnya memburu, sementara nafasnya tak beraturan. Bibir kecilnya bergetar. “Andwae, andwae, andwae, appa!!” Minho tersenyum kecut. Tangannya mengelap keringat dingin yang menetes di pelipisnya. “Tenang, Minho, itu hanya mimpi,” bisiknya.

Minho melangkahkan kakinya. Secepat kilat ia berlari menuju rumahnya. Minho mengarungi komplek perumahan dengan tergesa-gesa sampai telinganya menangkap suara tangisan dari arah rumahnya. Mendadak Minho berhenti. Kedua kakinya terasa lemas. “Appa,” lirihnya dengan nada galau.

Minho menelan ludah. Ia menyeret kakinya yang masih terasa berat dengan paksa. Ia menerobos kerumunan orang-orang yang memenuhi rumahnya. Matanya berkeliling mencari sosok umma dan hyung-nya. Ia terus mencari hingga tubuhnya berhasil menerobos seluruh kerumunan orang-orang yang menghalanginya.

Sekali lagi langkah Minho tercekat. Mimpi buruknya menjadi kenyataan sekarang. di tengah-tengan kerumunan itu terbaring sesosok tubuh yang sangat familiar di matanya. “Aigo, andwae!” hanya itu kata yang keluar dari bibirnya.

Kibum menyadari kehadiran Minho. Ia menghampiri dongsaeng-nya itu dan memeluknya erat. Minho sama sekali tak bergerak dalam pelukan Kibum. Ia tetap diam dan memandang kosong ke arah jazad Onew. “Appa kenapa?” tanya Minho polos.

Kibum mempererat pelukannya. “Barusan mobil van appa tabrakan dengan sebuah truk,”
“Oh,” gumam Minho pendek. Minho menatap jenazah Onew. Hanya bagian kepalanya saja yang terluka. Minho tak dapat memvonis dengan pasti, sesuai dengan apa yang dilihatnya, otak cerdasnya dapat menyimpulkan pembuluh darah di kepala appa-nya pecah. Terjadi penggumpalan sehingga aliran darahnya tersumbat dan mengakibatkan kematian.

Minho menghembuskan nafas berrat. Ia merasakan pundak kanannya mulai basah akibat air mata Kibum. Minho menepuk pundak Kibum. “Berhentilah menangis, hyung,” ucap Minho tiba-tiba, “karena appa akan selalu bersama kita,”

Kibum melepaskan pelukannya. Ia menatap mata Minho dalam-dalam. Untuk sesaat dia bingung, namun akhirnya dia mengerti juga waktu merasakan aura disekitar dongsaengnya berubah. Kibum menunduk. “Ne, ara,”

 

***

 

Take everything from the inside and throw it all away, cause I swear for the last time I won’t trust myself with you. I won’t waste myself on you. You! You! Waste myself on you! You! You!

 

1 year later

 

Sudah setahun semenjak kepergian Onew.  Tak ada lagi rumah mewah bagi Kibum dan Minho. Karena mereka kini hanya tinggal di sebuah apartemen kecil dan sederhana. Mereka bahkan tak lagi mengenal kasih sayang seorang umma, karena umma mereka telah menemukan kehidupan baru dengan suami barunya. Dan ia tak membutukan lagi anak seperti Kibum dan Minho yang selama ini dianggapnya sebagai beban.

Ditinggal umma sama sekali bukan masalah bagi Kibum dan Minho. Bahkan hidup mereka jauh lebih baik sekarang. Kibum tak keberatan meski harus bekerja membanting tulang utuk menghidupi dirinya dan Minho. Itu jauh lebih baik daripada harus hidup bersama umma-nya tanpa mendapat kasih sayang sedikitpun.

Minho sibuk bermain di luar apartemennya. Sesekali matanya melirik Kibum yang sedang sibuk mengerjakan tugas di dalam. Tiba-tiba seseorang mengampirinya. “Annyeong, Minho-ya,”

Minho mendonggak melihat siapa yang menyapanya. “Annyeong, umma,” Ia balas menyapa dengan wajah polosnya.

Rae Hwa tersenyum tipis. “Lama tak bertemu, bagaimana kabar kalian?”

Minho tertawa kecil. “Seperti yang umma lihat, aku dan Kibum hyung baik-baik saja,” jawabnya dengan nada polos ala anak kelas 4 SD.

Rae Hwa mengusap kepala Minho. “Apa kalian tak kesepian tanpa umma?”

Minho menepis tangan Rae Hwa. “Anniyo, untuk apa kesepian? Lagipula aku dan hyung punya pendamping yang lebih setia dibandingkan umma,”

Rae Hwa tertawa. Ia mesih belum mengerti dengan apa yang dimaksud anak bungsunya itu. “Nugu?”

Minho menyeringai. Raut wajahnya berubah dingin. “Umma yakin ingin tahu?”

Sebelah alis Rae Ha terangkat heran. “Ne, ara,

Minho meraih tangan Rae Hwa. “Kalau begitu, ikut aku! Pejamkan mata umma, jangan membukannya sebelum kusuruh,”

Rae Hwa mengikuti perintah Minho dengan patuh. Ia memejamkan kedua matanya dan membiarkan Minho membimbingnya. Telinganya bisa mendengar Minho mebuka pintu dengan pelan lalu menutupnya. Ada hawa dingin menjalari tubuh Rae Hwa. Ia bergidik, namun raut wajahnya tetap tenang.

“Sekarang umma boleh membuka mata,” ucam Minho pelan.

Rae Hwa membuka mata. Dia terdiam. Kedua bola matanya melebar. Lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan sesuatu. Jantungnya memompa darah semakin cepat. Nafasnya memburu dan pelipisnya mulai meneteskan keringat dingin. Brukk..

“Hahaha,” Minho tertawa. “Reaksi yang bagus, umma,” ucapnya.

Kibum melipat kedua tangannya dan menatap Rae Hwa yang tergeletak di lantai. “Aigo, Minho-ya, nekat sekali kau membawanya masuk,”

“Hahaha,” sekali lagi Minho tertawa. “Mungkin saja umma kangen dengan appa, benar kan, appa?” Minho melirik sosok yang dari tadi bersembunyi di balik tubuh Kibum.

Sosok itu menyeringai. Ia mengangkat kepalanya. Kedua lengannya yang terbalut kemeja putih rapi merengkuh pundak Minho dan Kibum. “Ne, umma pasti sangat merindukan appa,” ucap Onew ringan. Dia melebarkan sesuatu yang menempel dipunggungnya. Sepasang sayap putih yang lebar. Wajah Onew terlihat cerah. Ia tersenyum manis. “Kibum-ah, Minho-ya, appa bosan diam di dalam, ayo kita jalan-jalan! Biarkan saja umma di sini, nanti kalau sadar dia juga akan pulang sendiri,”

Ne, appa, kajja,” jawab Kibum dan Minho bersamaan lalu berlari keluar.

Onew melirik Rae Hwa. “Kau heran melihatku masih di sini? Itu karena aku menyayangi mereka, tak seperti kau yang malah tega membuang mereka. Meskipun sekarang sosokku seperti ini, jangan kira aku akan meninggalkan mereka. Jangan pernah berharap kau bisa mengusik mereka lagi, karena aku akan selalu menjaga mereka sampai kapanpun,” ucapnya tersenyum lalu pergi menyusul Kibum dan Minho.

 

I’ll take everything from the inside and throw it all away, Cause I swear for the last time I won’t trust myself with you. Everything from the inside and just throw it all away, Cause I swear for the last time I won’t trust myself with you! You! You!

FIN

 

P.S: Gomawo udah baca, chingu. Awalnya aku mau buat FF ini bener-bener horror. Tapi, kayaknya aku emang nggak bakat bikin cerita horror. Mian banget yakh kalau ceritanya jadi jelek and geje kayang gini.. T.T *bungkuk*. Oh ya hampir lupa, Happy Birthday Onew oppa, Minho oppa, Wish you all the best, God bless you always.. ^^

©2010 FF Party, SF3SI

This post made based on DECEMBER SPECIAL EVENT:

FF PARTY


qtl { position: absolute; border: 1px solid #cccccc; -moz-border-radius: 5px; opacity: 0.2; line-height: 100%; z-index: 999; direction: ltr; } qtl:hover,qtl.open { opacity: 1; } qtl,qtlbar { height: 22px; } qtlbar { display: block; width: 100%; background-color: #cccccc; cursor: move; } qtlbar img { border: 0; padding: 3px; height: 16px; width: 16px; cursor: pointer; } qtlbar img:hover { background-color: #aaaaff; } qtl>iframe { border: 0; height: 0; width: 0; } qtl.open { height: auto; } qtl.open>iframe { height: 200px; width: 300px; }

106 thoughts on “[FF PARTY] Always Near Them, Until The End”

    1. gini2…
      itu onew kan meninggal… truzzz karena dia setia, makanya jadi malaikat yang ngelindungin kibum ama taemin…

      from the inside itu lagu yang aku jadiin ost ff ini chingu… ini kan ffnya songfic,,

      mian banget kalau jelek and gaje yakh… *bungkuk***

  1. kok tiba tiba ada onew lagi sih?
    onew tuh sebenernya belum meninggal atau gimana onn?

    ceritanya bagus bangeeet 🙂 keep posting!

  2. Gini2,
    onew udah meningGal. .
    Tapi karena saking sayangnya sama kibum dan minho, arwahnya oNew akhirnya jadi malaikat yang selalu ngejaga kibum dan minho . .
    GitU. .

    GoMawo ya udah bAcA and coMment. . ^^

    1. kak Chandra numpang meninggalkan jejak*apaan cba

      Oh . . . . ternyata begitu ceritanya *ngangguk-ngangguk

      Aish ummanya jahat banget
      nggak nyesel gtu ninggalin anak-anak semanis Minho ma Key*ckckckckck

  3. Hiss…Ummanya jahat banget! =3= baru tahu ada Umma setega itu sama anaknya sendiri…
    salut buat Onew oppa!! meskipun bukan anak kandungnya sendiri tapi tetep sayang sama Minho & Kibum 😀

  4. Annyeong, aku reader baru 😀

    FF ini keren lho, bagus, mengharukan(?) lagi 😀
    Sukses bikin aku nangis T.T

    #keepwriting

Leave a reply to Starlit Cancel reply