She’s My (EX)Wife – Part 12

Main Cast: Kim KeyBum, Hyeo So, Choi Minho

Support Cast: SHINee & Super Junior

Rating: PG

Mian.. mian… hohoho… berhubung saia lagi PMS… otaknya jadi rada-rada nih… kkk… maaf yah.. tapi gak parah kok.. masih bisa di tangkep akal sehat karena saia juga bikinnya berusah nahan supaya gak sampe PG 16 bahkan NC… kalo sampe begitu kan gawat.. hohoho…

So all… Happy reading ^o^.. komen masih di butuhkan loh… like our motto.. Comment Like Oxygen! Ciyaaattt!!!!


Minho memandangi kekasihnya yang masih tidak sadarkan diri, terbaring lemah di rumah sakit. Hari ini gilirannya menjaga Hyeo So, Eunhyuk yang tidak ada jadwal menemaninya. “Sudahlah Minho.. Hyeo So akan baik-baik saja.” Eunhyuk menyodorkan selembar tisu. “Mau sampai kapan kau menangis. Lagi pula kau berhasil mengeluarkannya dari kerumunan reporter tersebut.” Ponsel Eunhyuk bergetar membuatnya meloncat kaget.

“Yeoboseyo hyung!… oh ne… ya sudah aku tunggu di bawah. Berapa orang?… aigoo.. berisik sekali!… ya sudah kalau begitu.”

“Aku akan menunggu Eeteuk hyung dan yang lain di bawah, ingat! Jangan sampai Kangin hyung dan Eeteuk hyung tahu rahasia ini… jadi orang yang pertama aku ajak masuk Donghae, Siwon, Ryeowook, Sungmin hyung dan Heechul hyung. Kalau langsung aku bawa masuk semua pasti berisik. Aku turun.” Eunhyuk menepuk bahu Minho lalu keluar. 15 menit berlalu, Minho tetap tidak melepaskan genggaman tangannya karena entah mengapa tangan Hyeo So terasa semakin dingin.

“Aku mohon jangan mati sekarang, jangan tinggalkan aku. Hyeo So bangun lah, aku berjanji aku akan melakukan apapun yang kau minta. Hyeo So bangun lah, aku mohon. Maafkan segala kesalahanku, aku rela menukar nyawaku dengan nyawamu… bahkan kalaupun suatu saat nanti kau menyukai Key.. membalas perasaan Key lalu kau memintaku untuk pergi aku akan pergi. Kau bahagia jika kau bahagia, walaupun sulit melepaskanmu tapi demi kebahagiaanmu aku rela. Jadi kumohon bangunlah… jangan tinggalkan aku sekarang.”

“Minho tidak..,-“ Minho tersentak kaget, Hyeo So bergerak memeluk Minho. “Terserah perasaan Key padaku seperti apa, tapi perasaanku pada Minho akan tetap sama. Hanya itu yang akan selalu aku ucapkan… perasaanku tidak akan pernah berubah.” Hyeo So melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Minho.

“Rasa sakitku masih belum seberapa jika di banding rasa sakitmu. Biarkan tuhan membalas perbuatanku padamu, jangan menangis jika Minho tidak mau melihatku tersakiti.” Minho menatap kekasihnya itu lekat-lekat lalu dengan perlahan menarik wajah Hyeo So mendekati wajahnya.

“ANNYEONG!!!!” seruan itu membuat keduanya tersentak dan reflek menjauh. “Ahahahahaha! Rupanya ada yang sedang mencari kesempatan?” ledek Donghae. “Minho-ah…” Eunhyuk memegangi pipi Donghae. “Hyeo So-ah…” Donghae balas memegangi pipi Eunhyuk. “Salanghaeyo.” Ucap keduanya serempak dengan lirih, lalu mendekatkan wajah mereka berdua. Tawa Yesung yang menyeramkan langsung meledak dan membuat yang lain ikut tertawa kecuali Hyeo So dan Minho.

“Hyung bilang tidak semua langsung di bawa ke sini.”

“Memang tidak semua.. Leeteuk hyung dan Kangin hyung ke toilet.. jadi tidak semuakan.. hanya ada kami di sini. Cuma… 10 orang apa salahnya?”

“Ya.. 10 orang tapi ramainya melebihi 100 orang.”

“Tablo oppa?” Minho menoleh pada Hyeo So dengan terkejut. “Hey.. ini aku Eunhyuk. Kami berdua tidak semirip itu.” Seperti di sihir Hyeo So mengerjapkan matanya. “Loh? Leeteuk oppa dan Kangin oppa kemana?”

“Kau tidak mendengar? Tadi Eunhyuk bilang mereka berdua di toilet.” Hyeo So menggembungkan pipinya mendengar penjelasan Donghae. “Apa kau sudah lebih baik?” tanya Sungmin yang langsung duduk di kursi, membuat yang lain jadi rebutan sisa kursi.

“Ya! Sil Shindong (Shindong gendut)! Lebih baik kau berdiri!” seru Heechul. “Aku kan dapat kursinya duluan hyung.” Keduanya mulai membuat keributan. “Heechul oppa! Kau kan bisa duduk bersama Hangkyung oppa!” dengan kesal Heechul menurut, dengan suka rela Hangkyung memangku Heechul. “Donghae oppa… Eunhyuk oppa! Kalian berduakan bisa duduk seperti Heechul oppa, kenapa harus bertengkar segala sih? Kalian berdua juga biasa tidur bersama saja!”

“Apa tidak ada yang terluka?” tanya Sungmin lagi. “Anio oppa… kincanayo.” Hyeo So tersenyum lemah. “Terima kasih tuhan, atas nama Jesus kau sudah selamat. Kau harusnya berterima kasih pada tuhan karena ia masih…-“ Heechul langsung membekap mulut Siwon. “Kau membuat aku merasa seperti di bakar.” Omel Heechul. “Itu berarti tuhan ingin memberikanmu…-“ Heechul kembali membekap mulut Siwon. “Diam!” Hyeo So terkekeh melihat Heechul yang selalu seperti itu dengan Siwon. “Heechul oppa, kau tidak mau mencoba percaya pada satu tuhan?” tanya Hyeo So akhirnya. “Untuk apa?! Aku hanya percaya pada Zika.. *maunya author XD.. kyaaa~! ralat yah.. hhehehe.* Itu hanya buang-buang waktu. Beribadah… dapat apa?”

“Nanti oppa akan tahu.”

“Hyeo So.. apa kau tahu. Ayahmu itu hampir saja menuntut SM, untungnya aku dan Minho berhasil ke kantor ayahmu tepat waktu. Kalau tidak kau tahu bagaimana kisahmu akan berakhir.”

“Kamsahamnida Eunhyuk oppa, lagi pula tidak seharusnya appa menuntun SM. Memangnya SM ada sangkut pautnya dengan masalahku? SM sama sekali tidak bersalah, kalau appa berani menuntut SM maka aku akan menuntut balik appa! ”

“Oh ya.. tadi manager bilang pemeran yang satu lagi di ganti Minho karena kejadian ini.” mata Hyeo So mendelik mendengar penjelasan Heechul. “MWO?!! Kenapa harus di ganti?!” Heechul mengangkat bahu. “Kata sutradara supaya ceritanya lebih keren, untungnya Jonghyun belum tampil di drama kalian kan. Tapi katanya Jonghyun berperan sebagai penengah.” Sambung Shindong. “Ya tuhan.”

“Permisi… apa aku mengganggu kalian?” seorang suster masuk dengan hati-hati. “Wah.. sudah sadar rupanya. Maaf ya Hyeo So, kamu harus di kasih obat penenang dulu.” Suster tersebut mengambil suntik dari nampan alumunium yang ia bawa. “Permisi.” Suster tersebut terlihat agak terkejut melihat beberapa dari tamu Hyeo So duduk saling memangku. “Tenang suster. Mereka bukan homo, karena kebanyakan jadi gak cukup kursinya.” Suster tersebut mangut-mangut lalu menyuntikkan obat ke selang yang di tusukkan ke tangan Hyeo So.

“Kau akan merasa megantuk setelah ini, jadi lebih baik sekarang berbaring.” Suster tersebut membantu Hyeo So untuk kembali berbaring. “Terima kasih.. silahkan lanjutkan mengobrolnya.”

“Ada yang berfikiran sama denganku?” Sungmin angkat bicara begitu suster tersebut keluar. Semuanya kecuali Minho dan Ryeowook mengangkat tangan lalu tertawa licik. “Cantik sekaliiiiii!!!!!” seru mereka serempak. “Dasar laki-laki!” seru Hyeo So sebelum ia menguap. “Aku mau sering-sering ke sini ah supaya bisa ketemu suster itu.” Hyeo So tersenyum geli mendengar usul Shindong. “Aku juga!” lalu mereka tertawa *ketawa ala Bonamana yaaaa, tapi kan ceritanya belon keluar.. bodo amat!* perlahan Hyeo So merasa semakin mengantuk dan matanya mulai tertutup.

“HYEO SO!!!” Hyeo So tidak terbangun mendengar seruan keras dari Heechul. “Wah.. kebo nih anak!” Heechul menepuk kaki Hyeo So. “Kenapa hyung?”

“Aku mau minta buahnya satu.”

“Ambil aja.” Minho memberikan satu bucket buah pada Heechul. “Annyeong semuaaa!!!” seru Eeteuk yang baru masuk. “Lho?! Kata Eunhyuk, Hyeo So udah sadar.” Eeteuk meletakkan tasnya di atas meja sambil memandangi wajah innocent Hyeo So yang tertidur dengan pulas. “Uhah hahi… sssppp*nyaris nge-ces*…ahi…*Heechul ngomong dengan buah di mulut* emm*buahnya udah di telen*… tidur lagi. Kalian berdua telat!” ucap Heechul. (Maksudnya.. Udah tadi, tapi tidur lagi. Kalian berdua telat!)

“Gak apa-apa deh…” Kangin menarik Ryeowook, duduk di kursi yang tadi di duduki Ryeowook lalu memangku Ryeowook. “Oh ya hyung… tadi ada suster cantikkk banget!” Eunhyuk pamer ke Eeteuk. “Iya? Kayaknya cantikan Hyeo So kalau lagi tidur deh.” Eeteuk terkekeh membuat yang lain jadi memandangi Hyeo So yang sedang tertidur. Minho berdehem… anggota Suju yang tahu rahasianya sih bisa baca tulisan di jidat Minho yang bilang

“DANGER!!! Mandangin lebih lama di gorok, di bakar, di cuci!”

sedangkan Eeteuk sama Kangin yang gak tahu rahasianya sih biasa aja.

“Beruntung banget Key bisa dapet istri kayak gini, kita aja yang udah tua belom dapet calon. Dasar anak muda!”

“Ya itu sih hyung.. kalau aku sih udah dapet.” Elak Shindong tidak terima di samain sama Eeteuk. *emang aslinya udah dapet kok.. bakal ada private marriage, lebih private dari pernikahan Tablo, Epik high*

“Iya.. itukan hyung doang yang belom dapet calon. Kalau kita sih udah.” Sambung Donghae. Eeteuk mengendus kesal.

***

Hari ini Hyeo So sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah, jadi sekarang ia sibuk merapihkan pakaian-pakaian nya. “Annyeong haseoyo.” Hyeo So menoleh. “Oh ne.. annyeong haseoyo.” Hyeo So tersenyum canggung. “Kau sudah boleh pulang ya hari ini?” Hyeo So mengangguk. “Aku ingin memberikanmu ini, ibuku bilang bubur ini bisa membuat orang merasa lebih baik dan akan membuat perut terasa hangat. Aku juga membawa tanaman mint agar kau merasa lebih segar.”

“Kamsahamnida. Terima kasih karena sudah mau repot-repot kemari.” Hyeo So berusaha seramah mungkin sambil mengambil tanaman mint dan tempat buburnya. “Tidak apa-apa, istri Key adalah temanku. Kebetulan juga hari ini aku tidak sekolah karena sedang ada rapat.” Tiba-tiba ponsel keduanya berbunyi serempak dengan ringtone yang sama. “Sepertinya selera kita sama… atau yang mengirim sms sama?” Hyeo So tersenyum mendengar ucapan Shina yang memang bernada bercanda. “SHINee sedang di MBC.” Ucap keduanya serempak. “Kau bisa pulang denganku.” Shina menawarkan dengan nada seramah mungkin. “Aku pasti merepotkan.”

“Oh ayolah…” Shina terkekeh lalu membantu Hyeo So mengemasi barang-barangnya dan membawa barang-barangnya ke dalam mobil Shina. “Pak supir.. kerumah keluarga Kim yah.”

“Siap agassi.”

“Hyeo So-ah.. sepertinya kau sangat berarti bagi SHINee. Sewaktu kau di rawat di rumah sakit mereka seperti kehilangan orang tua.”

“Oh sincayo?”

“Ne… aku ke rumah kalian beberapa kali karena Key bilang mereka bingung mau makan apa, jadi dia memintaku untuk datang dan memasak untuk mereka.”

“Kalau begitu bagaimana kalau kita berdua masak untuk mereka?” usul Hyeo So. “Setuju! Pak.. kita ke fresh market.”

“Masak apa ya kira-kira…”

“Pertama harus ada sup, agar mereka hangat.”

“Setuju! Sup ikan.”

“Dan sup ayam… harus ada!”

~ ~ ~

“Padahal hanya 1 minggu di rumah sakit tapi rasanya seperti 1 tahun. Ya ampun.. rumah ini berantakan sekali.” Hyeo So meletakan belanjaan yang ia bawa di atas meja dapur. “Iya.. waktu itu aku ingin merapihkan tapi gak sempet.”

“Gak usah, biar aku aja yang beresin.”

“Kalau gitu aku bersihin bahan-bahannya ya.” Keduanya saling tersenyum lalu mulai berkerja. “Gak percaya deh sekarang kita udah ngomong informal.” Hyeo So mengerutkan alis. “Kayaknya waktu baru ketemu kita formal banget bahasanya, tiba-tiba sekarang udah biasa aja. Mudah-mudahan kita bisa jadi temen.”

“Of course. Kenapa kita gak jadi temen aja?”

“Aku pikir kamu gak mau jadi temen aku.”

“Kenapa aku harus gak mau? Takut kamu ngambil Key dari aku? Ya enggak lah.. aku gak pernah kepikiran kalau kamu bakal ngambil Key dari aku. Aku maklum kalau kamu deket sama Key.”

“Friends?”

“Friend.” Keduanya saling mengaitkan kelingking mereka. Setelah rumah terlihat agak bersih Hyeo So berjalan menyalakan tape dan memutar lagu keras-keras. “Let’s start cooking!” keduanya mulai asik menggeluti hobi mereka, memasak dengan penuh harapan, kebahagian dan cinta. Bahagia karena ini hobi mereka, berharap SHINee akan menyukai masakan mereka dan Hyeo So menuangkan cintanya untuk Minho sebagai salah stau bumbu agar masakannya terasa lebih enak sedangkan Shina menuangkan cintanya terhadap Key.

“Jam 5?!” pekik Hyeo So. “Wah… udah sore. Coba telpon anak-anak SHINee deh, mereka pulang jam berapa.” Hyeo So mengambil telepon yang berada di sebelah sofa. “Yeoboseyo manager oppa. Ne.. ahahaha… oh?…-“

Sembari Hyeo So menghubungi manager Shina berjalan berkeliling ruangan sambil memandangi setiap foto yang di pajang. Mayoritas foto yang di gantung adalah foto-foto yang di ambil di studio untuk CF, sedangkan foto-foto dengan figura kecil adalah foto-foto kelimanya yang sedang berada di kehidupan asli, foto di rumah, kaamr, taman, pantai dan semua tempat yang pernah mereka kunjungi berlima.

“Shina.. manager bilang mereka akan tiba satu jam lagi.” Shina mendesah. “Sayang sekali aku tidak bisa menunggu sampai selama itu. Aku harus pulang sekarang.”

“Masa tidak bisa?”

“Tidak bisa.. maaf ya Hyeo So, sampai jumpa. Terima kasih untuk hari ini.”

“Ya, aku juga berterima kasih untuk hari ini. Annyeong.”

“Annyeong.” Shina masuk ke dalam mobilnya dan berlalu begitu saja. Hyeo So kembali masuk ke dalam. Setengah jam sendirian di rumah membuatnya bosan bukan main, jadi ia memilih untuk mandi karena ia baru sadar kalau ia belum mandi sore.

Setelah mandi Hyeo So mengenakan setelan piyamanya yang berwarna putih, ia mengancing piyamanya dari bawah ke atas. Hyeo So terhenti begitu mendengar seseorang memukul kasar pintu kamar mandi.

“Key?!” pekik Hyeo So begitu ke terhuyung jatuh menimpanya. “Auw…” Key memegangi keningnya yang terbentur lantai. “Aghh.. K..Key, b..berat… uhuk… ba..ngun!” Hyeo So berusaha mendorong Key karena dadanya mulai sesak karena di timpa Key. Hyeo So berusaha mendorong Key lalu menyandarkannya di pintu. “Kamu kenapa sih?” belum sempat menjawab Key merasa sesuatu akan segera keluar dari mulutnya, dengan limbung Key bergegas memanjat westafel dan… HUEKK…

“Iwyuhhh Key!!! Kamu makan apa sih?” Hyeo So menepuk-nepuk punggung Key, sedangkan Key terus memuntahkan semua yang masuk ke dalam perutnya. Hyeo So mengambil handuk kecil lalu sedikit membasahinya dan menggunakan handuk kecil basah itu untuk membersihkan mulut Key. “Kamu minum?” tanya Hyeo So sambil berusaha mengangkat Key berdiri. “Untuk CF.” jawab Key lemas dan langsung kembali jatuh menimpa Hyeo So. “AAAHHH!!!…. sakit.” Pekik Hyeo So, kali ini keduanya masuk ke dalam shower room dan kepala Hyeo So yang kali ini terbentur.

“KYAAA~~ KEEYYY~!!!!” jerit Hyeo So karena Key bersandar di dadanya lalu dengan reflek Hyeo So mendorong Key sekeras mungkin hingga kepalanya membentuk tembok kacanya. “Aghh…” Key mengerang kesakitan sambil memegangi tengkoraknya belakangnya. “Ya ampun… maaf, aku gak sengaja. Tadi reflek, maaf.” Hyeo So mengusap-usap tengkorak belakang Key. Ia teringat sebuah teori, orang mabuk harus di guyur air. Hyeo So langsung menggeser pintu kacanya sehingga airnya tidak menciprat keluar, lalu ia menekan tombol dan keluarlah air dari shower membasahi keduanya.

“Egh! Bodo.. kenapa aku gak keluar tadi.” Ujar Hyeo So lalu membenarkan posisi Key, menyandarkannya ke dinding kaca. Key kembali memegangi kepalanya yang pusing di tambah lagi tadi terbentur. “Aduh.. maaf Key, aku bener-bener gak sengaja.” Hyeo So mengusap-usap lagi kepala Key lalu mengusapkan rambutnya di bagian kepala Key yang terbentur. Berharap hal yang biasa di lakukan ibunya pada Hyeo So jika kepalanya sakit bisa berhasil. Hyeo So terbatuk karena air yang terus menyiramnya masuk ke dalam kerongkongannya saat ia mengambil nafas.

“Hyeo So…-“ Key berusaha membuka matanya, kepalanya terasa berputar. “Masih sakit?” Key mengangguk lemah, lalu terbatuk dan kembali memegangi kepalanya yang benar-benar terasa sakit. “Dingin…” jemari Key mulai mengeriput dan memucat. “Dingin?” Hyeo So memegangi jemari Key, bingung apa yang harus ia lakukan… berdua dengan Key di dalam shower room membuatnya salah tingkah. “Tunggu…” Hyeo So menekan tombol untuk mengatur temperature air. “Aku ambilin handuk ya.” Ucap Hyeo So begitu selesai mengatur temperature air nya. “Hyeo So…” Key menarik siku Hyeo So. Dalam hitungan detik Key sudah merengkuh Hyeo So dalam dekapanya dan mecium bibir Hyeo So yang basah karena keduanya berciuman di bawah guyuran air shower.

Hyeo So merasa seakan dirinya membeku, matanya membelalak tapi ia tidak bisa bergerak melawan. Padahal Key menciumnya dengan lemah dan dekapannya pun tidak kuat, semestinya Hyeo So bisa dengan mudah melepaskan diri. Jantung Hyeo So berdetak lebih cepat, ia dilemma… dan tiba-tiba seolah ia melihat sosok Minho sedang memperhatikan keduanya. Hyeo So tersentak dan ia berhasil lepas begitu saja, Hyeo So terbatuk sedangkan Key jatuh begitu saja karena ternyata Key sudah kehilangan kesadarannya.

“Key.. bangun!” Hyeo So mematikan shower dan buru-buru keluar dari shower box untuk mengambil handuk. Ternyata ada orang yang sejak tadi menggedor pintu kamar mereka. Cepat-cepat Hyeo So membuka pintu, dan matanya terbelalak begitu melihat Onew, Taemin dan Jonghyun kini berdiri di depannya.

“H..hh.. Hyeo So…k.. kau t..idak apa-apa?” tanya Jonghyun terbata-bata, alis Hyeo So mengerut melihat Onew, Taemin dan Jonghyun menelan ludah. Perlahan Hyeo So menunduk dan ia baru sadar bahwa piyama putihnya kini menjadi transparent karena terguyur air dan sialnyaaa… ia mengenakan bra warna hitam.

“HWUAAAAA!!!” Hyeo So buru-buru menutupi tubuhnya dengan handuk sedangkan ketiganya memiringkan kepala dengan dengan mata terbelalak. Hyeo So menoleh dan mendapati Key berusaha berdiri tegap sambil berpegangan pada gagang pintu. Tubuhnya basah kuyup, sama sepertinya.

“ANDWAE!!!” Hyeo So buru-buru berlari masuk ke kamar mandi dan menarik Key masuk lalu membanting pintu kamar mandi. Jonghyun dan Onew masih tidak bergerak. Sejurus kemudian pintu kamar mandi terbuka dan Key terlempar keluar kamar mandi.

“OPPPAAA!!!! JANGAN BERFIKIR MESUM!!!” Hyeo So keluar dengan piyama biru dan langsung menarik ketiganya masuk ke dalam kamar, lalu cepat-cepat menutup pintu.

~ ~ ~

Hyeo So masih tidak bisa tidur… antara tidak bisa tidur karena Minho belum pulang dengan tidak bisa tidur karena kejadian tadi. Orang mabuk bisa melakukan apapun yang tidak biasanya ia lakukan, bahkan bisa mengakui segala rahasia yang terkunci di dalam hati kecilnya sekalipun.

“Minho?”

“Eh.. kau belum tidur Hyeo So?” tanya Minho sambil berjalan ke arah Hyeo So dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa tepat di sebelah tubuh Hyeo So. “Belum.. aku menunggumu. Pasti sangat lelah, aku sudah menyiapkan makan malam.” Hyeo So bangkit dan mulai menyiapkan makanannya di atas meja.

Tiba-tiba dua buah lengan menutupi sisi kanan dan kiri Hyeo So, dan ia bisa merasakan hembusan nafas di tengkuknya. Tangan itu bertumpu pada meja makan, sehingga Hyeo So tidak bisa bergerak.

“Sabtu ini kita jalan-jalan.” Minho menumpukan dagunya tepat di atas kepala Hyeo So. “Baiklah. Tapi sekarang kau harus makan dan menyingkirlah!”

“Bagaimana jika aku tidak mau?” bisik Minho di telinga kiri Hyeo So, hal itu membuat Hyeo So merinding. Dengan tubuhnya yang slim Hyeo So bisa dengan mudah meloloskan diri dengan cara melewati bawah lengan kanan Minho. “Kurang rapat untuk menahanku.” Hyeo So terkekeh, “Lain kali pasti berhasil.” Gumam Minho lalu memegangi kepala Hyeo So. “Sekarang makan saja, lalu seperti biasa…-“

“Jangan lupa mandi sebelum tidur dan minum susumu.” Sambung Minho yang sudah hafal betul dengan kalimat tersebut. “Anak pintar. Aku tidur sekarang.” Tiba-tiba Minho menarik lengan Hyeo So tapi Hyeo So berhasil menahan tubuhnya. “Tidak berhasil dan tidak sekarang… aku tidak mau ada yang memergoki kita.” Hyeo So menjinjit agar bisa mengusak rambut Minho. “Hyeo So…” rengek Minho.

“Aigoo.. sepertinya bayiku yang satu ini semakin hari jadi semakin manja.” Hyeo So menepuk pelan pipi Minho. “Sudah malam, cepat makan. Makanan ini aku masak khusus untukmu dengan penuh cinta… ehehehe… selamat malam. Mimpi indah!” Hyeo So mengecup pipi Minho dan dengan cepat melesat menaiki tangga.

“Aku akan memimpikanmu.” Hyeo So berhenti lalu terkekeh sambil memandangi Minho yang melambai padanya. “Tidur yang nyenyak!”

“Pasti!” Hyeo So kembali menyusuri tangga. Hyeo So menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka pintu kamar. “Key?” ucap Hyeo So setengah berbisik lalu menutup pintu dengan perlahan. “Kincanayo?” Hyeo So menghampiri Key yang terduduk bersandar pada tembok, Key membenamkan wajahnya di antara dengkulnya. “Key?” perlahan Hyeo So mendengar Key terisak. “Hey… ada apa Key?” Hyeo So menyentuh lengan Key dengan lembut. “Ya ampun… biar aku ambil obat dulu.” Hyeo So berjalan mengambil obat dan segelas air. Perlahan Hyeo So mengangkat wajah Key yang memerah karena terlalu sakit.

“Kau ini laki-laki.. jangan menangis kalau hanya sakit seperti ini. Ayo minum obat.” Key mengambil obat dari tangan hangat Hyeo So dengan lemah, tapi kepalanya terasa semakin sakit.. pening sekali. Ia tidak ingin menangis hanya karena hal ini, tapi rasa sakit di kepalanya benar-benar menyiksa. Belum pernah ia merasakan sakit yang seperti ini. Key memasukan obat tersebut ke dalam mulutnya sambil menahan rasa sakit ia meneguk air, tapi ia langsung terbatuk dan memuncratkan lagi obat tersebut.

“Aghhh…” Key mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya, Hyeo So meletakkan gelasnya di meja. “Tenang… tenang… tahan sedikit, kamu harus minum obat dulu baru nanti rasa sakitnya hilang.” Hyeo So mendekap Key, berusaha membuatnya merasa lebih nyaman. ‘Aduh.. gimana yah supaya Key minum obatnya.’ Batin Hyeo So. Ia berusaha mengingat apa yang sering di lakukan ibunya jika ia sedang sakit. Key masih terisak, tapi tubuhnya sudah tidak berguncang lagi seperti tadi… ia sudah lebih tenang.

‘Andwae! Mana mungkin aku melakukan itu!’ sergah Hyeo So pada batinnya. Satu yang pernah di lakukan ibunya saat Hyeo So tidak bisa meminum obat, ibunya mengoper obat tersebut dari mulutnya ke mulut Hyeo So. Hyeo So menelan ludah, jantungnya berdegub lebih kencang. “Hyeo So…”

“N..ne?” sahut Hyeo So gugup. “Bisa kau hentikan itu?” alis Hyeo So mengerut. “Apa?”

“Detak jantungmu membuat kepalaku semakin pusing.” Muka Hyeo So langsung memerah dan memanas. “Kamu mau aku mati ya?!” sahut Hyeo So berusaha santai tapi terdengar kaku. “Bukan gitu… uhuk.. aww.” Key memegangi kepalanya yang sakit karena terbatuk. “Minum obat yah?” Hyeo So mengambil gelas dan obat masih dalam keadaan Key bersandar padanya. “Gak usah deh.. uhuk.. aw.. uhuk.. aww.. uhuk uhuk.. aaawwww!!!” Hyeo So ingin tertawa tapi tidak bisa… jantungnya berdegub semakin cepat dan kencang. “Harus minum!”

“Gak usah deh… aku males gerak.” Hyeo So mengambil nafas panjang.. “Ok kalau kamu masih gak mau juga. Jangan mikir yang aneh-aneh yah habis ini!” Hyeo So memilih untuk melakukan hal itu, walaupun ragu tapi ia berusaha yakin bahwa ia melakukan ini hanya untuk membuat Key bisa meminum obatnya tidak lebih!

Key tersentak begitu bibir Hyeo So menyentuh bibirnya, Hyeo So membuka mulutnya mengoper obat tersebut. Cara ini berhasil membuat Key menelan obatnya, dan cara ini berhasil membuat Key mencium Hyeo So untuk yang kedua kalinya.

Key menahan wajah Hyeo So, menariknya agar keduanya tetap seperti ini. tapi sejurus kemudian Hyeo So mendorong tubuh Key, ia tersedak karena tidak sempat menelan ludah dan saat akan menelan ludah ia malah batuk karena terkejut dengan tangan Key yang menahannya.

TBC

***

P.S: Gak parah-parah amat kan?? Ehehehe.. tapi pasti kalian gak kebayang Minho tiba-tiba jadi gitu… kkk.. maaf yaa -__-‘

{Shounen-Ai} The Lingery Misery

Title: The Lingering Misery
Author: F
Length: Around 1000 words
Status: One-shot
Genre: Angst What would I write beside angst anyway?
Rating: PG For the concept of love, I guess
Pairing: Broken MinKey, crossed by Taemin
Warning: None
Author’s Note: So I wrote ten (seemingly quite) random drabbles for the iTunes Drabble Meme the other day. You can read it here if you want. A few readers wanted me to continue the 2MinKey drabbles, and here is the result. I’ve written their story in a thousand-word fic. I hope you can enjoy this. I put quite a lot of myself in it. Love does nothing but breaking my heart. And why the hell did I suddenly go emo in this blog?
To those who requested the 2MinKey, this is for you :)

“I hate it, Minho. I hate it,” Key exploded in the bedroom.

“I know, Kibum. I know. Will you please sit down?” Minho told Key soothingly. However, Key kept ranting, as though he wasn’t listening to Minho. Suddenly, a pair of strong arms pulled Key to Minho’s bed. He wrapped an arm around Key’s shoulders.

“How about this?” Minho whispered in Key’s ears. “Everytime you’re doing those girl groups’ dance, think about me. Think about how you’re only doing it for me. Can you do it?”

Key pouted.

“I guess I can,” Key said before Minho enveloped his lips in a kiss.

Right then, Taemin chose to step into SHINee’s shared bedroom. He stopped in his step once he saw the couple in front of him.

“Oh, I’m sorry,” he said. He was about to turn away when Key stopped him.

“It’s okay, Taeminnie. I have to make dinner anyway,” chimed Key. Then, he turned again to Minho. “We’ll continue this tonight,” he promised.

————————–

“Hyung,” Taemin started in the middle of cooking dinner with Key.

“Yes, Taemin?”

“Do you love, Minho hyung?”

Key laughed.

“Of course I do, silly.”

Taemin could see stars in Key’s eyes when he said those words.

“Why the sudden question?” Key asked Taemin in return. The magnae shrugged.

“Curiosity, I guess. I was just wondering how it felt.”

“How what felt? Love?”

Taemin gave Key another shrug.

“It feels wonderful. You’ll know when you fall in love.”

“How do you know that you’re in love?”

Key thought about the question for a while.

“I guess you’ll know when you can’t stop smiling like an idiot everytime you think about that loved one of yours. Now get away from the kitchen, you’re ruining my dinner.”

“Thank God! I thought you’re gonna make me stay here for hours!”

Key slapped Taemin’s back playfully before the younger left the kitchen only to join Minho in the living room.

“Where’s Jinki and Jonghyun hyung?” Taemin asked the tallest member of SHINee who was watching the TV.

“Schedule,” Minho answered shortly. Taemin sat down beside him, trying to gain his attention, but he didn’t look at him once. Not even a glance.

“What are you watching?” Taemin tried again.

“Nothing interesting.”

Silence.

“I’m gonna help Kibum in the kitchen.”

Then, Minho left Taemin without saying another word. From where he was sitting, Taemin could see Minho circled his arms around Key’s waist. Taemin felt like screaming in anger, but he knew he couldn’t. So he crushed the cushions instead.

————————–

That night, when everyone was already asleep, Taemin got out of his bed and walked towards Minho’s bed. He just stood there, staring at the flawlessness of Minho’s features. His closed eyes, his nose, his lips, Taemin wanted to touch them all. He wanted to touch everything that was Minho. He wanted to hug him. But he never dared. He could just look at Minho from afar with longing, desire, and lust building up in his chest. He didn’t know when it began. He only knew that he loved Minho at this exact moment. He loved him yesterday, he loved him now, and he would still love him tomorrow. If only his hyung knew how Taemin held back the ache in his heart everytime he saw him liplocking with Key. Even a single eye-communication between Minho and Key could already make Taemin felt like being stabbed right through the heart. How he longed for Minho to be his. But that would mean Key being furious out of his wits.

With the dawning realization that he would never be with Minho, Taemin sat on the edge of his hyung’s bed. Right that moment, Minho turned in his sleep and found Taemin’s fingers.

“Kibum…” Minho said deliriously.

And Taemin cried.

————————–

“Taeminnie, are you okay?” Key asked his beloved son in a worrisome tone. Taemin was sitting alone in the computer room. He was staring at something outside the window, but then again, he could be staring into nothing at all.

“Fine,” Taemin answered lifelessly.

“You know you can confide in me.”

Key pulled another chair to accompany Taemin who was still staring at velvet sky. Silence built up between them, for Key didn’t want to push Taemin even further if the boy really didn’t want to talk. But the magnae talked eventually.

“I think I have to disagree with you, hyung.”

The older of the two didn’t answer, waiting for the lead dancer to continue his sentence.

“Feeling wonderful when thinking about your loved ones doesn’t necessarily mean that you’re in love. You could just be happy over the idea of being in love.”

Taemin’s ‘umma’ laughed softly.

“What do you know about love, Taemin? You’re still too young.”

Taemin turned his head and looked straight into Key’s eyes.

“I know enough that most of the time, the pain of being unable to be with someone is the sole indicator that tells you that you’re in love with that someone.”

Then both of them could hear the leader calling for a band meeting. They both left the computer room with Key patting Taemin’s back softly.

“You know, Taemin, if you really love someone, then go for it.”

————————–

“What is it, Minho?” Key asked Minho accusingly.

“Nothing.”

“I don’t believe it. You’ve been avoiding me for weeks!”

“So what? I’m busy.”

“No way. You got no schedule at all!”

“I’ve been busy with my personal life, okay?”

Key’s lips quivered.

“Am I not a part of your personal life anymore?”

Minho couldn’t say anything.

“There’s someone else, isn’t it?”

Minho could hear Key choked as he held back his tears.

“I’m sorry, Kibum.”

That was all Minho could say. That was all Key needed to leave the room with tears streaming down his face.

————————–

It was a quiet day in SHINee’s dorm. Everyone was on their schedule, except for Minho and Taemin. They used the best of their stolen minutes, considering Key hadn’t known about their newly-made relationship yet.

The TV was on. Minho laughed everytime he heard the jokes the gagmen were throwing. Taemin was on his side, staring at him lovingly. He was finally his. Minho was finally his to hug, to kiss, to love.

Taemin nudged closer to his gangly lover, pouting, asking for a hug, which Minho gave the boy ever so willingly. Taemin rested his chest on Minho’s well-built chest, watching the TV along with him.

Seconds later, Taemin’s thoughts were up in the clouds. He could still feel Minho’s warm chest. He could still see the pictures moving on the TV. But he could no longer hear anything, except one thing. The sound of Key silently crying since the night Minho left him for Taemin.

fin