Hari Pertama

Title                       : Hari Pertama

Author                  : Lee Jongki

Main Cast            : Jonghyun, Jinki

Genre                   : Romance, fluff, sad

Length                  : 956 words (one shot)

Type                      : Alternate universe, shounen-ai

Rating                   : PG-15

Ketemu lagi dengan Jongki dan FF JongYu-nya. Sesuai janjiku dulu pada Vero-nuna, aku akan menyebarkan cinta JongYu ke seantero SF3SI ini. Nyahahahaha. *sibuk ngitung jumlah FF JongYu yang udah kukirim*

Yay! Finally! I’ve made a decent artwork. XD Moga-moga nyangkut. Dulu artwork Pengganggu part 1 nggak muncul. Padahal udah aku attach lho… Mengenaskan. T^T

 Selamat membaca. Jangan lupa untuk mengomen (?). 😀

Jonghyun punya kebiasaan buruk.

“Jjong! Kau dimana?!” Sebuah suara berteriak panik melalui handphonenya.

Ia tersenyum kecil dan menempelkan kepala di jendela bus. “Jalan-jalan. Hanya untuk hari ini saja.”

“Tapi Jjong-“

Jonghyun memutus panggilan. Ditatapnya layar handphonenya sejenak sebelum menekan tombol merah selama beberapa detik. Ia mengamati orang-orang yang dilewatinya, bertanya-tanya seperti apa kehidupan mereka. Pernahkah mereka berpikir tentang akhir? Ia mengangkat tangan kanannya di depan muka. Gemetar hebat. Menghentikan getarannya dengan tangan yang lain, ia mendesah pelan dan mengalihkan pandangan keluar jendela menuju sebuah tujuan tak bernama.

Jinki menggelengkan kepala. Setelah empat kali panggilannya dialihkan ke voicemail, ia tahu Jonghyun telah mematikan handphonenya. Ia duduk di kursi dan membenamkan wajah di tangannya. Jonghyun punya kebiasaan kabur dan menghabiskan seharian sendiri hanya ditemani pikiran-pikirannya. Dan Jinki benci itu. Sebab ia tahu kapanpun bisa menjadi saat terakhirnya.

-o-o-o-o-

Turun dari bus ia berhenti di sebuah pusat perbelanjaan. Pasar terbuka adalah tempat kesukaannya. Ada saja benda yang menarik perhatian. Selalu ada satu kedai yang menjual makanan terenak. Dulu Jinki sering membawanya ke sana sampai Jonghyun tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri.

Hari itu juga ia menemukan bahwa dirinya terserang penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kala penyakitnya kambuh seluruh tubuhnya akan bergetar hebat, sakitnya seperti terbakar. Hari ini ia merasa ringan, agak pening, dan tangannya berguncang terus-menerus. Mungkin hal yang baik akan terjadi.

Ketika ia sedang melihat-lihat asesoris matanya menangkap bayangan seseorang. Jinki? Tidak mungkin dia bisa menemukanku secepat ini.

Jonghyun berdiri tegak dan memindai kerumunan. Siapapun itu telah lenyap dari pandangan. Tangannya bergerak ke dadanya yang berdebar kencang. Rasanya hampir seperti kali pertama mereka berjumpa.

Ia berkeliling keluar masuk kios. Dilihatnya sesosok familiar dibalut jeans dan t-shirt melangkah ke arahnya. Jinki mencopot kacamata hitamnya dan menyunggingkan senyum menawan pada Jonghyun. “Hai. Aku Lee Jinki. Senang bertemu denganmu.”

Jonghyun mengerjap heran beberapa kali.

“Jinki, apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya, hampir memutar mata. Namun Jinki hanya tersenyum dan mengulurkan tangan. Jonghyun menimbang-nimbang sesaat sebelum menyambutnya dan memperkenalkan diri. “Aku Kim Jonghyun.“

Setelah berjabat tangan Jinki tidak melepasnya begitu saja. Malahan ia mendekatkan punggung tangan Jonghyun ke bibir dan mengecupnya.

Jutaan kupu-kupu menari lincah dalam perut Jonghyun.

Persis seperti kali pertama mereka bertemu.

Masih dengan senyumannya, Jinki mendorong Jonghyun menerobos orang-orang menuju kios sebelahnya. Mereka diam, menunjukkan perasaan lewat lirikan satu sama lain. Jonghyun merasa seolah-olah jatuh cinta dari awal lagi.

Mereka berhenti untuk makan. Jinki meniup makanan yang masih panas sebelum menyodorkannya pada Jonghyun yang meraihnya dengan sumpit.

“Oh, oh, oh!” Jinki menghindari sumpit. “Katakan ‘ah’!”

Jonghyun memutar mata. “Norak.” Toh ia tetap membuka mulut dan membiarkan Jinki menyuapinya.

Kemudian mereka bermain dingdong sampai kehabisan koin. Diluar, Jinki membeli segulung tikar dan menyeret Jonghyun ke pinggir jalan sebelum memanggil taksi.

Ia menutup telinga Jonghyun dan memberitahukan sopir tempat tujuan lalu duduk, menggenggam tangan kekasihnya.

“Mau kemana? Kau tahu kan aku ingin sendiri saja hari ini.” Ia tidak marah. Justru nadanya terdengar lelah dan kalah.

Jinki menoleh padanya dengan senyum cerah. “Kau kelihatan kesepian hari ini. Kupikir aku bisa menemanimu.” Ia mencondongkan badan, mencium lembut dahi Jonghyun.

Jonghyun menyipitkan mata. Rasanya familiar. Sangat familiar. Nampaknya kejadian seperti ini telah terjadi di masa lampau.

Taksi berhenti tepat di muka sebuah taman.

Pasangan itu memberi makan bebek di kolam. Jonghyun memukul lengan Jinki saat ia menangkap basah kekasihnya sedang membenarkan letak rambut dengan bantuan bayangan di air. Mereka bergandengan tangan menyusuri taman mengagumi keindahan cuaca dan awan. Rambut Jinki berantakan tertiup angin lagi. Namun kali ini ia tidak ambil pusing.

Keduanya berhenti di sebuah lereng yang ditumbuhi rerumputan. Jinki melepaskan tangan Jonghyun dan menggelar tikar di tempat teduh, memberi isyarat pada Jonghyun untuk bergabung.

Jonghyun masih setengah jalan. Tiba-tiba tawanya pecah. “Jinki, lihat. Masih ada di sini.”

Jinki melihat ke arah yang ditunjuk Jonghyun, senyum cerah tersungging di wajahnya. Di hari pertama mereka bertemu, mereka menggabungkan nama dan mengukirnya di sebatang pohon. JongYu masih di sana. Tapi sekarang nampak sebuah hati yang baru saja diukir mengelilingi tulisan itu.

Jonghyun membalas senyumnya dan menyusul Jinki di bawah pohon. Jinki bersandar pada pohon sementara Jonghyun merapat padanya. Ia melingkarkan lengan di sekeliling Jinki dan bermain dengan rambutnya. “Jinki… Bukankah ini sudah pernah terjadi sebelumnya?” tanya Jonghyun menerawang.

“Pakaianmu.. makanannya.. caramu berjalan.. tempat yang kita kunjungi.. bahkan caramu merapikan rambut di kolam.. semuanya sama,” sambungnya seraya duduk dan memandang curiga pada Jinki.

“Yah… Aku mencoba sebisaku untuk mengulang pertemuan pertama kita karena- Jonghyun! Jjong!”

Mata Jonghyun terbalik ke belakang dan ia roboh di atas Jinki, bergetar hebat.

“Jjong!”

-o-o-o-o-

Bunyi monitor jantung adalah hal pertama yang menyambutnya ketika ia sadar. Tidak pernah ia merasa selemah ini seumur hidupnya. Sekujur lengannya mati rasa. Ia melihat Jinki duduk di samping ranjangnya.

“Jinki…”

Mendengar namanya dipanggil ia tersentak bangun. “Aigo! Jjong! Apa kau baik-baik saja?”

Mata Jonghyun terpejam sebentar sebelum ia mengangguk kecil.

“Dokter bilang serangan terakhir sangat fatal dan tubuhmu.. tubuhmu mulai lumpuh, dan-dan…” Pandangannya tak sanggup meninggalkan wajah pucat pasi milik belahan jiwanya.

Jonghyun meremas tangan Jinki. “Kenapa kau mereka ulang hari itu?”

Jinki memandang matanya sekilas lalu menunduk. Ia bisa merasakan namja yang dicintainya terluka. Bahkan ia bisa mendengar bunyi retakan kedua hati mereka.

“Sebab… kau bilang itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupmu. Aku hanya ingin memberimu kebahagiaan sebelum…” kata-katanya terputus.

Jonghyun menutup mata dan tersenyum. Ia bisa merasakan dirinya bertambah lemah seiring berlalunya waktu.

“Jinki, ciumlah aku untuk yang terakhir kali.”

Namja yang lain mengangguk, air mata menggenang di pelupuk mata. Ia membungkuk mencium bibir Jonghyun. Ciuman itu pelan, lembut. Jinki memasukkan segenap perasaannya ke dalam ciuman itu.

“Aku mencintaimu.”

“Aku juga,” bisik Jonghyun lemah, matanya terpejam. Ia menghela nafas, senyum puas menghiasi paras eloknya.

Monitor jantung melamban dan segera sesudahnya grafiknya menjadi datar.

Jinki terisak, ibu jari menyeka air mata di sudut mata Jonghyun.

Jinki masih mencintainya sama seperti hari pertama dulu.

~끝~

Awal-awal Februari aku lagi mood bikin FF sedih nan suram. Kekekeke. Kalo di ‘Mesin Tanpa Jiwa’ Jinkinya yang meninggal, sementara di FF ini Jjong yang passed away (?). Impas deh. (^w^)

Btw, aku pengen jadi author spesialis JongYu! 😀 Aku pengen mempopulerkan OTPku, yang sayangnya sedikit sekali fiksinya di sini. Hiks. #curcolseorangJongYustan *JongYu shipper: wah… Sungguh super-duper-amat-sangat mulia banget-sekali cita-citamu, nak. Kami semua mendukungmu. Hwaiting!*

Apa pula dingdong nyempil di situ? Kkkk. Jadi inget jaman SD dulu pengeeeen banget maen dingdong tapi nggak kesampaian. Soalnya kata eomma itu namanya JUDI~! *nyanyi bareng bang Rhoma, bang Dino, dan bang Dubu* Tapi aku nggak paham apanya yang judi. Kan nggak pake taruhan gitu. (=_=)

Temen-temenku bilang ini seharusnya sedih tapi karena pemerannya Jonghyun sama Onew jadi agak kurang kerasa feelnya. Ahaha. Mereka ngerasa jijik. *Jeritan hati: aigo! Aku nggak suka hetero! Lebih suka yang maho~!* #heterophobia *readers: no, we’re absolutely straight! And don’t even try to corrupt us! We’ll skin you alive! * #homophobia

©2011 SF3SI, Freelance Author.

Officially written by ME, claimed with MY signature. Registered and protected.

This FF/Post legally claim to be owned by SF3SI, licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License. Permissions beyond the scope of this license may be available at SHINee World Fiction

Please keep support our blog, and please read the page on top to know more about this blog. JJANG!